You are on page 1of 45

Laboratorium Motor Bakar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan kegiatan praktikum berbeda dengan tujuan kegiatan penelitian, walaupun keduanya sama-sama sering dilaksanakan di laboratorium. Praktikum bertujuan untuk mempraktikkan teori yang sudah ada dengan tujuan membantu proses belajar mengajar. Sedangkan penelitian bertujuan untuk mendapatkan teori baru dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam program pendidikan perguruan tinggi jenjang akademik strata-1, kegiatan praktikum dan penelitian keduanya diberikan dalam rangka mendidik calon sarjana yang menguasai ilmu pengetahuan yang sudah ada serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam bidang ilmu teknik mesin, kegiatan praktikum dapat dilaksanakan di laboratorium, karena obyek ilmu teknik mesin adalah proses atau fenomena alam dan usaha rekayasanya dalam bentuk mekanisme.Kegiatan ini untuk membentuk manusia dalam melakukan berbagai kegiatan fisik dalam hidupnya. Kegiatan praktikum dapat dilaksanakan dengan mengguanakan instalasi percobaan seperti model fisik dari obyeknya atau dengan cara simulasi matematik dengan menggunakan software computer. Praktikum mempunyai peranan penting, terutama untuk membantu memahami teori, proses atau karakteristik dari berbagai fenomena dan hasil rekayasa dalam bentuk rekayasa yang komplek sehingga sulit dipahami apabila hanya diterangkan melalui proses perkuliahan di kelas. Motor bakar atau internal combustion engine merupakan hasil rekayasa mekanisme dari proses konversi energi yang sangat luas penggunaanya, terutama mesin-mesin alat transportasi, mesin-mesin pertanian dan lain-lain. Motor bakar yang digunakan pada percobaan praktikum ini adalah jenis motor bakar Diesel. Motor bakar yang digunakan sampai sekarang adalah jenis motor bakar torak (reciprocating engine) dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin ( spark ignition engine) dan motor diesel (compression ignition engine). Motor bakar yang digunakan pada percobaan praktikum ini adalah jenis motor bakar Diesel. Untuk mengetahui karakteristik suatu motor bakar torak yang cocok untuk suatu Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

kebutuhan, maka kita harus melakukan pengujian terhadap motor bakar tersebut, dalam hal ini berupa variable speed test, yaitu pengujian dengan putaran yang bervariasi. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum motor bakar adalah : 1. Mendapatkan berbagai karakteristik kinerja (performance characteristics) dari motor Diesel, melalui kegiatan pengujian di laboratorium motor bakar yang dilakukan oleh mahasiswa. 2. Mengevaluasi data karakterstik kinerja tersebut kemudian membandingkannya dengan karakteristik kinerja yang bersesuaian dengan yang ada dalam buku referensi. 3. Menggambarkan Diagram Sankey, yaitu diagram yang menggambarkan keseimbangan panas yang terjadi pada proses pembakaran pada motor bakar 4. Mengetahui pembakaran sempurna atau tidak yang ditunjukkan dengan emisi gas buang berupa Carbon Monoksida.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip Kerja Motor Bakar Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanik berupa kerja. Pada dasarnya mesin kalor (Heat Engine) dikategorikan menjadi dua (2), yaitu: a) External Combustion Engine Yaitu hasil dari pembakaran udara dan bahan bakar memindahkan panas ke fluida kerja pada siklus. Dimana energi diberikan pada fluida kerja dari sumber luar seperti furnace, geothermal, reaktor nuklir, atau energi surya. Contoh mesin yang termasuk External Combustion Engine adalah turbin uap. b) Internal Combustion Engine Dimana energi didapat dari pembakaran bahan bakar didalam batas sistem sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Contoh Internal Combustion Engine adalah Motor Bakar torak dan sistem turbin gas. Jadi motor bakar torak termasuk jenis Internal Combustion Engine. Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang didalamnya terdapat torak yang bergerak translasi bolak-balik ( reciprocating engine ). Didalam silinder itulah terjadi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara. Gas pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakkan torak yang dihubungkan dengan poros engkol oleh batang penghubung (batang penggerak). Gerak translasi torak tadi menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol dan sebaliknya. Berdasarkan langkah kerjanya, motor bakar torak dibedakan menjadi motor bakar 4 langkah dan motor bakar dua langkah. 2.1.1 Motor Bakar 4 Langkah Pada motor bakar 4 langkah, setiap 1 siklus kerja memerlukan 4 kali langkah torak atau 2 kali putaran poros engkol, yaitu: Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

a. Langkah Isap (Suction Stroke) Torak bergerak dari posisi TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah), dengan katup KI (katup isap) terbuka dan katup KB (katup buang) tertutup. Karena gerakan torak tersebut maka campuran udara dengan bahan bakar pada motor bensin atau udara saja pada motor diesel akan terhisap masuk ke dalam ruang bakar. b. Langkah Kompresi (Compression Stroke) Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB tertutup.Sehingga terjadi proses kompresi yang mengakibatkan tekanan dan temperatur di silinder naik. c. Langkah Ekspansi (Expansion Stroke) Sebelum posisi torak mencapai TMA pada langkah kompresi, pada motor bensin busi dinyalakan, atau pada motor diesel bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar sehingga terjadi proses pembakaran. Akibatnya tekanan dan temperatur di ruang bakar naik lebih tinggi. Sehingga torak mampu melakukan langkah kerja atau langkah ekspansi. Langkah kerja dimulai dari posisi torak pada TMA dan berakhir pada posisi TMB saat KB mulai terbuka pada langkah buang. Langkah ekspansi pada proses ini sering disebut dengan power stroke atau langkah kerja. d. Langkah Buang Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB terbuka. Sehingga gas hasil pembakaran terbuang ke atmosfer. Skema masing masing langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 4 langkah tersebut ditunjukkan dalam gambar 2.1

Gambar 2.1 Skema Langkah Kerja Motor Bakar 4 Langkah Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

Sumber : Diktat Ajar Otomotif, VEDC 2.1.2 Motor Bakar 2 Langkah Pada motor bakar 2 langkah, setiap satu siklus kerja memerlukan dua kali langkah torak atau satu kali putaran poros engkol. Motor bakar 2 langkah juga tidak memiliki katup isap (KI) atau katup buang (KB), dan digantikan oleh lubang isap dan lubang buang yang dibuat pada sisi-sisi silinder (cylinder liner). Secara teoritis, pada berat dan displacement yang sama, motor bakar 2 langkah menghasilkan daya sekitar dua kali lipat dari motor bakar 4 langkah, tetapi pada kenyataanya tidak demikian karena efisiensinya lebih rendah akibat pembuangan gas buang yang tidak kompit dan pembuangan sebagian bahan bakar bersama gas buang akibat panggunaan sistem lubang. Tetapi melihat konstruksinya yang lebih simpel dan murah serta memiliki rasio daya berat dan daya - volume yang tinggi maka motor bakar 2 langkah cocok untuk sepeda motor dan alat-alat pemotong. Dua langkah kerja motor bakar 2 langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut : a) Langkah Torak dari TMA ke TMB Sebelum torak mencapai TMA, busi dinyalakan pada motor bensin (atau bahan bakar dikompresikan pada motor diesel) sehingga terjadi proses pembakaran, karena proses ini torak terdorong dari TMA menuju TMB, langkah ini merupakan langkah kerja dari motor bakar 2 langkah. Saat menuju TMB, piston lebih dulu membuka lubang buang sehingga gas sisa pembakaran terbuang , setelah itu dengan gerakan piston yang menuju TMB, lubang isap terbuka, dan campuran udara bahan bakar pada motor bensin atau udara pada motor diesel akan masuk ke dalam silinder. b) Langkah Torak dari TMB ke TMA Setelah torak mencapai TMB maka torak kembali menuju TMA. Dengan gerakan ini, sebagian gas sisa yang belum terbuang akan didorong keluar sepenuhnya yang disebut scarenging. Selain itu, gerakan piston yang turun menuju TMA menyebabkan terjadinya kompresi yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembakaran setelah lubang isap tertutup oleh torak. Skema masing-masing langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 2 langkah tersebut ditunjukkan dalam gambar 2.2. Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

S Buang S.Masuk Sal. Bilas

Ruang engkol

Gambar 2.2 Skema Langkah Kerja Motor Bakar 2 Langkah Sumber: Diktat Ajar Otomotif, VEDC 2.2 Siklus Termodinamika Motor Bakar Siklus aktual dari proses kerja motor bakar sangat komplek untuk digambarkan, karena itu pada umumnya siklus motor bakar didekati dalam bentuk siklus udara standar ( air standar cycle ). Dalam air standar cycle fluida kerja menggunakan udara, dan pembakaran bahan bakar diganti dengan pemberian panas dari luar. Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan fluida kerja pada kondisi awal. Semua proses pembentuk siklus udara standar dalam motor bakar adalah proses ideal,yaitu proses reversibel internal Siklus udara standar pada motor bensin disebut siklus Otto, berasal dari nama penemunya yaitu Nicholaus Otto orang Jerman, pada tahun 1876. Digaram PV dari siklus Otto untuk motor bensin dapat dilihat pada Gambar dibawah ini Siklus udara standar pada motor diesel modern disebut Trinkler/Dual cycle. Penemu motor diesel adalah orang jerman bernama Rudolph Diesel sekitar tahun1890 an. Diagram P-V dari siklus dual untuk motor diesel dapat dilihat pada gambar 2.4

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

Gambar 2.3 Diagram Siklus Dual Motor Diesel Sumber : Buku Panduan Praktikum Motor Bakar Langkah kerja silkus dual motor diesel teoritis terdiri dari : 1. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2) 2. Langkah pemberian panas pada volume konstan (2-X) 3. Langkah pemberian panas pada tekanan konstan (X-3) 4. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4) 5. Langkah pembuangan panas (4-1)

Gambar 2.4 Siklus Aktual Motor Diesel 2 Langkah Sumber : www.gudangilmu.com pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar hingga mencapai temperatur nyala akibat kompresi torak. Karena prinsip penyalaan bahan bakarnya akibat tekanan maka motor diesel juga disebut compression ignition engine sedangkan motor bensin disebut spark ignition engine. Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

Apabila tekanan gas dan volume silinder secara bersamaan pada setiap posisi silinder dapat diukur,maka dapat digambarkan bentuk siklus dual aktual pada motor diesel yang bentuknya seperti ditunjukkan dalam gambar 2.5

Gambar 2.5 Siklus Aktual Motor Diesel 4 Langkah Sumber : Buku Panduan Praktikum Motor Bakar Proses termodinamika yang terjadi pada masing masing langkah pada siklus aktual pada motor bensin maupun pada motor diesel bukan merupakan proses ideal, karena dalam setiap gerakan piston terjadi kehilangan panas karena pendinginan dan gesekan pada torak dan bantalan 2.3 Karakteristik Kinerja Motor Bakar Yang dimaksudkan dengan karakteristik kinerja motor bakar adalah karakteristik atau bentuk hubungan antara indikator kerja sebagai variabel terikat dengan indikator operasionalnya sebagai variabel bebas. Dengan adanya bentuk hubungan antara kedua indikator tersebut maka dapat diketahui kondisi optimum suatu motor bakar harus dioperasikan, atau apakah kondisi suatu motor bakar masih baik dan layak untuk dioperasikan 2.3.1 Indikator Kerja dan Indikator Operasional Motor Bakar Beberapa indikator kinerja motor bakar yang biasa digunakan untuk mengetahui data kinerja suatu motor bakar diantaranya adalah: 1. Daya Indikatif (Ni) Daya yang dihasilkan dari reaksi pembakaran bahan bakar dengan udara yang terjadi di ruang bakar.Rumus mencari Ni : Ni = Pi . Vd . n . i 0.45 . z (P.s.)

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

dimana : Pi : tekanan indikasi rata-rata (kg/cm) Vd : volume langkah . D. L (m)


4

D : diameter silinder (m) L : panjang langkah torak (m) n : putaran mesin z : jumlah putaran poros engkol untuk setiap siklus untuk 4 langkah z = 2, dan untuk 4 langkah z = 1 2. Daya Efektif (Ne) Daya efektif merupakan daya aktual yang dihasilkan pada poros. Karena adanya kerugian gesekan dan sebagian daya yang digunakan untuk menggerakkan peralatan tambahan , maka Ne < Ni. Daya ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Peak Horse Power, adalah tenaga yang dapat dicapai tanpa terjadinya penurunan putaran selama 1 menit. Intermiten Horse Power, adalah daya yang dapat dibangkitkan oleh motor bakar tanpa terjadinya penurunan putaran dalam waktu operasi , misalnya 1, 5, 12 jam. Continuos Horse Power, adalah daya yang dihasilkan oleh motor bakar yang beroperasi pada kecepatan rata-rata dalam waktu tertentu tanpa terjadinya penurunan dalam waktu lebih dari 24 jam. Daya efektif motor bakar adalah proporsional dengan perkalian torsi yang terjadi pada poros output (T) dengan putaran kerjanya (n). Karena putaran kerja poros sering berubah terutama pada mesin kendaraan bermotor, besar torsi pada poros (T) yang dapat dijadikan sebagai indikator kinerja motor bakar. Daya ini dihasilkan oleh poros engkol yang merupakan perubahan kalor di ruang bakar menjadi kerja. Daya efektif dirumuskan sebagai berikut : Ne = T . n / 716,2 (Ps) dimana : T : torsi (kg.m) Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

10

N : putaran (rpm) 3. Kehilangan Daya / Daya Mekanik (Nf) Kehilangan daya (Nf) terjadi akibat adanya gesekan pada torak dan bantalan, ditambah daya untuk penggerak peralatan bantu seperti penggerak kipas pendingin, generator, kompresor AC dan lain lain Nf = Ni - Ne 4. Tekanan Efektif Rata Rata (M.E.P) Tekanan rata-rata di dalam silinder selama 1 siklus kerja dan menghasilkan daya efektif Ne. Data M.E.P digunakan untuk mengetahui apakah proses kompresi yang terjadi masih cukup baik, atau untuk mengetahui adanya kebocoran dari dalam silinder. M.E.P dirumuskan sebagai berikut : M.E.P. = Pe = 0,45 . Neo . z (kg/cm) Vd . n .i 5. Efisiensi Motor Bakar terdiri dari : a. Efisiensi Thermal Indikatif: i = Ni / Qb . 632 x 100 % b. Efisiensi Thermal Efektif : e = Ne / Qb . 632 x 100 % c. Efisiensi Mekanis : m = Ne / Ni . x 100 % d. Efisiensi Volumetrik : v = .n.V .i x 100% a d 6. Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi motor bakar spesifik (S F C), kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas Indikator operasional motor bakar menunjukkan kondisi operasi dimana motor bakar tersebut dioperasikan. Dua jenis indikator operasional sebagai variabel bebas dalam pengujian karakteristik kinerja suatu motor bakar adalah : 1) Putaran Kerja Mesin (rpm) 2) Beban Mesin / Daya Efektifnya (Nc) pada putaran kerja konstan Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas digunakan untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada putaran yang berubah ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya efektif sebagai variabel bebas pada putaran konstan digunakan pada motor Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Gs.z.60

Laboratorium Motor Bakar

11

bakar stasioner yang biasanya beroperasi pada putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik. 2.3.2 Jenis Karakteristik Kinerja Motor Bakar Bentuk hubungan antar masing masing variabel indikator kinerja terhadap variabel, indikator operasional suatu motor bakar didapatkan dengan cara pengujian laboratorium dari mesin yang bersangkutan. Data yang digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan antara variabel tersebut dapat berasal dari pengukuran langsung selama pengujian, atau harus dihitung dari data yang diukur. Data seperti putaran mesin dan temperatur dapat diukur langsung, tetapi daya, torsi dan efisiensi dihitung berdasarkan pengukuran terhadap parameter pembentuknya. Pada pengujian dengan putaran mesin sebagai variabel bebas, jenis karakteristik kinerja yang sering diperlukan adalah : 1) Putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya mekanik (Nf) 2) Putaran terhadap torsi (T) 3) Putaran terhadap Mean Effective Pressure (M.E.P) 4) Putaran terhadapSpesific fuel consumption (S F C) 5) Putaran terhadap Efisiensi (i , e , m , v) 6) Putaran terhadap komposisi CO , CO2 , H2O , dan N2 dalam gas buang 7) Putaran terhadap keseimbangan panas (Q) Rentang besar putaran dalam pengujian tersebut mulai dari putaran minimum sampai melewati kondisi besar daya maksimum mesin. Pada pengujian dengan beban sebagai variabel bebas pada putaran konstan, jenis karakteristik kinerja yang diperlukan tidak sebanyak pada variabel 1 putaran, yaitu: 1. Spesific fuel consumption terhadap beban. 2. Efisiensi (i , e , m , v) terhadap beban.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

12

Performance Motor Bakar 1. Grafik hubungan antara momen putar ( torsi ), daya poros, dan pemakaian bahan bakar spesifik

Gambar 2.6 Grafik hubungan daya poros, SFC, dan torsi tehadap putaran Sumber : Arismunandar, Wiranto,1975.Motor Diesel Putaran Tinggi, Bandung . a) Grafik hubungan Daya Poros dengan putaran Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi nilai putaran maka daya poros mengalami peningkatan sampai mencapai titik maksimum (titik dimana putaran poros lebih rendah daripada putaran dimana daya indikatornya maksimum), kenaikkan itu menunjukkan semakin besarnya daya efektif akibat dari daya indikasi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar semakin besar akibat putaran yang terus bertambah. Kemudian mengalami penurunan pada putaran yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya gesekan antara piston dengan silinder dalam ruang bakar, pada bantalan, roda gigi, daya untuk menggerakkan pompa bahan bakar, generator, pompa air, katup,dsb. Dapat disimpulkan bahwa ssemakin besar putaran Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

13

menyebabkan gesekan yang terjadi juga besar, sehingga beban daya yang harus ditanggumg daya indikasi semakin besar dan berpengaruh pada daya efektif. b) Grafik hubungan torsi dengan putaran Pada grafik ditunjukkan bahwa semakin tinggi putaran (rpm) maka nilai torsi semakin meningkat sampai mencapai titik maksimum pada putaran tertentu, dan kemudian akan menurun pada putaran yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya gesekan yang terjadi antara piston dengan silinder ruang bakar yang menyebabkan turunnya grafik. Selain itu besarnya torsi dipengaruhi oleh daya poros atau daya efektif. Dimana daya efektif akan bertambah sesuai dengan bertambahnya putaran, dan kurva mengalami penurunan karena adanya gaya inersia. Gaya inersia disebabkan karena massa dari torak dalam silinder, massa itulah yang menyebabkan perlambatan gerak piston (gaya inersia mempengaruhibesarnya momen putar reaksi ) sehingga gaya yang terjadi semakin kecil. c) Grafik hubungan pemakaian bahan bakar spesifik dengan putaran Pemakaian bahan bakar spesifik yang dimaksud adalah jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk setiap daya kuda yang dihasilkan. Pemakaina bahan bakar spesifik efektif berarti pemakaina bahan bakar untuk setiap daya efektif. Dari grafik hubungan antara specific fuel consumption dengan putaran telihat bahwa pada putaran awal, grafik cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan konsumsi bahan bakar yang cenderung tinggi karena diperlukan daya yang besar untuk penggerak awal mesin. Pada putaran setelah titik optimum, grafik mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan pembakaran kurang sempurna sehingga daya mengalami penurunan, inilah yang menyebabkan SCF meningkat. Selain itu dengan naiknya putaran maka daya yang dibutuhkan semakin besar. 2. Grafik hubungan antara daya, torsi, bahan bakar spesifik, dan Tekanan Efektif Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

14

Karena grafik hubungan antara torsi, daya poros, serta pemakaian bahan bakar spesifik sudah dibahas sebelumnya, maka pada pembahasan kali ini tidak diulas kembali.

Gambar 2.7 Grafik hubungan daya, torsi, SFC, dan MEP dengan putaran Sumber : Obert, E.F., Internal Combustion Engine,1968 a) Grafik hubungan antara daya Efektif dengan putaran Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi putaran maka daya efektifnya akan mencapai nilai maksimum, dengan kata lain daya efektif berbanding lurus dengan putaran. Akan tetapi setelah mencapai titik maksimum, nilainya akan menurun. Nilai daya efektif merupakan pengurangan dari nilai daya indikasi dengan daya mekanis. b) Grafik hubungan antara daya Mekanis dengan putaran Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi putaran maka daya mekanis cenderung meningkat. Tingkat kenaikan daya mekanis dibawah daya indikasi dan daya efektif. Hal ini dikarenakan daya mekanis dipengaruhi oleh daya yang hilang akibat gesekan serta kerugian yang bergerak seperti flywheel, gear Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

15

dan daya yang hilang akibat digunakan untuk menggerakkan perlengkapan mesin. c) Grafik hubungan antara MEP dengan putaran Dari grafik hubungan antara MEP dengan putaran terlihat bahwa grafik mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan putaran. Hal ini dikarenakan harga daya efektif (Ne) naik menyebabkan harga tekanan efektif (Pe) naik seiring dengan betambahnya putaran. Akan tetapi setelah mencapai titik maksimum, harga tekanan efektif ratarata mengalami penurunan karena daya efektif (Ne) yang dihasilkan juga menurun sedangkan putaran tetap meningkat sehingga menyebabkan pembakaran yang terjadi kurang sempurna. 3. Grafik hubungan antara Effisiensi dengan Compression Ratio

Gambar 2.8 Grafik hubungan antara efisiensi dengan perbandingan kompresi Sumber : C.L. Marlev, Internal Combustion Engine, 301 a) Perbandingan efisiensi mekanis dengan kompresi rasio Pada grafik terlihat bahwa semakin besar perbandingan kompresi maka efisiensi mekanis akan semakin menurun, karena putaran berbanding lurus dengan perbandingan kompresi, maka semakin tinggi putaran efisiensi mekanis akan menurun diakibatkan gesekan yang terjadi semakin besar. b) Perbandingan efisiensi indikasi dengan kompresi rasio Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

16

Pada grafik terlihat bahwa semakin besar perbandingan kompresi maka efisiensi mekanis akan semakin meningkat. Kenaikkan tersebut dikarenakan perbandingan selisih daya indikasi lebih besar dibandingkan kenaikkan panas akibat kompresi. c) Perbandingan efisiensi efektif dengan kompresi rasio Pada grafik terlihat bahwa semakin besar perbandingan kompresi maka efisiensi efektif akan semakin meningkat. Pada perbandingan kompresi tertentu efisiensi efektif akan mencapai nilai maksimum dan akan sedikit mengalami penurunan akibat adanya kerugian mekanis. 2.4 Orsat Apparatus Orsat Apparatus merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur dan menganalisa komposisi gas buang. Untuk itu digunakan larutan yang dapat mengikat gas tersebut dengan kata lain gas yang diukur akan larut dalam larutan pengikat. Masing masing larutan tersebut adalah : a. Larutan Kalium Hidroksida (KOH), untuk mengikat gas CO2 b. Larutan Asam Kalium Pirogalik, untuk mengikat gas O2 c. Larutan Cupro Clorid (CuCl2), untuk mengikat gas CO

Gambar 2.9 Orsat Apparatus Sumber : www.buylab.co.kr/pro/img/a/ap1090.gif Pada gambar di atas masing masing tabung berisi : I. Tabung pengukur pertama berisi larutan CuCl2 Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

17

II. Tabung pengukur kedua berisi larutan asam kalium pirogalik III. Tabung ketiga berisi larutan KOH

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Peralatan Praktikum Peralatan praktikum yang tersedia adalah instalasi percobaan (test rig) lengkap, yang terdiri dari : Instalasi Percobaan Motor Diesel Kedua instalasi percobaan tersebut merupakan rangkaian lengkap yang dapat digunakan untuk keperluan praktikum maupun penelitian Unit Motor Diesel sebagai obyek percobaan / penelitian. Instrumen pengukur berbagai variabel yang diperlukan (alat ukur kelembapan, hydrometer density, orsat apparatus). Peralatan bantu seperti instalasi air pendingin dan penyaluran gas buang. Unit motor bakar yang digunakan adalah motor diesel dengan 4 silinder, dengan spesifikasi sebagai berikut : Spesifikasi motor diesel untuk percobaan : o Siklus o Jumlah silinder o Volume langkah torak total o Diameter silinder o Panjang langkah torak o Perbandingan kompresi o Bahan bakar o Pendingin o Daya Poros o Merk : 4 langkah : 4 : 2164 cm3 : 83 mm : 100 mm : 22 : 1 : Solar : Air : 47 BHP / 3200 rpm : Nissan, Tokyo Co.Ltd.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

18

o Model o Negara pembuat Bakar diantaranya adalah: 1. Tachometer

: DWE 47 50 HS AV : Jepang

Instrumen pengukur yang tersedia dalam instalasi Percobaan Motor

Untuk mengukur putaran poros out put 2. Flow Meter Bahan Bakar Untuk mengukur solar yang digunakan selama proses praktikum. 3. Flow Meter Air Pendingin Untuk mengukur kapasitas pendinginan 4. Stopwatch Untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dalam pemakaian bahan bakar pada tabung pengukur. 5. Termometer Untuk mengukur temperatur air pendingin, temperatur ruangan, dan gas buang. 6. Barometer Untuk mengukur tekanan udara ruangan. 7. Hydrometer Density Untuk mengukur massa jenis bahan bakar yang dipakai. 8. Orsat Apparatus Untuk menganalisa komposisi gas buang termasuk kadar CO 2, CO, dan O2. Karena itu larutan yang dapat mengikat gas-gas buang tersebut. Larutan tersebut adalah Kalium Hidroksida (KOH) ntuk mengikat CO 2, Asam Kalium Pirogalik untuk mengikat O2, larutan Cupro Clorid (CuCl2)untuk mengikat CO. 9. Higrometer Untuk mengukur kelembaban relatif uap air. 10. Dinamometer Untuk mengatur pembebanan dala pengereman. 3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

19

Setiap kelompok praktikum melaksanakan sendiri semua proses pengujian dan pengambilan data yang diperlukan untuk memenuhi tujuan praktikum di atas. Dalam melaksanakan proses pengujian tersebut, mahasiswa harus mengikuti semua aturan dan tata tertib yang berlaku di laboratorium dan mengikuti semua petunjuk asisten laboratorium yang bertugas.

Metode percobaan dengan variasi putaran, parameter yang diukur adalah : 1. Gaya Pengereman 2. Tekanan Masuk Nozzle 3. Perbedaan Tekanan Masuk dan Keluar Nozzle 4. Suhu Udara 5. Suhu Gas Buang 6. Suhu Air Masuk dan Air keluar 7. Debit Bahan Bakar 8. Volume Gas Buang 9. Volume Gas Hasil Pembakaran 10. Tekanan Udara 3.2.1 Prosedur Penyalaan Mesin 1. Persiapan Sebelum Mesin Beroperasi a. Nyalakan pompa pengisi untuk mengisi air dalam tangki sampai level air mencapai tinggi aman. b. Buka kran air pada pipa-pipa yang mengalirkan air ke mesin dan ke dinamometer. c. Atur debit air yang mengalir pada flowmeter pada debit tertentu dengan mengatur bukaan kran pada flowmeter. d. Tekan switch power untuk menghidupkan alat-alat ukur. e. Hidupkan alarm dinamometer yang akan memberitahu jika terjadi overheating dan level air kurang.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

20

f. Nyalakan dinamo power control dan atur kondisi poros mesin dalam keadaan tanpa beban. 2. Cara Menghidupkan Mesin a. Setelah semua persiapan di atas dipenuhi, nyalakan kunci kontak pada posisi memanaskan mesin terlebih dahulu sampai indikator glow signal menyala. b. Putar posisi kunci ke posisi START sambil throttle valve dibuka sedikit sampai mesin menyala (seperti menyalakan mesin mobil). c. Setelah mesin menyala, biarkan mesin beroperasi beberapa saat untuk menstabilkan kondisi mesin. 3. Cara Mengambil Data a. Atur bukaan throttle pada bukaan yang diinginkan dengan membaca throttle valve indikator (%) b. Atur putaran mesin (rpm) dengan mengatur pembebanan pada dinamometer sampai mendapatkan putaran yang diinginkan. c. Tunggu kondisi mesin stabil kemudian lakukan pengambilan data yang diperlukan. 3.2.2 Prosedur Penggunaan Orsat Apparatus Cara penggunaan Orsat Apparatus : 1. Set ketiga tabung I, II, III pada ketinggian tertentu dengan membuka keran A, B, C dan mengatur tinggi larutan pada tabung I, II, III dengan menaik turunkan gelas B, kemudian tutup keran A, B, C setelah didapatkan tinggi yang diinginkan. Posisi ini ditetapkan sebagai titik acuan. 2. Naikkan air yang ada pada tabung ukur C sampai ketinggian air mencapai 50 ml dengan cara membuka keran H dengan menaikkan gelas B. Setelah didapatkan tinggi yang diinginkan, tutuplah kembali keran H. 3. Ambil gas buang dari saluran gas buang untuk diukur, salurkan melalui selang yang dimasukkan ke dalam pipa H. 4. Buka keran H sehingga gas buang akan masuk dan mengakibatkan tinggi air yang ada di tabung ukur C akan berkurang. Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

21

5. Setelah tinggi air pada tabung ukur turun sebanyak 50 ml (sampai perubahan air mencapai angka 0) tutuplah keran H dan kita sudah memasukkan volume gas buang sebanyak 50 ml. 6. Untuk mengukur kandungan CO2 buka keran C supaya gas buang bereaksi dengan larutan yang ada pada tabung III dengan mengangkat dan menurunkan gelas B sebanyak 5 7 kali. 7. Setelah 5 7 kali kembalikan posisi larutan III ke posisi acuan pada saat set awal dan tutup keran C setelah didapatkan posisi yang diinginkan. 8. Baca kenaikan permukaan air yang ada pada tabung ukur C. Kenaikan permukaan air merupakan volume CO2 yang ada pada 50 ml gas buang yang kita ukur. 9. Untuk mengukur kandungan O2 dan CO ulangi langkah 6 dan langkah 7 untuk keran B dan keran A pada tabung II dan tabung I. 10. Baca kenaikan permukaan air pada tabung ukur C dengan acuan dari tinggi permukaan air sebelumnya.

3.3 Rumus Perhitungan Adapun rumus rumus yang digunakan dalam perhitungan hasil percobaan adalah sebagai berikut : 1. Momen Torsi
T = F l (kg.m), dimana : F = besar gaya putar (kg)

l = panjang lengan dinamometer (m) 2. Daya Efektif


Ne = T n (PS), dimana : n = putaran (rpm) 716,2

3. Daya Efektif dalam kondisi standard JIS


Neo = k .Ne (PS)
273 + ; 293

dimana : k =

749 Pa Pw

Pw = .Ps

4. Tekanan Efektif rata-rata ( Pe ) Pe =


Neo 0,45 z Vd i n

[ Kg/cm ]

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

22

5. Fuel Consumption
FC = V 3600 [ Kg/jam ] t 1000

solar = 0,835 gr/mL

6. Panas Hasil Pembakaran


Qb = FC.LHV BahanBakar (

Kcal ) Jam

7. Berat Jenis udara


a = o.

( Pa .Ps )
760

273 + . w 273 +

dimana : Pa = Tekanan atmosfer pengukuran (mmHg) Ps = Tekanan udara standard pada temperatur tertentu (mmHg) = Relative Humidity / Kelembapan Relatif (%) o = Berat jenis udara kering pada 760 mmHg = Temperatur bola kering(oC) 8. Koefisien Udara
P1 P2 P1

9. Aliran Udara melalui nozzle


Gs =

...d 2
4

2.g . a ( P 1 P 2 ) (kg/s)

dimana : = koefisien kemiringan nozzle = 0,822 a = berat jenis udara pada kondisi ruangan saat pengujian 10. Debit Aliran gas buang
Gg = Gs + FC (kg/s) 3600

11. Panas yang terbawa gas buang


Qeg = Gg .Cpg .(Teg Tud ) (kcal/jam)

12. Efisiensi kerugian dalam exhaust manifold


g =
Qeg x100% Qb

13. Kerugian Panas Pendinginan


Qw = Ww.Cpw.(Two Twi ) (kcal/jam)

dimana : Ww = debit air pendinginan Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

23

Cpw = panas jenis air = 1 kcal/jam Two = temperatur air keluar (oC) Twi = temperatur air masuk (oC) 14. Efisiensi Kerugian Panas dalam cooling water
w =
Qw x100% Qb

15. Efisiensi Thermal Efektif


e =
Ne x632 x100% Qb

16. Efisiensi Friction


f = 100% ( g + w + e )

17. Ekuivalen daya terhadap konsumsi bahan bakar


Qf = LHV BB .FC (PS) 632

18. Daya Friction


Nf =

f xQf
100%

19. Daya Indikasi


Ni = Ne + Nf

20. Spesific Fuel Consumtion Efektif


SFCe = FC Ne

21. Spesific Fuel Consumtion Indikasi


SFCi = FC Ni

22. Panas Hasil Pembakaran yang diubah menjadi Daya Efektif


Qe = 632.Ne

23. Panas yang hilang karena sebab lain


Qpp = Qb Qeg Qw Qe

24. Efisiensi Thermal Indikasi


i =
Ni x 632 x100% Qb

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

24

25. Efisiensi Mekanis


m =
Ne x100% Ni

26. Efisiensi Volumetrik


v =
Gs.z.60 x100% a .n.Vd .i

27. Perbandingan Udara dan Bahan Bakar


R= Gs x3600 FC.

28. Rasio Udara Bahan Bakar Teoritis


c Ro = 34,48 + h 3

29. Faktor Kelebihan Udara


=
R Ro

30. Faktor Koreksi Standard


A= Pst P T Tst
0 ,5

P = st P

t + 273 t st + 273

0,5

Dimana : Pst = 760 mmHg P = tekanan udara atsmosfer 31. Daya Efektif Standard

tst = 25 C t = temperatur ruangan

( Ne ) st (T ) st

= A.Ne

32. Torsi Efektif Standard


= A.T

33. Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standard

( SFCe ) st

SFCe A

34. Analisa Gas Buang Komposisi gas Buang dapat dihitung dengan persamaan berikut : % CO = Veg x 100%
Vco

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

25

% O2 = Veg x 100% % CO2 = Veg x 100% % N2 = Veg x 100%


VN 2 Vco 2

Vo 2

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Data Hasil Pengujian terlampir 4.2 Perhitungan Data Data yang digunakan dalam perhitungan kali ini adalah data no 1, adapun contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Momen Torsi (T) T =F.L = 27 . 0,358 = 9,666 Kg.m 2. Daya Efektif (Ne) T = 716,2
Ne n

Ne = 716,2 =
9,666.1800 716,2

T .n

= 24,29 Ps 3. Daya Efektif Yang Dikonversi Dalam Standart JIS (Neo) Neo = K . Ne K= =
749 Pa Pw 273 + 293
273 + 29 293

dimana Pw = . Ps = 0,78 . 25,4

749 715 20,0772

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

26

= 1,0921 Neo = 1,0921 . 24,29 = 26,528 Ps

= 20,0772

4. Konsumsi Bahan Bakar (Fc)


FC =
FC =

V 3600 [ Kg/jam ] t 1000


30 3600 0,835 18,76 1000

solar = 0,835 gr/mL

FC = 4,8243 [ Kg/jam ] 5. Panas Hasil Pembakaran (Qb) Qb = Fc . LHVbb [ Kcal/jam ] = 4,8243 . 10500 = 50655,15 Kcal/jam 6. Koefisien Aliran panas ()
P 17 1 P 2 = 9737,6 [ mmH2O ] P 1

LHV solar = 10500 Kcal/kg

= 0,002 Table 1. ( interpolasi )


0,1 0 0,969 1 = 0,002 0 1

= 0,98138
Fc 3600

7. Panas Yang Terbawa gas Buang (Qeg ) Gg = Gs + , dimana

a = n

273 Pa Q.Ps x + . 760 273 +

= 1,293 x

716 ( 0,78 25,74 ) 273 x + ( 0,78 . 0,3039 ) 273 + 29 760

= 1,094 dan, Gs =

...d 2
4

2.g .a.( P 1 P 2)

[ Kg/dt ]

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

27

0,822.0,98138.3,14.(0,048) 2 4

2.9,81.1,094.17

= 0,02788 Kg/s Gg = Gs +
Fc 3600

= 0,02788 +

4,2843 3600

= 0,04128 Kg/s Jadi, Qeg = Gg Cpg (Teg-Tud).3600 = 0,04128 . 0,285 . (490 32 ) . 3600 = 13997,8 Kcal/jam 8. Efisiensi Kerugian dalam Exhaust manifold (g) g = =
Qeg Qb

x 100 % x 100 %

13997,8 50655,15

= 28,29 % 9. Kerugian Panas Pendinginan (Qw) Qw = Ww.Cpw (Two-Twi) = 500 . 1 . ( 63 26 ) = 18500 Kcal/jam 10.Efisiensi Kerugian panas dalam Cooling water (w) w = Q b
Qw

x 100 %

= 50655,15 x 100 % = 36,52 % 11. Efisiensi thermal Efektif (e) e = Q x 100 % x 632 b = 50655,15 x 100 % x 632 = 30,3 % Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya
24,29 Ne

18500

Laboratorium Motor Bakar

28

12. Efisiensi Friction (f) f = 100 - ( g+ w+ e) % = 100 - ( 28,9+36,52+30,3 ) % = 4,89 % 13. Ekivalen Daya Terhadap Konsumsi Bahan baker (Qf) Qf = =
LHVbb .Fc 632
10500.4,8243 632

= 80,15 Ps 14. Daya Friction (Nf) f = Q x 100 % f Nf = 100 =


f .Q f
Nf

4,89.80,15 100

= 3,92 Ps 15. Daya Indikasi (Ni) Ni = Ne + Nf = 24,29 + 3,92 = 28,21 Ps 16. Spesific Fuel Consumption Efektif (SFCe) SFCe = =
Fc Ne 4,8243 28,1

[ Kg/Ps.jam ]

= 0,1986 Kg/Ps.jam 17. Spesific fuel Consumption Indicated (SFCi) SFCi =


FC Ni
4,8243

[ Kg/Ps.jam ]

= 28,21

= 0,171 Kg/Ps.jam Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

29

18. Panas Hasil Pembakaran Yang Diubah Menjadi Daya Efektif (Qe) Qe = 632 . Ne = 632 . 24,29 = 15351,28 Kcal/jam 19. Panas yang hilang oleh sebab lain (Qpp) Qpp = Qb Qeg Qw - Qe = 50655,15 13997,8 18500 15351,28 = 2806,07 Kcal/jam 20. Efisiensi thermal Indikasi (i) i = Qb x 632 x 100 % = 50655,15 x 632 x 100 % = 35,19 % 21. Efisiensi Mekanis (m) m =
Ne x 100 % Ni
24,29 28,21 Ni

= 28,21 x 100 % = 86,1 % 22. Efisiensi Volumetris (v) v =


Gs.z.60 a .n.Vd .i x 100 %
0,02788 4 60

= 1,094 1800 0,002164 2 x 100 % = 78,51 % 23. Perbandingan Udara Bahan Bakar (R) R=
Gs x 3600 Fc.
0,02788

= 4,8243 x 3600 = 19,02 [ Kgudara/KgBB ] 24. Rasio udara B.B teoritis ( Ro ) Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

30

Ro

= 34,48 ( = 34,48 (

c +h) 3 0,86 + 0,14 ) 3

= 14,711 [ Kgudara/KgBB ] 25. Faktor Kelebihan Udara () =


R Ro
19,02

= 14,711. = 1,293 26. Tekanan Efektif Rata-Rata ( Pe ) Pe = = =


Neo 0,45 z Vd i n
26,528 0,45 4 0,002164 1800 2

[ Kg/cm ]

6,1293 [ Kg/cm ]
Vco

27. Analisa Gas Buang % CO = Veg x 100% =


1 x 100% 50

= 2 % VOLUME
Vo 2

% O2 = Veg x 100% =
6,6 x 100% 50

= 13,2 % VOLUME
Vco 2

% CO2 = Veg x 100% =


1,4 x 100% 50

= 2,8 % VOLUME Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

31

% N2 = Veg x 100% =
41 x 100% 50

VN 2

= 82 % VOLUME

4.3

PEMBAHASAN GRAFIK

1. Grafik Hubungan antara Putaran dengan Torsi Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

32

Dari grafik menunjukkan bahwa grafik torsi cenderung naik pada saat putaran awal, tetapi kemudian selanjutnya cenderung turun pada putaran berikutnya (putaran lebih besar). Peningkatan terjadi karena semakin besar putaran maka nilai torsi semakin meningkat sampai putaran tertentu, dan kemudian menurun pada putaran yang lebih tinggi. Penurunan pada grafik (pada putaran 1700-2100) disebabkan karena adanya gesekan yang terjadi antara piston dengan silinder ruang bakar. Selain itu besarnya torsi dipengaruhi oleh daya poros atau daya efektif. Dimana daya efektif akan bertambah sesuai dengan bertambahnya putaran, dan kurva mengalami penurunan karena adanya gaya inersia. Gaya inersia disebabkan karena massa dari torak dalam silinder, massa itulah yang menyebabkan perlambatan gerak piston (gaya inersia mempengaruhi besarnya momen putar reaksi) sehingga gaya yang terjadi semakin kecil. Secara matematis hubungan antara Torsi (T) dengan putaran (n) adalah: T = 716,2
Ne n

Selain itu harga Torsi (T) dipengaruhi oleh gaya pengereman (F) dan panjang lengan dynamometer (L). Harga T sebanding dengan harga F dan L. Dengan nilai F naik maka harga T juga naik. Sedangkan L berharga tetap. Sesuai dengan rumus: T=F.L

2. Grafik Hubungan antara Putaran dengan Daya

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

33

Dari grafik hubungan antara putaran dengan daya efektif (Ne) terlihat bahwa pada putaran 1300-1900 grafik mengalami kenaikan seiring dengan bertanbahnya putaran, dan kemudian menurun pada putaran 1900-2100. Secara umum pada saat grafik mengalami kenaikan disebabkan harga torsi juga naik, sesuai dengan rumus : Ne = 716,2 sedangkan pada saat putaran 1900-2100 grafik cenderung menurun dikarenakan nilai torsi pada putaran tersebutu juga menurun Dari grafik hubungan antara putaran ( n ) dengan daya mekanis ( Nf ) terlihat bahwa polinom grafik mengalami kenaikkan daya seiring adanya kenaikkan putaran, akan tetapi pada pengambilan data praktikum nilai daya cenderung turun pada putaran1900-2100. Hal ini dikarenakan adanya gaya gesekan pada ruang bakar dan adanya kerugian mekanis akibat digunakan untuk proses pendinginan dan peralatan tambahan pada mesin ( pompa bahan bakar, radiator, kipas pendingin,dll ). Penurunan tersebut juga disebabkan oleh efisiensi friction ekuivalen daya terhadap konsumsi bahan bakar juga menurun. Hal ini sesuai dengan rumus sebagi berikut : Nf = Nfr + NVent + NAuk Dari grafik hubungan daya indikatif
Pi..Vd .n.i 0, 45.z T .n

(Ni) dengan putaran terlihat

grafik

cenderung naik seiring dengan bertambahnya putaran. Sesuai dengan rumus : Ni =

Kenaikan daya Indikatif (Ni) disebabkan pula karena pada putaran rendah, pembakaran yang terjadi lebih sempurna dan kerugian mekanis yang cenderung kecil. Tapi, aktualnya semakin naik putarannya grafik juga mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan pembakaran yang terjadi kurang sempurna ( pasokan bahan bakar dan udara tidak sesuai ).

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

34

Pada grafik ini terdapat tiga kurva, yaitu kurva Ne, Kurva Ni dan kurva Nf . Karena Ni terletak paling atas diikuti kurva Ne dan kuva Nf paling bawah. Hal ini disebabkan kurva Ni (daya indikatif) adalah daya yang dihasilkan oleh motor bakar dari hasil pembakaran ruang bakar sehingga Ni adalah daya total yang dihasilkan proses pembakaran. Karena adanya kerugian gesek dan sebagian daya digunakan untuk menggerakan peralatan tambahan maka nilai Ne lebih rendah dari nilai Ni. Adapun daya Nf terletak paling bawah karena dianggap kerugian daya, maka nilai nya harus sekecil mungkin supaya daya indikasi dapat digunakan seefektif mungkin untuk menggerakan poros. Hal ini sesuai dengan persamaan Ni = Ne + Nf

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

35

3. Grafik Hubungan antara Putaran dengan SFC Grafik Hubungan Antara Putaran terhadap SFCe Pemakain bahan bakar spesifik efektif berarti pemakaian bahan bakar untuk setiap daya efektif. Dari grafik hubungan antara specific fuel consumption effective dengan putaran telihat bahwa semakin cepat putaran yang terjadi adalah SFCe semakin besar sehinnga grafik cenderung semakin naik. Hal ini dikarenakan konsumsi bahan bakar yang cenderung tinggi karena diperlukan daya efektif yang besar untuk penggerak awal mesin dan juga karena diakibatkan oleh putaran yang semakin cepat. Selain itu hal ini disebabkan juga karena Ne berbanding terbalik dengan SFCe. Hal ini sesuai dengan rumus : SFCe =
FC Ne

Grafik Hubungan Antara Putaran terhadap SFCi Dari grafik hubungan antara SFCi (SpecificFuel Consumption Indicated) terlihat bahwa bentuk grafik melengkung terbuka keatas. Hal ini dikarenakan daya indikasi (Ni) mengalami peningkatan karena pembakaran yang sempurna,tapi setelah melewati titik minimumnya SFCi mengalami peningkatan yang dikarenakan daya indikasiyang menurun pada putaran 1900-2100. Hal ini sesuai sesuai dengan rumus : SFCi =
FC Ni

Letak grafik SFCi selalu di bawah SFCe. Hal ini disebabkan oleh harga Ni > Ne, sesuai dengan rumus : Ni = Ne + Nm , sehingga jika bilangan pembaginya semakin besar dan menyebabkan harga SFCi < SFCe.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

36

4. Grafik Hubungan Antara Putaran dan Efisiensi Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi Indikatif (i) Dari grafik terlihat bahwa grafik membentuk kurva melengkung terbuka kebawah. Hal ini disebabkan karena i dipengaruhi oleh Ni dan Qb, semakin tinggi putaran maka nilai Qb akan semakin meningkat karena pada putaran awal pembakaran bahan bakar masih cenderung sempurna. Tetapi nilai Ni juga semakin meningkat hingga mencapai putaran tertentu, hal ini menyebabkan efisiensi indikasi cenderung meningkat pada putaran awal ( putaran 1300-1700). kemudian setelah melewati titik putaran tertentu, dengan putaran yang semakin tinggi maka efisiensi indikasi akan semakin menurun. Hal ini terjadi karena pada saat putaran 1700-2100 nilai Qb semakin tinggi, tetapi nilai Ni cenderung menurun akibat adanya pembakaran yang tidak sempurna karena putaran yang tinggi. Sehingga menyebabkan grafik pada putaran 1700-2100 cenderung menurun. Hal ini sesuai dengan rumus sbb : i =
Ni x 100 % Qb

Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi Mekanik (m) Dari grafik terlihat bahwa grafik cenderung menurun pada saat putaran awal, kemudian hingga batas putaran tertentu grafik cenderung naik. Grafik yang cenderung menurun pada putaran awal disebabkan karena angka kenaikan nilai Ni cenderung lebih besar dari pada angka kenaikan nilai Ne seiring dengan bertambahnya putaran (pada putaran awal), dan jika dihubungkan dengan rumus sbb : m =
Ne x 100 % ; maka pada saat putaran awal (1300-1700) Ni

nilai Efisiensi Mekanis cenderung menurun. Selanjutnya pada putaran berikutnya (1700-2100) nilai Efisiensi Mekanis cenderung naik. Hal ini disebabkan karena pada saat nilai putaran tersebut nilai daya efektif dan daya indikatif keduanya mengalami penurunan akibat adanya pembakaran yang tidak sempurna. Akan t tetapi angka penurunan daya indikatif lebih besar daripada

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

37

angka penurunan daya efektif, sehingga menyebabkan nilai efisiensi mekanis pada putaran 1700-2100 cenderung naik. Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi Efektif (e) Dari grafik terlihat bahwa grafik cenderung naik kemudian turun. Hal ini disebabkan oleh perubahan daya efektif yang meningkat kemudian turun akibat adanya kerugian mekanis yang disebabkan oles gesekan antara piston dengan ruang silinder. Hal ini sesuai dangan rumus sbb : e =
Ne x 100 % Qb

Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi Volumetrik (v) Dari grafik hubungan antara putaran dengan efisiensi volumetrik terlihat bahwa grafik cenderung konstan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi putaran (n), maka beda tekanan pada nozzle ( P1 P2 ) semakin besar, sehingga aliran udara yang melalui nozzle ( Gs ) juga semakin besar, sehingga Efisiensi Volumetrik (v) cenderung konstan. Secara matematis dapat dirumuskan : v =
Gs.z.60 a .n.Vd .i x 100 %

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

38

5. Grafik Hubungan antara Putaran dengan Gas Buang Reaksi pembakaran sempurna adalah : C11H34 + 25,4 O2 + 92,12 N2 16 CO2 + 17 H2O + 92,12 N2 Putaran dengan N2 Grafik N2 cenderung konstan karena N2 tidak bereaksi pada proses pembakaran sehingga volumenya relatif konstan. Putaran dengan CO Grafik CO cenderung turun karena semakin besar putaran maka pembakaran dalam akan semakin sempurna sehingga CO akan semakin menurun. Putaran dengan O2 Grafik O2 cenderung turun karena semakin sempurna proses pembakaran maka O2 yang diperlukan akan semakin banyak sehingga O2 pada gas buang akan semakin menurun. Putaran dengan CO2 Grafik CO2 cenderung naik karena merupakan hasil dari reaksi pembakaran yang semakin sempurna dengan O2 sehinnga hasil pembakaran berupa CO2 akan samakin meningkat.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

39

6. Grafik Hubungan antara putaran terhadap keseimbangan panas. Grafik Hubungan Putaran ( n ) terhadap Panas Hasil Pembakaran ( Qb ) Dari grafik hubungan antara panas hasil pembakaran (Qb) dengan putaran terlihat bahwa grafik mengalami kenaikan kemudian mengalami penurunan membentuk kurva terbuka kebawah seiring dengan bertambahnya putaran. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya putaran maka waktu untuk melakukan satu siklus semakin singkat sehingga konsumsi bahan bakar semakin meningkat, ini menyebabkan nilai Qb juga meningkat. Dan pada grafik menurun (pada putaran 1700-2100) terjadi karena konsumsi bahan bakar semakin menurun yang menyebabkan Qb juga menurun. Dari persamaan Qb = FC.LHVbb , dimana nilai LHVbb besarnya konstan = 10.500 Kcal/kg. Qb dan FC berbanding lurus. Persamaan secara matematis : Qb = Qpp + Qeg + Qw + Qe. ( Qw ) Grafik hubungan putaran dengan Qw terlihat bahwa grafik mengalami kenaikan kemudian selanjutnya mengalami sedikit penurunan. Pada saat putaran semakin tinggi (putaran 1900-2100) maka panas yang dihasilkan akan semakin besar sehingga selisih temperatur air pendingin saat keluar (Two) dengan temperatur air masuk (Twi) semakin besar, sedangkan debit air konstan.Hal ini sesuai dengan rumus : Qw = Ww . Cpw . ( Two - Twi ) Grafik Hubungan Putaran ( n ) terhadap Kerugian Panas akibat Pendinginan (Qeg) Grafik cenderung naik kemudian turun. Hal ini disebabkan oleh harga Qeg dipengaruhi oleh Qg yang semakin meningkat akibat konsumsi bahan bakar yang semakin meningkat pula. Namun pada aktualnya setelah melalui titik tertentu (putaran 1700) konsumsi bahan baker cenderung turun sehingga Qeg ikut turun. Selain itu penurunan Qeg juga dapat disebabkan oleh selisih antara Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya Grafik Hubungan Putaran ( n ) terhadap Panas Hasil Pembakaran Efektif

Laboratorium Motor Bakar

40

suhu panas yang terbawa oleh gas buang (T eg) dengan suhu udara (Tud) yang semakin kecil. Hal ini sesuai dengan rumus : Qeg = Gg.Cpg.(Teg Tud).3600 Gg = Gs + FC ( Qe ) Dari grafik terlihat bahwa ternyata grafik cenderung naik kemudian turun. Grafik mengalami kenaikan disebabkan oleh Ne yang semakin besar. Meningkatnya daya efektif disebabkan karena pembakaran yang terjadi lebih sempurna. Sedangkan grafik yang menurun (pada putaran 1700-2100) disebabkan oleh semakin cepat putaran maka Ne akan semakin besar akan tetapi losses atau kerugian energi yang terjadi juga sekain banyak antara lain gesekan dan lain sebagainya yang menyebabkan penurunan. Hal ini sesuai dengan rumus Qe = 632 . Ne Grafik Hubungan Putaran ( n ) terhadap Panas yang Hilang ( Qpp ) Grafik Hubungan Putaran ( n ) terhadap Panas yang Hilang ( Qpp ) cenderung naik (pada putaran 1300-1700) kemudian menurun (pada putaran 1700-2100). Hal ini disebabkan karena nilai panas yang hilang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Qb, Qeg ,Qw dan Qe. Oleh karena nilai Qb, Qeg ,Qw dan Qe cenderung naik pada saat putaran 1300-1700, maka menyebabkan nilai Qpp cenderung naik pada putaran tersebut. Kemudian nilai Qb, Qeg ,Qw dan Qe yang cenderung turun pada saat putaran 1700-2100, maka menyebabkan nilai Qpp juga cenderung menurun pada putaran tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Qpp = Qb Qeg Qw - Qe
...d 2
4

3600

,dan

Gs =

2 g .a.( P1 P 2)

Grafik Hubungan Putaran ( n ) terhadap Panas yang Terbawa Gas Buang

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

41

7. Grafik Hubungan antara putaran dengan MEP. Dari data hasil percobaan didapatkan grafik hubungan antara putaran dengan MEP cenderung melengkung terbuka kebawah (naik hingga nilai putaran tertentu, lalu cenderung menurun pada putaran selanjutnya). Grafik pada putaran awal (1300-1700) cenderung naik disebabkan karena Daya Efektif (Ne) cenderung meningkat pada putaran awal seiring dengan bertambahnya putaran. Hal ini sesuai dengan rumus : Pe =
Neo 0,45 z ; Vd i n

dengan naiknya nilai Ne seiring bertambahnya putaran maka menyebabkan nilai Neo juga naik dengan kenaikan nilai Neo maka menyebabkan nilai Pe juga naik meskipun nilai pembaginya (n) juga naik. Sedangkan pada saat putaran (1700-2100) grafik cenderung menurun, hal ini disebabkan karena pada saat putaran 1900-2100 nilai daya efektif cenderung menurun, yang kemudian menyebabkan nilai Neo juga cenderung menurun. Oleh karena nilai Neo yang menurun, sedangkan nilai putaran naik, maka menyebabkan nilai Pe pada putaran 1700-2100 cenderung turun.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

42

Diagram Sankey pada putaran 1800 rpm

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

43

4.4

Diagram Sankey pada putaran 1800 rpm Diagram di atas menjelaskan kesetimbangan panas masuk dan panas yang dimanfaatkan saat pembakaran terjadi pada mesin. Panas hasil pembakaran (Qb) sebesar 50346,6 kcal/jam, sebagian terbuang ke sistem pendingin cooling water (Qw) sebesar 18500 kcal/jam, sebagian terbawa gas buang (Qeg) sebesar 13970,417 kcal/jam, sebagian lagi hilang karena sebab lain diantaranya terbuang lewat dinding silinder block lalu terbuang ke atmosfer / udara (Qpp) sebesar 2522,87 kcal/jam. Sedangkan panas yang diubah menjadi kerja adalah panas yang diubah menjadi daya efektif pada poros (Qe) sebesar 15353,31 kcal/jam. Proses pembakaran yang terjadi adalah suatu reaksi kimia pada bahan bakar yang dapat merubah parameter-parameter termodinamika seperti tekanan (P), temperatur (T) yang terdapat dalam ruang bakar sehingga dengan berubahnya parameter tersebut timbul daya yang dapat menggerakkan piston yang terhubung dengan poros sehingga poros ikut berputar.

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

44

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Pada praktikum motor bakar ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kinerja dari motor bakar. Bentuk hubungan antar masing-masing variabel indikator kerja terhadap variabel, indikator operasional suatu motor bakar didapatkan dengan cara pengujian laboratorium dari mesin yang bersangkutan. Dari praktikum didapatkan karakteristik kinerja secara aktual dan yang nantinya akan dibandingkan dengan karakteristik kinerja secara teoritis. Jenis karakteristik kinerja yang diamati antar lain : Putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya mekanik (Nf) Putaran terhadap torsi Putaran terhadap mean effective pressure (MEP) Putaran terhadap spesifc fuel consumption (SFC) Putaran terhadap efisiensi Putaran terhadap komposisi CO, CO2, H2O, dan N2 dalam gas buang. Putaran terhadap keseimbangan panas.

Pada pembahasan data dan variabel serta hubungan-hubungan dari data hasil pengujian didapatkan kesimpulan yang secara umum hamper sama dengan kinerja motor bakar secara teoritis. Untuk sedikit perbedaan diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan dapat dimaklumi karena pengamatan dan pengambilan data actual dilakukan

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laboratorium Motor Bakar

45

oleh manusia. Akan tetapi kesimpulannya dapat dianggap sama antara teoritis dan aktual dalam pembahasan hubungan antar variabel. 5.2 SARAN Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. 2. Sebelum memulai pelaksanaan praktikum para praktikan harus memahami terlebih dahulu hal-hal yang berkenaan dengan praktikum. Alat-alat yang ada dalam praktikum sudah termakan usia sehingga diperlukan kalibrasi kembali. 3.Diadakan pengujian karakteristik terhadap motor bakar jenis lain, selain motor bakar diesel Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dengan Daya Efektif (Ne), Daya Mekanis (Nf), dan Daya Indikatif (Ni). A. Pada grafik hubungan antara putaran (n) dengan Daya Efektif (Ne) diperoleh grafik yang cenderung naik (semakin tinggi putaran maka nilai daya efektif semakin tinggi). Hal ini sudah sesui dengan teori, dimana daya efektif berbanding lurus dengan putaran, sesuai dengan rumus : Ne = 716,2 B. Pada grafik hubungan antara putaran (n) dengan Daya Mekanis (Ne) diperoleh grafik yang cenderung naik (semakin tinggi putaran maka nilai daya mekanis semakin tinggi). Hal ini sudah sesui dengan teori, dimana daya mekanis berbanding lurus dengan putaran, sesuai dengan rumus :
T n

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Jurusan Teknik Mesin fakultas Teknik Universitas Brawijaya

You might also like