You are on page 1of 12

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN No. RM Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Status Pernikahan Pendidikan terakhir Kebangsaan Agama II. ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 14 Juni 2012 pukul 15.00 WIB di Poliklinik Mata RSMM Bogor. Keluhan utama Tidak dapat melihat sejak 2 tahun yang lalu Keluhan tambahan Mata kiri terasa nyeri, berair terus-menerus, nyeri kepala berdenyut seluruh daerah kepala Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan tidak bisa melihat sejak 1 tahun SMRS. 2 tahun SMRS, pasien mengalami nyeri kepala berdenyut di seluruh lapangan kepala, tidak menjalar, mendadak, berkurang dengan obat nyeri dan nyeri pada kedua mata seperti berdenyut, bersamaan dengan nyeri kepala. Penglihatan kedua mata buram baik melihat jauh dan dekat secara perlahan-lahan. Pasien juga sering melihat pelangi apabila melihat lampu yang berwarna putih. Lapang pandang : 232112 : Ny. E : 32 Tahun : Perempuan : Babakan, Dramaga Bogor 16680 : IRT : Menikah : SMP : Indonesia : Islam

berkurang, mual, muntah, mata merah, mengeluarkan kotoran mata, berair disangkal oleh pasien. Akhirnya, pasien berobat ke Puskesmas, diberi obat antinyeri dan dirujuk ke bagian Mata RSUD Cibinong, didiagnosa menderita Glaukoma pada kedua mata serta menjalani pengobatan dengan obat tetes Timol 0.5%, Cendo Xitrol, tablet Glaucon, KSR, dan Asam Mefenamat. Setelah 6 bulan pengobatan, pasien merasa membaik dan menghentikan pengobatan karena sudah tidak ada gejala. 1 tahun SMRS, penglihatan pasien hilang mendadak dan nyeri kepala serta leher muncul kembali dengan intensitas yang lebih nyeri, mual tetapi tidak muntah, mata kiri nyeri sekali seperti berdenyut-denyut tetapi mata kanan tidak terasa nyeri sedikitpun (baal). Mata merah, mengeluarkan kotoran mata, dan berair disangkal oleh pasien. Pasien menjalani beberapa pengobatan alternatif tetapi tidak ada perbaikan, sehingga kembali berobat ke RSUD Cibinong, yang kemudian dirujuk ke RSCM untuk dilakukan operasi cyclocryo pada mata kiri. 18 hari SMRS, pasien menjalani operasi cyclocyro mata kiri di RSCM. Setelah itu, pasien masih tidak bisa melihat, rasa nyeri kepala dan nyeri pada mata kiri berkurang, tidak mual ataupun muntah, mata kiri merah, berair tetapi tidak sampai jatuh ke pipi, tidak mengeluarkan kotoran mata. Saat ini pasien datang ke poli mata RSMM Bogor untuk kontrol, keluhan nyeri kepala dan nyeri pada mata kiri (+) mata kiri merah (+) berair (+) tapi tidak sampai jatuh ke pipi dan tidak mengeluarkan kotoran mata. Pasien juga mengeluh sulit untuk memulai tidur, sehingga jam tidur berkurang menjadi 4jam dalam semalam. Riwayat penyakit dahulu Pasien belum pernah mengalami penyakit mata sebelumnya. Riwayat alergi obat-obatan disangkal. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata. Tidak ada riwayat trauma, mendapat tindakan operasi, maupun dirawat di RS karena sakit tertentu. Pasien juga tidak pernah menggunakan obat tetes mata secara terus menerus.

Riwayat penyakit keluarga Orang tua pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Riwayat hipertensi, diabetes, glaukoma dan alergi obat-obatan dalam keluarga disangkal. III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan dilakukan tanggal 14 Juni 2012 A. Status Generalis Keadaan Umum Kesan sakit Kesadaran Kooperatif Keadaan gizi Tekanan darah Nadi Suhu Pernafasan Kepala Mata THT Telinga Hidung Tenggorok Mulut Leher Thoraks Jantung Paru Abdomen Ekstremitas : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-) : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) : Datar, supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal 3x/menit : Akral hangat pada keempat ekstremitas, oedem (-) : Normotia, sekret -/-, serumen -/: Deviasi septum (-), sekret -/: Faring tidak hiperemis : Lidah kotor (-), tonsil tidak hiperemis T1-T1 : KGB dan tiroid tidak teraba membesar : Tampak sakit ringan : Compos mentis : Kooperatif : Kesan gizi cukup : 110/80 mmHg : 88 x/menit : Afebris : 18 x/mnt : Normosefali : Lihat status oftalmologi

B. Status Oftalmologi OKULI Palpebra Skuama Edema Luka robek Nyeri tekan Suprasilia Silia Konjungtiva Warna Injeksi Pigmen Penebalan Benda asing Sekret Kornea Jernih Benda asing Infiltrat Sikatrik COA Isi Volume Iris Warna Kripta Pupil Besar Warna RCL/RCTL Posisi Lensa Gerak bola mata Visus V. RESUME Pasien perempuan, 14 tahun, mengeluh kedua bulu mata masuk ke arah dalam sejak 2 bulan SMRS. Kedua mata pasien juga terasa perih dan terusmenerus berair. Pasien merasa silau bila melihat cahaya, mata terasa gatal, dan pasien menyadari adanya bercak putih pada mata kiri. Pasien pernah datang
4

OD -

OS +

Hiperemis Jernih Normal Normal Coklat 4 mm Hitam -/Ortoposisi Jernih

Hiperemis Konjungtiva dan episclera + jernih Jernih Normal Normal Coklat 4 mm Hitam -/Ortoposisi Jernih

datang ke poliklinik mata RSUD Marzoeki Mahdi 2 bulan yang lalu dan dianjurkan tindakan rekonstruksi. Namun, pasien menolak sehingga hanya diberi obat dan disarankan untuk menempelkan plester pada kelopak mata bawah ke pipi sebagai tindakan sementara. Saat ini pasien kembali untuk mengontrol kondisinya. Pasien mengaku sering mengalami penyakit mata dan terakhir kali sekitar setahun yang lalu, namun pasien tidak tahu apa penyakitnya. Pemeriksaan fisik pasien menunjukkan status generalis dalam batas normal. Pada status oftalmologis pasien didapatkan kedua konjungtiva hiperemis, kornea mata kiri terdapat sikatrik, serta visus mata kanan dan kiri 0,5. VI. DIAGNOSIS KERJA ODS Glaukoma Absolut VII. PENATALAKSANAAN Medikamentosa (ODS) Cravit eye drops Xytrol eye drops Prednisone Vitanorm 4 x 1 tetes 4 x 1 tetes 3 x 2 tab 2 x 1 tab

Non-medikamentosa (ODS) Plester kulit. Tempatkan satu ujung plester dekat bulu mata bawah, lalu tarik ke bawah dengan lembut dan tempelkan ujung lain plester pada pipi bagian atas. VIII. PROGNOSIS OD : Ad vitam Ad visam Ad sanationam OS : Ad vitam Ad visam Ad sanationam : bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam : bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA
ENTROPION Definisi Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam1 sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea atau apa yang disebut sebagai trikiasis. 1,2 Entropion biasanya terjadi pada kelopak mata bawah dan dapat terjadi bila pasien melihat ke bawah atau diinduksi dengan penutupan paksa kelopak mata.3 Epidemiologi a. Morbiditas Morbiditas utama adalah iritasi permukaan okular. Abrasi dan luka kornea dapat terjadi.4 b. Jenis Kelamin Tidak ada predileksi jenis kelamin.4 c. Usia Meskipun semua usia bisa terkena, namun paling sering pada orang tua.4 Klasifikasi Entropion dapat involusional (spastik, senilis), sikatrikal, atau kongenital.5 a. Entropion involusional adalah yang paling sering dan menurut definisi terjadi akibat proses penuaan. Gangguan ini selalu mengenai palpebra inferior dan terjadi akibat lemahnya otot-otot retraktor palpebra inferior, migrasi otot orbikularis praseptal ke atas, dan menekuknya tepi tarsus superior. 5 Entropion spastik disebabkan spasme dari M. orbikularis okuli. Sering didapatkan pada orang tua (entropion senilis) dimana terdapat relaksasi dari kulit palpebra dan letak bola mata yang lebih dalam, berhubung berkurangnya jaringan lemak. 2 Selain itu spasme dari M. Orbikularis okuli dapat dijumpai pula pada peradangan konjungtiva, palpebra, kornea. Pemakaian perban mata yang

terlalu lama pada orang lanjut usia, dapat juga menyebabkan entropion spastik.

Gambar 1. Entropion involusional

b. Entropion sikatrikal dapat mengenai palpebra superior atau inferior dan disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus,2,5 akibat trauma kecelakaan, operatif, atau bahan kimia.2 Kelainan ini paling sering ditemukan pada penyakit radang kronik, seperti trakoma.5

Gambar 2. Entropion sikatrikal

c. Entropion kongenital jarang dan jangan dikacaukan dengan epiblefaron kongenital, yang biasanya mengenai orang Asia. Pada entropion kongenital, tepian palpebra memutar ke arah kornea; pada epiblefaron, kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus.5 Etiologi Entropion dapat disebabkan oleh:6

Kelemahan otot. Seiring dengan usia, otot-otot di bawah mata cenderung melemah dan tendon juga lebih rileks. Jika otot dan tendon menjadi lemah dan rileks, dapat terjadi entropion.

Jaringan parut atau pembedahan sebelumnya. Jaringan parut akibat bahan kimia, trauma, pembedahan, atau radiasi pada wajah dapat merubah lengkungan normal kelopak mata, yang menyebabkan entropion.

Penyakit atau infeksi kulit. Infeksi atau penyakit kulit sebelumnya, seperti herpes okuli, dapat menyebabkan entropion. Trakoma dapat menyebabkan jaringan parut pada kelopak mata bagian dalam, yang mengakibatkan entropion dan bahkan kebutaan dari komplikasi kornea.

Pembedahan mata. Entropion spastik dapat terjadi sementara setelah pembedahan mata, biasanya hanya sampai mata sembuh sempurna. Pada beberapa kasus, entropion tetap ada setelah penyembuhan sempurna. Entropion spastik dapat juga akibat dari infeksi , inflamasi, atau trauma.

Perkembangan fetal abnormal. Sangat jarang, entropion sudah muncul sejak lahir (kongenital).

Faktor Risiko Faktor-faktor tertentu meningkatkan risiko terjadinya entropion:6 Usia. Penyebab paling sering entropion adalah kelemahan jaringan otot terkait dengan usia. Semakin tua usia, semakin besar kemungkinan terjadi entropion. Terbakar sebelumnya. Jika sebelumnya wajah pernah terbakar sehingga mengakibatkan jaringan parut, dapat memperbesar risiko entropion. Infeksi trakoma. Karena trakoma dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan parut pada bagian dalam kelopak, maka kemungkinan terjadi entropion lebih besar. Gejala Bulu mata yang terbalik ke arah dalam menyebabkan iritasi mata dan mengabrasi kornea.3 Akibat rangsangan mekanis dan kerusakan kornea, timbul rasa sakit, lakrimasi, fotofobia, blefarospasme, konjungtiva bulbi merah, kornea

keruh, atau bahkan ulkus kornea.2 Selain itu terdapat rasa mengganjal, mata kotor, serta penglihatan menurun.6

Diagnosis Biasanya, entropion dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mata dan fisik rutin. Saat pemeriksaan, kelopak mata ditarik, atau disuruh menutup mata kuat, untuk menilai posisi kelopak pada mata, serta tonus otot dan kekuatannya.6 Jika entropion diakibatkan oleh jaringan parut atau pembedahan sebelumnya, akan diperiksa jaringan sekitarnya. Mengerti bagaimana kondisi yang menyebabkan entropion adalah penting untuk menentukan pengobatan atau teknik pembedahan yang tepat. Penatalaksanaan Terapi medis Terapi medis dapat dilakukan untuk pasien yang menolak operasi dan merupakan tindakan sementara pada pasien yang mungkin membaik secara spontan.4 Pengobatan sementara yang efektif termasuk: Lubrikasi okular dan air mata buatan membantu melindungi permukaan okular dan dapat mencegah gejala mata kering akibat entropion spastik.4,6 Kebersihan kelopak mata, antibiotik, dan kortikosteroid sangat membantu mengobati blefaritis, yang dapat menyebabkan entropion spastik.4 Kemoterapi sistemik. Pasien dengan entropion sikatrikal sekunder akibat pemfigoid sikatrikal okular dapat diobati dengan kemoterapi sistemik, biasanya dapson.4 Plester kulit. Plester kulit transparan khusus dapat ditempelkan pada kelopak mata untuk mencegah pembalikan kembali. Tempatkan satu ujung plester dekat bulu mata bawah, lalu tarik ke bawah dengan lembut dan tempelkan ujung lain plester pada pipi bagian atas.6 Jahit kelopak mata keluar. Prosedur ini dapat dilakukan di ruangan dokter dengan anestesi lokal. Setelah membius mata, dilakukan 2-3 jahitan di lokasi tertentu sepanjang kelopak mata yang terkena. Jahitan melipat kelopak mata

keluar, dan menyebabkan jaringan parut yang akan mempertahankan posisi tersebut, bahkan setelah jahitan dilepas. Terdapat kemungkinan besar kelopak mata akan kembali melipat ke dalam dengan sendirinya dalam beberapa bulan setelah penjahitan, sehingga ini bukanlah solusi jangka panjang.6 OnabotulinumtoxinA (Botox). Sedikit onabotulinumtoxinA, sekitar 5 U,4 diinjeksikan pada kelopak mata bawah dapat melipat kelopak mata ke luar. 6 Pasien akan mendapatkan beberapa kali injeksi dan efeknya akan bertahan hingga enam bulan. Pengobatan ini dapat membantu bila pasien mengalami entropion spastik sementara setelah pembedahan mata lainnya, karena entropion ini akan sembuh sendiri sebelum efek toksin botulinum habis. Dalam pengobatan entropion spastik, Botox melemahkan otot orbikularis okuli pratarsal.4 Pembedahan Terapi permanen membutuhkan pembedahan.3 Terdapat beberapa teknik pembedahan yang berbeda untuk entropion, tergantung pada penyebab dan kondisi jaringan sekitarnya.6 Pemilihan prosedur pembedahan harus sesuai dengan jenis entropion. Sebelum pembedahan, diberikan anestesi lokal untuk membius kelopak mata, dan dapat pula diberikan obat sedasi ringan secara oral atau intravena untuk membantu pasien merasa nyaman. Pada entropion sikatrikal dilakukan tarsotomi. Entropion harus diberi tindakan segera untuk menghindarkan kerusakan kornea.2 Bila terdapat jaringan parut atau pembedahan sebelumnya, digunakan tanam kulit, diambil dari kelopak mata atas atau di belakang telinga, untuk memperbaiki entropion.6 Untuk entropion spastik, dapat dilakukan kantoplasti. Di kantus eksternus kulit dipotong. Konjungtiva di daerah ini dilepaskan dari dasarnya dan dijahitkan pada kulit dengan 3 jahitan. Dengan demikian fissura palpebra menjadi lebih besar.2 Setelah pembedahan, pasien menggunakan pelindung mata selama 24 jam, dan kemudian menggunakan antibiotik dan steroid pada mata beberapa kali sehari selama satu minggu. Dapat juga memakai kompres dingin secara periodik untuk

10

mengurangi lecet dan bengkak, serta asetaminofen untuk nyeri. Hindari obatobatan yang mengandung aspirin, karena dapat meningkatkan risiko perdarahan. Pada awalnya kelopak mata akan terasa kurang nyaman, tetapi setelah sembuh, nyeri dan iritasi akan hilang. Sebagian besar pasien mengatakan bahwa gejala-gejala mereka sembuh segera setelah pembedahan. Jahitan akan dilepas sekitar satu minggu setelah pembedahan. Paling tidak untuk satu bulan setelah pembedahan, jangan menarik kelopak mata saat memasukkan tetes mata. Meskipun tidak sering, perdarahan dan infeksi merupakan risiko yang mungkin terjadi dari pembedahan. Pasien akan merasakan pembengkakan sementara, dan kelopak mata lecet setelah pembedahan.6 Komplikasi Komplikasi paling berat terkait dengan entropion adalah iritasi dan kerusakan kornea. Karena bulu mata dan kelopak mata terus-menerus bergesekan dengan kornea, maka dapat terjadi ulkus kornea, yang dapat menyebabkan kebutaan permanen. Tetes mata lubrikasi dapat melindungi kornea dan mencegah kerusakan hingga sebelum dilakukan pembedahan untuk mengkoreksi entropion.6 Pencegahan Umumnya, entropion tidak dapat dicegah. Namun, bila mata merah dan iritasi setelah mengunjungi daerah yang terkena infeksi trakoma, seperti Afrika Utara atau Asia Tenggara, segera ke dokter. Infeksi trakoma yang tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut pada kelopak mata bagian dalam, yang mengakibatkan entropion dan kebutaan.6

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. h. 98. 2. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta: Abadi Tegal; 1990. h. 22-5. 3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h. 48. 4. DeBacker C. Entropion. 4 Agustus 2011 [dikutip 5 Mei 2012]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1212456 5. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. H. 80-1. 6. Mayo Clinic staf. Entropion. 30 September 2010 [dikutip 5 Mei 2012]. Diunduh dari: http://www.mayoclinic.com/health/entropion/DS01094

12

You might also like