You are on page 1of 9

a.

Gatal: Gatal atau disebut pruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk daerah tertentu untuk mendapatkan kelegaan. (Djuanda, 2007). Gatal (pruritus), merupakan pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan, bersifat multidimensial yang terdiri dari komponen sensorik diskriminatif, kognitif, evaluative, dan motivasi (Elvina, 2011)

b.

Nyeri: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan actual atau potensial kerusakan jaringan, atau yang digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (Moeliono, 2008). Nyeri adalah perasaan sedih, menderita, atau agoni, disebabkan oleh rangsangan pada ujungujung saraf khusus (Kumala, 1998).

Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Elvina, Putu Ayu. 2011. Hubungan Rasa Gatal dan Nyeri. CDK 38: 263-266. Diakses tanggal 28 Desember 2011. Kumala. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 25. Jakarta: EGC. Moeliono, Marina A. 2008. Modalitas Fisik Dalam Penatalaksanaan Nyeri. Repository Unpad :1-5. Diakses tanggal 28 Desember 2011.

A.

Identifikasi Masalah 1. Identitas a. Nama : b. Umur : c. Jenis kelamin :

d. Alamat e. Pekerjaan : 2. Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang (RPS): a. Keluhan utama :

b. Onset c. Durasi d. Kualitas

: : :

e. Kuantitas : f. Progresifitas :

g. Faktor yang memperberat : h. Faktor yang memperingan : i. Keluhan penyerta :

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):

Riwayat Sosial (RPSos):

B.

Diagnosis Holistik (Multi Aspek) 1. Aspek personal a. KU: b. Keluhan penyerta: c. Perhatian pasien (concern):

d. Harapan pasien atau keluarga (expected):

e. Kekhawatiran pasien atau keluarga (anxiety): 2. Aspek klinis a. DK: Alasan diagnosis :

b. DD:

c.

Penyakit penyerta :

3. Aspek risiko intrinsik a. Usia: b. Perilaku individu: c. RPK:

4. Aspek risiko eksternal a. Pemicu social keluarga: b. Pendidikan: c. Bangunan tempat tinggal:

d. Lingkungan pemukiman: 5. Aspek sosial penilaian fungsi

C.

Patogenesis dan patofisiologi Scabies

Infeksi Sarcoptes scabiei

Sarcoptes scabiei betina membuat liang di dalam epidermis dengan bantuan enzim proteolitik

Penggalian terowongan

Telur diletakkan didalamnya yang kemudian menetas (2-3 hari)

Larva

4-6 ming gu

Nimpa

Dewasa ( 5-15 Sarcoptes scabiei )

Reaksi hipersensitivitas tipe 4

Sarcoptes scabiei dewasa memiliki 6 antigen (GST)

IgG & IgE meningkat

Inflamasi

Eritema, panas & papul

Pelepasan histamin

gatal

Digaruk oleh hospes

Erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

D. E.

Patogenesis dan patofisiologi Asma bronkhial Penanganan Komprehensif 1. Personal care a. Plan penegakan diagnosis: 1) Cari Sarcoptes scabiei dewasa, telur maupun larva 2) Spirometri 3) Uji profokasi bronkus 4) Lab darah: eosinophil, IgE

5) Prick test b. Terapi farmakologis dan non farmakologis Terapi Scabies: 1) Sulfur presipitatum 2) Benzibenzoat Dalam bentuk krim, yang digunakan selama 24 jam 3) Gameksan 4) Krotamiton Dalam bentuk salep/krim yang digunakan selama 24 jam 5) Krim permethrin 5% 6) Tingkatkan kebersihan diri pasien. 7) Hindari kontak dengan kakak/adik yang mempunyai keluhan sama. 8) Tidak tidur bersama 9) Penggunaan handuk secara pribadi 10) Penggunaan alat-alat pribadi 11) Apabila terasa gatal, jangan digaruk 12) Hindari alergen/pajanan Terapi asma: 1) 2) 3) 4) 5) Bronkodilator Salbutamol Terbutalin Kortikosteroid Teofilin

6) 7) c.

Anti histamine Hindari kelelahan

Edukasi Jelaskan kepada pasien mengenai penyakit scabies dan asma bronkhial, karena penyakit scabies yang dideritanya merupakan penyakit menular, sedangkan asma bronkhial merupakan penyakit yang dicetuskan oleh alergen. Harapannya pasien dapat mengetahui apa alergen tersebut yang dapat menjadi faktor pencetusnya sehingga pasien dapat menghindari faktor pencetus tersebut.

d. Monitoring Lakukan monitoring tekanan darah pasien dengan baik, karena keluarga pasien mempunyai riwayat hipertensi dan sebelumnya lakukan edukasi kepada pasien mengenai hipertensi tersebut yang merupakan riwayat penyakit keluarga pasien. 2. Family focused a. Dukungan keluarga terhadap kesembuhan Lakukan pemeriksaan pada kakak dan adik pasien karena memiliki keluhan yang sama. Apabila kakak dan adik tersebut mempunyai penyakit yang sama maka lakukan pengobatan. b. Dukungan psikologis keluarga APGAR Score bernilai 8 yang berarti sehat. c. Edukasi penyakit dan pencegahan 1) Jemur kasur dibawah sinar matahari langsung 2) Cuci pakaian, handuk dan sprei dengan direndam menggunakan air panas yang kemudian dicuci hingga bersih dan di jemur dibawah sinar matahari langsung. 3) Tidak menggunakan handuk maupun pakaian secara bergantian.

4) Tambahkan ventilasi rumah agar sirkulasi udara baik. 5) Buka jendela setiap pagi dan teratur. 6) Jika mampu, buat jamban pribadi sehingga tidak MCK menggunakan WC umum. 7) Tidak membuang limbah di sungai. d. Edukasi penyakit keluarga Jelaskan kepada anggota keluarga mengenai penyakit hipertensi dan alergi yang sangat perlu disadari oleh semua anggota keluarga. 3. Community focused a. Edukasi penyakit dan pencegahannya pada community 1) Edukasi mengenai rumah sehat 2) Edukasi mengenai limbah dan cara pembuangan limbah yang baik.

Graham-Brown, R., & Burns, T. (2005). Lecture Notes Dermatologi Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga. Handoko, R. P. (2007). Skabies. Dalam A. Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima (hal. 123). Jakarta : FKUI.

You might also like