Professional Documents
Culture Documents
7
Fase fase prasearah Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa prasejarah dibagi menjadi: 1. Zaman Batu yaitu zaman ketika manusia mulai mengenal alat-alat yang terbuat dari batu. Pada zaman ini, bukan berarti alat-alat dari kayu atau bambu tidak dibuat. Alat yang terbuat dari bahan kayu atau bambu mudah rapuh, tidak tahan lama seperti dari batu, bekasbekas peninggalannya tidak ada lagi. Ciri-ciri zaman batu, yaitu : 1) Dimulai kurang lebih pada tahun 590.000 SM. 2) Peralatan yang digunakan masyarakatnya masih menggunakan bahan dari batu. Alat dari batu ini digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas, mencari dan mengolah makanan. Selain batu, digunakan juga peralatan dari kayu, tetapi tidak ada bekasnya karena lapuk dan tidak tahan lama. Pola pikir manusia masih sangat sederhana Zaman batu ini dibagi lagi atas beberapa periode, yaitu: a. Zaman batu tua (Palaeolithikum); b. Zaman batu tengah (Mesolithikum); c. Zaman batu muda (Neolithikum); d. Zaman batu besar (Megalithikum). 2.
3)
4)
5)
Zaman logam yaitu zaman sewaktu manusia sudah mampu membuat alat-alat perlengkapan hidupnya dari logam. Teknik pembuatan alat-alat dari logam ini dengan cara melebur terlebih dahulu bijih-bijih logam yang nanti dituangkan dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan demikian, zaman logam ini tingkat kehidupan manusia sudah lebih tinggi daripada zaman batu. Ciri-ciri zaman logam, yaitu : 1) Manusia yang hidup pada zaman ini, sudah mulai bertempat tinggal dengan menetap. 2) Perlalatan yang digunakan masyarakat sudah mulai beralih ke bahan-bahan yang terbuat dari logam.
3)
Mata pencaharian tidak hanya dari pertanian, tetapi juga melalui usaha perdagangan (jual beli alat dari logam). 4) Pola pikir masyarakatnya mengalami kemajuan dengan bukti bahwa mereka sudah menyentuh nilai-nilai keagamaan, yaitu melakukan ritual tradisi memuja roh nenek moyang. 5) Memeiliki kemampuan tambahan yaitu berlayar dengan menggunakan perahu cadik. Zaman logam dibagi atas: a. zaman tembaga, b. zaman perunggu, dan c. zaman besi.
A.
1.
Kapak Genggam
2.
1)
Peradaban abris sous roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua), yaitu peradaban ketika manusia purba menjadikan gua-gua sebagai tempat tinggal. Hasil kebudayaannya adalah Kebudayaan Sampung Bone di Gua Lawa, dekat Sampung Ponorogo, Jawa Timur, berupa tulang manusia jenis Papua Melanesoid, flakes, alat-alat dari tulang, dan tanduk rusa yang ditemukan pada 19281931 oleh van Stein Callenfels dan Kebudayaan Toala di Lamoncong, Sulawesi Selatan. Hasil kebudayaan ini adalah lukisan yang terdapat di dinding gua, seperti lukisan manusia, cap tangan, dan binatang yang ditemukan di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, dan Danau Sentani Papua. Manusia purba yang tinggal di sepanjang pantai pada zaman Mesolithikum telah memiliki kemampuan membuat rumah panggung sederhana. Kehidupan manusia purba ini menghasil kan tumpukan sampah berupa kulit siput dan kerang di bawah rumah mereka yang
2)
disebut kjokken moddinger (kjokken = dapur, moddinger = sampah). Sampah dapur ini banyak ditemukan di daerah pantai timur Sumatra antara Langsa sampai Medan. 3) Peninggalan berupa kapak Sumatra dan kapak pendek di Indonesia sama dengan peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, Tonkin,Yunan Selatan. Para ahli menyimpulkan bahwa di Tonkin terdapat pusat kebudayaan praaksara Asia Tenggara yang kemudian diberi nama Kebudayaan Bacson-Hoabinh.
Kapak Sumatra
3.
Indonesia bagian Timur, seperti Sulawesi, Halmahera, Maluku, dan Papua. Perbedaan daerah temuan kapak persegi dan kapak lonjong tersebut diperkirakan karena daerah penyebaran kapak persegi dan kapak lonjong bersamaan dengan persebaran bangsa Austronesia, sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang datang sekitar 2000 SM.
Kapak Lonjong
4.
1)
Sarkofagus 2)
Menhir
3)
Nusa Tenggara. Dolmen 4) Punden berundak-undak, adalah bangunan berupa susunan batu bertingkat yang menyerupai bangunan candi, yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan. Ditemukan di Lebak Sibedug dan Bukit Hyang Jawa timur
Punden berundak-undak
5)
Acar Batu 6)
7)
Kubur batu ,adalah peti yang terbuat dari batu berbentuk kotak
persegi panjang, yang berfungsi sebagai tempat menyimpan jenazah. Kubur batu banyak ditemukan di Bali, Pasemah (Sumatra Selatan),
Waruga 9)
B.
1.
Zaman perunggu
Di Indonesia tradisi logam dimulai beberapa abad sebelum masehi. Tradisi membuat alat-alat dari perunggu merupakan ciri khas pada masa perundagian. Adapun alat-alat dari zaman perunggu antara lain nekara, moko, kapak corong, perhiasan perunggu, arca atau patung perunggu, dan manik-manik.
a.
Nekara
Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel karena bentuknya semacam berumbung. Terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di daerah asalnya, Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur. Di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memanggil roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Roti, dan Pulau Kei serta Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean. Nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasanhiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar. Contoh nekara yang ditemukan di Desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter. Nekara tersebut dianggap suci sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa Bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.
b.
Moko
Merupakan genderang kecil yang terbuat dari perunggu. Bangunan ini berguna untuk alat upacara atau sebagai mas kawin. Daerah penemuan moko ini adalah di Alor.
Moko
c.
Kapak Corong
Kapak corong disebut juga kapak sepatu karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu. Bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya. Salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa, bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.
Kapak Corong
d.
Bejana perunggu
Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci Sumatra dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.
Bejana Perunggu
e.
Arca-arca perunggu
Arca perunggu yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk bervariasi, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya, arca perunggu bentuknya kecilkecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang Sumsel, Limbangan Bogor, dan Bangkinang Riau.
Arca-arca Nusantara
f.
Perhiasan perunggu
Perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya, yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu, para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar. Perhiasan perunggu ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor.
Perhiasan Perunggu
g.
Manik-manik
Manik-manik yang berasal dari zaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak
2.
Zaman tembaga Di Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Hal ini terlihat dari tidak diketemukannya barang-barang peninggalan yang terbuat dari tembaga. Zaman besi Zaman besi adalah zaman ketika orang telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Oleh karena membutuhkan suhu yang sangat panas untuk melebur bijih besi, maka alat-alat yang dihasilkan pun lebih sempurna. Teknik pembuatan alat yang terbuat dari logam dapat dikategorikan menjadi dua cara sebagai berikut.
3.
1)
dari lilin, maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu, dibakar sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
2)
Bergaya natural dan romantisme Kuat dalam melukis potret dan binatang Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix. Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang
Hutan terbakar Perkelahian antara hidup dan mati Pangeran Diponegoro Berburu Banteng di Jawa Potret para Bangsawan
Abdullah Suriosubroto (1878-1941) Mas Pirngadi (1875-1936) Wakidi Basuki Abdullah Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll) Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) dan W.G. Hofker.
Pengambilan obyek alam yang indah Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spirituil Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia
Mountain Landscape karya Wakidi Cat minyak diatas kanvas, 139.5 x 197 cm
3. Masa Cita Nasional Masa Cita Nasional yaitu Bangkitnya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Tahun 1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Perkumpulan pertama di Jakarta, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya Hasil karya mereka mencerminkan :
Mementingkan nilai-nilai psikologis; Tema perjuangan rakyat ; Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata; Memiliki kepribadian Indonesia ; Didasari oleh semangat dan keberanian;
Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh. Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
- Di Depan Kelambu Terbuka,1939, Sudjojono, 86 x 66 cm - Laki-laki Bali dan Ayam Jago, 1958, Agus Djaja S., cat minyak di atas kanvas, 100 x 140 cm
Kawan - kawan Revolusi, 1947 karya S. Sudjojono, cat minyak di atas kanvas, 95 x 149 cm Penjual Jamu, karya Otto Djaya Suminta
Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi. Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang. Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya Hasil karya mereka mencerminkan kelanjutan dari masa cita Nasional
S. Sudjojono Basuki Abdullah, Emiria Surnasa Agus Djajasumita, Barli Affandi, Hendra dan lain-lain
Keluarga Pemusik , 1971, karya Hendra Gunawan, cat minyak diatas kanvas, 150 x 90 cm
Kemudian masih ada 3 masa yang terakhir yaitu : 5. Masa Setelah Kemerdekaan 6. Masa Pendidikan Formal, dan 7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia