You are on page 1of 2

Bio aditif ini untuk menghemat dan menyempurnakan proses pembakaran BBM baik bensin maupun solar.

Bio aditif ini berbentuk cair, jernih, tidak berwarna, dapat larut dalam BBM, tidak campur/menyatu dengan air, tidak membeku pada suhu rendah. Penggunaan Bio aditif ini dapat menyempurnakan proses pembakaran BBM baik bensin maupun solar, menghemat penggunaan BBM, tenaga mesin yang dihasilkan lebih besar, deposit karbon yang mengotori mesin dapat dibersihkan, sehingga biaya perawatan mesin berkurang dan tampilan mesin lebih halus, serta mampu menurunkan emisi gas buang. Kehadiran teknologi dapat penurunan konsumsi BBM, mengurangi polusi udara dan pemanasan global. Bio aditif juga memberi nilai tambah dan diversifikasi produk minyak atsiri, sehingga mendorong pemberdayaan petani minyak atsiri. Teknologi ini prospektif dapat dikembangkan oleh industri agro energi.

INOVASI TEKNOLOGI PERKEBUNAN Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) semakin berkurang sementara penggunaannya terus meningkat, seiring dengan meningkatnya aktifitas industri, kendaraan bermotor dan sebagainya. Pembakaran BBM telah meningkatkan pencemaran udara dan pemanasan global (global warming). Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pembakaran BBM tersebut adalah dengan menggunakan bahan aditif. Additif BBM adalah suatu bahan yang ditambahkan kedalam BBM dalam jumlah yang sangat kecil dengan tujuan untuk menyempurnakan pembakaran didalam mesin sehingga energi/tenaga yang dihasilkan lebih besar dari sebelumnya. Secara khusus mutu pembakaran dari suatu BBM dapat dilihat dari nilai angka oktan atau biasa disebut sebagai antiknocking. Pada garis besarnya ada dua jenis bahan additif BBM, yaitu senyawa organik-logam (metalic compound) dan organik-nonlogam (non metallic compound). Metallic compound merupakan bahan antiknock yang mengandung logam, diantaranya adalah tetra ethyl lead (TEL) dengan rumus kimianya Pb(C2H5)4, tetra methyl lead (TML) dengan rumus Pb(CH3)4, metilcyclopentadienyl manganestricarbonyl (MMT) rumus kimianya adalah CH3C5H4Mn(CO)3. TEL adalah antiknock yang mengandung timah hitam (Pb) merupakan cairan berat, begitu juga dengan TML yang dapat larut dalam bensin dan berfungsi menaikan angka octan. Namun jenis additif ini mulai ditinggalkan karena kandungan logam Pb dan akan menimbulkan gas buang yang bersifat toxic, demikian juga dengan MMT. Non metallic compound adalah bahan peningkat octan yang tidak mengandung ikatan logam, yang termasuk didalamnya adalah senyawa hidrokarbon aromatik (seri hidrokarbon dengan rantai tertutup) dan oksigenat dimana sumber utamanya batubara dan minyak bumi. Hidrokarbon aromatik seperti halnya olefin (seri hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap) mempunyai sifat antiknock yang baik karena termasuk senyawa siklis dengan enam atom karbon yang saling mengikat satu atom hidrogen, misalnya benzena (C6H6), toluena (metil benzena) dengan rumus C6H5CH3 atau C7H8 dan xilena (dimetilbenzena) dengan rumus kimia C6H4(CH3)2 atau C8H7 (Anon, 2006). Minyak atsiri merupakan suatu bahan alam yang tersusun dari komponen-komponen yang bersifat mudah menguap, berat jenisnya rendah dan dapat melarutkan bahan organik (Ketaren, 1985 dan Sastrohamidjojo, 2002). Disamping itu, komponen oksigen yang terkandung dalam struktur kimia minyak atsiri diharapkan dapat menyempurnakan sistem pembakaran. Karakteristik BBM secara umum terdiri dari berat jenis, viscosity (kekentalan), nilai calori, kandungan belerang, titik tuang, titik nyala, angka octan, kadar abu, nilai knocking Nilai-nilai karakteristik tersebut berkorelasi dengan komposisi hidrokarbon dan bahan lainnya (Anon, 2006). Indonesia merupakan salahsatu penghasil utama beberapa jenis minyak atsiri di dunia.

Minyak atsiri merupakan hasil penyulingan dari bagian tumbuh-tumbuhan tertentu dan sebagian sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Terdapat kurang lebih 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri tumbuh di Indonesia, 14 jenis diantaranya sudah menjadi komoditi ekspor termasuk minyak serehwangi (Rusli, 2002). Minyak atsiri bersifat mudah menguap, berat jenisnya dapat campur dan melarutkan bahan organik termasuk bahan bakar minyak (Lawless, 2002). Balittro sebagai lembaga yang mengemban mandat untuk penelitian tanaman atsiri, melakukan penelitian dimaksudkan untuk menciptkan formula bio aditif berbahan baku minyak atsiri yang mampu meningkatakan efisiensi proses pembakaran bahan bakar guna memcapai penghematan BBM kendaraan bermotor maupun industri guna mencapai penghematan pemakaian BBM (bensin dan solar). Mekanisme aditif dalam pembakaran BBM adalah meningkatkan reaksi pembakaran kedua bahan bakar tersebut. Peningkatan pembakaran akan meningkatkan energi yang dihasilkan sehingga tenaga motor lebih besar, sistem pembakaran lebih bersih dan emisi gas buang lebih rendah. Tahap Penelitian terdiri dari identifikasi kimiawi komponen-komponen minyak atsiri, pembuatan formula bio aditif, karakterisasi bio aditif, pengujian kinerja bio aditif yang terdiri dari parameter torsi motor, daya motor dan konsumsi bahan bakar spesifik serta emisi gas buang dan pengujian lapangan (uji jalan). Balittro telah memperoleh formula bio aditif untuk bensin dan formula bio aditif untuk solar. Hasil pengujian formula aditif bensin menunjukan kenaikan angka oktana sebesar 0,4 dengan spesifikasi fisika kimia bensin setelah dicampur aditif dapat memenuhi spesifikasi mutu menurut Direktorat Jendral Minyak dan Gas. Kinerja aditif pada bensin cukup baik ditunjukkan oleh peningkatan torsi dan daya motor serta berkurangnya konsumsi bahan bakar spesifik setelah dicampur aditif. Hasil pengujian aditif solar juga cukup baik. Peningkatan angka cetana pada aditif solar sebesar 2,9. Spesifikasi fisika kimia solar setelah dicampur aditif dapat memenuhi standar mutu dari Direktorat Jendral Minyak dan Gas. Uji kinerja pada aditif solar menunjukkan peningkatan torsi dan daya motor pada bahan bakar solar, serta mengurangi konsumsi bahan bakar spesifik. Uji emisi gas buang memberikan hasil yang baik untuk aditif bensin maupun solar, yaitu dengan berkuranggnya konsentraasi gas CO, CO2 dan HC dalam gas buang hasil pembakaran bensin dan solar. Pengujian lapangan (uji jalan) menunjukkan tingkat penghematan bensin maupun solar rata-rata sebesar 20 sampai 40%.

You might also like