You are on page 1of 1

Tanggal : Penulis : PIH Unair Kategori : Berita N E W S

Sehat Gigi dan Mulut Anak Berkebutuhan Khusus


Berita : Kesehatan gigi merupakan salah satu hal terpenting bagi pertumbuhan anak. Namun, di Indonesia tidak banyak orang tua yang peduli akan kesehatan gigi anak, terlebih pada anak dengan kebutuhan khusus (disabled children). “Mereka (anak berkebutuhan khusus) adalah anak-anak yang mengalami gangguan mental seperi autis, down syndrome dan celebral palsy,” tutur Prof. Seno Pradopo, drg. SU. Ph.D. Sp. KGA saat ditemui dalam Seminar “Better Hope for Oral Health in Disabled Children”, Jumat (2/11) di Garden Palace Hotel, Surabaya. Menurutnya, anak berkebutuhan khusus memiliki resiko yang lebih tinggi akan masalah kesehatan gigi dan mulut. “Itu karena mereka memiliki kekurangan dan keterbatasan mental maupun fisik untuk melakukan pembersihan gigi sendiri yang optimal,” tambah Prof. Seno yang juga menjadi ketua panitia seminar internasional itu. Rata-rata 50 persen penyandang tuna grahita mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut. Masalah gigi yang biasanya muncul pada anak berkebutuhan khusus seperti karies (lubang) gigi, gigi berdarah, dan gigi berjejalan (crowding). Sayangnya, dunia kedokteran gigi anak di Indonesia masih belum memiliki perhatian lebih terhadap masalah kesehatan gigi anak berkebutuhan khusus. “Cenderung dokter gigi di Indonesia kurang pengetahuan dalam menangani anak-anak seperti itu. Maklum anak-anak kebutuhan khusus penanganannya sulit. Butuh sense lebih, tidak semua anak nurut kalau dibawa ke dokter gigi,” papar Prof. Seno. Ia menambahkan, dokter gigi biasanya memberikan hipnoterapi pada pasien anak berkebutuhan khusus, selain membius pasien dalam keadaan sadar (sedasi). “Melalui seminar ini, kami mencoba mengundang dokter gigi mancanegara dari International Association for Disability and Oral Health (IADH) yang baru saja mengadakan kongres di Melbourne untuk menjadi pembicara dan berbagi ilmu disini,” kata Prof. Seno. Ada enam dokter gigi mancanegara yang menjadi pembicara dalam seminar itu dan salah satunya adalah Dr. Stefan Axelsson dari Norwegia. Ia menjelaskan perawatan susunan gigi dan rahang atau disebut ortodontik bagi anak berkebutuhan khusus. “Ini adalah Sarah, pasien saya berumur 12 tahun yang mengidap retardasi mental dan gigi yang berjejalan (crowding). Saya mencabut dua gigi di rahang atasnya dan memasang kawat agar giginya rata,” terangnya ketika berbicara di hadapan peserta. “Kesehatan gigi anak berkebutuhan khusus memang diperlukan komunikasi yang baik antara dokter gigi anak, orang tua dan anak sendiri. Jadi sebaiknya tiga unsur tadi harus bekerja sama,” tambahnya. Seminar tersebut terselenggara oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesi (IDGAI) dan International Society for the Study of Celiac Disease (ISSCD). Seminar tersebut dihadiri oleh dokter gigi nasional dan perwakilan dari 16 sekolah inklusi di Surabaya. Di hari terakhir rangkaian seminar tersebut, minggu (4/11) dilakukan workshop cara menghipnosis anak berkebutuhan khusus yang berlangsung di FKG Unair. Kuz9 Universitas Airlangga : http://unair.ac.id http://jurnal.unair.ac.id http://mail.unair.ac.id http://alumni.unair.ac.id http://blog.unair.ac.id http://onmedia.unair.ac.id http://opensource.unair.ac.id 970af30e481057c48f87e101b61e6994

Page 1

You might also like