Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam
kehidupan.
dianggap sulit oleh sebagian siswa, sehingga banyak siswa yang kurang antusias
cenderung merasa takut apabila akan belajar matematika, siswa merasa bosan
baik dari siswa diantaranya siswa menjadi malas untuk belajar matematika, siswa
merasa tidak termotivasi untuk belajar matematika bahkan ada siswa yang takut
tanpa variasi kreatif, kalau saja siswa ditanya ada saja alasan yang mereka
kemukakan seperti matematika sulit, tidak mampu menjawab, takut disuruh guru
ke depan dan sebagainya.. Hal ini disebabkan karena guru dalam pembelajarannya
di kelas kurang mengaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa
tetapi juga pada pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Banyak sekali upaya
yang dilakukan oleh para praktisi pendidikan untuk meningkatkan motivasi dan
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi peserta didik harus
guru sendiri hanya sebagai moderator dan fasilitator. Sebagai moderator artinya
mereka. Menyediakan sarana dan merangsang siswa berfikir produktif, dan guru
tersebut akan diterapkan pada pokok bahasan geometri, sebab pada pokok bahasan
itu perlu kiranya dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan
B. Rumusan Masalah
minat belajar siswa dalam metematika khususnya pada geometri bangun ruang
Agar kajian permasalah ini tidak terlampau meluas, kajian ini dibatasi
Gandasoli.
C. Tujuan Penelitian
Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu tujuan umum
1. Tujuan Umum
siswa.
2. Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan secara khusus yang
pembelajaran konstruktifisme.
konstruktivisme
6
D. Manfaat Penelitian
1. Penulis
2. Guru Kelas
Untuk memotivasi siswa dalam belajar sehingga menjadi siswa yang lebih aktif
E. Klarifikasi Konsep
kepatuhan siswa dalam merefleksikan atas apa yang telah diperintahkan dan
dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
a. Tahap Pertama
b. Tahap Kedua
c. Tahap Ketiga
siswa.
d. Tahap Keempat
2. Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar ada sesuatu yang kita harafkan yang biasa
disebut dengan hasil belajar, hasil belajar yang didapat siswa penting sekali untuk
proses belajar mengajar keberhasilannya diukur oleh berapa jauh hasil belajar
belajar, yakni : (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian,
8
(c) sikap dan cita-cita., yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan
strategi kognitif yang termasuk ranah kognitif, sikap dari ranah afektif dan
dipisahkan) menjadi tiga bidang, yakni : (a) bidang kognitif, (b) bidang afektif,
dan (c) bidang psikomotor. Masing-masing bidang dibagi lagi menjadi bebrapa
tingkatan.”
perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil interakti siswa dengan
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Belajar Mengajar
a. Pengertian Belajar
sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses
perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang disengaja dan
direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses
yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku ini disebut proses belajar.
Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interakti aktif
Crow and Crow (Surya, 1996 : 22), menyatakan bahwa : „Belajar adalah
cara baru untuk melakukan suatu usaha penyesuaian diri terhadap sesuatu yang baru.
Belajar menunjukkan adanya tingkah laku yang progresif, dan memberi kemungkinan
untuk memuaskan kebutuhan dalam mencapai tujuan. Selanjutnya, menurut Crow and
„Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku di dalam kepribadian yang menyatakan diri
10
sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan keperibadian
Gagne (Hernawan, dkk 2007 : 62) mengemukakan bahwa „Belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku manusia atau kemampuan yang dapat dipelihara yang bukan dari
proses pertumbuhan. Hal itu ditunjukkan dari perubahan tingkah laku yang dapat diamati
yang terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu yang dapat diamati pula. Belajar disebut
juga suatu proses krena secara formal dapat dibandingkan dengan proses organik lainnya
suatu proses perubahan tingkah laku pada seseorang baik perubahan sikap, kepribadian,
didik dan pendidik atau proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah
b. Pengertian Mengajar
bahwa : “Mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang
adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah proses mengatur
dan mengorganisir keadaan ruang belajar dalam menyampaikan ide, problem atau
11
pengetahuan sehingga tercipta ruangan belajar yang tidak membosankan siswa sehingga
akan menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar mengajar.
Dari konsep-konsep belajar dan mengajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai
a. Teori Ausubel
belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya
ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Pada belajar menghapal
bermakna, materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga
Pada saat metode penemuan dianggap sebagai suatu metode mengajar yang baik
karena bermakna, dan sebaliknya metode ceramah adalah metode yang merupakan belajar
penemuan maupun metode ceramah bisa menjadi belajar menerima atau belajar bermakna
tergantung situasinya.
mengajar yang paling baik dan bermakna. Hal ini ia kemukakan berdasarkan
penelitiannya.
12
b. Teori Piaget
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar kontruktivisme adalah Teori Perkembangan Mental Piaget . Teori ini biasa
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
ilmu pengetahuan.
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui perbuatan
fisik (Gerakan anggota tubuh) dan sensori (Koordinasi alat indera). Pada mulanya
pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada
Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya, bersamaan dengan itu konsep objek
dalam struktur kognitif mulai matang. Ia mulai mapun untuk melambungkan objek fisik
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian opersi konkrit. Istilah
operasi yang digunakan Piaget di sisni adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti
urutan tertentu (Seriation), dan membilang (Counting). Pada tahap ini pemikiran anak
13
lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit dari pada pemikiran logis, sehingga
jika ia melihat objek-objek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakan berbeda pula.
Umumnya nak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan
kemampuan untuk mengkalasifikasi dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible.
Pada tahap ini anak mulai mampu berfikir secara abstrak, dia dapat menyusun
hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi real, dan tidak terlalu bergantung pada benda-
benda kongkrit.
dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi adalah proses terpadunya
informasi dan pengalaman baru ke dalam struktur mental. Sedangkan akomodasi adalah
hasil perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya informasi dan pengalaman baru.
Mereka secara aktif mencoba menerima ide baru itu dalam kaitannya dengan pengalaman
dan ide-ide lama yang sudah ada. Suatu istilah umum untuk teori belajar Piaget adalah
14
Construktivism, karena keyakinan bahwa para siswa pasti mengkonstrukti pikiran mereka
c. Teori Vygotsky
konstruktivisme sosial. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu Zone of
dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Scaffolding
merupakan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap awal pembelajaran, kemudian
mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab
yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut
d. Teori Bruner
terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara
konsep-konsep danstruktur-struktur.
Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak
sebaiknya duberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat perag). Melalui alat
peraga yang ditelitinya itu anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola
15
struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut
kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangn intuitif yang telah melekat pada
dirinya.
yaitu :
matematika yaitu :
Anak usia SD adalah anak yang berada pada usia sekitar 7 sampai 12
tahun. Menurut Piaget anak usia sekitar ini masih berpikir pada tahap operasi konkrit
artinya siswa SD belum berpikir secara formal. Ciri-ciri anak-anak pada tahap ini
dapat memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit.
Sebagaimana kita ketahui, matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki dan
menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat. Karena ada perbedaan
karakteristik antara matematika dengan anak usia SD, maka matematika akan sulit
dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan tahap berpikir anak SD.
anak yang belum dapat berpikir secara deduktif agar dapat mengerti matematika yang
bersifat deduktif.
16
contoh dari sistem itu yang pada akhirnya telah digunakan untuk memecahkan persoalan
dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga dapat mengubah pola pikir seseorang
menjadi pola pikir yang matematis, sistematis, kritis dan cermat. Tetapi sistem
selain bahwa tahap perkembangan berpikir siswa SD masih bersifat konkrit adalah
adanya keanekaragaman intelegensi siswa SD. Matematika yang dipelajari oleh siswa SD
dapat digunakan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungannya, untuk
membentuk pola pikir yang logis, sistematis, kritis dan cermat yang pada akhirnya dapat
pembelajaran matematika. Minat yang timbul dari kebutuhan anak merupakan faktor
yang penting bagi anak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Oleh karena itu minat
belajar anak harus diperhatikan dengan baik. Dengan adanya minat belajar pada anak
Dengan demikian anak tidak perlu lagi mendapat dorongan dari luar jika belajar yang
mungkin untuk membangkitkan minat belajar pada anak. Berbagai cara dapat digunakan
kepada anak berbagai kegiatan belajar pada anak, seperti bermain sambil belajar,
17
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan minat belajar anak
a. Menyesuaikan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan dunia anak, misalnya
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar.
b. Pembelajaran dilakukan dari hal yang mudah ke yang sukar atau dari konkrit ke
abstrak.
c. Menggunakan alat peraga
d. Pembelajaran sebaiknya dapat membangkitkan aktivitas anak
e. Semua kegiatan belajar harus kontras
satu faktor penunjang adalah adanya proses belajar yang efektif (Suwangsih, 2006:18).
Kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah
dan perubahan itu merupakan hasil belajar. Perubahan tersebut dapat berupa dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya.
efektif jika guru dan orang tua mengetahui tugas apa yang harus dilaksanakan dalam
a. Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan. Dari
lingkungannya anak memilih apa yang ia butuhkan dan apa yang dapat ia pergunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menyediakan lingkungan belajar
matematika yang kaya dengan stimulus berarti membantu anak dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
b. Belajar berarti berbuat
Belajar matematika adalah suatu kegiatan, dengan bermain, berbuat, bekerja dengan
alat-alat. Dengan berbuat anak menghayati sesuatu dengan seluruh indera dan jiwanya.
Konsep-konsep matematika menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh anak
sehingga konsep itu benar-benar tahan lama dalam ingatan anak.
c. Belajar matematika berarti mengalami
Mengalami berarti menghayati sesuatu aktual penghayatan. Dengan mengalami
berulang-ulang perbuatan maka belajar matematika akan menjadi efektif, teknik akan
menjadi lancar, konsep makin lama makin jelas dan generalisasi makin mudah
18
disimpulkan. Belajar matematika adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Agar tujuan
matematika yang dirumuskan tercapai, maka pembelajaran harus menimbulkan
aktivitas pada anak sebab dengan aktivitas dapat diperoleh pengalaman baru. Dengan
meningkatnya aktivitas anak maka akan semakin meningkat pula pengalaman anak.
d. Belajar matematika memerlukan motivasi
Anak didik adalah manusia yang memerlukan bantuan dari sekitarnya sehingga dapat
berkembang secara harmonis. Anak didik membutuhkan kemampuan untuk
berkembang. Dengan memenuhi kebutuhan anak akan merupakan motivasi atau
dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
Motivasi itu dapat dirangsang dengan cara :
Merencanakan kegiatan belajar matematika dengan memperhitungkan kebutuhan
minat dan kesanggupan anak didik.
Menggunakan perencanaan pembelajaran matematika bersama dengan anak didik.
Belajar matematika memerlukan kesiapan anak didik
Kesiapan artimya bahwa anak sudah matang dan sudah meguasai apa yang diperlukan.
Anak yang belum siap tidak boleh dipaksa belajar matematika karena akan membuat
anak malas belajar dan merasa tidak mampu belajar.
e. Belajar matematika harus menggunakan daya pikir
Berpikir konkrit pada prinsipnya hanya pada jenjang SD dan setelah itu akan beralih
ke taraf berpikir abstrak. Hal ini disebabkan matematika merupakan ilmu yang
abstrak.
Untuk membantu anak berpikir abstrak, harus banyak diberikan pengalaman-
pengalaman dengan berbagai alat peraga. Pengalaman-pengalaman berpikir akan
memberikan kesanggupan kepada anak untuk memecahkan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Belajar matematika memerlukan latihan (drill)
Untuk memperoleh keterampilan dalam matematika diperlukan latihan berkali-kali
atau terus menerus.
B. Hakikat Matematika
1. Pengertian
Matematika
diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu
mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar atau berpikir. Jadi, berdasarkan asal katanya,
maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
(bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
19
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran Russefendi
(Suwangsih, 2006:3)
pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran
konsep-konsep matematika yang terbentuk tersebut itu mudah dipahami oleh orang lain
dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi
matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses
Berhitung, Aljabar, Geometri setelah itu ditemukan Kalkulus, Statistika, Aljabar Abstrak,
a. Russefendi (1988:23)
Matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-
definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil. Apabila dalil-dalil tersebut telah
dibuktikan kebenarannya maka dalil-dalil tersebut berlaku secara umum, karena
itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
b. James dan James (1976)
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya.
c. Jhonson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang
logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya
adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu
seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
d. Reys-dkk (1984)
20
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
e. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
f. Sujono (1988:5)
Sujono mengemukakan beberapa pengertian matematika, diantaranya
Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan cabang ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan
dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu
dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
melalui pola pikir dalam model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol,
2006:24) yaitu :
pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat
diatasi melalui pengetahuan diri (self regulation). Dan pada akhir proses belajar,
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi
Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah
dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga
pengetahuan baru.
psikologi dan peneliti yang peduli dengan konstruktivisme. Para ahli mengatakan bahwa
dikonstruksi secara aktif Wood, 1990; Cobb, 1992 (Suwangsih, 2006:114). Para ahli
hal mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk
aktivitas dan berpikir konseptual Cobb (Suwangsih, 2006:114). Didefinisikan oleh Cobb
(Suwangsih, 2006:114) bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara
22
Gambar 2.1
Skema Perolehan Pengetahuan
Hal baru
(hasil interaksi dengan lingkungan)
Skema
Ketidaksembangan Cocok
Alternatif Mengerti
Strategi lain
aktif dari pemaknaan bukan bilangan dan rumus-rumus saja. Mereka menolak paham
matematika dipelajari dalam satu koleksi yang berpola linear. Setiap tahap dari
keterampilan hafalan dengan cara yang tidak ada jaminan bahwa siswa akan
lingkungan belajar dimana siswa dapat mencapai konsep dasar, keterampilan algoritma,
proses heuristik dan kebiasaan bekerjasama dan berefleksi. Dalam kaitannya dengan
belajar, Cobb dkk (Suwangsih 2006:115) menguraikan bahwa belajar dipandang sebagai
proses aktif dan konstruktif dimana siswa mencoba untuk menyelesaikan masalah yang
dalam proses belajar mengajar di kelas. Menurut Confrey (Suwangsih, 2006:115), Siswa-
siswa matematika seringkali hanya menerapkan satu kriteria evaluasi mereka dari yang
mereka konstruksi misalkan dengan bertanya “apakah ini disetujui para ahli ?”atau dalam
terisolasi dari sisa pengalaman mereka yang dikonstruksi dari aksi mereka di dunia dalam
pola yang spontan dan interaktif. Oleh karena itu pandangan siswa tentang „kebenaran‟
ketika mereka belajar matematika perlu mendapat pengawasan ahli dan masyarakat.
24
Dalam kasus ini peranan guru dan peranan siswa lain adalah menjustifikasi berpikir siswa
dalam matematika. Salah satu yang mendasar dalam pembelajaran matematika menurut
konstruktivis adalah suatu pendekatan dengan sebab tidak terduga sebelumnya dengan
suatu keterikatan yang cerdik dalam mempelajari karakter, kejadian, cerita dan
implikasinya.
memperhatikan konsepsi dan persepsi siswa dari kaca mata siswa sendiri. Guru memberi
tekanan pada penjelasan tentang pengetahuan tersebut daru kacamata siswa itu sendiri.
Guru dalam pembelajaran hanya sebagai moderator dan fasilitator, Suparno, 1997 : 66
(Suwangsih, 2006 : 113) menjabarkan beberapa tugas guru tersebut sebagai berikut:
Suparno, (1977:70) (Suwangsih, 2006 : 114) yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
Dasar Kelas V
Sekolah Dasar Kelas V tidak dapat sekaligus tetapi memerlukan beberapa tahap. Adapun
1. Tahap Pertama
akan dibahas dengan cara guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang fenomena yang
sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan
2. Tahap Kedua
bantuan LKS. Kemudian hasil temuan tiap kelompok didiskusikan dengan kelompok lain.
Tahap ini akan memenuhi rasa ingin tahu siswa tentang konsep baru yang akan mereka
pelajari.
3. Tahap Ketiga
Saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
temuannya ditambah penguatan yang diberikan guru, maka secara otomatis siswa
4. Tahap Keempat
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang erat
kaitannya dengan perbaikan pembelajaran, jenis penelitian yang dianggap tepat adalah
metode Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Class Room). Menurut Hardjodipuro
memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek tersebut, dan agar
yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan betrtujuan untuk memperbaiki
pekerjaannya, memahami pekerjaan itu serta situasi di mana pekerjaan itu dilakukan.
(Kemmis dan Carr (1986) dalam Kasbolah, 1998: 13). Sedangkan Ebbut
Penelitian Tindakan Kelas adalah Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat. (Wardhani, dan Wihardit,2007:1.4)
sendiri. Mereka dapat mencoba sesuatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran
Kelas (PTK) adalah salah satu bentuk penelitian yang dilakukan langsung oleh guru
sebagai peneliti dalam rangka meningkatkan kinerjanya serta dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan dengan menuangkan
gagasan dan ide-ide yang baru sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
Perbaikan praktis pembelajaran dari dalam kelas, (2) Usaha kolaboratif antar para praktisi
pembelajaran, (3) bersifat reflektif, (4) tidak mengganggu komitmen mengajar, (5) tidak
terlalu menyita waktu, (6) metodologinya andal, (7) merupakan masalah guru, (8)
konsisten terhadap prosedur etika, (9) permasalahan ada dalam persepektif misi sekolah.
pembelajaran yaitu guru, mitra sejawat dan murid. Perbaikan pembelajaran yang
dimaksud dalam kajian ini adalah perbaikan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
Model Spiral. Menurut Kemmis dan Taggart (1998) “Model Spiral yaitu model siklus
yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan (siklus spiral)”. Artinya semakin
Kemmis dan Taggart ini merupakan pengembangan dari konsep dasar dalam berbagai
Penelitian tindakan model spiral ini merupakan suatu rangkaian lengkap (a spiral
of steps) yang terdiri dari empat komponen, yaitu : 1) perencanaan (planning), yaitu
rencana tindakan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan itu
komponen itu dipandang sebagai suatu siklus spiral atau siklus ini berulang terus sampai
masalah yang dihadapi dapat dipecahkan. Rangkaian siklus tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut :
30
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
(Kasbollah 1998/1999)
31
Tahapan pembelajaran dalam tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus
1. Perencanaan
Kabupaten Purwakarta kepada Kepala Sekolah. Perizinan ini dapat diperoleh dengan
mudah karena peneliti merupakan salah satu pengajar di sekolah tersebut. Kepala
Sekolah beserta dewan guru telah menyatakan kesiapannya untuk memberi dukungan
b. Observasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapat gambaran awal tentang kegiatan
Dasar.
c. Melakukan telaah terhadap jadwal pelajaran yang ada, yang menjadwalkan mata
siswa.
d. Melakukan telaah terhadap pokok bahasan pada mata pelajaran matematika di kelas V
semester I yang akan diajukan sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku.
disampaikan pada semester I. Dari hasil telaah terhadap tujuan pembelajaran, isi
materi dan buku sumber akan ditentukan strategi pembelajaran yang sesuai, dengan
32
harapan dapat digunakan untuk membantu siswa mempelajari materi pada mata
2. Pelaksanaan Tindakan
tindakan yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan. Tujuan utama pada tahap ini
bahwa “tindakan yang dilaksanakan harus sejalan dengan laju perkembangan pelaksanaan
kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di kelas”. Artinya segala aktivitas Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) tidak boleh mengganggu kegiatan pembelajaran, dalam arti
sebenarnya.
3. Tahap Observasi
perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap
dengan observasi ini adalah: (1) jenis data yang dihimpun adalah data yang
ditetapkan harus tergambarkan pada perilaku siswa dan guru secara teratur, (3)
kesesuaian prosedur pengambilan data, dan (4) pemanfaatan data dalam analisis dan
refleksi.
33
4. Tahap Refleksi
Melalui pedoman pengamatan dan alat pengumpul data yang telah dipersiapkan
sebelumnya dalam kegiatan tindakan pelaksanaan ini, maka diperoleh temuan data dan
B. Data Penelitian
Data penelitian yang akan dikumpulkan pada kajian ini terdiri dari dua jenis,
yaitu :
1. Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.
Data Kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi, atau observasi yang telah dituangkan dalam
Adapun data kualitatif yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
2. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data ini berupa
tes hasil belajar yang diperoleh dari hasil eveluasi setelah selesai pembelajaran dan
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri
I Gandasoli yang beralamat di Kp. Cileutak Rt 04/01 Desa Gandasoli Kecamatan Plered
34
Kabupaten Purwakarta. Ada beberapa alasan mengapa lokasi yang dipilih adalah sekolah
tersebut, karena :
b. Adanya dorongan dan motivasi dari rekan-rekan untuk meningkatkan motivasi dan
2. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa dan siswi kelas V semester 2
tahun pelajaran 2008/2009 di SDN I Gandasoli yang terdiri dari 23 orang. Terdiri dari 12
D. Instrumen Penelitian
1. Observasi
terhadap objek penelitian. Pengamatan ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
Observasi yakni pengamatan kepada tingkah laku pada suatu situasi tertentu.
Observasi bisa dalam situasi yang sebenarnya atau observsi langsung dan bisa pula dalam
situasi buatan atau observasi tidak langsung. Kedua jenis observasi ini dapat dilaksanakan
secara sistematik, yakni dengan menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tidak.
(Sudjana,2002 : 114)
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi
Jadi observasi digunakan untuk mengungkap sikap atau prilaku siswa dalam
proses pembelajaran, sikap guru, serta interaksi antara siswa dengan guru dan siswa
Data hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus diolah kemudian
2. Kuesioner/Angket
sesuai nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan
tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami
Angket atau kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa daftar
(Riyanto,1996 :87)
Kuesioner digunakan untuk menjaring data yang valid (absah) dan reliabel (dapat
3. Tes
pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
Tes hasil belajar digunakan untuk menjaring data peningkatan hasil belajar siswa
dalam menguasai materi yang dilakukan melalui evaluasi dari tes awal, tes akhir, dan tes
proses yang diambil dari hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam setiap siklus.
Pengumpulan data melalui tes hasil belajar adalah untuk mengetahui kondisi hasil
pembelajaran siswa. Hasil dari kegiatan tersebut dapat dijadikan acuan dalam tindakan
selanjutnya.
Data tes hasil belajar berupa skor dari pembelajaran matematika pada pokok
bahasan bangun ruang, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60. Hal ini
didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dibuat oleh SD Negeri I
Gandasoli yang menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran
matematika adalah 60, dengan skor maksimal 100. Artinya bahwa siswa yang
memperoleh skor dibawah 60 dinyatakan tidak lulus sebaliknya siswa yang memperoleh
skor diatas 60 dinyatakan lulus. Sedangkan penelitian ini sendiri mempunyai target
sampai 90 % siswa dinyatakan lulus, dihitung dengan teknik prosentase. Data tersebut
P= x 100%
Teknik analisis data berlangsung dari awal sampai akhir pelaksanaan program
penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Data hasil belajar dari setiap siklus tindakan yang
dilakukan yang meliputi data hasil observasi, hasil kuesioner dan hasil tes diproses dan
disajikan secara bertahap pada bagian pembahasan. Adapun tahapan dalam pengolahan
1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh melalui kegiatan observasi, kuesioner atau angket, dan tes
diinterpretasikan.
2. Validasi Data
Validasi diartikan sebagai ukuran tingkat kebenaran suatu instrumen. Agar data
memiliki validasi yang tinggi, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Triangulasi Data
menginformasikan data yang sama dari sumber yang berbeda untuk memastikan
keabsahannya.(Wahyudin,2002 : 83)
b. Audit Trail,
telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (guru dan siswa).
Kegiatan ini dilakukan guna memperoleh kritik, tanggapan dan masukan, sehingga bisa
c. Member-check
38
responden (sumber informasi). Dalam kegiatan ini data atau informasi yang diperoleh
tersebut di konfirmasikan dengan guru mitra penelitian, melalui refleksi / diskusi pada
tiap siklus sampai akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan. Sehingga terjaring data yang
3. Interpretasi Data
teoritik yang dipilih maupun norma-norma praktis yang disetujui atau intuisi guru sendiri,
memperoleh makna yang berarti sebagai bahan untuk kegiatan tindakan-tindakan, atau
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Kepala Sekolah dan Guru, 7 Ruang kelas, dan 2 MCK yang keadaannya sangat
memperihatinkan.
Negeri I Gandasoli memiliki berbagai macam alat peraga, seperti KIT IPA, Peta,
2. Subjek Penelitian
Gandasoli. Dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang, yang terdiri dari 13 orang
siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan pada
3. Karakteristik Siswa
berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi menengah. Mata
pencaharian sebagian besar orang tua siswa adalah sebagai petani dan
40
tahun ajaran 2008/2009 adalah 280 orang siswa, yang terbagi ke dalam 8
rombongan belajar mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Hal ini dapat
Tabel 4.1
KEADAAN SISWA SDN I GANDASOLI
KECAMATAN PLERED
KABUPATEN PURWAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
1 I 23 28 51
2 II 22 24 46
3 III 19 29 48
4 IV 8 25 33
5 VA 12 11 23
6 VB 11 14 25
7 VI A 14 13 27
8 VI B 7 20 27
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa 52,2 persen
siswa berjenis kelamin laki-laki sedangkan sisanya 47,8 persen berjenis kelamin
23 orang dengan jumlah siswa laki-laki 12 orang dan siswa perempuan 11 orang.
Tabel 4.2
KEADAAN SISWA KELAS VA
SDN I GANDASOLI
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin
No Nama Siswa Ket.
Laki-laki Perempuan
1 Abdul Hamid L
2 Abdul Roup L
3 Angga Andrianto L
4 Angga Saputra L
5 Ajid Salikin L
6 Acep Andri P
8 Eka Halimatusadiah P
9 Evi Apipah P
10 Fajar Suryaman L
11 Farid Rifai L
12 Gunawan L
13 Heri Irawan L
14 Hana Nurhasanah P
15 Heni Nuraeni P
16 Irma Suryani P
17 Ikoh Nurohmawati P
18 Muhammad Rodialloh L
20 Endang Kusnadi L
21 Nurul Adimah P
22 Siti Aisah P
42
23 Mufti P
Jumlah 12 11
Sedangkan keadaan siswa kelas VA apabila dilihat dari kelompok usia dapat di
Tabel 4.3
KEADAAN SISWA KELAS VA
SDN I GANDASOLI
BERDASARKAN USIA
No Usia Jumlah Porsentase Ket
1 10 Tahun 3 13
2 11 Tahun 18 78,3
3 12 Tahun 2 8,7
Jumlah 23 100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan rata-rata usia siswa kelas VA adalah
11 tahun yaitu sekitar 78,3 % sedangkan sisanya berusia 10 tahun 13 % dan usia
4. Karakteristik Guru
Gandasoli sebanyak 14 orang. Yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah, 8 orang
guru kelas dan 3 orang guru mata pelajaran, 1 orang Tata Usaha, dan 1 orang
orang . Keadaan guru di SD Negeri I Gandasoli dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.4
KEADAAN GURU SDN I GANDASOLI
TAHUN AJARAN 2008/2009
Ijazah Mengajar
No Nama Guru NIP Jabatan Gol
di Kelas
43
19530401
Kepala
1 Didin Supriadin 198109 1 D2 - IV A
001
Sekolah
19570414
2 Inik Suhariah 197702 2 D2 Guru I IV A
003
19611201
3 Nurlaela AK 198109 2 D2 Guru IV IV A
001
19620930
4 Saepudin 198204 1 D2 Guru II IV A
001
19630709
5 Ujat Suryana 198410 1 D2 Guru VI A IV A
001
19660215
6 Rosadi 199202 1 D2 Guru VI B IV A
001
Ijazah Mengajar
No Nama Guru NIP Jabatan Gol
di Kelas
19751208
7 Pepi Pramahsari 199803 2 D2 Guru VA III C
006
19710914
8 Anin Yunani 200501 2 D2 Guru III II C
007
Guru
9 Pipih Sopiah 480 184 373 D2 I-VI II B
PAI
Guru
10 Lukman Fauzie - D2 I-VI GTT
Olahraga
siswa ditinjau dari segi prestasi akademik, yang dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yaitu kategori pandai, sedang dan kurang. Penetapan prestasi akademik
relevansi yang berarti bagi kelancaran dan keberhasilan siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang akan menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Untuk lebih
Tabel 4.5
Keadaan Siswa Kelas VA SDN I Gandasoli
Berdasarkan Prestasi Akademik
KELOMPOK
No NAMA SISWA
PANDAI SEDANG KURANG
1 Abdul Hamid
2 Abdul Roup
3 Angga Andrianto
4 Angga Saputra
5 Ajid Salikin
6 Acep Andri
7 Cep Ahmad Ruskanda
45
8 Eka Halimatusadiah
9 Evi Apipah
10 Fajar Suryaman
11 Farid Rifai
12 Gunawan
13 Heri Irawan
14 Hana Nurhasanah
15 Heni Nuraeni
16 Irma Suryani
KELOMPOK
No NAMA SISWA
PANDAI SEDANG KURANG
18 Muhammad Rodialloh
20 Endang Kusnadi
21 Nurul Adimah
22 Siti Aisah
23 Mufti
Jumlah 8 8 7
pembelajaran matematika yang selama ini dilakukan selalu berpusat pada guru
secara individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal tentang
ditindakanjuti pada kajian yang akan penulis lakukan. Adapun hasil pelaksanaan
Tabel 4.6
Perolehan Nilai Matematika Pra Siklus
PROSENTASE
NO NAMA SISWA SKOR
(%)
1 Abdul Hamid 20 0 =0
2 Abdul Roup 40 20 = 17
3 Angga Andrianto 40 40 = 26
4 Angga Saputra 20 60 = 48
5 Ajid Salikin 20 80 = 9
8 Eka Halimatusadiah 60
9 Evi Apipah 60
10 Fajar Suryaman 60
11 Farid Rifai 60
12 Gunawan 20
47
13 Heri Irawan 60
14 Hana Nurhasanah 60
15 Heni Nuraeni 40
16 Irma Suryani 60
17 Ikoh Nurohmawati 60
18 Muhammad Rodialloh 60
20 Endang Kusnadi 20
21 Nurul Adimah 80
22 Siti Aisah 20
23 Mufti 20
JUMLAH 1140
RATA-RATA 49,5
Hasil skor pra siklus di atas dapat dituangkan dalam tabel distribusi
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Pra Siklus
1 20 4 80 17 4 23 17 100
2 40 6 240 26 10 19 43 83
3 60 11 660 48 21 13 91 57
4 80 2 160 9 23 2 100 9
Rata-rata 49,5
Diagram 4.1
Perolehan Nilai Matematika Pra Siklus
mengalami ketuntasan belajar hanya 13 orang siswa atau hanya 56,5 % dan
Berdasarkan observasi dan refleksi pada tahap ini maka perlu diadakan
matematika bisa lebih baik dan hasil belajar matematika siswa bisa lebih
memuaskan.
telah dijadwalkan sebelumnya yaitu pada tanggal 25 Mei sampai 6 Juni 2009.
49
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
yang dimilikinya yang ada kaitannya dengan kubus dan balok. Pada kegiatan ini
materi tentang kubus dan balok memang sudah dipelajari sebelumnya di kelas
IV.
dalam LKS diharapkan dapat membantu siswa dalam membangun konsep yang
akan dibahas yaitu tentang menentukan luas permukaan kubus dan balok dengan
50
kelas dan kelompok lain memberikan komentar terhadap hasil temuan kelompok
yang tampil di depan kelas. Kegiatan ini dipimpin oleh guru. Setelah selesai,
Pada kegiatan akhir setiap siswa diberi soal-soal evaluasi mencari luas
pembahasan dan penilaian. Adapun hasil evaluasi tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.8
Nilai Matematika Post Test Siklus I
Prosentase
No Nama Siswa Skor
(%)
1 Abdul Hamid 40 0=0
2 Abdul Roup 40 20 = 0
3 Angga Andrianto 60 40 = 39
4 Angga Saputra 60 60 = 57
5 Ajid Salikin 40 80 = 4
51
9 Evi Apipah 60
10 Fajar Suryaman 60
11 Farid Rifai 60
12 Gunawan 60
13 Heri Irawan 60
14 Hana Nurhasanah 60
15 Heni Nuraeni 60
16 Irma Suryani 60
17 Ikoh Nurohmawati 40
18 Muhammad Rodialloh 80
20 Endang Kusnadi 40
21 Nurul Adimah 60
22 Siti Aisah 40
23 Mufti 40
JUMLAH 1220
RATA-RATA 53
Tabel 4.9
52
1 20 0 0 0 0 23 0 100
2 40 9 360 39 9 23 39 100
3 60 13 780 57 22 14 96 61
4 80 1 80 4 23 1 100 4
5 100 0 0 0 23 0 100 0
Rata-rata 53
Diagram 4.2
Perolehan Nilai Matematika Siklus I
Berdasarkan Tabel 4.6 dan 4.7 dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas
Post Test pada tindakan siklus pertama adalah 53. Siswa yang memperoleh skor
53
dinyatakan tidak lulus. Ini merupakan bukti bahwa pada siklus pertama,
Konstruktivisme pada sub pokok bahasan menentukan luas permukaan kubus dan
Sedangkan skor rata-rata kelompok pada siklus pertama ini dapat dilihat
Tabel 4.10
Nilai Rata-rata Kelompok Siklus I
1 A 60
2 B 50
3 C 50
60
4 D
5 E 60
6 F 50
Jumlah 330
Rata-rata 55
menggunakan kubus gambar kubus berpetak, karena memperoleh skor diatas 60.
Dan ada 3 kelompok yang dinyatakan belum berhasil karena hanya memperoleh
skor 50.
c. Observasi
matematika pada sub pokok bahasan menentukan luas permukaan kubus dan
hasil kegiatan berdasarkan data dan sejumlah informasi yang diperoleh dari hasil
Sekolah Dasar belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat
masih ada beberapa kelompok yang tidak mau tampil di depan kelas untuk
melaporkan hasil diskusinya karena mereka merasa malu dan takut tampil di
55
depan kelas. Hal ini disebabkan karena sebelumnya mereka tidak terbiasa
siswa yang pandai saja yang sibuk mengerjakan soal, sedangkan siswa yang
3) Komunikasi antara siswa dan guru belum berjalan dengan baik. Hal ini
4) Hasil belajar matematika siswa masih belum memuaskan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi pada siklus pertama ini menunjukkan bahwa
kurang pada pelaksanaan tindakan pertama dan hal-hal yang sudah baik tetap
motivasi kepada siswa agar berani tampil di depan kelas. Sehingga diskusi kelas
dapat berjalan dengan lancar, 3). Memberikan penjelasan kepada siswa bahwa
jawab yang sama dalam segala hal serta kerjasama dan kekompakkan dalam
siswa, agar terjadi interaksi yang baik pula. Sehingga dapat memperlancar
56
dapat meningkat.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan
terhadap hasil yang diperoleh dari tindakan pada siklus pertama melalui analisis
terhadap sejumlah data yang telah diperoleh. Berdasarkan hasil kegiatan ini
keseluruhan.
b. Pelaksanaan Tindakan
tindakan siklus kedua ini sama dengan pada tindakan siklus pertama. Yaitu
kelompok. Kemudian setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
harus diselesaikan dengan cara berdiskusi dalam kelompok. LKS ini berisi soal-
soal yang dapat membangun pengetahuan siswa tentang konsep yang akan
dimana setiap kelompok diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas untuk
dari hasil temuan siswa, dan guru memberi penguatan terhadap hasil temuan
siswa tersebut.
dengan menggunakan rumus dalam lembar evaluasi yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa. Kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian. Adapun hasil post
Tabel 4.11
Nilai Matematika Post Test Siklus II
Prosentase
No Nama Siswa Skor
(%)
1 Abdul Hamid 60 0=0
2 Abdul Roup 60 20 = 0
3 Angga Andrianto 80 40 =13
4 Angga Saputra 40 60 = 48
5 Ajid Salikin 40 80 = 26
6 Acep Andri 60 100 = 9
7 Cep Ahmad Ruskanda 60
8 Eka Halimatusadiah 60
9 Evi Apipah 80
10 Fajar Suryaman 80
58
12 Gunawan 60
13 Heri Irawan 80
14 Hana Nurhasanah 80
15 Heni Nuraeni 80
16 Irma Suryani 60
17 Ikoh Nurohmawati 60
Prosentase
No Nama Siswa Skor
(%)
20 Endang Kusnadi 40
22 Siti Aisah 40
23 Mufti 60
JUMLAH 1500
RATA-RATA 65
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siklus II
1 20 0 0 0 0 1500 0 100
Rata-rata 65
Diagram 4.3
Perolehan Nilai Matematika Siklus II
Berdasarkan data pada tabel nilai post test tindakan siklus kedua terhadap
sub pokok bahasan menentukan rumus luas permukaan kubus dan balok , dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memperoleh skor 60 ke atas dan dinyatakan lulus
lebih dari setengah dari seluruh jumlah siswa yaitu sebanyak 19 orang siswa atau
60
ratakelas pada post test tindakan siklus kedua ini adalah 65.
bawah ini :
Tabel 4.13
Nilai Rata-rata Kelompok Siklus II
1 A 60
2 B 60
3 C 60
5 E 70
6 F 60
Jumlah 360
Rata-rata 60
c. Observasi
pada sub pokok bahasan menentukan rumus luas permukaan kubus dan balok
dilakukan analisis dan refleksi hasil kegiatan berdasarkan data dan sejumlah
informasi yang diperoleh dari hasil observasi pada saat proses pembelajaran
2) Diskusi kelas sudah berjalan dengan baik. Pada siklus kedua ini semua
kelompok sudah berani tampil di depan kelas tanpa rasa malu dan takut lagi
seperti pada siklus pertama. Mereka sudah mulai terbiasa dengan kegiatan
diskusi kelas.
3) Hasil belajar matematika siswa pada siklus kedua ini mengalami peningkatan.
Hal ini dapat terlihat dari hasil perolehan nilai rata-rata post test siklus kedua
kurang pada pelaksanaan tindakan siklus kedua dan hal-hal yang sudah baik
2) Membuat soal-soal yang lebih variatif dan mudah dipahami dalam LKS,
akan dipelajari.
3) Memotivasi siswa agar menciptakan diskusi kelas yang lebih aktif dan
hidup.
3. Siklus Ketiga
a. Perencanaan Tindakan
terhadap hasil yang diperoleh dari tindakan pada siklus kedua melalui analisis
terhadap sejumlah data yang telah diperoleh. Berdasarkan hasil kegiatan ini
keseluruhan.
b. Pelaksanaan Tindakan
tindakan siklus ketiga ini sama dengan pada tindakan siklus pertama dan kedua.
63
kelompok. Kemudian setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
harus diselesaikan dengan cara berdiskusi dalam kelompok. LKS ini berisi soal-
soal yang dapat membangun pengetahuan siswa tentang konsep yang akan
dimana setiap kelompok diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas untuk
dari hasil temuan siswa, dan guru memberi penguatan terhadap hasil temuan
siswa tersebut.
menggunakan rumus dalam lembar evaluasi yang harus dikerjakan oleh setiap
siswa. Kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian. Adapun hasil post test
Tabel 4.14
Nilai Matematika Post Test Siklus III
(%)
1 Abdul Hamid 60 0=0
2 Abdul Roup 80 20 = 0
3 Angga Andrianto 100 40 = 4
4 Angga Saputra 60 60 = 31
5 Ajid Salikin 40 80 = 26
6 Acep Andri 60 100 = 39
7 Cep Ahmad Ruskanda 60
8 Eka Halimatusadiah 80
12 Gunawan 80
16 Irma Suryani 80
17 Ikoh Nurohmawati 60
20 Endang Kusnadi 80
Prosentase
No Nama Siswa Skor
(%)
22 Siti Aisah 60
23 Mufti 60
JUMLAH 1840
65
RATA-RATA 80
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siklus III
1 20 0 0 0 0 1820 0 100
2 40 1 40 4 40 1820 4 100
Rata-rata 80
Diagram 4.4
Perolehan Nilai Matematika Siklus III
tindakan siklus ketiga ini hampir seluruh siswa yaitu sebanyak 22 orang siswa
dinyatakan tidak lulus. Sementara skor rata-rata kelas mengalami kenaikan yang
Skor rata-rata kelompok pada tindakan siklus III ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.16
Nilai Rata-rata Kelompok Siklus III
70
1 A
2 B 80
3 C 80
4 D 70
6 E 70
7 F 80
450
Jumlah
75
Rata-rata
kelompok pada kegiatan diskusi siklus III dinyatakan lulus dengan skor yang
baik, dengan skor rata-rata 75. Ini berarti bahwa penggunaan Model
sebagai berikut :
1) Aktivitas siswa selama diskusi kelompok sudah berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
2) Hasil belajar siswa pada siklus ketiga ini mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai post test siklus ketiga yang
diberikan oleh guru. Selain itu mereka serius dan memiliki toleransi yang tinggi
Tabel 4.17
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
68
Konstruktivisme
dilakukan, Setelah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Siklus III selesai, peneliti
3. Hampir seluruh siswa merasa lebih aktif dalam pembelajaran dengan metode
konstruktivisme.
69
konstruktivisme kembali.
dapat dilihat dari hasil perolehan skor rata-rata pada pra siklus yang hanya
mencapai 49,5. Hasil perolehan nilai ini masih jauh dibawah KKM yang telah
ditetapkan yaitu 60. Jumlah siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 13 orang
siswa atau hanya 56,5 % dari jumlah seluruh siswa yang ada, sedangkan jumlah
belum berjalan dengan baik. Dalam diskusi kelompok hanya siswa dengan
sedangkan pada saat diskusi kelas masih ada kelompok yang belum berani
b. Pada siklus kedua akitvitas siswa pada saat pembelajaran mulai menunjukkan
dan tidak ada lagi kelompok yang tidak mau tampil di depan kelas. Pada
siklus kedua ini juga sudah mulai ada interaksi yang baik antara siswa dengan
c. Aktivitas siswa pada siklus ketiga jauh lebih baik dibanding siklus-siklus
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata siswa pada setiap siklus. Pada
siklus pertama skor rata-rata siswa hanya 53, pada siklus kedua naik menjadi 65,
dan pada siklus ketiga perolehan skor rata-rata siswa mengalami peningkatan lagi
berikut ini :
Tabel 4.18
Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Konstruktivisme
71
Skor Pada
No Nama Siswa Pra Siklus
Siklus I Siklus II
Siklus III
1 Abdul Hamid 20 40 60 60
2 Abdul Roup 40 40 60 80
5 Ajid Salikin 20 40 40 40
6 Acep Andri 40 60 60 60
8 Eka Halimatusadiah 60 40 60 80
12 Gunawan 20 60 60 80
16 Irma Suryani 60 60 60 80
17 Ikoh Nurohmawati 60 40 60 60
20 Endang Kusnadi 20 40 40 80
22 Siti Aisah 20 40 40 60
23 Mufti 20 40 60 60
sendiri pengetahuannya.
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Piaget yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Ausubel yang menyatakan bahwa faktor yang
paling penting yang mempengaruhi belajar yaitu apa yang diketahui siswa, guru
Model Pembelajaran Konstruktivisme . Hal ini dapat dilihat dari skor evaluasi
Untuk lebih jelasnya hasil perolehan skor rata-rata hasil belajar siswa
Diagram 4.5
Nilai Rata-Rata Tiap Siklus
2. Temuan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Temuan ini diperkuat oleh temuan
bahwa pada saat dilakukan diskusi kelompok maupun diskusi kelas belum
berjalan dengan baik. Kegiatan diskusi masih didominasi oleh siswa yang
pandai.
BAB V
A. Kesimpulan
dari segi hasil masih kurang, baik dari nilai post tes maupun partisifasi siswa dalam
pembelajaran.
geometri bangun ruang telah mampu menumbuhkan aktivitas dan minat siswa dalam
pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada hasil partisifasi aktivitas siswa selama
telah menunjukkan hasil yang baik, hal ini terlihat dari nilai rata-rata perolehan tiap
siklus. Di mana pada siklus I nilai rata-ratanya 53, kemudian meningkat pada siklus
kedua dengan nilai rata-rata 65, dan akhirnya pada siklus III mencapai nilai rata-rata
80.
Meskipun pada intinya peningkatan hasil belajar di atas karena adanya pengaruh
tentu sajahal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung.
Dari ketiga kesimpulan yang telah diuraikan di atas, ditarik kesimpulan bahwa
dampak yang positif, baik hasil yang berupa nilai maupun sktivitas dan minat belajar
B. Rekomendasi
sebagai berikut :
belajar siswa pada awal pembelajaran, dan dalam proses pembelajaran itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Tesis
Wahyudin, D. (2002), Implementasi Pendidikan Keterampilan Proses dalam
Pembelajaran Pendidikan IPS di SD. Bandung : Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Jurnal
Iskandar, S. (2006), Ancangan Alternatif Penelitian bagi Guru Sekolah Dasar.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia