You are on page 1of 5

C.

PATHWAY

Factor dasar dan pencetus

kurang pengetahuan

Reaksi antigen-antibodi

Dilepaskan mediator-mediator kimia Kontraksi otot-otot polos Pada saluran pernafasan peningkatan permeabilitis kapiler peningkatan sekresi

Bronkospasme

edema mukosa

penyumbatan Jalan nafas oleh secret

inflamasi mukosa

pola nafas tdk efektif

obstruksi jalan nafas

bersihkan jalan nafas tidak efektif

resiko tinggi infeksi

ekspirasi terhambat

- sesak nafas -wheezing

cemas

CO2 meningkat

-kontraksi otot-otot Pernafasan gangguan Istirahat tidur

Ggn.pertukaran gas

Kelelahan

anoreksia

Intoleransi aktivitas

ggn. Pemenuhan keb.nutrisi

D. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIS Stadium dini

atuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

Whezing belum ada

elum ada kelainan bentuk thorak

da peningkatan eosinofil darah dan IG E

GA belum patologis Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2 2. Stadium lanjut/kronik a. b. c. Batuk, ronchi Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest) e. f. g. Thorak seperti barel chest Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus Sianosis (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229) E. PEMERIKASAAN PENUNJANG Beberapa pemeriksaan penunjang seperti : a. Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. b. Tes provokasi : 1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri. 3) Tes provokasi bronkial seperti : Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata. 4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh. c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum. d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal. e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat. f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah. g. Pemeriksaan sputum. h. Komplikasi

F. PENGKAJIAN a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba - Perpanjangan ekspirasi mengi - Penggunaan otot-otot aksesori - Perpendekan periode inpirasi - Sesak nafas - Restraksi interkostral dan esternal - Krekels b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d. Diaforesis e. f. Distensi vera leher Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit h. Perubahan tingkat kesadaran i. j. Hipokria Hipotensi

k. Dehidrasi l. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. 2. Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. 4. Kurang pengetahuan nerhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenal informasi.

H. INTERVENSI I. a. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. kriteria hasil -mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas jelas/bersih -menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihkan jalan nafas,misalnya : batuk efektif dan mengeluarkan secret. b. intervensi

- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki - Kaji/pantau frekuensi pernafasan - Catat adanya/derajat diespnea misalnya : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu - kaji pasien untuk posisi yang nyaman (semi fowler) - pertahankan polusi lingkungan minimum - observasi karakteristik batuk,misalnya : menetap,batuk pendek,basah - tingkatkan masukan cairan sampai 3000ml/hari - berikan obat sesuai indikasi. c. rasional - mengetahui bunyi nafas wheezing(mengi),krekels,ronki - mengetahui frekuensi pernafasan - mengetaui derajat diespnea - posisi semi fowler dapat mengurangi sesak nafas - menghindari polusi lingkungan - mengetahui karakteristik batuk - masukan cairan dapat mengurangi sesak nafas pasien - memberikan obat sesuai indikasi

2. Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen. a. kriteria hasil -menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat yang rentang normal dan bebas gejala distress penafasan - berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan b. intervensi - kaji frekuensi,kedalaman pernafasan,catat penggunaan otot bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang. - tinggikan kepala tempat tidur / semi fowler. - dorong pengeluaran sputum - auskultasi bunyi nafas - awasi tingkat kesadaran - awasi tanda vital dan irama jantung - berikan oksigen sesuai indikasi. c. rasional - mengetahui frekuensi,kedalaman nafas,catat penggunaan otot aksesori,nafas bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang. - semi fowler dapat mengurangi sesak. - untuk mengeluarkan sputum - mengetahui bunyi nafas. - mengetahui tingkat kesadaran pasien. - mengetahiu tanda-tanda vital dan irama jantung. - oksigen dapat menguangi sesak nafas pasien aksesori,nafas

You might also like