You are on page 1of 3

Nama : Adi Indra Wijaya NIM : 20070310168 REFLEKSI KASUS I KASUS Seorang pasien anak perempuan, 8 tahun, datang

dengan keluhan luka pada telapak tangan kanan sejak 3 hari SMRS, awalnya sebelum timbul luka, timbul benjolan kecil-kecil, lalu benjolan pecah, sebagian mengering dan sebagian basah, pasien mengeluh gatal dan kadang nyeri di daerah luka dan sekitarnya. Pasien juga sedang batuk pilek sejak 5 hari yang lalu. Riwayat pengobatan sebelumnya (+). Riwayat alergi obat (-). Pasien pernah sakit serupa sebelumnya dan diberi obat terus sembuh, di keluarga pasien tidak ada yang sakit serupa dengan pasien. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Ujud Kelainan Kulit berupa patch maserasi dengan krusta kekuningan dengan bentuk bulat tidak teratur, ukuran lentikuler, multiple, dengan batas tidak tegas di regio manus dekstra. Pasien diberi terapi cetirizine, amoxicilin, krim gentamisin, dan vitamin. II. PERMASALAHAN Bagaimana penatalaksanaan dan edukasi impetigo krustosa pada anak? III. PEMBAHASAN Impetigo adalah penyakit akibat infeksi bakteri gram positif yang sangat menular. Impetigo dibagi dalam 2 bentuk yaitu Impetigo bullosa (bullous Impetigo) dan Impetigo non bullosa (nonbullous Impetigo). Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus beta hemolitikus Grup A atau dikenal juga dengan Streptococcus pyogenes. Kedua organisme tersebut dapat muncul pada waktu yang sama di daerah yang terinfeksi. Secara epidemiologi Impetigo krustosa Impetigo termasuk infeksi bakteri pada kulit yang cukup sering terjadi, dan banyak terjadi pada anak-anak. Terjadi hampir di seluruh dunia, namun lebih banyak terjadi di daerah tropis. Kebanyakan individu akan sembuh tanpa komplikasi. Rasio laki-laki dan perempuan pada kejadian Impetigo adalah sebanding. Impetigo muncul pada individu pada semua umur. Anak <6 tahun mempunyai insidensi lebih tinggi dari orang dewasa. Impetigo bullosa paling sering terjadi pada neonates dan bayi.Impetigo Krustosa diawali dengan macula atau papula eritematosus tunggal berukuran 2-5 mm yang dengan cepat berubah menjadi vesikel atau pustule. Apabila rupture akan mengeluarkan secret seropurulen kekuningan dan bila kering akan I.

meninggalkan krusta kekuningan pada bagian yang erosi dengan dikelilingi kulit kemerahan minimal atau tidak sama sekali. Lesi dapat asimptom, gatal, ataupun nyeri. UKK yang biasa ditemukan yaitu macula atau patch eritematosa dengan krusta kecoklatan berbentuk bulat tidak teratur ukuran miliar-lentikular, batas tidak tegas. Predileksi dapat di hidung, mulut, dan bagian tubuh yang terekspose seperti lengan, kaki, telapak tangan, dan telapak kaki. Tujuan dari farmakoterapi Impetigo adalah untuk mengurangi morbiditas, mencegah komplikasi, dan mencegah penyebaran ke individu lainnya. Terapi yang diberikan berupa antibiotik. Mupirocin yang diaplikasikan secara topical menunjukkan efektif untuk Impetigo local, tapi tingkat resistensi telah meningkat. Retapamulin adalah pilihan yang baru. Bacitracin sudah tidak lagi dipilih sebagai antibiotic topical karena seringnya menimbulkan reaksi alergi pada kulit dan kadang terjadi anafilaksis. Keuntungan dari antibiotik topical antara lain menurunkan resiko efek samping sistemik, meningkatkan konsentrasi antibiotik ketika diaplikasikan pada daerah yang terkena, dosis obat yang digunakan lebih kecil, efek lebih rendah pada flora intestinal, dan biaya pengobatan menjadi lebih murah. Tetapi ada beberapa kerugian yang didapat dalam pengobatan dengan metode topical antara lain potensial terjadinya dermatitis kontak alergi dan iritan, menurunkan penetrasi pada area yang terkena, potensial munculnya resistensi terhadap bakteri, potensial terhadap terjadinya perubahan flora kulit, dan potensial terjadi absorbs sistemik serta efek toksik.Perawatan dengan antibiotik sistemik diindikasikan untuk infeksi yang mengenai area yang luas. Sefalosporin, penisilin semisintetik, atau beta lactam inhibitor umum dipakai sebagai terapi lini pertama. Apabila abses tidak berkurang dengan antimikroba tradisional maka diduga infeksi disebabkan oleh MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus), maka penggunaan antibiotic alternative harus dipertimbangkan, seperti Trimethoprim/Sulfamethoxazole, Tetracycline, Clindamycin, Fluoroquinolones, dan Linezolid. Pada Impetigo Krustosa penyembuhan spontan jarang terjadi. Apabila dibiarkan tanpa perawatan, beberapa lesi dapat membaik dengan spontan, sementara lesi baru muncul di bagian tubuh yang lain. Penyembuhan dari lesi biasanya timbul setelah 7-10 hari pengobatan. Apabila lesi tidak membaik dalam 7-10 hari terapi antibiotic, harus dilakukan kultur untuk mengetahui resistensi organisme.Edukasi yang penting diberikan antara lain 1. Beri pengertian mengenai penyakit ini, bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang berhubungan dengan

higienitas. 2. Beri pengertian bahwa ini adalah penyakit yang dapat menular sehingga sebaiknya anak untuk sementara tidak bersekolah, atau ke penitipan anak sebelum lesi membaik dan sembuh. Hindarkan kontak antara anak yang sehat dengan anak yang sakit. 3. Apabila ada anggota keluarga yang sakit serupa, harus diberi pengertian untuk diberi pengobatan juga. 4. Beri pengertian tentang higienitas, selalu cuci tangan setelah kontak dengan anak yang sakit, tukar pakaian anak bila lembab dan berkeringat, mandi dengan sabun yang mengandung antiseptic. 5. Beri pengertian tentang pengobatan, bersihkan luka sebelum aplikasi antibiotic topical dan pentingnya keteraturan dalam minum obat. 6. Beri pengertian kepada anak agar tidak menggaruk luka. IV. KESIMPULAN Penatalaksanaan dapat menggunakan drug of choice yaitu Mupirocin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesa RNA dan protein, akan tetapi jika tidak ada bisa menggunakan Gentamisin salep atau krim dapat digunakan untuk infeksi gram positif oleh spesies staphylococcus termasuk impetigo dan pioderma atau dengan klindamisin (krim, losio dan sabun) berguna untuk beberapa infeksi MRSA. Selain itu diberikan antihistamin untuk mengurangi gatal. Edukasi yang penting adalah mengenai higienitas karena hal tersebut akan menghindari penularan dan mempercepat penyembuhan. V. DAFTAR PUSTAKA Beheshti, 2007, Impetigo, a brief review, Fasa-Iran: Fasa Medical School. Buck, 2007, Ratapamulin: A New Option of Impetigo, Virginia USA: University of Virginia Childrens Hospital. Cole, 2007, Diagnosis and Treatment of Impetigo, Virginia:University of Virginia School of Medicine. Djuanda, 2005, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Northern Kentucky Health Department, 2005, Impetigo, Kentucky: Epidemiology Services, Northern Kentucky Health Department. Provider synergies, 2007, Impetigo Agents, Topical Review, Ohio: Intellectual Property Department Provider Synergies LLC.

You might also like