You are on page 1of 70

CASE REPORT

Kejang Demam Sederhana ec. Diare Akut Dehidrasi Sedang

Oleh : Rizky Syawaluddin Djamal Ariyo Riyadi Rangga Putra

DATA SUBJEKTIF
Nama Jenis Kelamin Usia Alamat : An. A : Perempuan : 1 11/12 tahun : Jl. Tengky No 70 Rt 03/03 Cipayung Tanggal Masuk : 19 Juni 2013 Keluhan Utama : Kejang 2 jam SMRS Keluhan tambahan : BAB cair, batuk, demam

ANAMNESA
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien datang dengan keluhan utama kejang 2 jam SMRS. Kejang bersifat tonik dan kaku dengan durasi 10 15 menit. Kejang muncul saat pasien demam tinggi. Pasien sudah sempat dibawa ke dokter dan diberikan stesolid supp dan kejang mulai menghilang. Setelah kejang pasien tetap sadar dan mulai mengantuk. Sebelum keluhan kejang datang pasien mengalami demam 6 hari SMRS, demam timbul mendadak, dirasakan naik turun. Pasien sudah minum obat paracetamol tetapi keluhan tidak berkurang. 5 hari SMRS pasien juga mengeluh buang air besar cair, terjadi 3 x /hari, ampas sedikit, warna kuning, bau biasa, lendir +, darah -, dan menyemprot. Pasien tampak haus dan minum dengan lahap. Frekuensi buang air kecil berkurang hanya 2x perhari, volume air kencing kurang lebih seperempat gelas aqua tiap kali kencing. mual-muntah +, sakit saat menelan, dan nafsu makan-minum berkurang. Pasien juga mengeluh batuk 2 hari SMRS. Batuk tidak berdahak.

ANAMNESA
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien pernah mengalami hal seperti ini pada bulan Desember 2012 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis Keadaan umum Kesadaran Nadi Respiratio rate Suhu

: Tampak sakit sedang (lemas, rewel, kejang -) : Compos Mentis (kontak mata +) : 120x/menit (reguler, kuat angkat) : 40 x/menit (Reguler, adekuat) : 39,1 oC (axilla)

PEMERIKSAAN FISIK
Status Antropometri BB : 11 kg TB : 82 cm BB/BBP50 : 11/12.4 x 100% = 88% TB/U : 82/87 x 100% = 94% BB/TB : 11/11.4 x 100% = 96% Kesan : Gizi Cukup

PEMERIKSAAN FISIK
Status Regional Kepala : Normocephali, bulat Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik I -/-, mata cekung +/+ Telinga : Bentuk telinga normal/normal, liang telinga lapang/lapang, sekret -/-, membran timpani intak/intak Hidung : Bentuk simetris, Cavum nasi lapang/ lapang, defiasi septum (-), konka inferior tidak membesar Mulut : Faring tidak hiperemis, Tonsil T1/T1 criptae -/-, mukosa bibir kering Leher : KGB tidak teraba membesar

PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks : Par-paru Ins : Pergerakkan dinding dada simetris, ictus cordis tidak terlihat Pal : Vocal Fremitus kanan = kiri Per : Sonor simetris Aus : Bunyi nafas dasar vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/Jantung Ins : Ictus cordis tidak terlihat Pal : Ictus cordis teraba di ICS 4 2 cm ke arah medial garis axilaris anterior sinistra Per : Batas jantung kanan di ICS V garis parsternal dextra Batas jantung kiri di ICS IV garis midclavicula sinistra Aus : Bunyi jantung I & II reguller, gallop (-), murmur (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen Ins : Perut tampak buncit Aus : Bising usus + 6x/menit Pal : Supel, hati dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-), turgor baik Per : hipertimpani, nyeri ketok () asites (-) Ekstremitas : Akral hangat, Capilary Refill Time <2detik, edema (-/-) pada ekstremitas bawah

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 19/06/2013 Darah Lengkap Hb : 10.0 Leukosit : 13.4 Trombosit : 335 Ht : 30.1

mmHg ribu/L ribu/L %

(14-16) (5-10) (150-400) (40-48)

Hitung Jenis : B/E/NB/NS/L/M LED


Kimia darah Natrium Kalium Clorida

: 0/1/0/35/58/0 : 10 mm/jam

(0-10)

: 138 : 2.6 : 108

mmol/L mmol/L mmol/L

(136-145) (3.5-5.1) (99-111)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 19/06/2013 Fesess Warna : kuning Konsistensi : lembek Lendir : negatif Darah : negatif E. Histolytica : negatif E. Coli : negatif Lemak : positif Serabut otot : negatif

Kista : negatif leukosit : 2-4 LPB Eritrosit : 1-2 LPB Cacing : negatif Telur cacing : negatif Amylum : negatif Sisa sayuran : negatif

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 21/06/2013 Kimia darah Natrium : 138 Kalium : 2.5 Clorida : 99

mmol/L mmol/L mmol/L

(136-145) (3.5-5.1) (99-111)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 22/06/2013 Kimia darah Natrium : 140 Kalium : 2.4 Clorida : 99

mmol/L mmol/L mmol/L

(136-145) (3.5-5.1) (99-111)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 24/06/2013 Kimia darah Natrium : 140 Kalium : 4,2 Clorida : 111

mmol/L mmol/L mmol/L

(136-145) (3.5-5.1) (99-111)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan :
BNO : - Tampak udara dalam kolon meningkat - Tak ada batu - Tulang-tulang normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Thorax : - Cor dalam batas normal - Pulmo tidak ada infiltrat - Sinus dan diafragma dalam batas normal - costae dan tulang-tulang normal

DIAGNOSA
Kejang Demam Sederhana e.c Diare akut dehidrasi sedang

PENATALAKSANAAN
Pro rawat inap Diet : Lunak IVFD : RL 40 tetes/menit (makro), lamjutkan Tridex 27B 12 tetes/menit Medika mentosa : Ceftriaxon 2x400 mg (iv) Zanic (Zinc) 1x1 cth L-Bio (Prrobiotik)2x1 cth Diazepam 3x1,5 mg (iv) Sanmol syr (Paracetamol) 3x1 cth Ranitidine 2x10 mg (iv)

PENATALAKSANAAN
25 juni 2013 Diet : Lunak IVFD : Kaen 3B 12 tetes/menit Medika mentosa : Ceftriaxon 2x500 mg (iv) Metronidazole drip 3x100 mg Ranitidine 2x10 mg (iv) Sanmol drip 3x120 k/p Diazepam 3x1,5 mg (iv) Zanic 1x1 cth L-Bio 2x1 cth Mucopect 3, Sanmol syr 3x1 cth

TINJAUAN PUSTAKA

Kejang Demam

PENDAHULUAN
KEJANG
BUKAN PENYAKIT TETAPI MANIFESTASI DARI SUATU PENYAKIT

BERBAGAI PENYAKIT DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA BANGKITAN KEJANG MISALNYA:

Kelainan genetik dan faktor kelahiran, demam, infeksi otak, toksin, trauma, gangguan peredaran darah, gangguan metabolisme dan nutrisi, tumor, kelainan degeneratif, faktor psikogenik dan penyebab yang tidak diketahui dengan jelas.

DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Ismael S, KPPIK-XI, 1983; Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi anak. 1999

Karakteristik Kejang Demam


Biasanya terjadi anak umur 6 bulan-5 tahun Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam

Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun, mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi yang terjadi bersama demam.

AAP, Provisional Comitte on Quality Improvement. Pediatrics 1996; 97-769-74 ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-6

KLASIFIKASI
Secara umum KD dibagi berdasarkan : 1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure) 2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-6

KEJANG DEMAM SEDERHANA


Kejang demam yang terjadi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Berlangsung singkat Kurang dari 15 menit Bersifat tonik-klonik Serangan akan berhenti dengan sendirinya Tanpa disertai dengan gerakan fokal Tidak berulang dalam waktu 24 jam

Stafstorm CE, THE incidence and prevalence of febrile seizure, Dalam : Batam TZ ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-6 Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press 2002; p.1-20

KEJANG DEMAM KOMPLEKS


Kejang demam yang terjadi : 1. Berlangsung > 15 menit 2. Kejang Fokal atau Parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial 3. Terjadi berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Stafstorm CE, THE incidence and prevalence of febrile seizure, Dalam : Batam TZ ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-6 Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press 2002; p.1-20

KLAIFIKASI LAIN KEJANG DEMAM


Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana.Selain Kriteria penggolongan tersebut kriteria lain juga dikemukan oleh beberapa pakar. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya 1. Prichard dan Mc Greal 2. Fukuyama 3. Livingston 4. Sub Bagian Saraf Anak FKUI-RSCM
Pusponegoro D. hadiono, Konsensus Penanganan Kejang Demam, unit kerja koosdinasi neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta 2005 : 01-14.

KLAIFIKASI Sub Bagian Saraf Anak FKUI


Klasifikasi Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI RSCM Jakarta, menggunakan kriteria Livingston yang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuak membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu: 1.Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun 2.Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit 3.Kejang bersifat umum 4.Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam 5.Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal 6.Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan 7.Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali KD yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan sebagai epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang memiliki gejala klinis yang hampir mirip dengan kejang demam : 1. 2. 3. 4. LABORATORIUM (darah perifer lengkap, elektrolit, gula darah) PUNGSI LUMBAL ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG) RADIOLOGI (CT-SCAN, MRI)

AAP, Provisional Comitte on Quality Improvement. Pediatrics 1996; 97-769-74 ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-6 Millichap JG. Management of febrile seizure: current conceptand recommendations . Clin EEG 1991

PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan kejang demam ada mennghentikan
etiologinya berupa demam dan mengontrol simptompnya berupa kejang dengan memberikan obat-obatan antipiretik dan antikonvulsan

ANTI PIRETIK :
PARASETAMOL 10-15 MG/KGBB/KALI IBUPFOFEN 10 MG/KGBB/KALI, DIBERI 3KALI

ANTI KONVULSAN
Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menuunkan resiko berulangnya kejang, emergency -- rektal 0,5-0,75 mg/kg fenobarbital, karbamazepin, fenitoin tidak berguna untuk mencegah kejang demam bila diberi secara intermitten.
Uhari dkk. Effect of acetaminophen and low intermittent doses of diazepam on prevention of recurences of febrile seizures. J Pediatrics adolesc 1995 Van Wsch A, dkk. Antypyretics efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children with febrile seizurres. Arch pediatr adolesc med. 1995

PENGOBATAN PROFILAKSIS
SEBELUM KEJANG DEMAM YANG PERTAMA SUDAH ADA KELAINAN NEUROLOGIS/PERKEMBANGAN ADA RIWAYAT KEJANG TANPA DEMAM PADA ORANG TUA ATAU SAUDARA KANDUNG KEJANG DEMAM LEBIH DARI 15 MENIT, FOKAL, ATAU DIIKUTI KELAINAN NEUROLOGIS SEMENTARA ATAU MENETAP KEJANG DEMAM PADA BAYI BERUMUR KURANG DARI 12 BULAN, ATAU TERJADI KEJANG DEMAM MULTIPLE (2X/LBH) DALAM 1 EPISODE DEMAM Dosis asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital3-4 mg/kg dalam 1-2 dosis
Mamelle dkk. Prevention of recurrent febrile convulsion a randomized therapeutic assay Sodium valproat, phenobarbital and placebo, Neuropediatrics 1984 Farwell dkk, phenobarbital for febrilse seizure-effects on intellegence and on seizure recurrence. NEJM 1990

PENGOBATAN PROFILAKSIS
PEMBERIAN OBAT FENOBARBITAL ATAU ASAM VALPROAT SETIAP HARI EFEKTIF DALAM MENURUNKAN RESIKO BERULANGNYA KEJANG HANYA DIBERIKAN BILA KEJANG DEMAM MENUNJUKKAN CIRI : 1. KEJANG LAMA > 15MENIT 2. ANAK MENGALAMI KELAINAN NEUROLOGIS YANG NYATA SEBELUM ATAU SESUDAH KEJANG. MISALNYA HEMIPARESIS, PARESIS TODD, CEREBRAL PALSY, RETARDASI MENTAL, HIDROSEFALUS. 3. KEJANG FOKAL 4. KEJANG BERULANG DUA KALI ATAU LEBIH DALAM 24 JAM. 5. KEJANG DEMAM TERJADI PADA BAYI KURANG DARI 12 BULAN: PENGOBATAN RUMAT DIPERTIMBANGKAN.
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan bertahap selama 1-2 bulan

DIARE PERSISTEN

34

DEFINISI
Diare persisten adalah diare menetap selama > 2 minggu disertai penurunan berat badan atau tanpa penambahan berat badan.

35

ETIOLOGI
Intoleransi laktosa Intoleransi/alergi protein susu sapi/kedelai Menetapnya patogen penyebab Sindrom usus halus terkontaminasi (Contaminated Small Bowel Syndrome; CSBS) Malnutrisi

36

FAKTOR PREDISPOSISI
1. 2. 3. Malnutrisi Kerusakan mukosa usus yang berkepanjangan Pemberian makanan tambahan yang dini dan tidak tepat

37

Manifestasi klinik
Diare yang melanjut 2 minggu atau lebih Gagal tumbuh malnutrisi Diare bersifat cair, berlemak atau berdarah

38

Pengobatan Dehidrasi ringan sedang


1. Beri oralit selama periode 3 jam

umur Berat badan Jumlah Cairan

Sampai 4 bulan < 6 kg 200 400

4-12 bulan 6-10 kg 400 7000

12-24 bulan 10-12 kg 700 900

2-5 tahun 12-19 kg 900 - 1400

*Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kg berat badan

2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari Umur < 6 tahun > 6 tahun Dosis tablet (10mg) 1 tablet (20mg)

}10 hari

3. Tetap berikan ASI dan pemberian makanan 4. Antibiotik apabila terdapat indikasi 5. Edukasi

Pengobatan Dehidrasi ringan sedang


*Intake sulit

Jika anak sulit untuk diberikan makan atau minum peroral seperti muntah maka berikan cairan melalui intravena dengan cara :
Umur < 12 bulan 1 5 tahun
Ringer laktat atau ringer asetat

Pemberian 70ml/kg 5 jam 2 jam

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
Diagnosa kejang demam sederhana + diare akut dehidrasi ringan-sedang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan dari pemeriksaan sebelumnya. Diagnosa kejang demam ditegakkan berdasarkan dari anamnesis, dan pemeriksaan fisik dan disesuaikan dengan Klasifikasi Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI RSCM Jakarta. Hasil pemeriksaan ditemukan data positif berupa kejang Umur pasien ketika kejang 1 tahunn 11 bulan. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit, kejang bersifat umum, frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali. Saat kejang suhu tubuh pasien 39.1o C

PEMBAHASAN

Pada dasarnya penatalaksanaan kejang demam ada mennghentikan etiologinya berupa demam dan mengontrol simptompnya berupa kejang dengan memberikan obat-obatan antipiretik dan antikonvulsan ANTI PIRETIK : 1. PARASETAMOL 10-15 MG/KGBB/KALI 2. IBUPFOFEN 10 MG/KGBB/KALI, DIBERI 3KALI Pada pasien diberikan Sanmol syr (Paracetamol) 3x1 cth ANTI KONVULSAN Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang, emergency -- rektal 0,5-0,75 mg/kg fenobarbital, karbamazepin, fenitoin tidak berguna untuk mencegah kejang demam bila diberi secara intermitten Diazepam 3x1,5 mg (iv)

PEMBAHASAN
Diagnosa diare akut dehidrasi ringan-sedang ditegakkan berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Pada pasien ditemukan anamnesis berupa buang air besar cair, terjadi 3 x /hari, ampas sedikit, warna kuning, bau biasa, lendir +, darah , dan menyemprot. Buang air kecil berkurang, pada saat minum terlihat seperti kehausan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi ringansedang berupa keadaan umum gelisah/rewel, nadi 120x/menit respiratio rate 40 x/menit (Regular adekuat) mata cekung, mukosa bibir kering, turgor melambat. Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan penurunan kalium yaitu 2,5 mmol/L. Pasien mengalami hipokalemi.

PEMBAHASAN
Rehidrasi cairan pada diare akut dehidrasi sedang : Rehidrasi Per-oral apabila intake baik: 75ml x KgBB : 75 x 10 : 750 ml oralit / 3 jam Intake sulit dengan IVFD : 70 ml x KgBB/2,5 jam: 75 x 10 x 15 : 75 tetes/menit(makro) 60x2,5 + Oralit 5ml/ KgBB : 10x5ml : 50 ml Oralit Cairan rumatan setelah dehidrasi teratasi menurut rumus Holiday Sager 10 kgBB pertama x 100 ml + 10kgBB kedua x 50 cc + kgBB selanjutnya x 20 cc 10 kg x 100ml : 1000 ml / Hari = 10 tetes/ menit (makro)

PEMBAHASAN
Korekasi Kalium K x BB x 0,3

PEMBAHASAN
Pemberian zinc
Merupakan salah satu zat gizi (micro nutrient ) yang penting untuk kesehatan danpertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketikaanak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapatdiberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.

PEMBAHASAN
Zinc berguna untuk mengurangi :
(1) Prevalensi diare sebesar 34%, (2) Insidenpneumonia sebesar 26% (3) Durasi diare akut sebesar 20%, (4) Durasi diare persistensebesar 24%, (5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%. Memperbaiki dinding usus halus yang rusak, meningkatkan fungsi kekebalan ,menurunkan keparahan diare untuk 2 3 bulan ke depan, membantu pertumbuhan anak,meningkatkan nafsu makan.

PEMBAHASAN
Mekanisme kerja zinc dalam meningkatkan sistem imun. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc dibutuhkan oleh organ tubuh, seperti kulit dan mukosa salurancerna. Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikanpada anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang baik, dapat meningkatkansistem kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa diberikan sampai 10 hari berturut-turut

PEMBAHASAN
Probiotik. Melindungi sistem pencernaan dan membantu menormalkan fungsi gastrointestinal, menjaga flora normal usus dan membantu fungsi fermentasi usus. Diberikan dengan dosisi 2 - 3 sachet perhari Ranitidine (2-4 mg/kgBB/Hari 2x pemberian) untuk mengurangi gejala dispepsia pada pasien ini. Termasuk dalam golongan H2-blocker. Ceftriaxone Antibiotik golongan sefalosporin generasi ke 3. Dosis 20-50mg/KgBB/hari Mucopect. Komposisi ambroxol HCL, diberikan untuk terapi sekretolitik pada penyakit bronkopulmonal akut dan kronik yang berhubungan dengan sekresi mukus abnormal dan gangguan transportasi mukus. Diberikan dengan dosis 3 x 30 mg perhari

PEMBAHASAN
Nymico. Nistatin 100.000 U /ml. Merupakan anti jamur dan efektif terhadap jamur seperti Candida albicaans. Nistatin dapat mengikat steroi pada membran sel jamur, menghasilkan perubahan permeabilitas membran sel jamur, diikuti dengan kebocoran dari komponen-komponen intraselular dan mengakibatkan jamur mati. Flagyl. Komposisi metronidazole. Diberikan untuk terapi infeksi bakteri anaerob. Diberikan dengan dosis 5 mg/kgBB 3x perhari

FOLLOW UP

Gangguan Pasase Saluran Cerna


MUNTAH

DIARE
HIPOKALEMI

DISTENDED ABDOMEN
PERUT KEMBUNG

BISING USUS MENURUN

FOTO ABDOMEN

GANGGUAN PASASE USUS

GANGGUAN PASASE USUS


Ileus Obstruktif Invaginasi Ileus Paralitik Volvulus Ileus Paralitik Intusepsi (malrotasi usus)
Terdapatnya tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan fungsi gastrointestinal, termasuk anoreksia, nausea, muntah,diare dan Atonia otot polos sistem gastrointestinal dapat menyebabkan sembelit, kembung karena hipokalemia yang disebut Ileus Paralitik
Nohammad Jufrrie, dkk. Buku Ajar Gastrointerologi-Hepatologi Ikatan Dokter Indonesia. Keseimbangan cairan dan elektrolit, 2010

Keluhan kejang sudah teratasi, pasien bebas kejang selama 7 hari. Selama perawatan pasien mengeluh perutnya kembung dan tidak kunjung membaik. Ada hari dimana pasien tidak bisa BAB + selama 3 hari, namun setelah itu pasien buang air besar cair. Dari pemeriksaan fisik sudah sudah tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan perut membuncit, hal ini berlangsung sejak hari pertama pasien dirawat hingga 7 hari kedepan. Bising usus melemah berkisar 2-3/ menit, kadang bising usus tidak terdengar. Pada perkusi hipertimpani, tidak terdapat nyeri, perkusi. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan keadaan Hipokalemi kalium saat pemeriksaan 2,5 mmol/L. Dari hasil pemeriksaan foto polos abdomen didapatkan gambaran udara tidak masuk preperitonial fat berkurang, psoas line menghilang, kontur ginjal tidak terlihat, udara tidak masuk sampai rongga panggul, distensi kolon dan intestinum, terdapat gambaran airfluid level.

Dari data yang didapat, diagnosa pada pasien ini mengarah kepada gangguan pasase usus yaitu pseudo illeus atau illeus paralitik. Didukung dari adanya keluhan kembung yang cukup lama, konstipasi, dari pemeriksaan fisik berupa perut tampak membuncit, bising usus menurun, dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hipokalemi, dan dari foto polos ambdomen gambaran udara tidak masuk preperitonial fat berkurang, psoas line menghilang, kontur ginjal tidak terlihat, udara tidak masuk sampai rongga panggul, distensi kolon dan intestinum, terdapat gambaran airfluid level.

ILEUS PARALITIK

ILEUS
Ileus merupakan gangguan motilitas usus namun tidak ditemukan kelainan organik yang nyata. Pada anak ileus sering dikaitkan dengan pascabedah atau infeksi (pneumonia, peritonitis, gastroenteritis). Pada ileus sering ditemukan keadaan sebagai berikut: uremia, hipokalemia, asidosis, atau adanya penggunaan obat-obatan tertentu seperti loperamid (obat bersifat antimotilitas yang digunakan pada gastroenteritis). Ileus paralitik, disebut juga pseudo-obstruksi, merupakan penyebab utama obstruksi saluran cerna pada bayi dan balita.

ETIOLOGI
Penyebab ileus paralitik antara lain: Kimia, elektrolit, atau gangguan mineral (seperti turunnya kadar potassium) Komplikasi bedah intraabdominal Cedera/penurunan suplai darah ke daerah abdominal Infeksi intra abdominal Penyakit ginjal dan paru Penggunaan obat-obat tertentu, seperti narkotik

ILEUS PADA ANAK


Pada anak, ileus paralitik mungkin terkait dengan bakteri, virus, atau keracunan makanan (gastroenteritis) yang sebagian diasosiasikan dengan peritonitis/apendisitis. Ileus dapat ditandai dengan adanya distensi abdomen disertai nyeri perut, bising usus pada onset dan gambaran air-fluid levels pada radiologi. Penatalaksanaan ileus dapat berupa dekompresi nasogastrik atau penggunaan agen prokinetik seperti cisapride atau erytrhomicin.

KLASIFIKASI
Berdasarkan sumbatannya Total Parsial Menurut klinisnya Akut, Subakut Kronis Menurut Penyebabnya ileus obstruksi dan ileus fungsional (paralitik) dan ileus karenagangguan vaskularisasi.

KLASIFIKASI
Ileus obstruksi parsial terjadi apabila lumen usus menyempit tapi masih dapat sebagian isi usus masih dapat lewat ke arah distal. Ileus obstruksi total terjadi akibatlumen usus tersumbat total sehingga tidak ada isi usus yang dapat lewat ke arahdistal. Ileus obstruksi total menyebabkan peningkatan risiko gangguan vaskular ataustrangulasi dan bila ini terjadi maka membutuhkan penanganan operatif segera.

DIAGNOSIS c
Gejala klinis dari ileus paralitik merupakan gambaran dari ileus pada umumnya, hanya pemeriksaan penunjang yang mengakan diagnosa pasti dari paralitiknya. Gejala yang muncul antara lain : Muntah Perut kembung Konstipasi/diare Nyeri abdominal dan pelvis Ditemukan darah pada kotoran Kehilanagan selera makan dan minum Keadaan dehidrasi akibat kurang intake Demam Distensi abdomen Bising usus menurun

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik (dengan melihat tanda dan gejala) serta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dapat pemeriksaan radiologis atau pemeriksaan lain seperti penanda tumor dll. Pada pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya obstruksi adalah pencitraan dengan modalitas: Abdominal CT-SCAN Abdominal X-ray Barium enema

DIAGNOSIS
Obstruksi Paralitik Peritonitis perforasi

Distensi usus
Air fluid level Harring bone Free air Dinding usus Klinis

Dilatasi >>>> Nyeri kolik -

++
Dilatasi Nyeri kolik -

+ > cm Nyeri tekan nyeri lepas deffense muscular

Demam

Source : Aschcraft pediatrics surgery

DIAGNOSIS

TATALAKSANA
Tatalaksana bergantung kepada jenis obstruksi dan derajat keparahannya. Apabila obstruksi bersifat parsial, maka akan diberikan cairan intravena sambil memantau apakah obstruksi tersebut sudah hilang dengan sendirinya. Apabila tidak, maka dilakukan tindakan bedah. Selain itu penggunaan Nasogastric Tube untuk mengevakuasi cairan dan gas di saluran cerna, dengan demikian menghilangkan distensi dan muntah. Pada intususepsi dapat dilakukan enema (udara, barium atau gastrografin) untuk menghilangkan obstruksi. Pemasangan stent dapat dilakukan untuk membantu pengeluaran isi saluran cerna yang terganggu oleh obstruksi.

TATALAKSANA
Tindakan bedah diperlukan apabila penggunaan tube tidak menghilangkan simptom, atau ditemukan adanya tanda-tanda kematian jaringan. Misalnya pada obstruksi akibat divertikulitis, penyakit Crohn, volvulus atau keganasan. Tindakan bedah dapat dilakukan dengan metode laparoskopi. Setelah pembedahan mungkin dilakukan pemasangan kolostomi/ileostomi untuk jangka waktu sementara maupun permanen.

TATALAKSANA
a. Konservatif Penderita dirawat di rumah sakit. Penderita dipuasakan Kontrol status airway, breathing and sirkulasi Dekompresi dengan nasogastric tube Intravenous fluids and electrolyte Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan. b. Farmakologis Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob. Analgesik apabila nyeri. Prokinetik: Metaklopromide, cisapride Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

TATALAKSANA
c. Operatif Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai denganperitonitis. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untukmencegah sepsissekunder atau rupture usus. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi:
Pintas usus : ileostomi, kolostomi. Reseksi usus dengan anastomosis Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi

You might also like