You are on page 1of 10

ASKEP MORBILI PADA ANAK Definisi Morbili adalah penyakit virus akut, menular ditandai dengan 3 stadium, yaitu

stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium

konvalesensi, ( Kapita Selekta jilid 2, hal 417 ). Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang yang sangat menular dan pada umumnya menyerang anakanak ( Soegijanto, 2008 ). Etiologi Penyakit morbili atau campak disebabkan oleh virus campak. Virus campak termasuk di dalam famili paramyxovirus yang merupakan virus single sranded RNA. Di dalam virus terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat hemagglutinin. Patofisiologi Perjalanan klinik di awali dengan infeksi epithel saluran napas bagian atas oleh virus, menyebar ke kelenjar lympha regional bersama makrofag. Setelah mengalami replikasi dikelenjar limfa regional, virus dilepas kedalam aliran darah, terjadilah viremia pertama. Sampailah virus ke sistem reticuloendothelial, dan disusul dengan proses replikasi. Viremia yg kedua akan mengantar virus sampai ke multiple tissue site , terjadilah proses infeksi di endothelium pembuluh darah, epithelium

saluran napas dan saluran cerna. Virus menempel pada receptor virus campak pada tempat tertentu, misalnya pada lapisan lendir saliran nafas , sel otak dan usus. Setelah inkubasi selama 10-11 hari, dalam 24 jam kemudian munculah gejala coryza / pilek, conjunctivitis / radang mata dan cough / batuk sebagai gejala periode prodromal. Semua gejala diatas makin hari makin memberat, mencapai puncaknya pada periode erupsi, saat mulai muncul ruam pada hari ke 4 sakit. kopliks spot, bercak putih di depam M1 yang terletak di mukosa pipi, akan muncul dan menjadi tanda klinik yang pathognomonik. Gejala panas, cough, coryza dan conjunctivitis pada hari ke 4 akan disusul dengan keluarnya ruam erythro makulopapuler dengan perjalanan dan penyebaran yang khas, sehingga diagnosis klinik mudah dikenali. Periode konvalescence ditandai dengan tersebarnya ruam pada seluruh tubuh, yang disertai turunnya temperatur tubuh secara lisis. Panas pada penyakit campak bersifat stepwise increase , yang puncak panasnya terjadi pada hari ke 5 sakit, dan pada hari ke 6 sakit, bilamana ruam sudah tersebar pada seluruh tubuh, panas akan menurun dan kondisi klinik akan membaik. Ruam penyakit campak adalah erythromaculopapular, muncul 3 -4 hari panas, mulai dari perbatasan rambut kepala, dahi, belakang telinga, kemudian menyebar ke muka, leher, tubuh, extremitas atas, terus kebawah, dan mencapai ujung kaki pada pada hari ke 3 ruam muncul. Setelah ruam sudah menyebar keseruh

tubuh, maka ruam awal akan mengabur, disusul dengan munculnya hiperpigmentasi dan desquamasi. Urutan lokasi terjadinya fade hiperpigmentasi desquamasi, sama dengan urutan lokasi terjadinya ruam erythro maculopapular. Gejala lain yang dapat dijumpai pada penyakit campak adalah, gastroenteritis, lympadenopathy generalisata, laryngotracheitis, bronchitis dan pneumonitis dan pada anak dengan malnutisi dapat disertai pneumothorax spontan, protein losing

enteropathy dan gizi buruk atau aktifasi dari proses tuberkulosis. Apabila natural time table ini melenceng, maka dicurigai adanya komplikasi, baik karena infeksi virus maupun infeksi kuman. Manifestasi klinis a. Demam Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. b. Coryza ( pilek ) Pilek pada campak tidak dapat dibedakan dengan pilek pada keadaan influenza pada umumnya. c. Konjungtivitis Garis tepi transversal dari injeksi konjungtiva pada kelopak mata bawah kemungkinan dapat dilihat pada awal gejala prodormal. d. Batuk ( cough ) Gejala batuk disebabkan oleh karena reaksi inflamasi traktur respiratoris.

e.

Kopliks spot Kurang lebih dua hari sebelum ruam timbul, gejala kopliks spot yang merupakan tanda pathognomosis dari penyakit campak, dapat dideteksi.

f.

Ruam Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya panas.

Stadium a. Stadium kataral (prodromal) Stadium ini berlangsung 4-5 hari. Gejala menyerupai influenza, yaitu demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan koriza. Gejala khas adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. b. Stadium erupsi Gejala pada stadium kataral bertambah dan timbul enantem di palatum durum dan palatum mole. c. Stadium konvalesensi Gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang dan meningglakan bekas di kulit berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patognomonik. Komplikasi 1. a. b. Akut Pneumonia Gastroenteritis

c.

Enchefalitis

d. Otitismedia e. 2. a. Mastoiditis Kronik SSPE ( subakut sklerosing panensefalitis ). Merupakan kelainan b. c. Kebutaan. Malnutrisi, terjadi akibat intake yang kurang ( anoreksia, muntah ).

Pemeriksaan diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan serologi, isolasi virus dari urine atau swab nasofaringeal. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopeni, dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells. Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari ke-28 timbulnua rash. Pada pemeriksaan serologi dengan cara heglutinin inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik dan subklinik. Penatalaksanaan

Pengobatan campak umumnya ringan, self limited, tidak tersedia anti viral spesifik, antibiotika tidak mempengaruhi perjalanan klinik penyakit, sehingga pengobatan campak adalah suportif. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada penyakit campak yang berat dan disertai mallnutrisi, akan mempercepat penyembuhan pneumonia dan

gastroenteritis, memperpendek lama tinggal di rumah sakit, menurunkan angka kematian. Imunisasi campak dilakukan pada semua anak usia 9 bulan, 15 bulan dan 6 tahun.

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Morbili Pengkajian 1) Anamnesa : Identitas klien Keluhan utama : biasanya anak demam naik turun selama lebih dari 3 hari Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan keluarga 2) Pemeriksaan fisik Wajah : kulit tampak eksanterm makulopapular Mata : conjungtiva hiperemis +/+, lakrimasi +/+ Hidung : sekret +/+, konka edema +/+

Mulut : mukosa kerinf atau lembab Kulit : ruam makulopapular + Aktifitas / istirahat : malaise (+/-) Sirkulasi : tekanan darah normal / sedikit di bawah jangkauan normal ( selama hasil curah jantung tetap meningkat ), kulit hangat, kering, bercahaya Eliminasi : diare atau tidak Makanan / cairan : anoreksia, mual muntah Neurosensori : pusing, gelisah Nyeri Pernapasan : takipnea dengan penurunan ke dalam pernapasan Diagnosa Keperawatan 1. 2. Hipertemi berhubungan dengan adanya proses inflamasi. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret 3. 4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi primer virus. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan berkurangnya napsu makan. 5. 6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan munculnya ruam. Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan dengan munculnya ruam. Intervensi 1. Diagnosa : Hipertemi berhubungan dengan adanya proses inflamasi.

Tujuan : Adanya keseimbangan diantara produksi panas, peningkatan panas dan kehilangan panas pada tubuh pasien. Kriteria hasil : Suhu tubuh pasien dalam batas normal dalam waktu 24 jam. Suhu kulit pasien dalam rentang yang diharapkan dalam waktu 24 jam. Intervensi : Pantau hidrasi (misal : turgor kulit, kelembapan membran mukosa). Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasan Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai kebutuhan Edukasi Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu tubuh untuh mencegah dan mengenali secara dini hipertermia. Kolaborasi 2. Berikan obat antipiretik, sesuai dengan kebutuhan. Diagnosa : ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret Tujuan : Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif. Kriteria hasil : Pasien dapat mengeluarkan sekresi secara efektif Pasien mempunyai jalan napas yang paten Intervensi : Mandiri

Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan

Kaji keefektifan pemberian oksigen dan perawatan lain Edukasi Instruksikan pada pasien tentang batuk dan teknis napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi. Kolaborasi Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA Judith M Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC Soegijanto Soegeng. 2007. Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 6. Surabaya : Airlangga University Press. Staf pengajar ilmu kesehatan anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika. Rampengan TH. 2006. Penyekit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC Rudolph Abraham. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1. Jakarta : EGC

You might also like