You are on page 1of 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTITIS (CYSTITIS)

A. TINJAUAN FISIOLOGI Kandung kemih atau vesika urinaria merupakan organ berongga yang terletak disebelah anterior tepat dibelakang os. Pubis. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus detrusor. Kontraksi otot ini berperan dalam pengosongan kandung kemih. Proses Mikturisi (Pengeluaran Urin): Masuknya urin ke kandung kemih dimulai saat terjadi regangan serat otot kandung kemih. Adanya distensi kandung kemih akibat pengumpulan urin kurang lebih 250cc akan merangsang otot kandung kemih untuk berkontraksi. Akibatnya akan terjadi kontraksi kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinter internus dan segera diikuti oleh relaksasi spinter ekaternus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang mengakibatkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinkter internus, dihantarkan serabut-serabut saraf parasimpatik. Kontraksi spinkter eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. Kontrol ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih, uretra, medula spinalis dan otak masih utuh/berfungsi baik. B. DEFINISI Cystitis adalah suatu inflamasi atau peradangan yang terjadi pada vesika urinaria (kandung kemih). Infeksi ini sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. C. ETIOLOGI Cystitis dapat disebabkan oleh beberapa factor, yaitu : 1. Bakteri Bakteri yang paling sering menyebabkan sistitis adalah E. colli, sebagian ada juga yang disebabkan oleh Candida albicans. 2. Refluk uretrovesikal Aliran balik urin dari uretra ke kandung kemih dapat mengakibatkan bakteri masuk dari uretra ke dalam vesika urinaria dan menyebabkan peradangan disana. 3. Kontaminasi fekal Kontaminasi fekal dari anus juga dapat masuk ke kandung kemih melalui uretra sehingga bakteri dari fekal bisa mengakibatkan peradangan di Vesika urinaria (VU). Hal tersebut bisa terjadi akibat hygiene perineum yang kurang, atau cara membersihkannya yang salah. 4. Pemakaian kateter atau sistokop Pemakaian kateter, sistokop ataupun alat kedokteran lain yang mengenai saluran kemih, jika perawatannya tidak baik atau alat yang dimasukkan tidak benarbenar steril berpotensi menjadi perantara masuk dan berkembangnya bakteri yang dapat mengakibatkan proses peradangan pada VU. 5. Defek pada mukosa uretra, vagina atau genitalia eksterna

Materi KMB 3/AKPER KUSUMA HUSADA/Sumarni S.Kep,Ns/2007

6.

7.

8.

9.

Defek pada mukosa urethra, vagina atau genitalia eksterna dapat mengakibatkan pembentukan koloni bakteri di tempat tersebut yang dapat menyebar ke VU dan terjadi peradangan disana. Pemakaian kontrasepsi spermisid - diafragma Penggunaan kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi parsial pada urethra dan pengosongan kandung kemih tidak lengkap sehingga bisa mengakibatkan statis urin dan bakteri berkembang di VU. Selain itu metode ini juga mengakibatkan perubahan flora normal pada vagina. Infeksi pada prostat (prostatitis), epidedimitis. Pada laki-laki sistitis sering terjadi sekunder akibat infeksi pada prostat dan epidedimis yang menyebar ke kandung kemih. Batu kandung kemih Adanya batu pada kandung kemih mengakibatkan aliran urin keluar terganggu, sehingga urin statis dan bakteri berkembang. Coitus Hubungan seksual juga dapat menjadi factor pemicu terjadinya sistitis. Hal tersebut dimungkinkan jika terdapat bakteri pada penis sehingga bisa mengenai uretra dan menyebar ke kandung kemih. Hal ini terutama terjadi pada wanita yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan, karena berkemih dapat dianggap membersihkan bakteri dari kandung kemih.

Faktor Resiko: Sistitis ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena uretra pada wanita lebih pendek dari pada pria sehingga bakteri lebih mudah masuk ke vesika urinaria. Dan juga seiring berjalannya usia kemampuan dinding panggul untuk membantu pengosongan kandung kemih juga melemah sehingga pengosongan kandung kemih tidak sempurna dan menjadikan bakteri mudah berkembang.

D. PATOFISIOLOGI Sistitis dimulai dengan masuknya bakteri ke kandung kemih dan berkembang disana. Hal tersebut menyebabkan proses peradangan pada kandung kemih. Peradangan ini menyebabkan kemerahan dan bengkak pada kandung kemih. Peradangan ini juga bisa menekan saraf-saraf yang ada dikandung kemih sehingga timbul nyeri, dan juga suhu di VU juga meningkat sehingga timbul juga seperti perasaan terbakar pada area suprapubik. Akibat peradangan ini juga mengakibatkan kandung kemih sering terangsang sehingga akan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat. Bahkan bisa terjadi spasme otot kandung kemih menyebabkan perasaan nyeri yang sangat. Leukosit yang menuju ke daerah lesi meningkat untuk melawan kuman. Hal ini bisa mengakibatkan piuria. Suplay ke daerah radang juga meningkat dan jika terjadi perlukaan bisa mengakibatkan hematuria.

Materi KMB 3/AKPER KUSUMA HUSADA/Sumarni S.Kep,Ns/2007

E. PATHWAYS
Refluk urethrovesikal

Bakteri

Batu VU

Penggunaan Spermisid-diafragma

Pemakaian kateter, sistokop

Lewat urethra

Statis urin

Pengosongan VU tdk sempurna

Coitus

Bakteri berkembang di VU

Bakteri menyebar

Epidedimitis, Prostatitis

Suplay darah ke area lesi meningkat

Peradangan di VU

SDP meningkat

Menekan saraf di sekitar VU

Nyeri

Kemerahan

Perlukaan

Hematuri

Fagosit dan pengeluaran lisosom meningkat

Suhu meningkat

Rasa terbakar

Nekrosis Jaringan

Rangsangan terhadap otot VU meningkat

Piuria Kontraksi otot meningkat Spasme

Frekuensi berkemih meningkat

Perubahan eliminasi urin

Materi KMB 3/AKPER KUSUMA HUSADA/Sumarni S.Kep,Ns/2007

F. TANDA GEJALA 1. Urgensi 2. Rasa panas dan nyeri saat berkemih 3. Nokturia 4. Nyeri pada area kandung kemih dan suprabupik 5. Piuria 6. Terdapat bakteri dalam urin 7. Hematuria G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Urinalisis Pada pemeriksaan urin kemungkinan ditemukan piuria, hematuria, terdapat bakteri dalam urin. 2. Kultur Urin Digunakan untuk mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. 3. Pemeriksaan Darah Kemungkinan akan didapatkan peningkatan sel darah putih. 4. USG Untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung kemih. H. PENATALAKSANAAN 1. Farmakologi Pemberian antimicrobial dan analgesic. Antimikrobial yang sering digunakan adalah norfloxacin (noroxin), nitrofurantoin (Furadantin), Ciprofloxacin atau sulfonamides contohnya sulfisoxazole, sulfamethoxazole. Analgesik yang diberikan biasanya phenazopyridine hydrochloride (pyridium) yang menimbulkan warna orange pada urin. 2. Diit Klien biasanya dianjurkan minum 3-4 L/hari yang tidak mengandung kafein. Daging dan whole grains dapat menjadikan urin asam dan mencegah pertumbuhan kuman. Minum jus cranberry dianjurkan karena mengandung tanin yang dapat mencegah pertumbuhan E. colli. 3. Aktivitas Pembatasan aktivitas selama fase akut perlu dilakukan. Klien dibantu untuk dapat mengosongkan bladder secara maksimal. I. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Kaji keluhan klien Klien mungkin mengeluh nyeri yang hebat disertai rasa seperti terbakar pada area suprapububik, nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih yang meningkat, adanya nanah dalam urin atau hematuria. b. Pemeriksaan Fisik Kaji adanya rasa nyeri pada area suprapubik, distensi kandung kemih, peningkatan suhu tubuh. c. Pemeriksaan Laboratorium Kaji adanya peradangan pada VU, peningkatan Sel darah putih, piuria, hematuria, adanya bakteri dalam urin. Materi KMB 3/AKPER KUSUMA HUSADA/Sumarni S.Kep,Ns/2007

d. Kaji Riwayat Kesehatan klien Kaji apakah klien pernah mengalami prostatitis, epidedimitis (pada laki-laki) atau batu kandung kemih. Kaji kebiasaan klien dalam melakukan perineal hygiene, kaji bagaimana pola/ kebiasaan dalam menjaga kebersihan sebelum dan setelah melakukan hubungan seksual. Kaji apakah klien menggunakan kontrasepsi spermisid-diafragma. 2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Nyeri akut b.d proses peradangan, spasme otot Vesika urinaria. b. Perubahan eliminasi urin b.d infeksi pada traktus urinarius. c. Kurang pengetahuan tentang proses, perawatan dan pencegahan penyakit. Intervensi Keperawatan Ad. 1. Nyeri Intervensi : - Kaji kualitas dan kuantitas nyeri, perhatiakan respon klien terhadap nyeri - Diskusikan dengan klien metode yang biasa digunakan klien jika mengalami nyeri. - Berikan tindakan kenyamanan, misalnya dengan masase atau pijat ringan. - Anjurkan napas dalam dan relaksasi - Kolaborasi pemberian analgesik jika diperlukan Ad. 2. Perubahan eliminasi urin Intervensi : Dorong klien untuk meningkatkan asupan minum 3000 ml/ hari. Tentukan pola eliminasi berkemih normal klien dan perhatikan variasi. Pantau nilai lab sehubungan dengan urinasi. Kolaborasi pemberian antimikrobial dan analgesik sesuai indikasi. Beritahu klien jika pyridium menimbulkan warna orange pada urin. Ad. 3. Kurang pengetahuan tentang proses, perawatan dan pencegahan penyakit Intervensi : Beritahu pentingnya medikasi bagi kesembuhan klien Ajarkan cara membersihkan perineum yang benar Hindari penggunaan produk vagina yang dapat menimbulkan iritasi. Beritahukan bahwa penggunaan spermisid dapat menimbulkan iritasi. Anjurkan klien untuk membersihkan perineum sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.

3.

Materi KMB 3/AKPER KUSUMA HUSADA/Sumarni S.Kep,Ns/2007

You might also like