You are on page 1of 18

Indonesia Butuh 11.500 Dokter Keluarga Kebutuhan dokter keluarga di Indonesia diyakini akan terus meningkat tiap tahunnya.

Ini seiring kesadaran masyarakat akan pentingnya pelayanan kesehatan, salah satunya dengan menggandeng dokter keluarga, selain mengandalkan keberadaan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit. Ketua Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Soegito Wonodirekso mengatakan hingga 2014 ini dibutuhkan 11.500 dokter keluarga. Saat ini baru ada 5 ribuan dokter keluarga, ujarnya kepada wartawan di sela seminar tentang kedokteran keluarga yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Sabtu 26 Maret 2011. Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang secara spesifik menangani beberapa keluarga. Dokter tersebut harus memiliki kompetensi yang meliputi pencegahan penyakit, penanganan penyakit dasar, hingga menyarankan rujukan ke rumah sakit jika sudah tidak mampu ditangani. Dia juga harus mampu berperan sebagai konsultan kesehatan, katanya. Tidak ada standar khusus untuk menjadi dokter keluarga. Soegito menyebut yang terpenting dokter praktek umum yang sudah cukup berpengalaman. Bukan dokter yang baru lulus dari universitas. Kalau di negara lain, disebut dokter keluarga ketika sudah praktek minimal 3 tahun, ujarnya. Ukky Primartantyo (www.tempointeraktif.com, diakses pada 18 Oktober 2011 Pk 13.00)

STEP 1
1

1. Memahami dan menjelaskan batasan dokter keluarga dan perkembangannya 1.1. Memahami dan menjelaskan definisi dokter keluarga 1.2. Memahami dan menjelaskan batasan dan ruang lingkup dokter keluarga 1.3. Memahami dan menjelaskan sejarah dokter keluarga 2. Memahami dan menjelaskan peran dokter keluarga pada pelayanan strata primer terhadap individu, keluarga dan komunitas kehidupannya 2.1 Memahami dan menjelaskan Tujuan dokter keluarga 2.2 Memahami dan menjelaskan Karakteristik dokter keluarga 2.3 Memahami dan menjelaskan tugas / peran dokter keluarga 2.4 Memahami dan menjelaskan wewenang dokter keluarga 2.5 Memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip kedokteran keluarga 2.6 Memahami dan menjelaskan Fungsi dokter keluarga 2.7 Memahami dan menjelaskan Manfaat dokter keluarga 2.8 Memahami dan menjelaskan Hak Dan Tanggung Jawab Dokter Keluarga dalam Sistem jaminan Pemeliharaan Kesehatan 2.9 Memahami dan menjelaskan Pelayanan dokter keluarga 3. Memahami tentang pendekatan holistik di mana manusia sebagai makhluk biopsikososiospiritual 4. Memahami persepsi tentang sakit dan perilaku sakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan kesehatan 5. Memahami dan menjelaskan tentang Pelayanan komprehensif (paripurna) 6. Memahami dan menjelaskan tentang Patient-centered approach

STEP 2 MANDIRI
2

STEP 3 1. Batasan dokter keluarga dan perkembangannya a. Definisi dokter keluarga


3

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, menutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan. b. Batasan dan ruang lingkup dokter keluarga Dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan. Dari tugasnya itu jelaslah bahwa seorang dokter layanan primer harus mempunyai kompetensi: Keterampilan Komunikasi efektif Seluruh keterampilan klinik layanan primer Seluruh keterampilan menerapkan dasar-dasar lmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer. Mampu memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi. mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat. Etika, moral dan profesionalisme dalam praktik Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya. c. Memahami dan menjelaskan sejarah dokter keluarga Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981 dengan berdirinya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:

Pendayagunaan dokter pasca PTT Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Menghadapi era globalisasi
4

Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya diintegrasikan dalam pendidikan "community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru dikembangkan. Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluargaharus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu : Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga, Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga, Paket C: ketrampilan klinik praktis, Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia. 2. Peran dokter keluarga pada pelayanan strata primer terhadap individu, keluarga dan komunitas kehidupannya a. Tujuan dokter keluarga Skala kecil : Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga Mewujudkan keluarga sehat sejahtera Skala besar : Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia b. Karakteristik dokter keluarga Lynn P. Carmichael (1973) Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973) Pelayanan responsif dan bertanggung jawab Pelayanan primer dan lanjut Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
5

Memandang pasien dan keluarga Melayani secara maksimal

IDI (1982) Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat Pelayanan menyeluruh dan maksimal Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya c. Tugas / peran dokter keluarga Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, Menangani penyakit akut dan kronik, Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit, Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya, Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus. d. Wewenang dokter keluarga Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer, Melakukan perawatan sementara, Menerbitkan surat keterangan medis, Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap, Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus. e. Prinsip-prinsip kedokteran keluarga
6

Pelayanan yang holistik dan komprehensif Pelayanan yang kontinu Pelayanan yang mengutamakan pencegahan Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya Pelayanan yang menjunjung tinggi etika, moral. dan hukum Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

f. Fungsi dokter keluarga Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien, sesuai ketentuan yang berlaku Meningkatkan peranserta keluarga dan masyarakat peserta agar berperilaku hidup sehat Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka rujukan Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisien mungkin Menjaga hubungan baik dan terbuka dengan para pelaku jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat lainnya g. Manfaat dokter keluarga Menurut Handaja tahun 2005 sungguhnya apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan banyak manfaatnya yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud adalah : Akan dapat diselenggarakannya penanganan khusu penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan. Akan dapat diselenggarakannya pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan kesehatan. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terara, terutama di tengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu masalah keehatan tidak menimbulkan masalah lainnya. Jika seluruh anggota keluarga turut serta dalam pelayanan maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit termasuk faktor sosial psikologis. Akan dapat diselenggarakannya penanganan khusus penyakit dengan tatacara ysng lebih sederhana dan tidak begitu mahal oleh karena itu akan efisien biaya. Akan dapat dicegah pemakaian berbagaiperalatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan.
7

h. Hak Dan Tanggung Jawab Dokter Keluarga

Hak Dokter Keluarga : Menerima pembayaran pra-upaya dengan sistim kapitasi Memperoleh bonus atau insentif lain atas prestasi kerjanya Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta yang tidak mematuhi ketentuan JPKM Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta bila tidak tercakup dalam kontrak antara PPK dengan Bapel Memutuskan kontrak kerja dengan bapel bila kesepakatan tak dipatuhi Tanggung Jawab Dokter Keluarga Bertanggung jawab atas kesehatan peserta Bertanggung jawab atas pengaturan pemanfaatan sarana kesehatan untuk keluarga peserta Bertanggungjawab menyampaikan laporan utilisasi pelayanan kesehatan kepada Badan Penyelenggara jaminan Bersama-sama dengan instansi kesehatan setempat, bertanggungjawab atas pelayanan kesehatan peserta bila terjadi kasus KLB i. Pelayanan dokter keluarga Jenis Pelayanan Dokter Keluarga : Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan Pemeriksaan dan Pengobatan oleh dokter Tindakan medis kecil (ringan) Pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana Pemeriksaan ibu hamil, nifas dan ibu menyusui, bayi dan anak balita Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi Pemberian obat pelayanan dasar dan pelayanan obat penyakit kronis atas indikasi medis Pemberian surat rujukan ke Rumah Sakit/Dokter Spesialis untuk kasus yang tidak dapat ditangani Dokter Keluarga IDI menggambarkan ciri pelayanan Dokter Keluarga (DK) sebagai berikut: DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai anggota satu keluarga bakan anggota masyarakatnya DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderitanya secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi apa yang dikeluhkannya DK memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobatinya penyekit sedini mungkin DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya DK menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama dan ikut bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan 3. Pendekatan Holistik dimana manusia sebagai makhluk biopsikososiospiritual
8

Manusia Sebagai Makhluk Holistik Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain. Manusia sebagai makhluk biologis, disebabkan karena: manusia terdiri dari gabungan sistem-sistem organ tubuh manusia mempertahankan hidup manusia tidak terlepas dari hukum alam (khususnya hukum perkembangan) Manusia sebagai makhluk psikologis, karena: setiap individu memiliki kepribadian yang unik (sanguin, melankholik,dll) setiap individu memiliki tingkahlaku yang merupakan manifestasi dari kejiwaan setiap individu memiliki kecerdasan dan daya pikir setiap individu memiliki kebutuhan psikologis untuk mengembangkan kepribadian Manusia sebagai Makluk sosial, karena: setiap individu hidup bersama dengan orang lain setiap individu dipengaruhi oleh kebudayaan setiap individu terikat oleh norma yang berlakuk dimasyarakat setiap individu dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan sosial setiap individu tidak dapat hidup sendiri perlu bantuam orang lain Manusia sebagai makhluk Spritual karena: setiap individu memiliki keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan setiap individu memiliki pandangan hidup, dan dorongan sejalan dengan keyakinan yang dipegangnya Standar Pelayanan Menyeluruh (Standard Of Holistic Care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial, dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. a. Pasien adalah manusia seutuhnya Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya. b. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memerhatikan bahwa keluarga pasien dapat memengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pasien. c. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya 4. Persepsi tentang sakit dan perilaku sakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan kesehatan Definisi Sakit Yaitu deviasi/penyimpangan dari status sehat
9

Parson (1972) Sakit : gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya. Bauman (1965) Seseorang menggunakan tiga criteria untuk menentukan apakah mereka sakit: a. Adanya gejala : naiknya temperature, nyeri b. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit. c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah. Penyakit Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit. Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit. Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan Sebagai manisfestasi keberhasilan/kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Gangguan kesehatan : ketidakseimbangan antara factor : Host Agent Environmet Rentang sehat sakit Suatu skala ukur secara relative dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan seseorang. Kedudukannya pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat individual. Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kematian pada titik yang lain. Tahapan sakit Menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu : 1. Tahap mengalami gejala Tahap transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya ; merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya berbagai gejala/merasa ada bahaya. Mempunyai 3 aspek : Secara fisik : nyeri, panas tinggi Kognitif : interprestasi terhadap gejala Respon emosi terhadap ketakutan/kecemasan Konsultasi dengan orang terdekat : gejala + perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan di rumah. 2. Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Role) Penerimaan terhadap sakit Individu mencari kepastian sakitnya keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit. Mencari pertolongan dari profesi kesehatan, yang lain mengobati sendiri, mengikuti nasehat teman/keluarga. Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih baik. Invidu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana pengobatan dipenuhi/dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya. 3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
10

3 tipe informasi validasi keadaan sakit Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti Keyakinan bahwa mereka akan baik Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada gejala kembali pada profesi kesehatan. 4. Tahap ketergantungan Jika profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang sakit : menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan. Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. 5. Tahap penyembuhan Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sakit dan fungi sebelum sakit. Kesiapan untuk fungsi social. Perilaku Peran Sakit (Sick Role Behaviour) Yaitu kegiatan yang dilakuan oleh individu yang mempertimbangkan dirinya sakit dengan tujuan untuk memperoleh kesehatan. Dampak sakit Efek sakit terhadap anggota keluarga. Orang yang sakit : mempengaruhi keluarga dan orang berarti lainnya. Jenis dari efek dan luasnya tentang 3 aspek : Anggota keluarga mana yang sakit Serius dan lamanya sakit Adaptasi dan kebiasaan yang dipegang oleh keluarga. Perubahan terjadi pada keluarga Perubahan peran Meningkatnya stress sampai kecemasan tentang hasil dari penyakit dan konflik tentang ketidakbiasaan tanggung jawab. Masalah keuangan Kesepian sebagai akibat dari perpisahan. Perubahan dalam kebiasaan sosial. Konsep perilaku 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. ( Notoatmodjo, 2003).
11

Seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Skinner, 1938 yang dikutip dalam Notoatmodjo,2003). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua : a. Perilaku Tertutup (Covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), Misalnya: Seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya. b. Perilaku Terbuka (Overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. 2. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. (Dinas Kesehatan Polewali Mandar,2008) 3. Bentuk Perilaku Dilihat dari bentuknya perilaku dibedakan menjadi 2 macam yaitu: a. Bentuk pasif Adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung bisa dilihat orang lain,misalnya berpikir,tanggapan,sikap atau pengetahuan. b. Bentuk aktif Adalah apabila perilaku ini jelas bisa dilihat. Batasan perilaku kesehatan Batasan perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek: a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. 2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

12

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (selftreatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3. Perilaku Kesehatan Lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan antara lain: a. Perilaku hidup sehat Perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: Menu seimbang Olahraga teratur Tidak merokok Tidak minum-minuman keras dan narkoba Istirahat yang cukup Mengendalikan stress Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan b. Perilaku Sakit (illness behavior) Mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. c. Perilaku peran sakit ( the sick role behavior) Perilaku ini mencakup : Tindakan untuk memperoleh kesembuhan Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak. Mengetahui hak(misalnya: hak memperoleh perawatan,pelayanan kesehatan dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan,tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya. Model-model perilaku kesehatan 1. Model Suchman Model Suchman adalah menyangkut pola sosial dari perilaku sakit yang tampak pada orang mencari, menemukan dan melakukan perawatan medis. Ada empat unsur yang merupakan faktor utama perilaku sakit yaitu perilaku itu sendiri, sekuensinya tempat atau ruang lingkup dan variasi perilaku selama tahap-tahap perawatan medis. 2. Model Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock Hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi secara langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinannya terhadap nilai manfaat dari suatu tindakan kesehatan. 3. Model Fabrega
13

4.

5.

6.

7.

8.

Model ini memberikan definisi abstrak tentang perilaku sakit yang dituangkan dalam 9 tingkatan dan menggambarkan konsekuensi keputusan yang ditetapkan orang selama dalam keadaan sakit. Model Mechanic Suatu model mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan cara orang melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit.(Mechanic,1962 yang dikutip dalam Muzaham,1995) Model Andersen Model yang menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan menyatakan bahwa hal itu tergantung pada: predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, kemampuan mereka untuk melaksanakannya, dan kebutuhan meraka terhadap jasa pelayanan tersebut. Model Kosa dan Robertson Upaya lain untuk memahami perilaku sehat dan sakit baik dari perspektif individu maupun sosial adalah dengan model yang di kembangkan oleh J.Kosa dan L.S.Robertson (1975). Formulasinya meliputi 4 komponen utama yakni: penilaian tentang suatu gangguan kesehatan, peningkatan rasa khawatir karena persepsi tentang gejala penyakit, penerapan pengetahuan sendiri terhadap kesehatan dan bentuk tindakan untuk menghilangkan kekhawatiran dan gangguan kesehatan tersebut. Model Antonovsky dan Kats Dalam mempelajari kesehatan preventif, A.Antonovsky dan Kats (1970) mengemukakan suatu model terpadu untuk membuat kategori tentang berbagai tipe variabel yang berbeda menurut pola tindakan tertentu, dan membuat spesifikasi mengenai kaitan antara semua variabel tersebut. Tiga golongan variabel di identifikasikan sebagai determinan dalam perilaku pencegahan gangguan kesehatan, termasuk perbuatan tunggal maupun berulangulang. Ketiga golongan variabel tersebut adalah motivasi predesposisi, variabel kendala dan variabel kondisi. Model Langlie Adalah model perilaku pencegahan gangguan kesehatan dengan cara menggabungkan variabel-variabel social psikologi dan model kepercayaan kesehatan dengan karakteristik kelompok social dari formulasi Suchmnan. Perilaku pencegahan kesehatan yang dirumuskan oleh Langlie sebagai suatu tindakan kesehatan yang di sarankan, dan dilaksanakan oleh seseorang yang percaya bahwa dirinya dalam keadaan sehat, guna mencegah penyakit, gangguan kesehatan, atau mendeteksi penyakit pada saat penyakit belum terlihat.

Perubahan (adopsi) perilaku dan indikatornya Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap yaitu; 1. Pengetahuan Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat di kelompokkan menjadi; a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
14

Penyebab penyakit Gejala atau tanda-tanda penyakit Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan Bagaimana cara penularannya Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: Jenis-jenis makanan yang bergizi Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya Penting olahraga bagi kesehatan Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minum keras, narkoba dan sebagainya. c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Manfaat air bersih Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya 2. Sikap Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni: a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tandatanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan caracara(berperilaku) hidup sehat. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. 3. Praktek atau Tindakan (practice) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui. Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni: a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup:pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pegurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu dan penyembuhan penyakit. b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
15

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain:mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok,tidak minum-minuman keras dan narkoba,dan sebagainya. c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan Perilaku ini antara lain mencakup:membuang air besar di jamban (WC),membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi,cuci,masak dan sebagainya. Aspek sosio psikologi perilaku kesehatan Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh bebarapa faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: Susunan saraf pusat, Persepsi, Motivasi, Emosi, dan Belaljar persepsi adalah pengalaman yang dihasilakan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. 5. Memahami dan menjelaskan tentang Pelayanan komprehensif (paripurna) Standar Pelayanan Paripurna (Standard Of Comprehensive Of Care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and specific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memerhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran. a. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memerhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya. c. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.

d. Deteksi dini Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu. e. Kuratif medis Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk
16

kegawatdaruratan medis, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan/atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi. f. Rehabiltasi medis dan sosial Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menerapkan segala kesempatan rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial. g. Kemampuan sosial keluarga Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memerhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya. h. Etik medikolegal Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem yang sesuai dengan medikolegal dan etik kedokteran. 6. Memahami dan menjelaskan tentang Patient-centered approach a. Memahami kapasitas dunia kehidupan pasien seutuhnya b. Memahami nilai-nilai yang dianutnya c. Identifikasi persepsi, harapan dan kekhawatiran pasien terhadap sakitnya d. Memahami pasien sebagai bagian dari kehidupannya e. Memahami masalah yang sedang dihadapi pasien f. Mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari pasien (pertanyaan terbuka) termasuk perasaan pasien dan keluarga terhadap sakitnya g. Tidak hanya menegakkan diagnosis dengan baik tapi dapat mengidentifikasi masalah sebenarnya h. Semakin banyak dokter mengetahui informasi tentang pasien semakin memahami kebutuhan pasien sebenarnya i. Dari pemahaman tentang pasien seutuhnya, akan dibuat manajemen pasien dan masalahnya secara holistik dan komprehensif j. Dibutuhkan diskusi antara pasien dan dokter untuk menentukan mana yang terbaik bagi kedua belah pihak k. Jika kedua belah pihak menyetujui rencana manajemen terapinya kepuasan pasien dan dokter peningkatan kualitas pelayanan

DAFTAR PUSTAKA Prasetyawati, A.E. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta http://www.perawatcerdas.co.cc/2010/08/konsep-manusia-dan-kebutuhan-dasar.html http://dokterfaizblog.blogspot.com/2011/06/dokter-keluarga.html http://rezakuo-burungkasuari.blogspot.com/p/pembahasan-konsep-perilaku-kesehatan.html http://www.scribd.com/doc/19629055/Konsep-sehat-sakit Duarsa, A.B.S. 2011. Kuliah Patient-centered Approach
17

18

You might also like