You are on page 1of 8

Lembaga Keuangan Syariah Non Bank

ASURANSI
Disusun Sebagai Tugas pada Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank
dengan dosen Chairul Hadi
pada Jurusan Muamalah Perbankan Syariah

Oleh
Ghita Prima Lestari
Nurismalatri
Saumi Rizqiyanto

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2007
MUQODDIMAH

Pembahasan asuransi berkenaan dengan hakikat qada dan qadar atau takdir, masih
banyak cendikiawan yang melihat bahwa berasuransi sama dengan melawan takdir atau
mengurangi tawakkal kepada allah. Ini jelas merupakan kesalhan besar. Dalam pandangan islam,
mati adalah urusan allah, dan manusia tidak memiliki secuilpun kemampuan untuk memajukan
atau menahan kedatangannya, satu-satunya manusia yang mamu, hanyalah mengantisipasi
“dampak financial” yang muncul bila sang pencari nafkah utama meninggal dunia. Yang
diasuransikan bukanlah jiwanya, karena jiwa adalah milik allah. Apa yang diupayakan untuk
diminimalkan adalah resiko keuangan sepeninggal almarhum. Oleh karena itu, penamaan
asuransi jiwa merupakan kesalahan terbesar dalam dunia asuransi. Yang benar adalah asuransi
keluarga atau lebih tepatnya, asuransi financial keluarga. Secara garis besar, asuransi berasal dai
racikan prinsip-prinsip muamalah yang dapat dibagi kedalam dua produk atas dasar saving dan
non saving, untuk non saving misalnya, setiap premi yang dibayar ole peserta akan masuk
kerekening tabarru

Akumulasi dana tersebut akan diinvestasikan sesuai syariat islam. Keuntungan hasil
investasi dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reassurance), akan dibagi antara
peserta dan perusahaan menurut prinsip almudarabah dalam suatu perbandingan 5etap
berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan (takaful) dan peserta. Sementara untuk dana
saving premi yang dibayarkan peserta akan dialokasikan sebagaian besarnya kedalam rekening
investasi peserta dan sebagian kecilnya kedalam rekening tabarru. Seperti dana non saving kedua
jenis rekening akan diinvestasikan, dialokasikan untuk membayar klaim (akumulasi tabarru), dan
dibagi hasilkan dengan perusahaan (akumulasi dan investasi)

1
PEMBAHASAN
a. Definisi

Kata asuransi berasal dari kata “assurantie” (belanda) atau assurance atau insurance
(inggris). Paling tidak menurut sebagian ahli kata istilah assurantie itu sendiri sesungguhnya
bukanlah istilah asli bahasa belanda, melainkan berasal dari bahasa latin yang kemudian diserap
ke dalam bahasa belanda yaitu assecurare yang berarti “meyakinkan orang” kata ini kemudian
dikenal dalam bahasa perancis sebagai assurance.
Baik kata assurance maupun kata insurance, secara literal, keduanya berarti perlindungan
aau pertanggungan. Padahal, menurut Dahlan Siamat kedua istilah ini sesungguhnya memiliki
pengertian yang berbeda antara satu dan yang lain. Insurance mengandung arti “sesuatu yang
mungkin atau tidak mungkin terjadi” sedangkan assurance berarti “ sesuatu yang terjadi”.
Menurut Undang-undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 menyatakan asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan
Pengertian Asuransi Syari’ah (Fatwa DSN): Asuransi syari’ah adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk
aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syari’ah

b. Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan asuransi di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-


Undang Hukum Dagang (KUHD),UU Republik Indonesia No.2 Tahun 1992 tentang
usaha perasuransian, Peraturan Pemerintah No.63 Tahun1999 Tentang Perubahan atas PP
No.73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Peasuransian.

c. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Adapun prinsip-prinsip Asuransi Syariah meliputi:


1. prinsip Insurable Interest, jika tertanggung tidak memliki kepentingan terhadap
objek yang diasuransiakan maka objek tidak dapat dijamin, prinsip mnengharuskan
adanya kepentingan tertanggung terhadap objek yang dijadikan sebagai tanggungan.
2. Prinsip Indemnity, yakni konpensasi keuangan yang eksak cukup untuk
mengembalikan tertanggung pada kondisi keuangan sebelum kerugian
terjadi,bentuknya bisa cash, repair, replacement, dan reinstatement.
3. Prinsip Subrogasi, yakni hak seseorang yang telah membayar ganti kerugian kepada
orang lain karena kewajiban hukumnya, untuk menggantikan orang lain itu serta
menggunakan semua hak dan upaya hukum orang lain itu, baik sesudah maupun
sebelum dilaksanakan.

2
4. prinsip Proximate Cause, yakni suatu penyebab aktif, efisien yang membentuk suatu
rangkaian kegiatan atau kejadian yang menimbulkan sebab akibat.
5. prinsip Contibution, yakni hak dari seseorang penangung untuk meminta sesama
penganggung membayar ganti rugi secara bersama-sama kepada seseorang
tertanggung dan bagian dari masing-masing penganggung ini bisa tidak sama besar.
6. prinsip Utmost Good Faith, yakni kewajiban untuk memgungkapkan dengan
sukarela, secara penuh dan akurat, semua fakta material atas resiko-resiko yang
diajukan baik diminta atau tidak.
7. Prinsip-prinsip tambahan: prinsip ikhtiar dan berserah diri, tolong-menolong,
bertanggung jawab, saling kerjasama dan bantu-membantu,serta saling melindungi
dari berbagai kesusahan.

d. Macam-macam Asuransi

Terbagi dua, yaitu:


Asuransi jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan man pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi,
untuk membeikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Asuransi kerugian adalah usah yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan
resiko atau kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

e. Prinsip Operasional Asuransi Syariah

Keunt
ungan Keuntunga X % peserta asuransi
Fee/U n investasi
jrah Invest (100-X)% perusahaan asuransi
asi after zakat
Perus
PREMI haan SUR Surplus X % Peserta asuransi
ASUR asura PLUS setelah
ANSI nsi
Dana dizakatkan (100-X)% perusahaan asuransi
Pesert
a KLAI
(tabar M
ru)

3
f. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

No. Titik Perbedaan Asuransi Syariah Asuransi Konvensial


1. Konsep Sekumpulan orang yang saling Perjanjian 2 pihak atau lebih, dengan
membantu, saling menjamin, dan mana pihak penanggung mengikatkan
bekerja sama dengan cara diri kepada tertanggung, dengan
memberikan dana tabarru’ menerima premi asuransi untuk
memberikan pergantian kepada
tertanggung

2. Sejarah Dari Aqilah, kebiasaan suku Arab  Dari Masyarakat Babylonia 4000 s/d
jauh sebelum Islam datang, 3000 BC, yang dikenal dengan
kemudian disyahkan oleh Codec Hammurabi
Rasulullah menjadi hukum islam  Tahun 1668 M di Coffe House
yang tertuang dalam konstitusi London berdirilah Lloyd sebagai
Piagam Madinah cikal bakalnya.

3. Source Bersumber dari wahyu Ilahi. Bersumber dari pikiran manusia dan
AlQuran, Sunnah, Ijma’, Fatwa kebudayaan. Berdasarkan hukum positif,
Sahabat, Qiyas, Istihsan, hukum alami, dan contoh sebelumnya
Mashalih mursalah

4 Pengawasan Adanya DPS yang berfungsi Tidak ada DPS yang mengawasi praktek
mengawasi pelaksanaan operasionalnya, sehingga banyak yang
operasional perusahaan agar bertentangan dengan syara’
terbebas dari praktek2 muamalah
yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip syari’ah

5. Akad  Aqad tabarru’ dan Aqad  Perjanjian jual beli


tijarah  Adanya unsur Maysir, Gharar, dan
 Bersih dari adanya praktek Riba yang diharamkan dalam
Maysir, Gharar, dan Riba muamalah

6. Jaminan/Risk Sharing Of Risk, di mana terjadi Transfer Of Risk, di mana terjadi transfer
proses saling menanggung antara resiko dari tertanggung kepada
satu peserta dengan peserta tertanggung
lainnya (ta’awun)

7. Pengelolaan Dana  Dana yang terkumpul  Dana yang terkumpul menjadi milik
menjadi amanah pengelola perusahaan
dana.  Dana tersebut dikelola sesuai dengan
 Dana tersebut diinvestasikan kebijakan management.
sesuai dengan instrumen  Tidak ada pemisahan dana
syari’ah
 Ada pemisahan dana

8. Premi Iuran atau kontribusi terdiri dari Unsur premi terdiri dari: tabel mortalita,
unsur tabarru’ dan tabungan interest, cost of insurance
yang tidak mengandung unsur
riba. Tabarru juga dihitung dari
tabel mortalita, tapi tanpa
perhitungan bunga teknik

4
9. Profit Profit dari Surplus U/W, komisi Profit dari Surplus U/W, komisi reas, &
reas, & hasil investasi dilakukan hasil investasi adalah sepenuhnya milik
profit sharing dengan peserta perusahaan.

10. Visi Misi Misi yang diemban dalam Secara garis besar Visi & Misi utamanya
asuransi syari’ah adalah misi adalah misi ekonomi dan sosial.
aqidah, misi ibadah, misi
ekonomi, dan misi pemberdayaan
ummat (sosial).

g. Glossary

Loading: (kontribusi biaya)


adalah kontribusi biya yang dibebankan kepada peserta yang pada asuransi
konvensional biasanya diambil dari premi tahun pertama dan kedua. Pada beberapa
asuransi syariah di Indonesia, loading dikenakan sebesar kurang lebih 25% dari premi
tahun pertama atas sepengetahuan peserta, dan terutama diperuntukan biaya komisi aja.

Aktuaria
Setiap perusahaan asuransi wajib memiliki paling tidak seorang aktuaris yang
bertanggung jawab untuk membuat laporan-laporan ke departemen keuangan sebagai
konsultan aktuaria aspek aktuaria disini adalah sejauh mana seoang aktuaris dapat
dilibakan dalam arancangan produk, penetuan rate premi setiap produk, distribusi
surplus, valuasi dan tes solvensi, membuat retakaful. Atau perjanjian reas.

Klaim (Claims)
Adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertangungan atas kerugiannya
yang tersedia berdasarkan perjanjian. Klaim adalah proses yang mana peserta dapat
memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian tersebut. Semua usaha yang diberikan yang
diberikan untuk menjamin hak-hak tersebut dihormati sepenuhnya sebagaimana yang
seharusnya.

Reassuransi dan Retakaful


Adalah, suatu persetujuan yang dilakukan antara dua pihak, yang masing-masing
disebut pemberi sesi (ceding company) dan penanggung ulang (reasuradur), dengan jalan
pemberi sesi menyetujui penyerahan dan penanggung ulang menyetujui menerima suatu
resio yang telah ditentukan denganpersyaratan yang ditetapkan dalam tujuan. Tujua
keduanya adalah sama, yakni untuk mengurangi atau memperkecil beban resiko yang
diterimanya degan mengalikan seluruh atau sebgaian resiko itu kepada pihak penanggung
lain.

5
PENUTUP
Memang mengejutkan, praktek yang secara modern dimulai dari sebuah kedai kopi ini
akhirnya bisa menjadi praktik bisnis yang menandakan gaya hidup kelas atas itu. Akhir-akhir ini,
kecenderungan orang untuk mengasuransikan property mereka semakin besar, karena
menandakan terjaminnya semua property mereka dari kerugian.
Ada banyak jenis asuransi belakangan ini, semisal asuransi jiwa (allianz, prudential)
asuransi rumah (Bumi Putera) asuransi mobil (garda oto) asuransi kesehatan (askes) dsb.
Sesungguhnya praktik asuransi dalam islam sangat dianjurkan, beberapa imam madzhab
mencoba memberikan solusi masing-masing atas permasalahan ini, namun secara garis besar
mereka setuju, hanya satu dua yang berbeda pandangan. Perbedaan asuransi syariah dengan
konvensional terletak pada segi aqad maupun motivasi yang mengiringi transaksi dalam asuransi
tsb. Islam memotivasii ummatnya, untuk tolong-menolong dalam hal muamalat, tidak hanya
sekedar mencari keuntungan belaka.

6
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. 2003. Jogjakarta; Ekonisia

Suma, Amin, Prof. Dr. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional. 2006. Ciputat;
Kholam Publishing

Syakir Sula, Muh. Ir,. Asuransi Syariah, Konsep dan Sistem Operasional. 2004. Jakarta;
Gema Insani Press

Tim Instruktur. Bahan-bahan Kuliah Informal Ekonomi Islam UI. 2005. Jakarta; KIEI
Universitas Indonesia

You might also like