Professional Documents
Culture Documents
Disusun untuk memenuhi tugas Presentasi mata kuliah Intervensi Krisis pada Program Studi Ilmu Keperawatan semester VII (Tujuh) Pengampu : Zumrotul Choirriyyah ,S.Kep.,Ns.M.Kes
Oleh. Yoyok Dwi Saputra (Nim.010110a135) Tito Yunita Syltami Bardu (Nim.010110a097) Rezza Zulfiyadi Begung (Nim.010110a Sulnadi (Nim.010110a ) )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN TA. 2013
A.
KONSEP TEORI
I.
PENGERTIAN Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat, 2006) Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006) Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006) Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian
(kehilangan,perubahan). Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005). Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami dkk, 2009).
berhubungan dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri. Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan mengisolasi diri dari orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri, gangguan sensori persepsi halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya waham. 1. Faktor predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orangtua, harapan orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya Faktor yg mempengaruhi indentitas pribadi :
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2. Faktor presipitasi Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan, kebingungan tentang
III.
MANIFESTASI KLINIS 1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah 2. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri 3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan) 4. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif 5. Kesulitan dalam membuat keputusan
Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah : a. Mengkritik diri sendiri. b. Perasaan tidak mampu. c. Pandangan hidup yang pesimis. d. Penurunan produkrivitas. e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji: Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak kerumah sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri. Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain: 1. Data subjektif: Mengkritik diri sendiri atau orang lain Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan Perasaan tidak mampu Rasa bersalah Sikap negatif pada diri sendiri Sikap pesimis pada kehidupan Keluhan sakit fisik Pandangan hidup yang terpolarisasi Menolak kemampuan diri sendiri Pengurangan diri/mengejek diri sendiri Perasaan cemas dan takut Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif Mengungkapkan kegagalan pribadi Ketidak mampuan menentukan tujuan
2. Data objektif: Produktivitas menurun Perilaku destruktif pada diri sendiri Perilaku destruktif pada orang lain
IV.
MEKANISME KOPING Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri ( Stuart, 2006 ). Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. a) Pertahanan jangka pendek Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif). Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng ). Aktivitas perasaan yang diri sementara yang tidak menguatkan menentu atau meningkatkan yang
(misal : olahraga
akademik, kontes
untuk mendapatkan
merupakan
upaya
jangka
pendek
untuk
membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalahgunaan obat). b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart ( 2006 ) : Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
V.
FASE-FASE KEHILANGAN 1. Denial (Penolakan) Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap
kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah itu tidak mungkin, saya tidak percaya seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi, melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya. Tindakan keperawatan : Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami kehilangan Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti : memegang tangan, menepuk bahu atau merangkul klien Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk mengatasi. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit, pengobatan dan kematian tanpa membantah klien Memperhatikan kebutuhan dasar klien
2. Anger (Marah) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada diri
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, susah tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif. Tindakan keperawatan : Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
kemarahannya secara verbal tanpa melawan kemarahannya. Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka. Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien. Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya. Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain. Ajarkan teknik asertif.
3. Bargaining (Tawar-menawar) Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangannya, maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan, individu ingin menunda kehilangan dengan berkata seandainya saya hati-hati atau kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa. Tindakan keperawatan : Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya. Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata. Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.
4. Depresi Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan keadaan nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis. Tindakan keperawatan : Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri. Membantu klien mengurangi rasa bersalah. Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk
VI.
INTERVENSI GENERALIS PADA PASIEN a. Tujuan 1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif 2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri 3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang efektif 4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan fisik
a) Isolasi sosial b) Perilaku kekerasan c) Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan d) Waham VIII. PENATALAKSANAAN 1) Terapi medis Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin. Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga
meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan. 2) Terapi keperawatan
a. Terapi generalis Prinsip tindakan : Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Latih kemampuan yang dipilih klien Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian Latih kemampuan kedua Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal harian b. Terapi Kognitif Prinsip tindakan : Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis Sesi II : Mengungkapkan alasan Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis Sesi V : Penyelesaian masalah Sesi VI : Manfaat tanggapan Sesi VII : Mengungkapkan hasil
10
Tindakan keperawatan pada keluarga Tujuan : Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang dilakukan Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien a. Terapi generalis Prinsip tindakan : Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien denganHDR Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan perawat sebelumnya b. Triangle terapi Prinsip tindakan : Sesi I Sesi II : Mengenali dan mengekspresikan perasaan : Menerima orang lain (klien)
11
memperkenalkan diri Sesi 2 : Membantu klien berkenalan dengan anggota kelompok Sesi 3 : Membantu klien untuk mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok Sesi 4 : Membantu klien untuk mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok Sesi 5 : Bantu klien untuk mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain Sesi 6 : Bantu klien untuk mempu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok Sesi 7 : Bantu klien untuk mamu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan b. Logo terapi Prinsip tindakan : Sesi 1 : Mengenal masalah Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman yang bermakna Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi
B.
ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Beberapa faktor yg harus dikaji adalah faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Stuart & Laraia, 2005) a. Faktor predisposisi yg harus dikaji adalah penolakan orangtua, harapan orangtua yg tidak realistis, kegagalan yag berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri tidak realistis. Sedangkan yg paling sering terjadi adalah gangguang dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu tidak dapat hubungan interpersonal yg sehat. Seperti kurangnya
12
d. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri, mekanisme koping dapat dibagi 2 yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart & Laraia, 2005): Koping jangka pendek (Suliswati,2005) membagi menjadi 4 kategori, yaitu: aktivitas yg memeberi pelarian sementara dari krisis (pemakaian obat), aktivitas yg memebri kehidupan (memenuhi kebutuhan hidup dgn kerja), aktivitas yg memberi kesempatan mengganti identitas sementara (memiliki
13
Menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan ditemukan batasan karakteristik : a. Kurang kontak mata b. Ungkapan yang mengaktifkan diri c. Ekspresi rasa malu d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai peristiwa. e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik yang negatif tentang dirinya. f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru g. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan
14
membina
hubungan saling menunjukan rasa senang, ada percaya perawat dengan kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk dengan
komunikasi terapeutik, yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan
berdampingan
pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2.
Diskusikan dengan klien tentang : aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan, kemampuan yang dimiliki klien. Bersama klien buat daftar tentang : aspek positif klien, keluarga, lingkungan,
mengidentifikasi
aspek positif dan positif yang dimiliki yaitu : kemampuan yang dimiliki aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek klien. positif lingkungan
hindarkan negatif 3. Klien dapat Klien menilai kemampuan yang untuk dilaksanakan dimiliki kemampuan dilaksanakan. menyebutkan yang dapat Diskusikan kemampuan dilaksanakan,
memberi
dengan yang
15
kegiatan harian.
klien, meliputi : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan keluarga, tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien, beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat Klien melakukan kegiatan Anjurkan melakukan kegiatan dengan sesuai rencana sesuai jadual yang dibuat
klien
untuk
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, pantau kegiatan yang dilaksanakan klien, beri pujian atas usaha yang dilakukan klien,
yang dibuat
diskusikan pelaksanaan pulang. 6. Klien dapat Klien memanfaatkan sistem memanfaatkan sistem pendukung yang ada pendukung keluarga yang ada di
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah, bantu keluarga memberikan
lingkungan di rumah.
2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah Isolasi sosial Menurut Townsend, M.C (1998:152), Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.
16
Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal TUJUAN TUK 1 Klien dapat KRITERIA EVALUASI Ekspresi bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat mau menyebutkan nama, mau tangan, wajah INTEVENSI Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau menguraikan masalah dihadapi yang
dasar klien
17
mengidentifikasi
kemampuan dan Setiap bertemu klien hindarkan aspek positif dari memberi nilai yang negatif Utamakan memberi pujian yang realistis yang dimiliki. a. Kemampuan yang klien b. Aspek keluarga c. Aspek positif positif dimiliki
lingkungan yang dimiliki Klien menilai kemampuan yang digunakan dirumah sakit Klien menilai yang dapat Diskusikan
dengan
klien
kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit kemampuan yang dapat Diskusikan
dapat digunakan
kemampuan yang digunakan rumah TUK 4 Klien menetapkan merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dapat dan Klien memiliki Meminta klien untuk memilih kemampuan yang dilatih akan satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit Bantu klien melakukan jika perlu beri contoh jadwal Beri pujian atas keberhasilan klien dapat di
18
pelaksanaan dirumah
melakukan beberapa kegiatan secara mandiri TUK 6 Klien dapat Keluarga memberi dukungan pujian Keluarga memahami jadual kegiatan harian klien dan Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tantang cara merawat klien dengan harga diri rendah Bantu Bantu keluarga memberikan
lingkungan dirumah Jelaskan cara pelaksanaan jadual kegiatan klien dirumah Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil
3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
19
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak terjadi halusinasi
menggunakan
komunikasi terapeutik.
mampu Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik yang diri dan tanda tandanya. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengenal yang
menyebabkan perasaannya
perilaku diri.
atau tidak mau bergaul. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul. Berikan pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya klien
20
menyebutkan keuntungan
tentang
keuntungan berhubungan sosial dengan orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan orang lain. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungdengan
kapkan perasaan tentang keuntu-ngan berhubungan sosial dengan orang lain. Diskusikan dengan klien tentang berhubungan dengan orang lain. Beri reinforcement positif terhadap klien kemampuan mengungkapkan manfaat so-sial
kemampuan berhubungan dengan orang lain Kaji pengetahuan pasien tentang tidak kerugian bila
berhubungan
kapkan perasaan tentang kerugian berhubungan orang lain. Diskusikan dengan klien bila tidak dengan
21
4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000). Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada perasaan ingin mencederai diri. Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri No. 1. Intervensi Observasi perilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan Rasional Observasi ketat dibutuhkan
22
bunuh diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat keringanan untuk klien, sikap penerimaan klien sebagai
individu dapat dirasakan 3. Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimiliknya sebelum perilaku bunuh diri terjadi 4. Bertindak sebagai model dalam Perilaku bunuh diri dipandang yang sebagai marah yang Agar memecahakn masalah dan memahami factor pencetus
mengekspresikan tepat 5.
kemarahan
diarahakan pada diri sendiri Untuk memantau kondisi klien setiap waktu.
6.
Instruksikan
pengunjung
untuk
dalam tas plastic) 7. Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli. Stimulus untuk bunuh diri bisa timbul ketika klien melihat keramaian. 8. Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien Dukungan social dapat
meringankan stimulus.
23
9.
Bersama dukungan
pasien sosial
menulis yang di
daftar punyai
Untuk
mempermudah
10.
Dorong
klien
untuk
melakukan
stimulus
ke
aktivitas social.
24
Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Info Media.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Lodo.A ,2013. Makalah Harga Diri Rendah Situasional .Retrieved From http://www.scribd.com/search?query=hdr+situasional
25