You are on page 1of 45

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proses penuaan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap manusia dan tidak dapat dihindari. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahanperubahan struktur dan fisiologis sel, jaringan, organ, dan sistem yang ada pada tubuh manusia. Klien dengan usia lanjut atau lansia mengalami kemunduran kemampuan fisik, berkurangnya kelenturan tubuh, melambatnya waktu untuk bereaksi, menurunnya respon tubuh terhadap perubahan, yang berasal dari tubuh sendiri maupun yang berasal dari luar, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Mubarak, 2009). Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat bertahan hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan, 1992). Pada usia lanjut akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Fitrah, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti oleh hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus. Riset Kesehatan Dasar 2007 juga menunjukkan penyebab kematian pada umur 65 tahun ke atas pada laki-laki adalah stroke (20,6%), penyakit saluran nafas bawah kronik (10,5%), Tuberkulosis Paru (TB) (8,9%), hipertensi (7,7%), NEC (7,0%), penyakit jantung iskemik (6,9%), penyakit jantung lain (5,9%), diabetes mellitus (4,9%), penyakit hati (4,4%) dan pneumonia (3,8%). Sementara pada perempuan penyebab kematian terbanyak adalah stroke (24,4%), hipertensi (11,2%), NEC (9,6%), penyakit saluran pernafasan bawah kronik (6,6%), diabetes mellitus (6,0%), penyakit jantung iskemik (6,0%), penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6%), pneumonia (3,0%)dan penyakit hati (2,2%) (Kemenkes, 2013). Berdasarkan prevalensi dari gangguan pada lansia, hipertensi merupakan gangguan pada lansia terbanyak no 2 setelah arthritis. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat maupun mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor resiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Meskipun peningkatan tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup (Agoes, 2011).

Hipertensi yang terus-menerus merupakan salah satu faktor penyebab berbagai penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular seperti sroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik. Akibat lain yang ditimbulkan oleh tekanan darah yang selalu tinggi adalah pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan (Sutanto, 2010) Hipertensi pada lansia diidentifikasikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010). Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 15-20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia lanjut yaitu pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 2009, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk. Di dunia, jumlah lanjut usia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2008). Jumlah penduduk lanjut usia di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali lipat di tahun 2050. Pada hari Kesehatan Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai dari sekarang. Hasil sensus penduduk tahun 2010, Indonesia termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi Bappenas, jumlah penduduk lansia berusia 60 tahun atau lebih di perkirakan akan

meningkat dari 18,1 juta jiwa menjadi 29,1 juta jiwa pada tahun 2020 dan 36 juta jiwa pada tahun 2025 (Depkes RI, 2012). Jumlah lanjut usia di Sumatera Barat pada tahun 2005 adalah sebanyak 346.574 orang atau sebanyak 7,98% dari jumlah penduduk Sumatera Barat dan pada tahun 2010 akan diperkirakan meningkat dua kali lipat (Statistik Indonesia, 2005). Angka penderita hipertensi di Sumatera Barat dinyatakan tertinggi di Indonesia dan dunia. Dari hasil penelitian enam Kabupaten/Kota yang tertinggi angka penderita hipertensinya adalah kota Bukittinggi (41,8%), Kota Padang (29,5%), Kota Solok (20,5%), serta Kabupaten Padang Pariaman (20,2%). Tiga daerah yang kurang penderita hipertensi adalah Payakumbuh (11,8%), Kabupaten Mentawai (12,5%), dan Kabupaten Pesisir Selatan (13%) (Hamim, 2000) Berdasarkan survei awal dan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kota Payakumbuh, hipertensi menempati urutan kedua setelah reumatik yang ada di kota payakumbuh dan di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia hipertensi menempati urutan pertama. Hal ini diperkuat dengan hasil laporan bulanan pembinaan kesehatan lanjut usia (lansia) pada tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat 843 orang lanjut usia. Dari 10 jumlah penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia kec. Payakumbuh Selatan, hipertensi merupakan penyakit yang tertinggi dan terbanyak yang diderita oleh lansia dengan jumlah 45 penderita, urutan kedua yaitu penyakit otot dengan 35 penderita, ketiga penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) dengan 30 penderita, Gastritis dengan 27 penderita menempati urutan keempat, dilanjutkan

dengan Diabetes militus dengan 21 penderita di urutan kelima. Urutan keenam yaitu alergi dengan 20 penderita, dilanjutkan dengan penyakit infeksi kulit dengan 7 penderita yang menempati urutan ketujuh. Kedelapan, gangguan penglihatan dengan 5 penderita. Penyakit jantung menempati urutan kesembilan dengan 4 penderita dan yang kesepuluh yaitu penyakit vertigo dengan 2 penderita. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 April 2013 pada 10 keluarga yang memiliki lansia 4 keluarga diantaranya mengatakan mengetahui klasifikasi, penyebab, komplikasi dan perawatan pada hipertensi, sedangkan 6 dari 10 keluarga mengatakan tidak mengetahui apa klasifikasi dari hipertensi, apa saja yang menyebabkan terjadinya hipertensi, komplikasi seperti apa yang dapat ditimbulkan dari hipertensi, dan bagaimana cara perawatan pada penderita hipertensi. Hasil penelitian sebelumnnya oleh Fitria, 2010 menyatakan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang hipertensi sebanyak 64,6 %, dapat memberikan tindakan perawatan yang baik kepada lansia yang menderita hipertensi, sedangkan untuk sikap, pada penelitian sebelumnya didapatkan 28,3% responden memilikai sikap positif melakukan tindakan perawatan hipertensi dengan baik. Dalam tindakan perawatan hipertensi diperlukan pengetahuan dan sikap yang tepat terhadap perawatan hipertensi. Sikap adalah merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut convert behaviour. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon

seseorang terhadap stimulus (practice) yang disebut overt behaviour (Wawan, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Anggota Keluarga Dalam Perawatan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh Selatan Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Anggota Keluarga Dalam Perawatan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh SelatanTahun 2013 ?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Anggota Keluarga Dalam Perawatan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh SelatanTahun 2013.

2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan keluarga tentang hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh Selatan Tahun 2013.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap keluarga tentang hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh Selatan Tahun 2013. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan perawatan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh Selatan Tahun 2013. d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap anggota keluarga dengan tindakan anggota keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh Selatan Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menyusun suatu laporan penelitian dan menambah wawasan peneliti tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Anggota Keluarga Dalam Perawatan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh SelatanTahun 2013.

2. Bagi Responden Sebagai tambahan pengetahuan bagi keluarga lansia agar mengetahui cara perawatan hipertensi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Puskesmas Sebagai sumber tambahan bagi petugas kesehatan di Puskesmas dalam memberikan perawatan hipertensi pada lansia.

4. Bagi Pihak Pendidikan Dapat dijadikan sebagi data dasar dan informasi serta sebagi bahan pertimbangan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.

5. Bagi Penelitian lanjutan Sebagai informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Anggota Keluarga Dalam Perawatan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh SelatanTahun 2013. Populasi penelitian ini adalah anggota keluarga yang mempunyai lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia. Penelitian ini dilakukan karena pada saat peneliti melakukan survai awal di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia, peneliti menemukan ada beberapa anggota keluarga yang mengatakan tidak mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat lansia dengan hipertensi. Penelitian ini di lakukan pada bulan maijuni 2013. Dalam penelitian ini yang menjadi variable independen adalah pengetahuan dan sikap anggota keluarga

lansia tentang hipertensi dan variable dependen adalah tindakan perawatan hipertensi pada lansia. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan teknik pengumpulan sampel, seluruh sampel dijadikan subjek penelitian.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi 1. Defenisi Hipertensi Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik 140 mmHg atau nilai tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi terbagi dua, yaitu

hipertensi tingkat 1 dan hipertensi tingkat 2. Ketentuan tersebut berlaku bagi orang dewasa (diatas umur 18 tahun) dan kelompok lanjut usia (lansia) (Garnadi, 2012). Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat maupun mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor resiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Meskipun peningkatan tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup (Agoes, 2011). Menurut ilmu kedokteran , tekanan darah tinggi adalah kondisi medis tekanan darah seseorang yang meningkat secara kronis. Seseorang dikatakan penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan darah dalam arteri meningkat secara kronik. Jika tekanan darah seseorang kurang dari 120/80

11

mmHg maka orang tersebut dalam kondisi normal. Hipertensi terjadi pada seseorang dengan tekanan darah 140/90 mmHg ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, di mana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan aktifitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur di malam hari (Sutanto, 2010). Secara umum, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekenan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg. Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah kedalam pembuluh nadi (saat jantung mengerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong) (Sutanto, 2010).

2. Jenis Hipertensi dan Penyebabnya Secara umum, berdasarkan penyebab pembentuknya hipertensi terbagi menjadi (Agoes. A, 2011) yaitu : 1. Hipertensi Primer (Esensial) Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktifitas, susunan saraf simpatik, sistem rennin, angiotensin, efek dari ekskresi Na, obesitas, merokok, dan stres. Hingga saat ini penyebab spesifik hipertensi primer belum diketahui.

12

2. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder disebabkan adanya penyakit lain, misalnya pada gangguan ginjal, penyempitan pembuluh darah terutama ginjal, tumor tertentu, atau gangguan hormon. Gangguan tersebut mengakibatkan gangguan aliraan darah sehingga jantung harus bekerja lebih keras sehingga tekanan darah meningkat. 3. Hipertensi Renal Hipertensi jenis ini timbul akibat penyakit ginjal, misalnya penyakit ginjal polikistik atau glomerulonefritis kronis. Hipertensi juga dapat disebabkan penyakit pembuluh darah yang mendarahi ginjal. Keadaan ini dikenal sebagai hipertensi renovaskular, yaitu terjadi akibat menurunnya perfusi ke ginjal karena penyempitan cabang utama renalis atau stimulasi sistem renin angiotensin secara berlebihan. 4. Hipertensi Adrenal Hipertensi ini timbul akibat penyakit atau gannguan di korteks ardenal. 5. Sindrom Cushing (Hipersekresi Kortisol) Hormon kortisol dapat dihasilkan secara berlebihan oleh kedua kelenjer adrenal atau bersal dari tumor jinak atau ganas ditempat lain. Hipertensi merupakan hasil pelbagai peran mekanisme patofisiologi yang mengatur volume plasma, retensi vaskuler periver dan isi sekuncup jantung. 6. Feokromositoma (Tumor) Pada pasien feokromositoma (tumor medula adrenal), sekresi katekolamin (epinefrin dan nerofinefrin) meningkat, menyebabkan stimulasi berlebih

13

pada reseptor adrenegig, menimbulkan kontriksi pembuluh darah periver dan peningkatan frekuensi denyut jantung 7. Hiperparatiroidisme Empat kelenjer paratiroid di leher mengahasilkan hormon paratiroid. Jika produksi hormon tersebut berlebihan, kadar kalsium darah akan meningkat dan dapat menyebabkan hipertensi. 8. Akromegali Keadaan ini merupakan tumor hipofisis yang menghasilkan hormon pertumbuhan (growth hormone) secara berlebihan. 9. Tumor penghasil ACTH Kelenjer hipofisisi dalam kedaan normal mnghasilkan ACTH setiap hari. Jika produksi hormon tersebut berlebihan, kelenjer adrenal akan menambah produksi hormon kartisol, sehingga terjadi hipertensi. Beberapa tumor yang dapat menghasilkan ACTH, misalnya kangker paru. 10. Koarktasio Aorta Keadaan ini merupakan suatu kelainan pada aorta, pembuluh yang mengalirkan dara ke seluruh tubuh. 11. Hipertensi akibat obat / Zat Kimia Obat resp dokter dapat menimbulkan atau memicu terjadinya hipertensi pada orang yang rentan, misalnya steroid anabolik, bromokriptin, siklosporin, disulfiram, ergotamin, eritropoietin, estrogen, glukokortikoid atau kortikosteroid (seperti prednison), litium, inhibitor MAO, tacrolimus, dan antidepresan trisiklik.

14

Pada wanita, hipertensi dapat terjadi sebgai komplikasi penggunaan pil keluarga berencana (KB) atau terapi sulih hormon. Hipertensi juga dapat ditimbulkan oleh obat-obat yang dibeli tampa resp misalnya obat antiflu, antidekongestan (fnilefrin), obat antiinfamasi nonsteroid (NSAID), termasuk asfirin, ibuprofen, indimetasin dan naproksen, agen simpatomimetik, stimulan SSP, agen vasodilator, obat alergi dan asma. Hipertensi juga dapat timbul sebagai efek samping agen dikongestan, steroid anabolik, inhibitor MAO atau antidepresan lain dan obat antiinflamasi nonsteroid atau NSAID (Agoes. A, 2011). Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi (Sutanto, 2010) yaitu : 1. Genetika (Keturunan) 2. Obesitas 3. Stress lingkungan 4. Jenis kelamin (Gender) 5. Pertambahan Usia 6. Asupan garam brlebih 7. Gaya hidup yang kurang shat 8. Obat-obatan 9. Akibat penyakit lain

15

3. Gejala Hipertensi Gejala-gejala yang dirasakan penderita hiprtensi antara lain seebagai berikut : 1. Pusing 2. Mudah marah 3. Telingga berdengung 4. Sukar tidur 5. Sesak nafas 6. Rasa berat di tengkuk 7. Mudah lelah 8. Mata berkunang-kunang 9. Mimisan (jarang dilaporkan) 10. Muka pucat 11. Suhu tubuh rendah

4. Komplikasi Hipertensi Pada Lansia Hipertensi yang terus-menerus merupakan salah satu faktor penyebab berbagai penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular seperti sroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik. Akibat lain yang ditimbulkan oleh tekanan darah yang selalu tinggi adalah pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. Jika tekanan darah terus-menerus tinggi

16

maka akan menimbulkan komplikasi pada organ tubuh lainnya. Bagian tubuh yang paling sering menjadi sasaran kerusakan antara lain; 1. Otak; Gangguan pada otak biasanya akibat rusaknya pembuluh darah sehingga menyebabkan stroke. 2. Mata; Gangguan pada mata biasanya menyebabkan kerusakan sel-sel retina sehingga jika sangat parah dapat menimbulkan kebutaan. 3. Jantung; Gangguan jantung sebagai organ pemompa darah menyebabkan penyakit jantung koroner dan gagal jantung. 4. Ginjal; Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal (Sutanto, 2010).

B. Lansia 1. Defenisi Lansia Menurut Constantinides, 1994. Lansia adalah proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Menurut UU No 13 tahun 1998, lansia adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Fitrah, 2010). Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan usia 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Menurut Yaumil Agoes Achir dari

17

Fakultas Psikologi Indonesia lanjut usia juga disebut sebagai seseorang yang digolongkan ke kelompok usia lanjut yang berpedoman pada usia kalendernya, dan lazimnya bila dia menginjak usia 50 60 tahun (Fitrah, 2010). Penggolongan lansia menurut WHO yang dikutip dari Ratna Suhartini dari UNAIR (2010) dikelompokkan menjadi empat yaitu : 1. Usia pertengahan (middle age) 45 - 59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) 60 74 tahun 3. Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

2. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia Peruibahan-perubahan yang terjadi pada lansia karena penurunan fungsi organ-organ yaitu : 1. Perubahan sel 2. Perubahan kardiovaskular 3. Perubahan sistem pernafasan 4. Perubahan intagumen 5. Perubahan sistem reproduksi 6. Perubahan genitourinaria 7. Perubahan gastrointestinal 8. Perubahan muskuloskeletal 9. Perubahan sistem persarafan.

18

C. Keluarga 1. Defenisi Keluarga Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adaopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak, 2009). Menurut Dufall, kelurga dalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembngan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota (Mubarak, 2009). Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (Mubarak, 2009). Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri (Mubarak, 2009). Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Mubarak, 2009).

19

Menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atu pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masingmasing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Mubarak, 2009). Menurut Departemen kesehatan RI, 1998. Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mubarak, 2009).

2. Tugas Keluarga 1. Mengenal masalah kesehatan keluarga 2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat 3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit 4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat 5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

D. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan tersebut terjadi melalui panca indra manusia yakni, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

20

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010). Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip dari Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan. A, 2010). Pengetahuan merupakan tingkat terendah dari enam tingkat yang tergolong dalam domain kognitif yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebeumnya. Termasuk ke dalamnya pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan , menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

21

3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen tetapi masih didalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lainnya. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang di maksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang ada (Wawan, 2010).

22

E. Sikap Sikap (atitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Wawan, 2011). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Secara historis, istilah sikap (atitude) digunakan pertama kali oleh Harbert Spancer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, & Edgley, 1980). Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang (Wringhtsman & Deaux, 1981) (Azwar, 2011). Pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba. Oleh Lange, kesiapan (set) yang terdapat dalam diri individu untuk memberikan respon itu disebut aufgabe atau task atitude. Jadi menurut istilah Lange, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek respon fisik (Azwar, 2011). Petty & Cacioppo sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue (Wawan, 2011). Menurut Notoatmodjo sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Wawan, 2011).

23

Heri Purwanto sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Wawan, 2010). Thomas & Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu prilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai0nilai dan norma-norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (Coser, dalam www. bolender.com) (Wawan, 2011). Thurstone & Chave (dalam Mitchell, 1990) mengemukakan defenisi sikap sebagai keseluruhan dari kecendrungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsiasumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan, dan keyakinankeyakinan manusia mengenai topik tertentu (Wawan, 2011). Menurut Allport 1935 sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi responrespon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait (Wawan, 2011). Menurut Krech & Crutchfield sikap adalah pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi, persepsi dan kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan dengan aspek kehidupannya (Wawan, 2011).

24

Champbel (1950, p. 31) mengemukakan bahwa sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial. Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah predisposisi atau kecendrungan yang dipelajari dari seseorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain (Wawan, 2011). Triandis (1971) menyatakan bahwa sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya tindakan-tindakan tertentu dalam suatu situasi sosial (Wawan, 2011). Gerungan (1966) menyatakan bahwa sikap adalah sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana yang disertai olek kecendrngan bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek (Wawan, 2011). Newcomb menyatakan bahwa pad athun 1965 ia telah menghubungkan sikap dengan komponen kognitif dan komponen konatif. Namun komponen afektf tidak menampakkan yang ditampakkan oleh Thurstone (Wawan, 2011). Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (atitude), berasal dari bahasa italia attitudine yaitu Manner of placing or holding the body, dan Way of feeling, thinking or beehaving. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran atau prilaku (Wawan, 2011).

25

Sikap mempunyai ciri-ciri yaitu (Heri Purwanto dalam Wawan, 2011): a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan it dalam hubungan dengan objeknya. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimiliki orang. Menurut Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan menyatakan ada tiga komponen pembentuk sikap yaitu : 1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap. 2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang terhadap objek sikap.

26

Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hai yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif. 3. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecendrungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap (Wawan, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain : a. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pngalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cendrung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. c. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan telah mempengaruhi sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu

masyarakat asuhannya. d. Media Massa

27

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainya, berita yang seharusnya faktual secara objektif cendrung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidak mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f. Faktor Emosional Suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang brfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar dalam Wawan, 2011). Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap kartena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

28

3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah atau indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang ibu mengajak tetangganya atau saudaranya untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri (Wawan, 2011). Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangakaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favorable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favorable (Azwar dalam Wawan, 2011). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden

29

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo dalam Wawan, 2011).

F. Tindakan Perawatan Hipertensi Pada Lansia Untuk pengobatan penyakit hipertensi yang masih dalam taraf ringan, biasana dokter akan menganjurkan pasien untuk mengubah gaya hidup seperti menghindari garam, lemak dan makanan lain yang mengakibatkan gangguan pembuluh darah. Setelah itu berolahraga dan mengurangi stress juga sangat membantu seseorang terhindar dari hipertensi. Kebanyakan orang memerlukan obat untuk mengontrol tekanan darah tinggi, tetapi seseorang juga dapat menguranggi penggunaan obat dengan cara mengatur pola hidup. Jika seseorang didiagnosa menderita hipertensi, langkah awal yang paling penting adalah menurunkan tekanan darah dengan mengikuti gaya hidup sehat dan mengkonsumsi obat sesuai petunjuk dokter. Keberhasilan penanganan hipertensi tidak hanya tergantung pada obat yang diberikan dokter, tapi diperlukan kerjasama dan upaya yang gigih dari penderita, antara lain : 1. Lakukan pemeriksaan laboratorium. 2. Pantau tekanan darah secara berkala menurut anjuran dokter sesuai tingkat tekanan darah yang dialami. 3. Konsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter. 4. Amati perubahan tubuh terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

30

5. Atur diet atau pola makan rendah garam, rendah kolesterol, dan rendah lemak jenuh serta tingkatkan konsumsi buah dan sayur. 6. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol. 7. Turunkan berat badan bagi yang menderita obesitas. 8. Tingkatkan aktifvtas fisik dengan olahraga terkontrol (sesuai dengan anjuran). 9. Lakukan gerakan-gerakan ringan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan. 10. Usahakan untuk menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan kurangi aktivitas yang menguras tenaga. 11. Lakukan relaksasi yang nyaman seperti pijatan relaksasi punggung dan leher (Sutanto, 2010) Usaha pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan mencegah faktor pemicunya dan perubahan kondisi; 1. Mengatasi Obesitas Mengatasi obesitas dapat dilakukan dengan diet rendah kolesterol, namun kaya akan serat dan protein. 2. Mengurangi Asupan Garam Jumlah garam yang berlebihan dapat mempengaruhi tekanan darah. Pada pasien yang mengidap tekanan darah tinggi, jumlah garam yang dikonsumsi dapat mengganggu usaha pengontrolan tekanan darah. Pola makan bagi penderita hipertensi adalah dengan menggunakan garam beryodium dengan jumlah tidak lebih dari satu sendok makan per hari.

31

3. Menghindari Stres Menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi pasien hipertensi. 4. Memperbaiki Gaya Hidup Yang Kurang Sehat Pasien penderita hipertensi disarankan untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan selama 30-45 menit, 3-4 kali seminggu. Selain olahraga penderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi konsumsi alkohol yang dapat meningkatkan tekanan darah. 5. Mengontrol Tekanan Darah Mengontrol tekana darah yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan berkala. Jika hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukan angka 140/90 mmHg atau lebih maka dapat dikatakan seseorng menderita hipertensi. 6. Mengatur Pola Makan (diet sehat) Menghindari makanan dengan kadar garam tinggi dan tidak mengkonsumsi alkohol adalah termasuk cara diet yang sehat. 7. Mengontrol Berat Badan Berat badan yang berlebihan akan membebani kerja jantung. Cara untuk mengotrol berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak dan melakukan olahraga yang teratur.

32

8. Meningkatkan Aktivitas Fisik Olahraga atau latihan jasmani secara teratur, terbukti dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat normal dan menurunkan resiko serangan hipertensi 50% lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak aktif melakukan olahraga. 9. Mengobati Penyakit Jika seseorang memiliki penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi skunder maka harus diobati agar tidak menimbulkan komplikasi hipertensi yang dapat memperburuk kesehatan seseorang. 10. Mengkonsumsi Zat-zat Makanan Pencegah Hipertensi Kalium (potasium) merupakan ion utama dalam cairan sel. Konsumsi kalium dalam jumlah banyak akan meningkatkan konsentrasinya pada cairan dalam sel sehingga cendrung menarik cairan dari bagian luar sel dan menurunkan tekanan darah (Sutanto, 2010).

33

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan anggota keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia. Variabel Independen penelitian ini adalah pengetahuan anggota keluarga lansia tentang hipertensi dan sikap anggota keluarga lansia tentang hipertensi, sedangkan Variable Dependen adalah tindakan anggota keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia. Kerangka Konsep

Variabel Independen 1. Pengetahuan anggota keluarga lansia tentang hipertensi. 2. Sikap anggota keluarga lansia tentang hipertensi.

Variabel Dependen Tindakan perawatan hipertensi pada lansia

Keterangan : : Diteliti : Hubungan

34

B. Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu yang didefenisikan tersebut. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain. Sebaliknya defenisi konseptual menggambarkan sesuatu berdasarkan kriteria konseptual atau hipotetik dan bukan pada ciri- ciri yang dapat diamati (Nursalam, 2010). Merupakan uraian tiap-tiap variable yang akan diteliti, berupa defenisi operasional, cara ukur, alat ukur, skala ukur dan hasil ukur. Defenisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran/ pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur). Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Defenisi Konseptual Respon individu terhadap suatu stimulus/ suatu prilaku yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (wawan, 2011). Defenisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Skala ukur Ordinal Hasil ukur Baik jika mean

Variabel Depanden Tindakan perawatan hipertensi

Seluruh Angket tindakan yang dilakukan oleh keluarga lansia dalam merawat lansia dengan hipertensi, meliputi: - Mengontrol diit - Menurunkan berat badan

Kuisioner

Tidak baik jika mean .(Notoa dmodjo , 2010).

35

- Menghindari stress - Melakukan aktifitas fisik - Menghentikan kebiasaan buruk, seperti merokok, kopi dan alkohol. - Memeriksakan tekanan darah Variabel Independen Pengetahuan anggota keluarga lansia tentang hipertensi Pengetahuan adalah merupakan tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan tersebut terjadi melalui panca indra manusia yakni, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas Segala sesuatu Angket yang diketahui keluarga lansia tentang hipertensi meliputi: - Pengertian hipertensi - Jenis-jenis hipertensi - Penyebab hipertensi - Gejala hipertensi - Komplikasi hipertensi - Pencegahan hipertensi Kuesioner Ordinal -Tinggi jika mean -Rendah jika < Mean .(Notoa dmodjo , 2010).

36

perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003). Sikap merupakan Variabel Independen reaksi atau respon Sikap seseorang yang anggota masih tertutup keluarga terhadap suatu lansia tentang stimulus atau hipertensi objek (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam buku Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, 2007).

Seluruh Angket pernyataan responden atau keluarga lansi tentang perawatan hipertensi pada lansia.

kuesioner

Ordinal

Positif jika mean Negatif jika < mean .(Notoa dmodjo , 2010).

C. Hipotesis Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian.

37

Adapun hipotesis dalam penelitia ini yaitu : Ha: Diduga ada hubungan pengetahuan anggota keluarga dengan tindakan anggota keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec, Payakumbuh Selatan tahun 2013. Ho: Diduga tidak ada hubungan pengetahuan anggota keluarga dengan tindakan anggota keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec, Payakumbuh Selatan tahun 2013. Ha: Diduga ada hubungan sikap anggota keluarga dengan tindakan anggota keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec, Payakumbuh Selatan tahun 2013. Ho: Di duga tidak ada hubungan sikap anggota keluarga dengan tindakan anggota keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec. Payakumbuh Selatan Tahun 2013.

38

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan deskriptif koleratif, yaitu menjelaskan hubungan antara dua variable pada situasi atau sekelompok objek dan melihat hubungan antara suatu variable dengan variable lain. Variable penelitian ini terdiri atas variable dependen dan variable independen (Nursalam, 2010). Penelitian ini melihat hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec, Payakumbuh Selatan Kota Payakumbuh Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data variable independen dan variable dependen dilakukan secara bersama atau sekaligus (Natoatmojo, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Padang Karambia Kec, Payakumbuh Selatan Kota Payakumbuh Tahun 2013. Peneliti tertarik melakukan penelitian disini karena berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan disini banyak lansia yang menderita hipertensi, dan penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mai tahun 2013.

39

C. Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi Populasi merupakan seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Nursalam,2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga lansia yang mempunyai lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kec Payakumbuh Selatan Kota Payakumbuh sebanyak 45 orang pada tahun 2013.

2.

Sampel Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui total sampling (Nursalam,2009). Seluruh sampel di jadikan subjek dalam penelitian, dimana seluruh keluarga yang memiliki lansia dengan hipertensi berjumlah 45 orang.

3.

Sampling Sampling merupakan proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Alimul, Aziz, 2008). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu seluruh populasi yang sudah ada untuk dijadikan sampel, data dikumpulkan dengan cara pengisian kuisioner dan panduan observasi.

40

D. Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpula Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner pilihan ganda. Kuisioner pilihan ganda adalah alat yang digunakan peneliti untuk memperoleh data, yang terdiri dari pertanyaan dengan pilihan terbuka, artinya semua jawaban telah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban a, b, c, dan d yang di anggap benar. Jika sesuai dengan kunci jawaban atau jawaban responden benar diberi skor 1dan jawaban yang salah diberi skor 0.

2. Cara Pengumpulan Data Setelah dilakukan uji coba instrumen terhadap responden yang memenuhi kriteria sama dengan responden yang diteliti, peneliti mengumpulkan data dengan cara menyebarkan kuisioner. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Padang Karambia, maka pengumpulan data dilakukan dengan tahapan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan kepada responden. Setelah responden memahami penjelasan yang diberikan, responden dimintai persetujuan yang dibuktikan dengan cara menandatangani informed consent. Selanjutnya peneliti membagikan kuisioner kepada responden dan memberikan penjelasan cara pengisiannya, mempersilahkan responden mengisi kuisioner, bagi responden yang telah mengisi kuisioner yang sudah diisi untuk mencek kelengkapannya.

41

E. Cara Pengolahan dan Analisa Data 1. Cara Pengolahan Data Setelah semua data dikumpulkan dengan baik, data diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok menurut sub variable alternative jawaban responden (skor) lalu dimasukkan ke dalam tabel distribusi menurut kategori yang telah ditetapkan dengan menggunakan dengan system komputerisasi dengan tahap sebagai berikut : a. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan tahapan jawaban kuisioner dan kelengkapan pada setiap instrument yang telah diisi. b. Coding Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian tanda, symbol, kode bagi tiap-tiap data. c. Entry data ( Memproses Data) Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua kuisioner yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan pengolahan secara benar. d. Cleanning (Pembersihan Data) Pada tahap ini peneliti melakukan pengcekan terhadap data apakah data ada kesalahan atau tidak (Notoadmodjo,2010).

42

2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi yang dikategorikan : 1) 2) Baik Kurang baik : mean : < mean

Analisa univariat yang dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dan statistik deskriptif untuk melihat variable independen hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran (distribusi, frekuensi, tedensi, spential, linear, median, dan modus) dari masing-masing variable dengan rumus :

Keterangan : P = Persentase F = Jumlah Frekuensi N = Jumlah responden (Arikunto, 2006).

43

b. Analisa Bivariat Analisa dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan keluarga dalam perawatan hipertensi pada lansia. Pengujian hipotesis untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesis yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima. Pengolahan dilakukan secara komputerisasi, menggunakan komputer dengan uji chi- square dengan batas kemaknaan dipakai = 0,05. Sehingga p value 0,05 secara statistic disebut berhubungan dan p value 0,05 maka hasil hitungan tersebut tidak berhubungan. Adapun rumus chi-square adalah sebagai berikut :

Keteranganan : Chi Square (Jumlah baris dan kolom) : Observasi E : Nilai yang diharapkan
: Jumlah

44

F. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini peneliti banyak mempertimbangkan faktor-faktor etika yaitu dengan memberikan sebuah informed consent atau surat persetujuan perjanjian yang akan diberikan kepada masing-masing responden atas penelitian ini dan juga sebagai jaminan dan perlindungan dari responden atas kerahasiaan data yang diberikan untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mendapat surat pengantar untuk lahan penelitian dari pihak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Purna Bhakti Husada Batusangkar selanjutnya peneliti terlebih dahulu mendapat izin penelitian dari lahan penelitian dalam hal ini adalah kepala Puskesmas Padang Karambia, kemudian peneliti

menyampaikan kepada pihak Puskesmas agar mengetahui kapan penelitian akan dilakukan, yang diawali dengan pengumpulan data dan peneliti menjelaskan tujuan penelitian, kerahasiaan data yang diberikan oleh responden, agar responden dapat menjawab dengan baik sehingga peneliti mendapat data-data yang akurat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada semua keluarga yang memiliki lansia di rumahnya, dengan terlebih dahulu menjelaskan cara pengisian surat persetujuan dan cara pengisian kuisioner. Peneliti meninggalkan responden selama waktu yang telah ditentukan. Setelah pengisian kuisioner, kuisioner dikumpul dan diperiksa

kelengkepannya saat itu juga. Apabila sudah lengkap, peneliti dapat mengakhiri pertemuannya dengan responden.

45

1. Informed Consent ( Lembaran Persetujuan) Lembaran persetujuan ini diberikan pada responden yang telah diteliti memenuhi kriteria sebagai responden, bila subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek (Alimul, Aziz, 2007).

2. Anonimity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden tetapi lembaran tersebut diberi kode. Informasi responden tidak hanya dirahasiakan tapi harus dihilangkan (Alimul, Aziz, 2007).

3. Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Alimul, Aziz, 2007).

You might also like