You are on page 1of 11

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam jenis penelitian pra eksperimental dengan pendekatan Post-test only group design. Penelitian dilakukan kepada hewan uji, yakni tikus putih (Strain wistar). Penelitian bersifat True eksperimental dengan memperhatikan tiga prinsip eksperimental, yakni randomisasi, replikasi, dan kontrol. 4.1.1 Randomisasi Setiap tikus yang berusia 8 minggu dan memiliki berat badan 180 - 200 gram memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel karena dalam pengambilan sampel dilakukan teknik simple random sampling kemudian dikelompokan berdasarkan label dosis yang diberikan. 4.1.2 Replikasi Sampel penelitian mampu diberikan perlakuan ulangan. Tikus diberikan perlakuan ulangan yaitu dibuat radang pada kulit kemudian diberi dosis sesuai pada label yang diberikan. 4.1.3 Kontrol Terdapat kontrol dalam penelitian yang dilakukan, yaitu kelompok tikus yang tidak diberikan perlakuan.

4.2 Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini, populasi dan sampel yang digunakan sebagai populasi adalah tikus jantan yang berumur 8 minggu dengan berat badan 180 - 200 gram. Populasi tersebut dipilih karena pada tikus jantan yang berusia 8 minggu sudah merupakan usia yang cukup matang untuk dilakukan penelitian sedangkan berat rata-rata dua ratus gram merupakan berat yang proporsional untuk tikus sebagai subjek penelitian.

4.3 Teknik Sampling


Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Pemilihan teknik sampling didasarkan pada sifat populasi penelitian yang homogeny dan kemudian dikelompokan berdasarkan label dosis yang diberi. Perhitungan besar sampel yang dibutuhkan, dapat digunakan dengan rumus : (t-1) (r-1) > 15 (t-1) (11-1) >15 (t-1) 10 >15 10t 10 > 15 10t > 25 t = 2, 5 dibulatkan 3 ekor tikus putih jantan. Ket : r = jumlah kelompok t = jumlah sample per kelompok

4.4 Karakteristik Sampel Penelitian


Dalam hal ini digolongkan menjadi dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. 4.4.1 Kriteria Inklusi tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Berat badan rata-rata 180 - 200 gram Sehat, dengan ciri gerakan yang aktif, mata jernih, bulu tebal dan licin, bulu mengkilat dan bersih. 4.4.2 Kriteria Eksklusi Berat badan rata-rata di atas atau di bawah dua ratus gram. Sakit, dengan ciri pucat, gerakan pasif, bulu kusam.

4.5 Alur Penelitian


Dari populasi yang homogen, yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang berusia dua bulan dengan berat badan rata-rata 180 - 200 gram dilakukan teknik pengambilan sampel yakni dengan menggunakan simple random sampling kemudian dikelompokan berdasarkan label dosis yang diberikan. Setelah dilakukan perhitungan terhadap perkiraan jumlah sampel yang digunakan maka diperoleh tiga ekor mencit yang akan digunakan untuk sampel per kelompok. Dalam hal ini besar sampel per kelompok yang digunakan dapat dibulatkan menjadi tiga kemudian akan dibagi menjadi 11 kelompok, yakni : Kelompok satu (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis sepuluh mg/kg BB). Kelompok dua (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis lima puluh mg/kg BB). Kelompok tiga (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis seratus mg/kg BB). Kelompok empat (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis duaratus mg/kg BB). Kelompok lima (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis tiga ratus mg/kg BB). Kelompok enam (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis empat ratus mg/kg BB). Kelompok tujuh (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis lima ratus mg/kg BB). Kelompok delapan (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis enam ratus mg/kg BB). Kelompok sembilan (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis tujuh ratus mg/kg BB).

Kelompok sepuluh (tikus dibuat radang kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dgn dosis delapan ratus mg/kg BB). Kelompok sebelas (tanpa perlakuan / kontrol) Penelitian dilakukan selama 1,5 bulan terhadap tikus tersebut

sehingga dapat diperoleh data untuk membuktikan hipotesis serta menarik sebuah kesimpulan. Untuk lebih memperjelas alur penelitian yang akan dilakukan, maka dibuat skema sebagai berikut : Populasi Tikus Putih Jantan berat 180-200 gram Simple Random Sampling

Dikelompokan berdasarkan dosis 33 ekor tikus Kelompok 1 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 10 mg/ kg BB Kelompok 2 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 50 mg/ kg BB Kelompok 3 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 100 mg/ kg BB

Kelompok 4 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 200 mg/ kg BB Kelompok 7 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 500 mg/ kg BB

Kelompok 5 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 300 mg/ kg BB Kelompok 8 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 600 mg/ kg BB

Kelompok 6 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 400 mg/ kg BB Kelompok 9 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering 4 pepaya dengan dosis 700 mg/ kg BB Penelitian 2 Bulan

Kelompok 10 Dibuat radang di kulit dan diinjeksi esktrak daun kering pepaya dengan dosis 800 mg/ kg BB

Kelompok 11 Dibuat radang di kulit dan tanpa perlakuan

Penelitian 1,5 bulan

Mencata dan menganalisis data Mebuktikan Hipotesis

Menarik Kesimpulan

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Farmakologi yang dipilih untuk penelitian adalah Laboratorium Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Pemilihan tempat ini didasarkan pada tingkat kesterilannya serta akses yang mudah dijangkau. Waktu penelitian dilakukan selama 1,5 bulan mulai dari bulan 1 Desember 2011 sampai bulan 14 Februari.

4.7 Variabel Penelitian


Dari judul proposal penelitian yakni Pengaruh Perbedaan Dosis Pemberian Ekstrak Daun Kering Pepaya sebagai Antiiflamasi pada kulit

tikus putih jantan maka dapat dirinci variabel dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Variabel bebas : esktrak daun kering pepaya 2. Variabel tergantung : Antiinflamasi 3. Variabel terkendali : a. Hewan uji : kondisi, galur, jenis kelamin, berat badan dan umur tikus b. Tanaman : tempat dan waktu pengambilan daun pepaya.

4.8 Instrumen Penelitian


Berdasarkan prinsip reliabelitas dan validitas, yakni alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan keajegan hasil pengukuran (konsistensi) apabila digunakan untuk pengukuran pada waktu yang berbeda dan tidak tergantung siapa yang menggunakannya serta alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan kesesuaian atau kecocokan antara alat ukur dengan apa yang diukur maka dipilihlah instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai berikut : Timbangan berat Kandang Tempat makan dan minum Sonde ( selang kecil seperti pentil yang dimasukkan ke dalam mulut tikus hingga mencapai lambung tikus) Air pump Pembeda label dosis ( kertas , spidol ) Pemotong daun Saringan/Penyaring Gelas Ukur Oven Blender/Penghalus Gunting Pisau Sarung tangan Karet
6

Alkohol 70% Lignocaine HCL ( 2%, 100 mg 5mL - 10 mL ) bahanya adalah daun papaya yang sudah dikeringkan.

4.9 Prosedur Pelaksaaan Penelitian


1. Cara pengumpulan daun pepaya Carica daun pepaya yang segar dikumpulkan dan diidentifikasi kemudian dibandingkan dengan spesimen yang tersedia. 2. Bahan pembuatan luka radang Dalam penelitian ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Alkohol 70% 2. 1 mL lignocaine HCL untuk 3 ekor tikus per kelompok Setiap tikus yang berbobot antara 180-200 gram ditempatkan secara terpisah. Hewan-hewan dibiarkan selama 48 jam untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ruangan dan hewan yang dipelihara pada diet pelet standar dan air keran. Pemberian makan tikus diberikan dua kali dalam sehari sehingga jumlah di atas kemudian dibagi dua kali pemberian makan, yaitu pagi dan sore hari. 3. Prosedur Pembuatan radang kulit pada tikus putih Suatu daerah dari seragam luka dua cm diaeter adalah dikeluarkan dari tengkuk semua tikus dengan bantuan segel putaran dalam sebelumnya dicukur, didesinfeksi dengan alkohol 70% dan disuntik dengan satu mL lignocaine HCL (2% , 100 mg 5 mL-1), dengan kedalaman otot, sayatan menghindari dari lapisan otot sendiri dan ketegangan dari kulit yang dijaga konstan selama prosedur. Alat-alatnya adalah gunting, sarung tangan karet, pisau.

4.10 Definisi Operasional


7

1. Penelitian ini merupakan penelitian bertahap karena mencari dosis yang tepat dari dosis yang terkecil hingga menemui dosis yang tepat (sepuluh mg/kg BB hingga tepat--sementara delapan ratus mg/kg BB--jika sampai dosis delapan ratus mg/kg BB belum menemui maka akan ditambah jumlah kelompok dan mencari sampai menemui dosis yang tepat. Sebelas kelompok masing-masing tiga tikus. 2. Waktu penelitian dilakukan selama 1,5 bulan karena waktu penyembuhan inflamasi kulit ada tiga yaitu fase inflamasi 1-4 hari, fase proliferative 5-20 hari, dan fase maturasi berlansung hingga lebih dari satu bulan (Smeltzer, 2002;490). 3. Pembuatan ekstrak dengan cara carica papaya daun segar dari tanaman ini dipotong, cuci dengan air suling dan dikeringkan dalam oven lima puluh 0C selama 5-7 hari sampai benar-benar kering. Daun-daun ini dihaluskan untuk bentuk tekstur halus dengan menggunakan penggiling (blender) dan kemudian lima g tanaman blender ditimbang dan ditempatkan menjadi seratus mL labu. 4. Dosis yang diberikan misalnya seratus mg/kg BB pada tikus maka perbandingan nya 100 mg / 1 kg BB = x mg / 200 gram 100 mg / 1000 gram = x mg / 200 gram x = 20 mg daun pepaya maka dua puluh mg daun papaya tersebut dilarutkan dengan air seratus ml sehingga hasilnya dua ml dengan perlakuan sama hingga dosis delapan ratus mg / kg BB. (sumber : pada penelitian sebelumnya akan tetapi menggunakan jahe. Penulis mengutip cara melarutkan ekstrak jahe menjadi seduhan yang kemudian disondekan ke lambung tikus). 5. Apabila saat penelitian belum menemui dosis yang tepat, kulit tikus ditandai belum hilangnya atau berkurangnya kemerahan dan pembengkakan sehingga harus dicari sampai ketemu dosis yang tepat. 6. Pada penelitian ini bisa menggunakan tikus jantan atau betina karena pada penelitian-penelitian yang sebelumnya menggunakan esktrak jambu mente ,

jahe , dsb kebanyakan tanpa menyebutkan menggunakan tikus jantan atau betina.

4.11 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan mencari bahan pustaka yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, pengumpulan data digunakan data primer yang diperoleh sendiri dari hasil penelitian (eksperimen) yang akan dilakukan.

4.12 Analisa Data


Dari Penelitian yang dilakukan nantinya akan diperoleh Data yang terkumpul kemudian dilakukan tabulasi dalam bentuk tabel dan diagram. Kemudian dianalisis dengan teknik one way ANOVA. Setelah itu dilakukan uji korelasi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel.

ETIKA PENELITIAN
Peneliti bertanggung jawab terhadap semua penggunaan hewan coba sejak hewan coba dipesan, transportasi, diberi perlakuan bahkan setelah hewan coba tersebut sudah tidak diperlukan lagi. Tidak sembarangan dalam penggunaan hewan coba agar tidak terjadi hal-hal yang tidak memenuhi prinsip animal welfare yang juga akan berpengaruh terhadap hasil penelitian tersebut. Prinsip animal welfare pada hewan coba : 1. Bebas dari rasa lapar dan haus 2. Bebas dari rasa sakit dan penyakit 3. Bebas dari rasa takut dan tertekan 4. Bebas dari ketidaknyamanan 5. Bebas dalam mengekspresikan perilakunya

10

DAFTAR PUSTAKA
Rukmono (1973). Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI. Guyton, A.C. & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran (9th ed.) (Setiawan, I., Tengadi, K.A., Santoso, A., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1996). Abrams, G.D. (1995). Respon tubuh terhadap cedera. Dalam S. A. Price & L. M. Wilson, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit (4th ed.)(pp.3561)(Anugerah, P., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1992). Mitchell, R.N. & Cotran, R.S. (2003). Acute and chronic inflammation. Dalam S. L. Robbins & V. Kumar,Robbins Basic Pathology (7th ed.)(pp33-59). Philadelphia: Elsevier Saunders. Heather Brannon, MD. 2007. Skin Anatomy Bardia Amirlak, MD. 2008. Skin Anatomy Anatomi dan Fisiologi Kulit Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. 5 th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.p. 7-8. Martini F.Fundamentals of Anatomy and Physiology. 7 th ed. ESA: Pearson Education Inc; 2006.p. 153-78. Tortora G, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 11 th ed. USA: John Wiley&Sons Inc; 2006.p. 145-70

11

You might also like