You are on page 1of 106

PEMBERIAN OBAT

By: LISTYANA NR, S. Kep, Ns, MSN

DEFINISI
Obat : - Substansi / bahan yang digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan atau mencegah penyakit. Obat jadi: - Obat murni / campuran dalam bentuk serbuk, cairan,salep,tablet, pil,supositoria atau bentuk lain yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia Obat Paten: - Obat dengan nama dagang terdaftar nama pembuat & dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya

NAMA OBAT
a. Nama kimia - Memberikan gambaran pasti komposisi obat ex : asam asetil salisilat (aspirin) b. Nama generik - Nama yang diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi obat sebelum mandapat ijin/memiliki nama resmi. c. Nama resmi - Nama yang dipublikasikan secara resmi, seperti dibuku farmako d. Nama merk dagang - Dibuat oleh pabrik pembuat obat (tanda R di atas kanan obat)

BAHAN PEMBUAT OBAT


a. Obat diperoleh dari binatang - Obat dari kerang, tulang, bisa ular. b. Obat dari bahan tumbuhan. - Akar : digitalis. - Daun : peppermint c. Obat berasal dari mineral. - Magnesium sulfat dan aluminium. d. Obat sintetis. - Kortikosteroid, kemotherapi

BENTUK OBAT
NO 1. 2. 3. JENIS Larutan cair Aerosol spray/busa Kapsul KETERANGAN obat yang dilarutkan dalam air. suatu cairan, bubuk atau busa yang diberikan dengan mengoles secara tipis pada kulit & digosok obat cair, bubuk atau minyak dengan dibungkus gelantin

4.
5.

Krim
Pil

obat semi padat yang dipakai dikulit.


satu atau lebih obat yang dicampur dengan bahan kohesif dalam bentuk lonjong, bulat a/ lempengan obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan obat semi padat yang jernih dan tembus cahaya yang mencair sewaktu doleskan dikulit. obat yang dibungkus dengan gelantin dan berbentuk khas agar dapat dimasukkan kedalam tubuh. larutan obat yang manis

6.

Tablet

7. 8.

Gel/Jelly Supositoria

9.

Sirup

MEKANISME OBAT DALAM TUBUH


Farmakokinetika : ilmu yang mempelajari mekanisme obat dalam tubuh. Proses obat didalam tubuh : a. Absorbsi : obat memasuki sirkulasi cairan tubuh. b. Distribusi : obat diangkut ke area tubuh dimana obat diharapkan bereaksi atau disimpan dalam tubuh. c. Biotransformasi/metabolisme : obat diubah menjadi bentuk kurang aktif shg mudah diekskresikam d. Ekskresi : obat dikeluarkan dari tubuh.

EFEK OBAT
1. Efek terapeutik - respon fisiologis obat yg diharapkan atau yg diperkirakan timbul 2. Efek samping - Efek sekunder yg tdk diinginkan 3. Efek toksik - tjd stl kllien minum obat dosis tinggi dalam jangka waktu lama 4. Reaksi idiosinkratik - klien bereaksi berlebihan, tdk bereaksi atau bereaksi tdk normal 5. Reaksi alergi

PENGGOLONGAN OBAT
Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat - Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotik, obat keras, psikotropika dan narkotika.

PENGGOLONGAN OBAT
I. NARKOTIK : UU.No.22 th 1997 (1 Sept. 1997) II. OBAT KERAS III. BEBAS TERBATAS IV. OBAT BEBAS

I. NARKOTIK
Zat paten dari tanaman/bukan tanaman, baik sintetis/bukan sintetis Menyebabkan : Penurunan kesadaran Hilangnya rasa Menghilangkan / mengurangi nyeri Dapat menimbulkan ketergantungan

I. NARKOTIK
TUJUAN PENGGUNAAN NARKOTIK : Untuk pelayanan kesehatan & pengembangan ilmu pengetahuan Narkotika Golongan I : Untuk kepentingan ilmu pengetahuan & dilarang untuk yang lain Dilarang diproduksi kecuali untuk pengembangan ilmu pengetahuan dg pengawasan ketat dari Men. Kes Contoh: Papaver somniferum L Erythroxylon Coca Cannabis sp. Heroin, Petidine Morfin & garam-garamnya

II. OBAT KERAS


ADA 3 GOLONGAN : OBAT KERAS ( OK ) PSIKOTROPIK ( OKT ) OBAT WAJIB APOTIK (OWA )

CONT
OBAT KERAS ( OK ) Bungkusnya ditulis dengan resep dokter Mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam, dengan hurup K di tengah yang menyentuh garis tepi

Obat digunakan secara parenteral / suntikan

CONT...
PSIKOTROPIK ( OKT ) Obat / zat, alamiah / sintesis bukan narkotik Berkasiat psikoaktif menyebabkan perubahan khas aktifitas mental & perilaku Mempunyai sindrom ketergantungan Digolongkan menjadi 4 golongan

CONT...
PSIKOTROPIK ( OKT )
Digolongkan menjadi 4 1. Golongan I : untuk terapi, mengakibatkan sindrom ketergantungan Ex: Brolamfetamin, LSD 2. Golongan II : untuk terapi, mengakibatkan sindrom ketergantungan Ex: Amfetamina, Sekobarbital 3. Golongan II: untuk terapi, mengakibatkan sindrom ketergantungan Ex : Amobarbital, Pentobarbital 4. Golongan IV: untuk terapi, mengakibatkan sindrom ketergantungan Ex : Bromazepam,diazepam,klokzazolon, klordiazepoksida, meprobamat, nitrazepam

CONT...
OBAT WAJIB APOTIK (OWA ) Obat keras dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter Ex : - Kontrasepsi - Obat saluran cerna (antasid, antimual, laksa, analgetik, antispasmodik) - Obat mulut / tenggorokan (hexatidine,triamcinolon) - Obat saluran nafas Asma Salbutamol, ketotifen Sekretolitik bromhexin, bisolvon, fluimucil

III. OBAT BEBAS TERBATAS


Obat keras diberi batasan pada setiap takaran dan kemasan Untuk mengobati penyakit ringan Dapat dibeli tanpa resep dokter Tanda kemasan : lingkaran / garis hitam mengelilingi bulatan warna biru

CONT..

Tanda peringatan dasar hitam tulisan putih

IV. OBAT BEBAS


Obat dapat dibeli tanpa resep Tanda pada kemasan : lingkaran garis hitam, mengelilingi bulatan hijau

Ex : Salep, Vit. B 1,Vit.C

IV. OBAT BEBAS

IV. OBAT BEBAS

PENYIMPANAN OBAT

Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Simpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup rapat Jangan pernah mencampur obat dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul dalam satu wadah. Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jangan menyimpan kapsul atau tablet di tempat panas dan atau lembab

PENYIMPANAN OBAT

Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat. Hindarkan obat dalam bentuk cair menjadi beku. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil Jangan simpan obat yang telah kadaluwarsa.

INTERAKSI OBAT

Suatu obat yg memodifikasi kerja obat yg lain Terjadi bila menggunakan beberapa obat Sebuah obat dpt menguatkan a/ menghilangkan kerja obat yg lain & dpt mengubah absorbsi, metabolisme atau ekskresi Apabila 2 obat diberikan secara bersamaan, ke-2 obat dpt memilikai efek sinergis & adiktif Sinergis : kerja fisiologis kombinasi ke-2 obat lebih besar daripada efek obat bila diberikan terpisah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA KERJA OBAT


Usia Masa tubuh Penyakit Jenis kelamin Lingkungan Cara pemberian obat. Genetik Psikilogis

PERAN PERAWAT DALAM PENGOBATAN


1. 2.

3.

4.

Mendukung keefektifan obat. Observasi efek samping dan alergi obat. Penyimpanan, penyiapan dan administrasi obat. Pendidikan kesehatan tentang obat.

PRINSIP 6 BENAR OBAT


1. Benar dosis 2. Benar obat. 3. Benar klien. 4. Benar cara pemberian. 5. Benar waktu. 6. Benar dokumentasi.

BENAR DOSIS
Periksa dosis sebelum diberikan Bila ragu konsultasi ke apoteker/penulis resep Secara khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda antara singkatan mg & mcg bila ditulis tangan

BENAR OBAT
Pastikan nama obat sesuai dengan resep Periksa label obat / botol sebelum memberikan obat, minimal 3 kali

BENAR RUTE/CARA
Rute pemberian per oral, parenteral, topikal, per rectal atau melalui inhalasi Rute pemberian dipilih tergantung keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi & fisik obat serta tempat kerja yang diinginkan

BENAR PASIEN
Pastikan identitas pasien sebelum memberikan obat

BENAR WAKTU
a.c (ante coenam) sebelum makan: 1 jam sebelum makan p.c (post coenam) - 1 jam sesudah makan d.c (durante coenam) saat makan

BENAR DOKUMENTASI
Setelah obat diberikan dicatat dosis, rute, waktu & oleh siapa obat diberikan Catat bila pasien menolak minum obat beserta alasannya.

TIPE INSTRUKSI OBAT


1. Standing orders - Instruksi tetap sampai diganti dgn instruksi baru 2. Instruksi PRN - Diberikan ketika klien membutuhkan 3. Instruksi tunggal - Obat hanya diberikan sekali pada waktu tertentu 4. Instruksi STAT - Obat diberikan segera & hanya sekali

SISTEM PENGHITUNGAN BERAT & VOLUME OBAT


1. Sistem metrik. - Sistem desimal (1/2 gr = 0,5 gr) volume cairan : liter zat padat : gram panjang : meter 2. Sistem apothecary - Berdasarkan berat bahan-bahan yyang ada pada budaya primitif. ex : 20 grains (gr) = 1 Scuple 60 minins (m) = 1 Fluid dram. 3. Sistem takaran rumah tangga. - Tidak memerlukan sistem pengukuran yang akurat. ex : tetes, sendok makan, sendok teh.

PERHITUNGAN LARUTAN

Larutan : massa zat padat yg larut dlm suatu volume cairan lain Apabila zat padat dilarutkan dlm cairan, satuan konsentrasi adal berat per satuan volume Mis : g/ml, g/L, mg/ml Larutan 10% adl 10 gr zat padat yg dilarutkan dlm 100 ml larutan Larutan 1:1000 adl larutan yg mengandung 1 gr zat padat dlm 1000 ml cairan

LATIHAN SOAL 1. Berapa gram soda yg diperlukan u/ membuat larutan soda 10 % 2. Berapa cc larutan yg dihasilkan oleh 50 gr soda bila konsentrasi larutan adl 10 % 3. Berapa gr sabun yg diperlukan u/ membuat 500 cc larutan sabun 20 % 4. Bila 125 gr sukrosa dilarutkan dlm air u/ membuat larutan 75 %, berapa cc sirup yg akan dihasilkan 5. Berapa gr asam boraks yg diperlukan u/ membuat 75 ml larutan 5 % 6. Berapa garam yg dibutuhkan u/ membuat larutan garam 0,9 %

RUTE PEMBERIAN OBAT


1.
2. 3. 4. 5.

6.

Per oral Sub lingual Bukal Topikal Inhalasi Parenteral

PER ORAL
-

Cara yang paling banyak dipakai karena mudah, murah, aman, dan nyaman. Reaksinya lambat, tidak dapat dipakai pada keadaan darurat. Tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani penghisapan cairan lambung serta pasien yang mengalami gangguan menelan. Beberapa obat mengakibatkan iritasi dan muntah.

SUBLINGUAL
Dengan meletakkan obat dibawah lidah. Aksi kerja obat lebih cepat, setelah hancur segera diabsorbsi. Tidak boleh tertelan, jika tertelan tidak efektif karena proses kimiawi dengan cairan lambung.

BUKAL
-

Obat diletakkan antara gigi dengan selaput lendir pada bagian dalam. Obat tidak boleh ditelan. Jarang dilakukan.

KERUGIAN/KONTRAINDIKASI PEMBERIAN OBAT ORAL/SUB LINGUAL

Dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna, motilitas menurun & pembedahan saluran cerna Tdk boleh diberikan pada klien yg akan menjalani pembedahan Klien tdk sadar atau bingung shg tdk mampu menelan a/ mempertahankan obat di bawah lidah Obat oral dpt mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecap rasa tidak enak.

TOPIKAL

Obat yg diberikan melalui kulit & membran mukosa Menimbulkan efek lokal

Pemberian Obat pada Membran Mukosa


1. Pemberian cairan secara langsung Ex : berkumur, mengusap tenggorok 2. Insersi obat ke dlm rongga tubuh Ex : suppositoria 3. Instilasi cairan ke dlm rongga tubuh Ex : tetes telinga, tetes mata 4. Irigasi rongga tubuh Ex : membilas mata, vagina, rectum 5. Penyemprotan Ex : semprot telinga, semprot hidung

INHALASI

Obat dapat diberikan melalui inhalasi nasal,oral, selang yang dipasang ke dalam trakea Obat inhalasi dapat menimbulkan efek lokal Obat seperti oksigen & anestesi umum menghasilkan efek sistemik umum.

INHALASI
Inhalasi nasal : Melalui hidung dengan menggunakan alat menghantar obat Alat type semprotan Efek lokal vasokonstriksi jalan nafas Obat lain : anestesi lokal, Steroid, oksigen

INHALASI
Inhalasi oral : Obat yang diberikan menggunakan inhaler dipegang oleh pasien (semprot aerosol, uap, bubuk masuk kesaluran udara paru) Untuk bayi & lansia jika menggunakan obat ini perlu dipantau

INHALASI NEBULIZER
Pengertian : Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator Tujuan : Mengencerkan sekret mudah dikeluarkan Melonggarkan nafas Dilakukan : pada pasien kesulitan mengeluarkan sekret & mengalami penyempitan jalan nafas

PARENTERAL
-

Diberikan bila mengalami kontraindikasi pemberian per oral. Biasanya dikaitkan dengan injeksi : subcutan, intracutan, intramuscular, intravena. Aksi kerja lebih cepat. Resiko : merusak kulit, nyeri, salah tusuk, mahal.

KERUGIAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

Resiko infeksi Obat lebih mahal Resiko kerusakan jaringan pada pemberian secara SC Pemberian secara IM & IV lebih berbahaya krn arbsopsi cepat Menimbulkan rasa cemas/trauma terutama pada anak-anak

JENIS PEMBERIAN OBAT PARENTERAL


1. Intradermal/Intracutan (IC) 2. Subcutan (SC) 3. Intramuskular (IM) 4. Intravena (IV)

INJEKSI INTRADERMAL

Injeksi yg diberikan pada lapisan dermis atau di bawah epidermis. Digunakan untuk test tuberkulin & tes alergi Area yg digunakan : lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas, punggung

INJEKSI INTRADERMAL

INJEKSI INTRADERMAL

Reaksi positif (alergi)

INJEKSI SUBCUTAN
Memberikan obat ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis Area injeksi bagian lengan luar atas, abdomen dari batas bawah kosta & bagian anterior paha Injeksi perlu rotasi pada area yg berbeda

Area injeksi subcutan

INJEKSI INTRAMUSKULAR

Untuk memasukkan obat dlm jumlah yg lebih besar dibanding obat yg diberikan melalui subcutan Absorbsi lebih cepat daripada pemberian secara subcutan Area injeksi : otot vastus lateralis, otot ventro gluteal, otot dorsogluteus, otot deltoid

1. Otot Vastus Lateralis

Otot vastus lateralis biasanya tebal & tumbuh secara baik pada orang dewasa & anak-anak Otot terlatak di bagian lateral anterior paha & pada orang dewasa membentang sepanjang satu tangan di bawah trokanter femur, sepertiga bagian tengah merupakan tempat terbaik injeksi

The vastus lateralis site of the right thigh, used for intramuscular injections

The vastus lateralis muscle of the upper thigh.

Identify greater trochanter and lateral femoral condyle.

Select site using middle third and anterior


lateral aspect of thigh.

Inject medication at 90 angle directly into muscle.

2. Otot Ventrogluteal

Klien berbaring di atas salah satu sisi tubuh dgn menekuk lutut Perawat mencari otot dgn meletakkan telapak tangan di atas trokhanter mayor & jari telunjuk pada spina iliaka superior anterior panggul paha klien. Ibu jari ditunjukkan ke arah lipatan paha klien Jari tengah dilebarkan ke belakang sepanjang krista iliaka ke arah bokong. Jari telunjuk, jari tengah, & krista iliaka membentuk sebuah segitiga & tempat injeksi di tengah segitiga tersebut.

The ventrogluteal site for intramuscular


injections

Identify greater trochanter, and place palm at site.

Place palm on greater trochanter, and point to


anterior iliac spine.

Inject medication at 90 angle within "V"


area.

3. Otot Dorsogluteus

Merupakan tempat yg paling sering digunakan untuk injeksi IM Dorsogluteus berada di bagian atas luar kuadran atas luar bokong, 5-8 cm di bawah krista iliaka Klien dpt tengkurap atau berbaring miring

The dorsogluteal site for intramuscular


injections.

Locate greater trochanter to identify


dorsogluteal site.

Locate posterosuperior spine of iliac crest.

Draw imaginary line between trochanter and iliac spine.

Inject medication directly into dorsogluteal site at 90 angle.

4. Otot Deltoid

Jarang digunakan kecuali tempat lain tdk ada Klien dpt duduk, berdiri atau berbaring dgn lengan terbuka & rileks Perawat mempalpasi batas bawah prosesus akromialis yg membentuk basis sebuah segitiga yg sejajar dgn titik tengah bagian lateral lengan atas Tempat injeksi di tengah segitiga 2,5-5 cm di bawah prosesus akromium atau 3 jari di bawah prosesus akromium

The deltoid muscle of the upper arm, used for intramuscular injections.

The upper arm can be used for both intramuscular


(IM) and subcutaneous (Sub Q) injections

INJEKSI INTRAVENA

Memberikan obat melalui pembuluh darah vena Absorbsi lebih cepat

INJEKSI INTRAVENA

INJEKSI INTRAVENA

INJEKSI IM, IV, SC

CARA PENCEGAHAN KESALAHAN OBAT


Baca label obat dg teliti Waspadai obat-obatan bernama hampir sama Cermati angka di belakang koma Ketika suatu obat baru atau obat yg tdk lazim diprogramkan, konsultasikan pada sumbernya Pertanyakan peningkatan dosis yg tiba-tiba & berlebihan Jgn beri obat yg diprogramkan dgn nama pendek atau singkatan tdk resmi Jg berupaya menguraikan & mengartikan tulisan yg tdk dpt dibaca Kenali klien yg memilikai nama akhir sama & minta klien menyebut nama lengkap Cermati ekuivalen

PERTIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPOK USIA TERTENTU


A. PADA BAYI & ANAK

- Usia, BB, massa tubuh berbeda shg dosis anak lebih rendah dari dosis dewasa - Obat yg ada tdk dikemas dlm rentang dosis u/ anak - Perlu keterlibatan orang tua - Bila anak terus menolak, perlu dipaksa secara fisik

TIPS PEMBERIAN OBAT PADA ANAK


a. OBAT ORAL - Bentuk cair lebih aman - Apabila mencampur obat dgn pemanis, gunakan dlm jml kecil - Spuit sekali pakai lbh akurat dlm pengukluran dosis b. INJEKSI - Hati2 saat injeksi IM, otot blm berkembang - Anak dpt menjadi tdk kooperatif & tdk bisa diprediksi - Anak yg tidur hrs dibangunkan - Mengalihkan perhatian anak dgn bercakap2 & memberi mainan - Pemberian injeksi harus cepat tetapi hati-hati

TIPS PEMBERIAN OBAT PADA LANSIA

Membutuhkan pertimbangan khusus karena perubahan fisiologik, faktor tingkah laku & ekonomi Pola penggunan obat pada lansia yg perlu dicermati : - Polifarmasi - Meresepkan obat sendiri - Penggunaan obat yg salah - Ketidakpatuhan (noncompliance)

TIPS PEMBERIAN OBAT PADA LANSIA


Kaji riwayat pengobatan lengkap Atur jarak pemberian obat Anjurkan klien u/ minum sedikit sebelum minum obat Anjurkan klien minum minimal 150-180 cc stl minum obat Jgn secar rutin memberikan anlgesik setiap 4 jam Apabila kesulitan minum tablet, minta dokter mengganti dgn cair Ajarkan alternatif pengobatan

REAKSI ALERGI OBAT DAN PENANGANANNYA

Obat memberikan terapeutik dan efek merugikan. Keracunan dapat terjadi karena pemberian obat yang salah : over dosis, menelan obat luar dan minum obat rusak. idiosinkrasi : dimana seseorang memberikan manifestasi respon tidak normal terhadap obat tertentu. Masalah yg sering terjadi adl alergi

GEJALA ALERGI OBAT


Alergi sedang ditandai dengan : - Rash (kemerah - merahan) - Pruritis (gatal - gatal) - Angiodema (edema) - Rhinitis (pilek) - Airmata berlebihan. - Mual / muntah. - Wheezing. - Dispnea. - Diare. Reaksi anafilatik / reaksi alergi berat. - Asfiksia (bengkak pada laring) - Bronkospasmus (sumbatan saluran napas) - Hipotensi

PENANGANAN ALERGI
-

Atur klien posisi berbaring dengan extremitas inferior ditinggikan. Pertahankan saluran napas. Beri O2. Beri cairan normal saline IV.

KALKULASI DOSIS OBAT


SATUAN BERAT: 1 kg 1000 gr 1 gr 1000 mg 1 mg 1000 mcq (mikrogram )
SATUAN ISI 1 L 1000 ml=1000 cc

PENGHITUNGAN & PENGGUNAAN UNIT DOSIS OBAT

Dosis yg diprogramkan tdk selalu sama dgn dosis yg tersedia Ex : Program 250 mg, obat yg ada dlm kemasan 1 gram

RUMUS :
Dosis yg diprogramkan

Jml diberikan :
dosis tersedia

X jml yg tersedia

Ket: Dosis yang diprogramkan obat murni yang diresepkan dokter untuk pasien Dosis yang tersedia berat / volume obat yang tersedia dalam satuan yang disuplay farmasi ( tb, kapsul, cair, serbuk) Jumlah yang tersedia satuan dasar atau jml obat yang mengandung dosis yang tersedia

Contoh soal : Klien diberi Versed 2,5 mg, obat yg ada dlm ampul 5 mg per 1 ml 2,5 mg X 1 ml = 0,5 ml 5 mg

2. Berapa tab. Digoxin yang diperlukan untuk mendapatkan dosis 0,125 mg ? 1 tab = 62,5 mcq Jawab: 0,125 mg=(0,125x1000)mcq = 125 mcq 125 mcq : 62,5 mcq x 1 tab. = 2 tab.

LATIHAN SOAL 1. Berapa ml obat yg harus diberikan apabila dosis 7,5 mg sedangkan obat yg tersedia dlm ampul 10 mg per 1 ml? 2. Berapa cc obat yg diberikan bila klien mendapat dosis penicillin 150.000 unit, sediaan penicillin dlm vial adl 600.000 unit/cc ? 3. Dari suatu larutan streptomicyn 1 gr per 2cc berapa cc yg harus diberikan u/ dosis 0,50 gr? 4. Berapa cc diperlukan u/ memberikan dosis penicillin 200.000 unit dari larutan penicillin 500.000 unit/cc ?

Contoh suspensi cair : Program dokter memberikan therapi Eritromicin syrup 250 mg PO, farmasi memberi obat 1 botol berisi 100 ml, pada label tertera 5 ml mengandung 125 mg eritromicin. Berapa dosis yg diberikan? Aplikasi rumus 250 mg X 5 ml = 10 ml 125 mg

PERHITUNGAN DOSIS ANAKANAK


A. LUAS PERMUKAAN TUBUH
Luas permukaan tubuh anak (m2) Dosis anak = 1,7 m2 X Dosis dewasa

B. BERAT BADAN (RUMUS Clark)


BB anak (pound) Dosis anak = 150 pound X Dosis dewasa

C. USIA ANAK
1. Rumus Young
Usia anak
Dosis anak = Usia anak + 12 X Dosis dewasa

2. Rumus Fried
Usia anak dlm bulan Dosis anak = X Dosis dewasa 150 bulan

LATIHAN SOAL 1. Seorang anak BB=26, TB=60, luas permukan tubuh = 0,45. Jika dosis dewasa 500 mg berapa dosis yg diberikan kepada anak ? 2. Hitung dosis ampicillin pada anak usia 2 tahun jika dosis dewasa 250 mg ! 3. Hitung dosis paracetamol u/ anak 8 bulan jika dosis dewasa 500 mg ! 4. Dokter menginstruksikan ampicillin untuk anak dengan BB 12 kg, dosis tunggal normal dewasa adalah 250 mg. Dalam grafik nomogram menunjukkan bahwa seorang anak dengan BB 12 kg memiliki permukaan tubuh seluas 0,54 m2

PERHITUNGAN TETESAN INFUS


Tetesan mikro (mikrodrip) 1 cc = 60 tetes Tetesan makro (makrodrip) 1 cc = 15 tetes. RUMUS : a. Mililiter per jam jml total cairan infus (cc) cc/jam = Lama waktu infus (jam) b. Tetes per menit Jml cairan infus (cc) x faktor tetesan Tetes/mnt = Lama penginfusan (mnt)

LATIHAN SOAL
1.

2.

3.

4.

Apabila cairan infus 1800 cc harus habis dlm 10 jam, berapa kecepatan tetesan infus yg harus diberikan secara makrodrip? Apabila infus diberikan 20 tts/mnt (mikrodrip), berapa waktu yg dibutuhkan u/ 500 cc cairan ? Berapa kecepatan tetesan harus diatur pada pemberian 100 cc cairan yg harus habis dlm 3 jam (makrodrip) ? Berapa waktu diperlikan u/ menghabiskan 1500 cc cairan apabila tetesan infus diatur 30 tts/menit (makrodrip) ?

PENGHITUNGAN DOSIS INSULIN

Insulin dikemas dalam vial 10 cc. Insulin U-40 = kekuatan insulin 40 unit/cc

You might also like