Professional Documents
Culture Documents
MUNAR LUBIS
kadar natrium serum < 135 mEq/L Kadar natrium ini dapat menurun dikarenakan :
PENYEBAB HIPONATREMIA NORMOVOLEMIA SIADH insufisiensi adrenal gangguan SSP gangguan paru HIPERVOLEMIA Gagal jantung Gagal Ginjal sindroma Nefrotik sirosis HIPOVOLEMIA Diare muntah luka bakar pankreatitis
Iritabilitas Malas minum Nausea dan munth Letargi Kejang Dapat menimbulkan koma, bahkan kematian
mEq/L/hari. Kadar natrium akan turun 1 mEq/L jika diberikan cairan bebas 4 mL/kg
natrium serum >145 mEq/L Kelompok yang berisiko mengalami peningkatan sodium yaitu :
Bayi
Balita pasien-pasien kritis
Asupan garam dalam jumlah besar (misal: formula konsentrasi tinggi atau mendapat sodium bikarbonat) terlalu banyak cairan yang keluar
diuresis
Penting untuk diingat bahwa hipernatremia harus dikoreksi secara perlahan dan hati-hati dikarenakan dapat terjadi udem otak Rekomendasi :
10
Untuk menghitung jumlah air bebas yang dibutuhkan untuk mengkoreksi kadar natrium tersebut, maka digunakan rumus :
Defisit cairan bebas = (BB dalam kg x 0,6)x1
11
12
intake inadekuat
13
Penyebab:
Diuretik (terutama furosemid dan
bumetanide) Mannitol agonis (misal : penggunaan rutin bronkodilator inhalasi) amfoterisin B hiperventilasi
14
Fatique Parestesia Perubahan gelombang EKG : gelombang U, disritmia ventricular jika kadar kalium < 2,5 mEq/L
15
Hipokalemi asimtomatik :
Jika pasien mendapat makanan enteral,
cara teraman :
kalium pengganti ke dalam makanan Dosis : 1-3 mEq/kg/hari dengan dosis terbagi 3 atau 4 kali secara enteral Dapat diberikan bagi pasien yang mendapatkan diuretik KCl dapat mengiritasi mukosa gaster, sehingga mungkin tidak dapat ditoleransi, dan dapat menimbulkan diare.
16
Kadar kalium harus dicek pada pertengahan jalan infus ini berlangsung.
Cara teraman yaitu memberikan KCl tidak lebih dari 0,5 mEq/kg/jam dalam satu dosis koreksi, dengan dosis maksimum
Rekomendasi : Infus KCl melalui akses vena sentral atau akses vena besar dengan larutan intravena yang adekuat
17
gagal ginjal (akut atau kronis) Hipoaldosteron insufisiensi adrenal asidosis metabolik nekrosis jaringan dan otot (rhabdomiolisis, luka bakar) sindroma tumor lisis asupan kalium yang berlebihan
18
Asidosis dapat meningkatkan kadar kalium 0,5 mEq/L untuk setiap kenaikan pH 0,1 Obat-obatan :
ginjal)
19
Berhubungan dengan inadekuatnya curah jantung hingga terjadinya aritmia Perubahan gelombang EKG :
gelombang T yang tinggi kompleks QRS melebar AV block Bradikardia bahkan takikardia ventricular atau asistole
jantung paru dengan rhythm strip dan gunakan EKG 12 lead 2. Cek ulang elektrolit untuk memastikan hiperkalemia 3. Hentikan pemberian kalium eksogen yang sedang diberikan
21
4.
Kalsium glukonas sebanyak 100 mg/kg selama 3 menit (1 mL/kg dari larutan 10%) secara IV untuk menstabilkan miokardium dan mencegah aritmia
Sodium bikarbonat diberikan 1-2 mEq/L secara IV selama 10-15 menit. Pastikan ventilasi adekuat selama pemberian ini. Karena kalsium dan bikarbonat dapat mengendap, maka infus harus dilakukan flushed diantara kedua pemberian obat.
22
Pastikan ventilasi adekuat selama pemberian ini kalsium dan bikarbonat dapat mengendap, maka infus harus dilakukan flushed diantara kedua pemberian obat
23
Hemodinamik dan jalan napas stabil, dapat diberikan secara oral atau melalui pipa nasogastrik dengan dosis yang sama (1 gr/kg) tiap 6 jam
Mekanisme : Obat ini akan menggantikan natrium bagi kalium di sepanjang saluran cerna dengan rasio berkisar 1 g/kg resin dapat menurunkan kadar K+ sebanyak 1 mEq/L Kadar natrium harus dipantau jika dosis yang diberikan lebih dari satu kali pemberian dikarenakan berpotensial menimbulkan hipernatremia
24
5.
Hemodialisa emergensi harus dilakukan segera sebagai tambahan terapi di atas jika hiperkalemia mengancam jiwa.
25
26
Definisi : kadar total kalsium < 2,12 mmol/L (<8,5 mg/dL) atau kalsium ion < 1 mmol/L Defisit kalsium terjadi akibat :
atau hormone paratiroid (misal : defisiensi PTH kongenityal pada DiGeorge syndrome) anak dengan penyakit kritis, kebanyakan akibat hipoalbuminemia
27
Tetani Iritabilitas Hiperrefleksia Kelemahan dan parestesia, kelelahan otot stridor dan laringospasme merupakan manifestasi neuromuscular dari hipokalsemia Efek terhadap kardiovaskular seperti hipotensi, bradikardia dan aritmia
28
Suplementasi kalsium agresif dilakukan pada keadaan terbukti hipokalsemia dan simptomatik Penting untuk mengevaluasi fungsi renal dan elektrolit lainnya Untuk mencari penyebab hipokalsemia dibutuhkan pula pemeriksaan fungsi PTH, fungsi ginjal dan kadar vitamin D
29
Terapi kalsium IV idealnya diberikan melalui vena sentral. Jangan berikan melalui vena di kepala, intramuscular atau subkutan
30
Calcium chloride
Dosis 10-20 mg/kg/IV selama 5-10 menit
melalui vena sentral Pemberian cepat dapat menimbulkan bradikardia dan hipotensi Larutan calcium chloride 10% mengandung 1,36 mEq/L ion kalsium
31
Calcium gluconate
Calcium gluconate lebih dianjurkan bagi
bayi dan diberikan secara oral atau IV pada anak yang lebih besar mengandung ion kalsium 0,45 mEq/mL menit
Neonatus :50-200 mg/kg/IV selama 5-10 Bayi dan anak :Dosis 50-125 mg/kg/IV
32
Definisi
33
Hiperkalsemia dapat salah didiagnosis dengan keadaan herniasi intracranial, dikarenakan dapat dijumpai penurunan kesadaran dan hipertensi Pemendekan interval QT Iritabel Letargi Kejang, koma Mual, muntah dan nyeri perut.
34
Hiperkalsemia akut dengan total kalsium > 15 mg/dL butuh penanganan yang agresif Hidrasi dengan saline isotonis sebanyak 200-250 mL/kg/hari bersamaan pemberian furosemid (1 mg/kg/6 jam/IV)
ginjal. Pantau ketat elektrolit, termasuk fosfor dan magnesium, selama diuresis
35
Calcitonin recombinant
bekerja cepat dan memblokade
penyerapan tulang dan mencetuskan kalsiuria Dosis : 10 U/kg/IV, dan dapat diulangi tiap 46 jam
Terapi alternatif :
Mithramycin Aspirin Indometasin
36
Glukokortikoid
dapat mengurangi absorpsi kalsium di
saluran cerna Hidrokortison sebanyak 1mg/kg tiap 6 jam efektif mengurangi absorpsi kalsium namun kurang berguna pada hiperkalsemia akut
37
Magnesium merupakan ko-faktor adenosine triphosphate (ATP), seperti sintesis protein dan transkripsi DNA Magnesium ini banyak terdapat dalam makanan dan asupan harian Magnesium intrasel berperan dalam fungsi fisiologis yang membutuhkan ATP dan magnesium Kadar plasma normal berkisar 1,6-2,4 mg/dL
38
perawatan intensif sering karena kurang atau tidak adanya asupan disertai kehilangan dari saluran cerna dan ginjal
Pankreatitis
39
40
41
Peningkatan kehilangan sekunder melalui ginjal (penggunaan diuretik, amfoterisin B, aminoglikosida, acute tubular necrosis
42
Magnesium sulfat 25-50 mg/kg infus lambat selama 3-4 jam Kadar Mg serum >2mg/dL, maka ginjal akan membuang sisanya tidak ada guna substitusi cepat melalui IV
43
44
Mual, muntah
Penurunan refleks tendon
Blokade neuromuskular
Efek di kardiovaskular : bradikardia, depresi miokardium, perubahan EKG (pemanjangan interval PR dan blok AV) Neonatus : apnu dan hipotonia
45
Diuresis
46
Fosforus terdapat dalam makanan Dalam tubuh, tersedia dalam bentuk garam fosfat dan berhubungan dengan asupan kalsium Kadar fosfat dipengaruhi regulasi filtrasi ginjal dan reabsorpsi tubular proximal ginjal Fungsi utama di fosfolipid membran, ATP, tulang dan 2,3-difosfogliserat
47
Penyebab :
Ketoasidosis diabetikum : Akibat berkurangnya asupan dan ekskresi fosforus yang berlebihan Terapi insulin selanjutnya mengurangi kadar fosfat dengan membawanya ke dalam sel Disfungsi renal : Acute tubular necrosis Wilsons disease Hipokalemia hiperparatiroidisme
48
49
Akut :
Kelemahan otot Hipoventilasi Disfungsi miokardium Kejang
Koma
50
Penambahan fosfat ke dalam cairan IV jika kadar fosfor dibawah 1 mg/dL Sodium fosfat mengandung 3 mmol (94 mg) PO4 dan 4,4 mEq kalium / mL Koreksi secara IV : 0,16-0,32 mmol/kg/IV selama 4-6 jam Jika ada disfungsi renal, digunakan potassium fosfat pengawasan ketat Jangan berikan suplemen fosfat jika dijumpai hiperkalsemia
51
Penyebab :
Asupan yang berlebihan Berkurangnya ekskresi :
Gagal ginjal Hipoparatiroidisme
Pseudohipoparatiroidisme
52
Efek hiperfosfatemia :
Timbulnya hipokalsemia akibat khelasi ketika
total pengukuran kalsium dikalikan produk fosfor inorganik mencapai > 60 mg/dL
Tatalaksana
Antasida aluminium hidroksida secara
enteral
53
54