Professional Documents
Culture Documents
Kelompok sepuluh (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis delapan ratus mg/kg BB). Kelompok sebelas (tanpa perlakuan / kontrol) Penelitian dilakukan selama 1,5 bulan terhadap tikus tersebut
sehingga dapat diperoleh data untuk membuktikan hipotesis serta menarik sebuah kesimpulan. Untuk lebih memperjelas alur penelitian yang akan dilakukan, maka dibuat skema sebagai berikut : Populasi Tikus Putih Jantan berat 180-200 gram Simple Random Sampling
Dikelompokan berdasarkan dosis 33 ekor tikus Kelompok 1 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 10 mg/ kg BB Kelompok 2 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 50 mg/ kg BB Kelompok 3 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 100 mg/ kg BB
Kelompok 4 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 200 mg/ kg BB Kelompok 7 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 500 mg/ kg BB
Kelompok 5 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 300 mg/ kg BB Kelompok 8 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 600 mg/ kg BB
Kelompok 6 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 400 mg/ kg BB Kelompok 9 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering 4 pepaya dengan dosis 700 mg/ kg BB Penelitian 2 Bulan
Kelompok 10 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 800 mg/ kg BB
Menarik Kesimpulan
Pemilihan tempat ini didasarkan pada tingkat kesterilannya serta akses yang mudah dijangkau. Waktu penelitian dilakukan selama 1,5 bulan mulai dari bulan 1 Desember 2011 sampai bulan 14 Februari.
tikus putih jantan maka dapat dirinci variabel dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Variabel bebas : esktrak daun kering pepaya 2. Variabel tergantung : Antiinflamasi 3. Variabel terkendali : a. Hewan uji : kondisi, galur, jenis kelamin, berat badan dan umur tikus b. Tanaman : tempat dan waktu pengambilan daun pepaya.
Alkohol 70% Lignocaine HCL ( 2%, 100 mg 5mL - 10 mL ) bahanya adalah daun papaya yang sudah dikeringkan.
1. Penelitian ini merupakan penelitian bertahap karena mencari dosis yang tepat dari dosis yang terkecil hingga menemui dosis yang tepat (sepuluh mg/kg BB hingga tepat--sementara delapan ratus mg/kg BB--jika sampai dosis delapan ratus mg/kg BB belum menemui maka akan ditambah jumlah kelompok dan mencari sampai menemui dosis yang tepat. Sebelas kelompok masing-masing tiga tikus. 2. Waktu penelitian dilakukan selama 1,5 bulan karena waktu penyembuhan inflamasi kulit ada tiga yaitu fase inflamasi 1-4 hari, fase proliferative 5-20 hari, dan fase maturasi berlansung hingga lebih dari satu bulan (Smeltzer, 2002;490). 3. Pembuatan ekstrak dengan cara carica papaya daun segar dari tanaman ini dipotong, cuci dengan air suling dan dikeringkan dalam oven lima puluh 0C selama 5-7 hari sampai benar-benar kering. Daun-daun ini dihaluskan untuk bentuk tekstur halus dengan menggunakan penggiling (blender) dan kemudian lima g tanaman blender ditimbang dan ditempatkan menjadi seratus mL labu. 4. Dosis yang diberikan misalnya seratus mg/kg BB pada tikus maka perbandingan nya 100 mg / 1 kg BB = x mg / 200 gram 100 mg / 1000 gram = x mg / 200 gram x = 20 mg daun pepaya maka dua puluh mg daun papaya tersebut dilarutkan dengan air seratus ml sehingga hasilnya dua ml dengan perlakuan sama hingga dosis delapan ratus mg / kg BB. (sumber : pada penelitian sebelumnya akan tetapi menggunakan jahe. Penulis mengutip cara melarutkan ekstrak jahe menjadi seduhan yang kemudian disondekan ke lambung tikus). 5. Apabila saat penelitian belum menemui dosis yang tepat, kulit tikus ditandai belum hilangnya atau berkurangnya kemerahan dan pembengkakan sehingga harus dicari sampai ketemu dosis yang tepat. 6. Pada penelitian ini bisa menggunakan tikus jantan atau betina karena pada penelitian-penelitian yang sebelumnya menggunakan esktrak jambu mente ,
jahe , dsb kebanyakan tanpa menyebutkan menggunakan tikus jantan atau betina.
ETIKA PENELITIAN
Peneliti bertanggung jawab terhadap semua penggunaan hewan coba sejak hewan coba dipesan, transportasi, diberi perlakuan bahkan setelah hewan coba tersebut sudah tidak diperlukan lagi. Tidak sembarangan dalam penggunaan hewan coba agar tidak terjadi hal-hal yang tidak memenuhi prinsip animal welfare yang juga akan berpengaruh terhadap hasil penelitian tersebut. Prinsip animal welfare pada hewan coba : 1. Bebas dari rasa lapar dan haus 2. Bebas dari rasa sakit dan penyakit 3. Bebas dari rasa takut dan tertekan 4. Bebas dari ketidaknyamanan 5. Bebas dalam mengekspresikan perilakunya
10
DAFTAR PUSTAKA
Rukmono (1973). Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI. Guyton, A.C. & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran (9th ed.) (Setiawan, I., Tengadi, K.A., Santoso, A., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1996). Abrams, G.D. (1995). Respon tubuh terhadap cedera. Dalam S. A. Price & L. M. Wilson, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit (4th ed.)(pp.3561)(Anugerah, P., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1992). Mitchell, R.N. & Cotran, R.S. (2003). Acute and chronic inflammation. Dalam S. L. Robbins & V. Kumar,Robbins Basic Pathology (7th ed.)(pp33-59). Philadelphia: Elsevier Saunders. Heather Brannon, MD. 2007. Skin Anatomy Bardia Amirlak, MD. 2008. Skin Anatomy Anatomi dan Fisiologi Kulit Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. 5 th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.p. 7-8. Martini F.Fundamentals of Anatomy and Physiology. 7 th ed. ESA: Pearson Education Inc; 2006.p. 153-78. Tortora G, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 11 th ed. USA: John Wiley&Sons Inc; 2006.p. 145-70
11