Professional Documents
Culture Documents
RATE
Frekuensi jantung normal : 60 100 X/menit - > 100 X/menit : sinus takikardia - < 60 X/menit : sinus bradikardia - 140-250 X/menit : takikardia abnormal - 250-300 X/menit : flutter - > 350 X/menit : fibrilasi Cara menghitung rate : hitung jarak antara R-R interval bila menggunakan kotak kecil = 1500 : RR interval dalam kotak kecil, misalnya RR interval kotak kecil 25 jadi ratenya adalah 1500 : 25 = 60 X/menit bila menggunakan kotak sedang = 300 : RR interval dalam kotak sedang, misalnya RR kotak sedang 5 jadi ratenya adalah 300 : 5 = 60 X/menit
RATE
Dapat juga dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Bila jaraknya 1 kotak sedang, berarti 300 X/menit Bila jaraknya 2 kotak sedang, berarti 150 X/menit Bila jaraknya 3 kotak sedang, berarti 100 X/menit Bila jaraknya 4 kotak sedang, berarti 75 X/menit Bila jaraknya 5 kotak sedang, berarti 60 X/menit Bila jaraknya 6 kotak sedang, berarti 50 X/menit Bila jarak antara RR interval tidak sama, misalnya pada atrial fibrilasi maka dapat dihitung dengan cara : buatlah lead II panjang hitung jumlah puncak R dalam 10 kotak sedang, misalnya ada 12 puncak R maka ratenya adalah 60 X 12 = 72 X /menit 10
IRAMA
Sistem konduksi jantung yang normal : impuls dibentuk oleh pace maker di simpul SA melalui internodal atrial pathway simpul AV berkas His cabang berkas kanan dan kiri serabut Purkinje mengaktifkan serabut otot ventrikel Pace maker jantung yang normal adalah simpul SA dengan frekuensi 70-80 X/menit Pace maker lain yang cukup potensial adalah : - Atrium (pace maker ektopik) : 75 X/menit - Simpul AV (pace maker junctional ideonodal) : 60 X/m - Berkas His (pace maker ventrikel potensial) : 50 X/m - Serabut purkinje dan otot ventrikel : 30-40 X/m
IRAMA
Irama sinus normal ditentukan oleh simpul SA Ciri-ciri EKG sinus normal : frekuensi 60 100 X/menit teratur gelombang P positif di II dan negatif di aVR tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS Penyimpangan dari ciri-ciri diatas disebut : ARITMIA
Ada 3 vektor jantung : - vektor depolarisasi atrium (vektor P) - vektor depolarisasi ventrikel (vektor QRS) - vektor repolarisasi ventrikel (vektor T) Ke-3 vektor ini dapat diproyeksikan pada bidang sumbu frontal dan horizontal
Bidang Frontal (I, II, III, aVR, aVL dan aVF) sumbu QRS normal di bidang frontal adalah - 30o --110o sumbu - 30o ---- - 90o : deviasi aksis kiri abnormal (LAD) sumbu + 110o ---- + 180o : deviasi aksis kanan abnormal (RAD)
both I and aVF +ve = normal axis both I and aVF -ve = axis in the Northwest Territory lead I -ve and aVF +ve = right axis deviation lead I +ve and aVF -ve lead II +ve = normal axis lead II -ve = left axis deviation
(+)
(-)
AVR
I AVR
(-) 60
(-) 90 (+) 120 (+) 150 (+) 180
(-)
(+)
II AVF
(-)
(-)
AVL
III
(-) 120
(-) 150
Cara menentukannya adalah dengan melihat letak dari zona transisi (ekuipotensial) bila zona rotasi ada di V3 V 4 = tidak ada rotasi bila zona rotasi ada di V5 V 6 = rotasi searah jarum jam bila zona rotasi ada di V1 V 2 = rotasi berlawanan arah jarum jam
TANDA-TANDA HIPERTROFI
HIPERTROFI ATRIUM
ditentukan dengan menilai gel P di sandapan II dan V1 : pembesaran atrium kanan : P pulmonal : gelombang P yang tinggi dan tajam dengan amplitudo > 3 mm (tall dan peaked T) di sandapan II gelombang P yang lebih positif di V1
pembesaran atrium kiri : P mitral : gelombang P yang lebar dan lekuk (wide and notched) di sandapan II
P Pulmonale
P Mitrale
HIPERTROFI VENTRIKEL
pembesaran ventrikel kanan deviasi aksis ke kanan (> + 110 o ) R di V1 > S di V1 (rasio R/S > 1) gelombang R yang tinggi di sandapan aVR rotasi searah jarum jam pembesaran ventrikel kiri R di V5 atau R di V6 > 25 mm (27 mm) S di V1 + R di V5 atau S di V1 + R di V6 > 35 mm (37 mm) R di V6 > R di V5 R di aVL > 13 mm R di aVF > 20 mm R di I dan S di III > 26 mm perubahan segmen ST dan gelombang T : depresi segmen ST dan inversi T (strain pattern)
LVH
RVH