You are on page 1of 3

KARTINI: dari GELAP menuju cahaya ISLAM

By LEA2010 email: yuk.senyum@yahoo.com UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Apa yang jadi 'ritual' bangsa kita tiap April? Yaps, betul. Itulah Hari Kartini. Tanggal 21 April adalah hari kelahiran ibu kita yang harum namanya, seperti dalam lirik sebuah lagu wajib nasional di negeri kita. Dialah Raden Ajeng Kartini yang hari kelahirannya telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu hari 'besar' Nasional. Menjelang hari libur tersebut, sekian acara digelar untuk memperingati pejuang emansipasi wanita ini. Kartini dianggap sebagai pelopor perjuangan emansipasi. Bahkan belakangan ini, kata feminisme lekat dengan namanya. Apa yang terlanjur lekat dengan sosok Kartini sebenarnya hanyalah sebagian proses hidupnya yang gelisah. Akhir proses Kartini tak banyak terungkap. Pemikiran pada awal prosesnyalah yang terlanjur lantang disuarakan sehingga begitu lekat pada namanya. Padahal, menjelang akhir hayatnya, Kartini memeluk islam. KARTINI DULU Tidak bisa disalahkan kalo ada orang yang beranggapan Kartini memperjuangkan emansipasi, mendobrak adat, berkiblat ke Barat dan mengkritisi Islam. Pada awalnya, Kartini emang demikian. Ini contoh surat-suratnya yang begitu: "...orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik, orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi pula, dialah orang Eropa." [kepada Stella, 25 Mei 1899] "Aku mau meneruskan pendidikan ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah aku pilih." [kepada Ny Ovinksoer, 1990). KARENA TEMAN DEKATNYA Tidak heran jika Kartini punya pemikiran demikian. Gimana lagi? Teman surat-menyurat Kartini kebanyakan adalah orang kafir yang punya tujuan tertentu. Simak nih siapa mereka: Q J.H. Abendanon. Abendanon ditugaskan oleh Belanda sebagai Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Kerajinan. Abendanon banyak meminta nasihat dari Snouck Hurgronye. Menurut Hurgronye, golongan yang paling keras menentang penjajah Belanda adalah golongan Islam. Memasukkan peradaban Barat dalam masyarakat adalah cara yang paling jitu untuk mengatasi pengaruh Islam. Tidak mungkin membaratkan rakyat, kecuali jika ningratnya telah diibaratkan. Untuk tujuan itu, langkah pertama yang harus diambil adalah mendekati kalangan ningrat terutama yang Islamnya teguh, untuk kemudian dibaratkan. Hurgronye menyarankan Abendanon untuk mendekati Kartini. Q Dr.Adriani Ia seorang ahli bahasa serta pendeta yang bertugas menyebarkan kristen di Toraja, Sulawesi. Q Nellie Van Kol (Ny. Van Kol) Stella adalah wanita Yahudi, anggota militan pergerakan feminis di negeri Belanda saat itu.

Q Stella (Estelle Zeehandelaar) Ia adalah seorang penulis yang mempunyai pendirian humanis dan progresif. Dialah orang yang paling berperan dalam mendangkalkan aqidah Kartini. Pada awalnya, ia bermaksud untuk mengkristenkan Kartini, dengan kedatangannya seolah-olah sebagai penolong yang mengangkat Kartini dari ketidakpedulian terhadap. KENALAN DENGAN KYAI SHOLEH DARAT Selain faktor teman buruk, kaum muslim di sekeliling Kartini juga punya pemahaman yang salah terhadap Islam. Mereka mengajarkan Islam tanpa memahami apa yang diajarkan.. "Bagaimana aku dapat mencintai agamaku kalau aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya. Al-Qur'an terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Di sini tidak ada yang mengerti bahasa Arab. Orang-orang disini belajar membaca Al-Qur'an tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak mengerti apa yang dibacanya." [kepada Stella, 6 November 1899). Waktu itu Belanda membolehkan pengajaran Al-Qur'an dengan syarat tidak diterjemahkan. Tentu Belanda tahu, jika orang Jawa paham terjemah Al-Qur'an, mereka sudah angkat senjata melawan penjajah kafir itu. Sampai suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama wanita yang lain dari balik tabir. Kartini tertarik kepada materi yang sedang diberikan, tafsir Al-Fatihah, oleh Kyai Sholeh Darat. Setelah selesai pengajian, Kartini mendesak pamannya agar bersedia untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. "Kyai, perkenankan saya menanyakan sesuatu, bagaimana hukumnya apabila seseorang yang berilmu namun menyembunyikan ilmunya..?" "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?". "Kyai, selama hidupku, baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama (Al-Fatihah) dan induk Al-Qur'an yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa para ulama selama ini melarang keras penerjemahan Al-Qur'an dan penafsirannya dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Qur'an itu justru kitab pedoman hidup bahagia dan sejahtera bagi umat manusia?" Tergugah dengan kritik itu, Kyai Sholeh Darat kemudian menerjemahkan Al-Qur'an dalam bahasa Jawa dalam sebuah buku berjudul Faidhur Rahman Fit Tafsiril Qur'an jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah hingga surat Ibrahim. Buku itu dihadiahkan kepada Kartini ketika beliau menikah dengan R.M Joyodiningrat, Bupati Rembang. Kyai Sholeh Darat meninggal pada saat baru menerjemahkan satu jilid tersebut. Namun satu jilid tersebut sudah cukup membuka pikiran Kartini mengenal Islam. Tahu, nggak? Sebenarnya ungkapan Habis Gelap Terbitlah Terang itu sebenarnya Kartini temukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257, yaitu firman Allah Ta'ala, "..minazh zhulumaati ilan-nuur" yang artinya dari kegelapan-kegelapan (kekufuran) menuju cahaya (Islam). Oleh Kartini, terjemah ayat tersebut diungkapkan dalam bahasa Belanda dengan Door Duisternis Tot Licht. Belakangan, Armijn Pane, satrawan Nasrani, menerjemahkan kumpulan surat-surat Kartini. Oleh dia, ungkapan itu diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitnya Terang. KARTINI KEMUDIAN Kartini yang kemudian belajar Islam pun berubah. Pandangannya terhadap Islam menjadi positif. Agaknya, Allah Ta'ala menunjukkan hidayah Islam kepadanya. "Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai" (kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902). Kartini kemudian merumuskan arti pentingnya pendidikan untuk wanita, bukan untuk menyaingi kaum laki-laki seperti yang diyakini oleh pejuang emansipasi, namun untuk lebih cakap menjalankan kewajibannya sebagai ibu. Kartini menulis, "Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakn akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama." [kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902. Tidak hanya itu, pandangannya terhadap Barat pun berubah, Kartini menulis, "Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah

ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?" [kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902] Ia juga menyadari upaya kristenisasi secara terselubung yang dilakukan oleh teman-temannya. Kartini menulis, "Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi?... bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan?" (kepada E. E. Abendanon, 31 Januari 1903) "Dan saya menjawab, tidak ada Tuhan (yang hak diibadahi secara benar -adm) selain Allah. Kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang dan bukan Allah" [kepada Ny. Abendanon, 12 Oktober 1902) Sudah takdir Allah Ta'ala, Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan putranya. Ia meninggal dalam usia muda, 25 tahun. Ia tak sempat belajar Islam lebih dalam lebih dalam. Yang kebanyakan orang tahu, Kartini hanyalah sekedar pejuang emansipasi wanita. Banyak orang yang nggak tahu perjalanan Kartin menemukan Islam dan perubahan pola pikirnya. Lihatlah sobat muslim, betapa indahnya Islam itu, betapa bahagianya Kartini mempelajarinya. Tidakkah kita malu melihat ningrat seperti Kartini yang tentu lebih sibuk dari kita mempelajari agama ini? Alangkah na'ifnya kita yang belajar ilmu selain ilmu agama berpuluh-puluh jam dalam sepekan, tapi hanya menyisakan 2 pelajaran agama di sekolah saja dalam sepekan? Tidak cukup, sobat! Seharusya kita lebih mengutamakan ilmu agama di atas segala-galanya. Karena kebutuhan kita terhadap ilmu agama (ilmu syar'i) melebihi makan dan minum. Setiap detik kita akan berjumpa dengan permasalahan agama. Tidak seperti fisika, kimia, biologi, yang aplikasinya dalam hidup sangatlah kurang. Kita bukan tidak boleh mempelajari ilmu dunia, TAPI, jangan lupakan ilmu syar'i. Karena kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah dan bagaimana kita beribadah tanpa ilmu? Karena itu, bacalah buku seperti penerbit darus sunnah, imam syafi'i, al-furqon, darul haq, at-tibyan, dan lain-lain, atau majalah islami yang murni islam, seperti al-furqon, as-sunnah, al-mawaddah, adz-dzakiiroh, nikah sakinah, elfata, dan lain-lain, bukan politik yang dibungkusi islam, hadirilah majelis taklim, kunjungi situs-situs islami, seperti http://www.muslim.or.id, atau bergabung dengan grup facebook "bersama Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam)" dan "mengenal ajaran islam lebih dekat", insya Allah dengannya wawasan islam kita akan bertambah. an ingat, ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah, nggak Sekarang, sobat muslim, kita sama-sama katakan" .TIDAK ADA ALASAN LAGI UNTUK TIDAK MEMPELAJARI AGAMA ISLAM..!!!!!!" (Sumber : majalah elfata edisi 4 – 2008, dengan beberapa perubahan)

You might also like