You are on page 1of 34

MATERNAL HEALTH NUTRITION

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi 2

Oleh:

Amalia Listi R Adinda Intan Putri P. Dwi Prasetyo U Rodiah Fitriani Qorinatus Zahroh

102110101045 102110101091 102110101103 102110101141 102110101170

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2013

MATERNAL HEALTH NUTRITION

1. Definisi Ada beberapa definisi kehamilan yang berasal dan berbagai sumber, beberapa diantaranya adalah: a. Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. b. Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah "gravida" sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal ) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya, sedangkan multigravida adalah seoprang wanita yang sudah pernah hamil dua kali atau lebih. c. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita di mana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang meliputi perubahan fisik, psikologis dan social. d. Kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan spermatozoa (Kamus Dorland, 1994) e. Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka

melanjutkanmketurunan yang terjadi secara alami mrnghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu (Depkes RI, 1995) f. Kehamilan adalah pertuumbuhan janin intrauterin mulai sejak 280-300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia kehamilan), Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (2942 minggu usia kehamilan). 2. Kebutuhan Nutrisi Kebutuhan gizi selama ibu hamil meningkat karena selain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan untuk janin yang

dikandungnya. Pemenuhan gizi selama hamil juga diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi. Salah satu indikator terpenuhinya kebutuhan gizi selama hamil adalah adanya penambahan berat badan Ibu. Kebutuhan gizi ibu hamil pada setiap trisemester berbeda, hal ini disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatan ibu. Pemenuhan kebutuhan gizi pada trisemester pertama lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Hal ini dikarenakan pada masa ini sedang terjadi pembentukan system syaraf, otak, jantung, dan organ reproduksi janin, selain itu pada masa ini tidak sedikit ibu yang mengalami mual muntah sehingga tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada trisemester II dan III, selain juga memperhatikan kualitas juga harus terpenuhi secara kuantitas (Kasdu,2006). Bahan pangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil harus meliputi enam kelompok, yaitu makanan yang mengandung protein, baik hewani maupun nabati, susu dan olahannya, sumber karbohidrat baik dari roti ataupun biji-bijian, buah dan sayur yang tinggi kandungan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua, serta buah dan sayur lain. Berikut kebutuhan zat gizi yang cukup penting bagi ibu hamil (Arisman, 2004) a. Energi Umumnya seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya sampai 12,5 kg, tergantung dari berat badan sebelum hamil. Rata-rata ibu hamil memerlukan tambahan 300 kkal/hari atau sekitar 15% lebih dari keadaan normal (tidak hamil) atau membutuhkan 2.800 3.000 kkal makanan sehari. Menurut angka kecukupan gizi tahun 2004, penambahan kebutuhan energy per hari bagi ibu hamil pada trisemester I adalah 180 kkal, terisemester II dan III masing-masing 300 kkal. Total kalori yang dibutuhkan untuk mendapatkan kenaikan berat badan 12,5 kg kira-kira sekitar 80.000 kkal, dari jumlahtersebut sebanyak 36.000 kkal digunakan untuk pembakaran, dan 44.000 kkal sisanya untuk pembuatan jaringan baru. Asupan gizi pada trisemester I diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhna plasenta yang berguna untuk menyalurkan makanan dan

pembentukan hormone, pada anin diperlukan untuk pembentukan organ (organogenesis) dan pertumbuhan kepala, badan dan tulang janin. Biasanya pada trisemester II juga terjadi pertambahan berat tubuh ibu. Sementara pertumbuhan janin dan plasenta serta cairan amnion akan berlangsung cepat selama trisemester III. b. Protein Ibu hamil memerlukan konsumsi protein yang banyak lebih dari biasanya. Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, selama hamil ibu memerlukan protein sebesar 17 gram per hari. Pemenuhan protein nabati, sehingga ikan, telur, daging, susu perlu lebih banyak dikonsumsi dibandingkan tahu, tempe, dan kacang. Hal ini disebabkan karena struktur protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein nabati. Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin yang dikandung. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan sebesar sel sampai tubuh janin mencapai kurang lebih 3,5 kg, protein juga digunakan untuk pembentukan plasenta. Bila asupan protein tidak mencukupi, maka plasenta menjadi kurang sempurna padahal plasenta berfungsi untuk menunjang, memelihara dan menyalurkan makanan bagi bayi. Protein juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak dan myelin selama masa janin dan berkaitan dengan kecerdasan. Selain untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, protein juga dibutuhkan untuk persiapan persalinan. Sebanyak 300-500 ml darah diperkirakan akan hilang pada persalinan sehingga cadangan darah diperlukan pada periode tersebut dan halini tidak terlepas dari peran protein. c. Vitamin A Vitamin A dibutuhkan oleh ibu hamil namun tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan cacat bawaan. Isotretinion (asam 13-cicretinoat) yaitu suatu analog vitamin A telah dibuktikan menybabkan pola kelainan yang khas yaitu embriopati isotretinion/embriopati vitamin A dengan cirri-ciri antara lain celah langit-langit, hidrosefali, cacat tuba neuralis dan cacat jantung.

d. Vitamin B12 Vitamin B12 bersama dengan asam folat berperan dalam sintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin ini juga penting untuk berfungsian sel sumsum tulang, system persarafan, dan saluran cerna. Kebutuhan vitamin B12 sebesar 3 g per hari. Bahan makanan sumber vitamin B12 adalah hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu dan keju. e. Asam Folat Kebutuhan asam folat selama selama hamil menjadi dua kali lipat. Asam folat dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel muda, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pembentukan heme, dan metabolism energy. Kekurangan asam folat dapat berakibat lelah berat, kaki kejang, gangguan tidur. Ika berlanjut akan menyababkan animea megaloblastik. Kekurangan asam folat juga berkaitan dengan BBLR, ablasio plasenta serta defect neural tube terutama pada periode kehamilan minggu ke 3 sampai ke 8 di mana terjadi organogenesis. Mc Ganity (1994) telah membuktikan bahwa pemberian asam folat sebelum konsepsi serta pad permulaan kehamilan dapat menguramgi neural tube defects, sehingga kejadian spina bifida dan cacat lain yang disebabkan neural tube defects dapat dikurangi kejadiannya. Kebutuhan asam folat untuk trimester I sebanyak 280 trisemesterII 660 g dan trimester III 470 g. Jenis

makan yang mengandung asam folat yakni ragi, brokoli, sayuran hijau, asparagus dan kacang kacangan, f. Vitamin D Kekurangan vitamin D pada ibu hamil akan mengakibatkan gangguan metabolism kalsium pada ibu dan janin. Gangguan dapat berupa hipoklsemi, tetani pada bayi baru lahir, dan lahir, dan osteomalasia padaibu. Sumber vitamin D yang utama adalah sinar matahari. Kekurangan vitamin banyak terjadi pada perempuan hamil yang

bermukim di daerah yang hanya sedikit bersentihan dengan sinar matahari.

g. Zat besi Animea karena kekurangan zat besi masih banyak terjadi di negara berkembang. Angka animea defisiensi zat basi di Indonesia mencapai 40,1% (Depkes, 2001). Kebutuhan akan zat besi pada perempuan hamil meningkat hingga 200-300%. Sekitar 1040 mg ditimbun selama hamil, sebanyak 300 mg ditransfer ke janin, 200 mg hilang saat melahirkan, 5075 mg untuk pembentukan plasenta dan 450 mg untuk pembentukan sel darah merah. Zat besi tidak akan terpenuhi kebutuhannya hanya dari diet saja, karena itu pemberian suplemen zat besi sangat diperlukan. Pemberian dilakukan selama trisemester II dan III dan dianjurkan untuk menelan 3060 mg tiap hari mulai minggu ke 12 kehamilan sampai selam 3 bulan. Penyerapan besi dipengaruhi banyak factor, sehingga harus diperhatikan agar konsumsi zat besi menjadi maksimal. Asupan protein hewani dan vitamin C dapat meningkatkan penyerapan, sedangkan kopi, the, garam kalsium dan magnesium dapat mengurangi jumlah serapan. Efek samping pemberian suplemen adalah sembelit, hal ini bisa diatasi dengan banyak minum dan makan makanan berserat. h. Yodium Yodium dapat diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut. Kekurangan yodium pada ibu hamil akan mengakibatkan janin mengalami hipertiroid yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme. Kerusakan saraf sebagai akibat dari hipertiroid yang menyababkan retardasi mental. Kekurangan yodium juga dapat mengakibatkan bayi lahir mati, aborsi, serta meningkatkan kematian bayi dan perinatal. Koreksi yodium hendaknya sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan. Asupan yang dianjurkan adalah 200 g. kebutuhan yoidum dapat dipenuhi dengan mengonsumsi garam beryodium serta konsumsi bahan makanan yang bersumber dari laut. i. Kalsium Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, konsumsi kalsium yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah sebanyak 950 mg per hari. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya, udang, dan sarden. Selain

untuk tulang, kalsium juga dibuuhkan untuk mencegah preeklamsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kejang pada ibu, prematuritas, bahkan kematian. j. Serat Kebutuhan serat bagi ibu hamil juga harus diperhatikan, karena selain memberikan rasa kenyang lebih lama, serta juga dibutuhkan untuk memperlancar siste pencernaan sehingga dapat mencegah sembelit. Serat dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, serelia atau padi-padian, kacang-kacangan, gandum, beras, dan olahanyya (Kasdu, 2006) 3. Masalah Gizi Ibu Hamil Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses pertumbuhan ini, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan peningkatan suplai berbagai vitamin, mineral khususnya Fe dan Ca serta kalori dan protein. Apabila kebutuhan kalori, protein dan mineral meningkat ini tidak dapat terpenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi pada ibu hamil yang berakibat : a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah dan sering disebut berat badan bayi rendah (BBLR). b. Kelahiran premature (lahir belum cukup umur kehamilan). c. Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati Kekurangan gizi pada ibu hamil menimbulkan berbagai masalah gizi pada ibu hamil tersebut. Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan peorangan atau masyarakat disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi makro terutama kurang energi protein sedangkan masalah gizi mikro adalah masalah kekurangan zat besi, dan kurang zat yodium.

a.

Kekurangan Zat Gizi Makro 1) Kekurangan Energi Kronis (KEK) Ibu hamil yang kekurangan energi kronis mempunyai faktor resiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada trisemester III kehamilan, akibatnya mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis yang telah melalui masa persalinan dengan selamat, akan mengalami pasca salin yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Kekurangan energi kronis adalah kekurangan energi yang

memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan kekurangan energi kronis jika Lingkar Lengan Atas (LLA) < 23,5 cm. Untuk mengurangi dampak ibu hamil kekurangan energi kronis, maka pemerintah melakukkan penapisan ibu resiko kekurangan energi kronis yang memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut: a) Berat badan ibu sebelum hamil < 42 Kg b) Tinggi badan ibu < 145 cm c) Berat badan ibu pada trisemester I < 40 Kg d) Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,0 e) Ibu menderita anemia (Hb < 119%) Kekurangan energi kronis diakibatkan karena kurang energi yang lebih menonjol dari kekurangan enegi protein (KEP). Kekurangan energi ini diakibatkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung energi dan protein. Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukan bahwa secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari dari 70 persen dari angka kecukupan energi bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 40,7 persen. Provinsi Bali merupakan provinsi dengan penduduk yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dengan persentase terendah (30,9%), dan

yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Barat (46,7%).
Tabel 1. Rata-rata Kecukupan Konsumsi Energi dan Persentase Penduduk yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010

Konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia) SD = Standard Deviasi

Grafik 1. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Energi di bawah Kebutuhan Minimal menurut Provinsi, Riskesdas 2010

Grafik 2. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Energi di bawah Kebutuhan Minimal menurut Kelompok Umur, Riskesdas 2010

Tabel 2. KEK Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Riskesdas 2007 Provinsi NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali n 392 512 370 212 222 241 121 195 140 146 133 548 683 51 868 151 181 % KEK 14,3 14,5 14,9 11,8 19,4 21,6 25,6 19,5 15,0 16,4 19,5 19,3 27,2 17,6 27,5 27,8 18,2 Provinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA n 209 306 190 234 246 236 103 544 262 83 103 92 113 112 188 8187 % KEK 19,1 32,4 19,5 26,1 22,8 16,1 13,6 24,4 27,5 21,7 16,5 20,7 18,6 30,4 28,2 21,6

Hasil analisis ibu hamil risiko KEK dapat dilihat pada Tabel 2 dengan jumlah sampel total untuk seluruh Indonesia sebanyak 8187 ibu hamil. Prevalensi ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar 21,6 persen dengan prevalensi terendah terdapat di provinsi Riau (11,8%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (32,4%) dan Papua barat (30,4%). Bila dilihat menurut wilayah, prevalensi ibu hamil risiko KEK umumnya lebih rendah di Indonesia bagian barat dibanding di Indonesia bagian Timur. Di wilayah Sumatra, prevalensi risiko KEK tertinggi di provinsi Bengkulu (25,6%), sedangkan di wilayah Jawa Bali tertinggi di provinsi Banten (27,8%).

b.

Kekurangan Zat Gizi Mikro Kekurangan zat gizi mikro pada tingkat ringan sekalipun diketahui dapat menggangu kemampuan belajar, mengurangi produktivitas kerja, bahkan dapat memperparah penyakit dan meningkatkan kematian, terutama bayi, anak balita dan ibu hamil. a) Kekurangan Zat Besi Anemia karena kekurangan zat besi masih lazim terjadi di negara sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan

dan kemaatian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR). Penyebab utama kematian meternal antara lain pendarahan pasca partum (disamping eklamsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang kesemuanya berpangkal pada anemia defisiensi. Zat besi dari makan masih sedikit, maka pemberian suplementasi pada masa ini sangat penting. Wanita hamil tidak hanya di beri suplemen zat besi tetapi juga suplemen asam folat. Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia pada wanita yang tidak hamil 30,2% sedangkan untuk ibu hamil 47,40%. Kejadian anemia bervariasi dikarenakan perbedaan kondisi sosial ekonomi, gaya hidup, dan perilaku mencari kesehatan dalam budaya yang berbeda. Anemia memengaruhi hampir separuh dari semua wanita hamil di dunia; 52% terdapat di negara berkembang sedangkan untuk negara maju 23% yang umumnya disebabkan kekurangan gizi mikro, malaria, infeksi cacing, dan schistosomiasis; infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan kelainan haemoglobin sebagai faktor tambahan. Prevalensi anemia di Indonesia menurut World Health

Organization (WHO)

pada tahun 2006

pada wanita tidak

hamil/produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut Herman (2006) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri. Menurut penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut World Health Organization (WHO,1997) untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas,

daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan perilaku. Faktor utama yang menyebabkan tingginya AKI di Indonesia adalah pendarahan yang terjadi ketika melahirkan maupun karena komplikasi kehamilan dan persalinan. Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional 2001, angka anemia pada ibu hamil sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia. Bila diperkirakan pada tahun 2003-2010 prevalensi anemia masih tetap di atas 40%, maka akan terjadi kematian ibu sebanyak 18 ribu per tahun yang disebabkan pendarahan setelah melahirkan. Ini kondisi dengan estimasi 3-7 persen ibu meninggal karena penyebab tak langsung anemia (Arby, 2007). Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G, 2002 hal 90). Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami dan cukup tinggi yang berkisar antara 10-20% (Sarwono Prawiharjo, 2005 hal 450 ). Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. (Manuaba.I.B.G). Anemia merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Menurut data yang ada, jumlah penderita di Indonesia mencapai 30-55 % dari total penderita di dunia yang mencapai 500-600 juta orang (Arby, 2007). Perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia defisiensi zat besi berkisar 36%. Sedangkan prevalensi di negara maju sekitar 8% dari perkiraan populasi

1200 juta orang. Di Indonesia, prevalensi anemia pada kehamilan sekitar 23 (74%) pada kehamilan trimester II dan 13 (42%) menderita kekurangan zat besi (Amiruddin, 2006). Hasil pemeriksaan terhadap 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang magatakan tidak rutin meminum tablet zat besi, anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit yang dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus premature, partus lama, akibat insersi uteri. Perdarahan post partum karena atonia uteri, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2001). Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah lahir (Sin sin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi

plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis,

kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005; Wiknjosastro, 2005), meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (Karasahin et al, 2006; Simanjuntak, 2008), asfiksia neonatorum (Budwiningtjastuti 2005), prematuritas (Karasahin et al., 2006). Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan plasenta. Plasenta berfungsi untuk nutritif, oksigenasi, ekskresi (Wiknjosastro, 2005; Rompas, 2008). Kapasitas pertumbuhan berat janin dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta, dan terdapat korelasi kuat antara berat plasenta dengan berat badan lahir (Knare et al., 2007). Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan terjadinya gangguan plasenta seperti hipertropi, kalsifikasi, dan infark, sehingga terjadi gangguan fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan Agboola (1979) melaporkan bahwa berat plasenta pada ibu hamil dkk.,

dengan anemia

adalah lebih tinggi tanpa tergantung dengan jenis

anemianya. Selain itu, anemia pada ibu hamil terdapat hipertrofi plasenta dan villi yang mempengaruhi berat plasenta (Robert et al., 2008). Berat plasenta mencerminkan fungsi dan perkembangan plasenta itu sendiri (Asgharnia et al., 2007) dan besar plasenta juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya hipertensi dikemudian hari (Bakker et al., 2007). Ibu hamil dengan anemia sebagai faktor risiko terjadinya pertumbuhan plasenta yang tidak proporsional. Sebaliknya, berat plasenta yang kecil dapat mengindikasikan adanya kekurangan asupan gizi ke plasenta sehingga terjadi hipoksia plasenta yang pada akhirnya mengganggu fungsinya (Robert et al., 2008) b) KVA (Kekurangan Vitamin A) KVA merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi pada ibu hamil yang terjadi pada beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia. Selain berdampak secara fisik yaitu mata rabun, KVA juga menyebabkan tubuh ibu hamil mudah terserang infeksi yang akan berdampak pada kesehatan janin. Berikut ini merupakan prevalensi KVA di Indonesia berdasarkan data propinsi.

Tabel 3. Cakupan Ibu Nifas yang Mendapat Kapsul Vtamin A saat Melahirkan Anak Terakhir yang Lahir pada Lima Tahun Terakhir di Indonesia menurut Propinsi dan Daerah

c.

Gestational Diabetes Mellitus Pada wanita hamil terjadi perubahan- perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme

karbohidrat sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa. Adanya suatu bentuk diabetes melitus (DM) yang hanya ditemukan saat kehamilan dan kemudian menghilang setelah persalinan telah disinggung oleh Duncan (dikutip oleh Adam) sejak satu abad yang lalu. Walaupun demikian barulah pada tahun 1980 WHO mengakui diabetes melitus gestasi (DMG) sebagai suatu bentuk diabetes tersendiri. Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu keadaan intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung. Dengan definisi ini tidak lagi dipersoalkan apakah penderita mendapat pengobatan insulin atau dengan diet saja, demikian pula apakah gangguan toleransi glukosa kembali normal atau tidak setelah persalinan.

Insidens DMG bervariasi antara 1,2 12%. Kepustakaan lain mengatakan 1 14%. Di Indonesia insidens DMG berkisar 1,9 -2,6%. Perbedaan insidens DMG ini terutama disebabkan oleh karena perbedaan kriteria diagnosis materi penyaringan yang diperiksa. Di Amerika Serikat insidens kira-kira 4%. Kejadian DMG juga sangat erat hubungannya dengan ras dan budaya seseorang. Contoh yang khas adalah DMG pada orang kulit putih yang berasal dari Amerika bagian barat hanya 1,5-2% sedangkan penduduk asli Amerika yang berasal dari barat daya Amerika mempunyai angka kejadian sampai 15%. Pada ras Asia, Afrika Amerika dan Spanyol insidens DMG sekitar 5-8% 7 sedangkan pada ras Kaukasia sekitar 1,5%.

d.

Preeklampsia/Eklampsia/Hipertensi pada Kehamilan Kehamilan adalah suatu hal yang dinantikan oleh setiap pasangan yang telah menikah. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa penyulit yang terjadi selama kehamilan sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi pada kehamilan. Penyakit ini menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah kesehatan pada masyarakat (Sirait, 2012). Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 90 mmHg (JAMA 2003) atau berdasarkan riwayat hipertensi sewaktu periksa kehamilan ke petugas kesehatan. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 23% kehamilan. Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 515%, dan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan. Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari semua kehamilan, 10% pada kehamilan anak pertama dan 2025% pada perempuan hamil dengan riwayat hipertensi sebelum hamil. Pada janin, preeklamsia bisa menyebabkan berat badan lahir rendah, keguguran dan lahir prematur (Gibson, 1998). Sedangkan yang menjadi eklamsia sekitar

0,050,20% (Sibai BM, 1981). Setiap tahun sebanyak 250 ribu ibu hamil di Amerika menderita hipertensi atau 510%. (Gutsche BB, 1979, Lindheimer MD, 1985). Di RS Cipto Mangunkusumo, kematian ibu akibat preeklamsia atau eklamsia pada tahun 19901992 tercatat sebesar 61,1% dari seluruh kematian ibu (Wisnuwardhan, 1993). Berdasarkan data Riskesdas (2010), ditemukan sebanyak 8.341 kasus (1,51%) ibu hamil dari semua sampel perempuan yang berusia 1554 tahun. Didapatkan prevalensi hipertensi pada ibu hamil sebesar 1.062 kasus (12,7%). Dari 1062 kasus ibu hamil dengan hipertensi, ditemukan 125 kasus (11,8%) yang pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh petugas kesehatan.

Tabel 4. Sebaran Ibu Hamil dengan Hipertensi di Indonesia menurut propinsi Riskesdas 2010

4. Gizi Ibu Hamil Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menetukan kualitas sumber daya manusia masa deoan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa janin dalam kandungan. Dengan demikian jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik juga dan keselamatan ibu saat melahirkan akan terjalin. Sebaliknya jika status kesehatan ibu kurang baik (anemia) maka akan dapat berakibat janin lahir mati (prenatal death) dan bayi lahir dengan keadaan BBLR. Kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi, kerena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang dapat diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. Kebutuhan energi selama kehamilan yang normal membutuhkan tambahan kira-kira 80.000 kalori

selama masa kehamilan (280 hari). Hal ini diperlukan tambahan ekstra kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution,1988). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. WHO menganjurkan jumlah tambahan pada trimester I sebanyak 150 Kkal perhari, untuk trimester II dan III sebanyak 350 Kkal perhari. Kebutuhan protein ibu hamil meningkat hingga 68% dari sebelum hamil. Jika dihitung dalam gram maka selama kehamilan membutuhkan 925g protein. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 menganjutkan penambahan protein sebanyak 12g perhari selama kehamilan.

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau zat besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500mg. Selama kehamilan ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Kebutuhan Fe ibu hamil perhari sebanyak 46 mg perhari. Kekurangan gizi selama kehamilan bisa menyebabkan anemia gizi, bayi lahir BBLR bahkan bisa menyebabkan bayi lahir cacat. Masalah yang sering dijumpai pada masa kehamilan adalah KEK dan anemia gizi besi. Oleh sebab itu pemeliharaan gizi selama hamil sangat penting. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan gizi ibu yang sedang hamil adalah sebagai berikut: a. Pengawasan dan pemantauan pertumbuhan janin b. Pencegahan dini terhadap defisiensi gizi c. Pengaturan makanan selama hamil. Ada beberapa keadaan yang mengharuskan pengaturan makanan dengan baik selama kehamilan diantaranya: a) Kebutuhan gizi ibu yang meningkat dengan pesat, bukan saja untuk keperluan pertumbuhan janin tetapi juga karena metabolisme meningkat oleh terjadinya perubahan keseimbangan hormonal. b) Pada awal kehamilan sering nafsu makan tidak begitu baik karena timbulnya rasa mual dan pusing. c) Ibu juga harus memberikan cadangan bebrapa jenis zat gizi dalam jumlah yang cukup dalam tubuh bayinya pada waktu bayi lahir. d) Gizi buruk karena kesalahan dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak menguntungkan bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayinya yang akan lahir. Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan sebagai berikut: a) Sumber energi atau tenaga : padi-padian, tepung, umbi-umbian, sagu dan pisang b) Sumber zat pengatur : sayur-sayuran dan buah-buahan

c) Sumber zat pembangun : ikan, daging, telur, susu, kacang-kacangan dan olahannya seperti tempe, tahu dan oncom. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan turunnya kadar hemoglobin (anemia), abortus, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis. Makanan ibu hamil pada triwulan I biasanya nafsu makan ibu berkurang dan sering timbul rasa mual dan ingin muntah. Namun makanan ibu hamil harus tetap diberikan seperti biasa. Pada kehamilan triwulan II nfsu makan ibu biasanya sudah meningkat, seperti kebutuhan nasi, roti, singkong, mie dan lain-lain. Demikian juga kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur seperti sayuran dan buah-buahan berwarna. Untuk memenuhi kebutuhan zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur, diperlukan tambahan konsumsi makanan sehari-hari berupa: a) Nasi

piring potong

b) Ikan c)

Tempe 1 potong

d) Sayuran 1 mangkok e) f) Susu 1 gelas Air 2 gelas


Ibu hamil Tri Wulan II 3 piring 1 potong 3 potong 1 mangkok 2 potong 5 sendok makan 1 gelas 4 gelas

Tabel 5. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Perhari: Bahan Wanita dewasa makanan tidak hamil Tri Wulan I Nasi Ikan Tempe Sayuran Buah Gula Susu Air 3 piring 1 potong 3 potong 1 mangkok 2 potong 5 sendok makan 4 gelas Sumber: Depkes 1999 3 piring 1 potong 3 potong 1 mangkok 2 potong 5 sendok makan 1 gelas 4 gelas

Tri Wulan III 3 piring 1 potong 3 potong 1 mangkok 2 potong 5 sendok makan 1 gelas 4 gelas

Berikut daftar beberapa zat gizi yang paling penting untuk perkembangan janin. Pastikan zat gizi ini selalu dikonsumsi selama kehamilan: 1) Asam folat: zat ini di dalam serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau, jamur, kuning telur, jeruk, pisang dan lain-lain.

2) Kalsium, sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi. Zat ini dapat dijumpai di dalam susu dan produk olahannya (keju, yogurth), ikan yang bisa dimakan tulangnya (ikan teri, sarden), biji-bijian (biji bunga matahari, wijen), produk kedelai (tahu, tempe), sayuran hijau dan buah-buahan. 3) Zat besi, sangat penting karena pad masa kehamilan volume darah meningkat 25% dan juga penting untuk bayi dalam membangun persediaan darahnya. Zat besi dapat dijumpai dalam hati, daging merah, sayuran hijau, wijen, buah-buahan kering, kuning telur, serealia dan sarden. Penyerapan zat besi dapat membantu dengan konsumsi vitamin C. Prinsip diet ibu hamil 1) Energi yang dibutuhkan tergantung aktivitasnya ibu dan peningkatan BMR sebesar 2132,1 kalori yang berfungsi untuk menyediakan energi yang cukup agar protein tidak dipecah menjadi energi. Tambahan kalori bisa didapatkan dari nasi, roti, mie jagung, ubi, kentang dan sebagainya. 2) Protein diberikan tinggi sebesar 90g. Tambahan protein untuk pertumbuhan janin, yaitu membentuk otot, kulit, rambut dan kuku. 3) Lemak diperlukan cukup sebesar 59,2 g berfungsi sebagai pembawa vitamin yang larut dalam lemak serta fungsi-fungsi lainnya. 4) Karbohidrat diperlukan cukup besar yaitu 320g adanya hidrat arang diperlukan guna mencegah terjadinya ketosis. 5) Tambahan vitamin dan mineral terutama tambahan zat besi diperlukan untuk menambah jatah darah untuk keperluan ibudan janin. Zat besi bisa dijumpai dalam daging, hati, sayuran hijau seperti bayam, daun singkong, kangkung, daun pepaya. Tambahan zat kapur dapat dijumpai dalam susu, ikan teri kering dan sayuran hijau. Vitamin B kompleks terdapat dalam beras tumbuk, kacang-kacangan kering. Vitamin A banyak terdapat dalam kuning telur, hati, sayuran dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning kemerahan. Syarat Diet 1. Pantangan terhadap suatu makanan harus dijelaskan terlebih dahulu kepada ibu hamil tentang manfaat atau faedahnya, sehingga ibu hamil dapat mengerti tujuan dari pantangan tersebut. Karena suatu pantangan terhadap makanan

dapat membantu ibu hamil dalam proses melahirkan maupun sesudah melahirkan bahkan kelak keadaan kesehatannya jauh dari memuaskan. 2. Dalam triwulan I ibu hamil biasanya sering muntah, hal ini harus disiasati agar asupan makanan tetap terjaga sehingga makanan dapat dengan mudah untuk dicerna seperti air jeruk, roti biskuit dan roti panggang. 3. Dalam triwulan II metabolisme basal mulai nai. Pada masa ini protein harus diutamakan dan harus dijaga jangan sampai kekurangan darah. Karena itu baik untuk diberikan sayur-sayuran daun, garam besi, vitamin A dan vitaminvitamin lainnya. 4. Dalam triwulan III, metabolisme tetap naik terus. Pemeriksaan kenaikan berat badan harus dilakukan dengan teliti, jangan sampai ibu hamil terlalu gemuk. 5. Dalam Triwulan III kandungan sudah menjadi besar sekali hingga menyebabkan lambung sedikit terdesak. Makanan yang porsinya terlalu besar sering menimbulkan rasa tidak enak. Karena itu dalam masa ini porsi makanan sebaiknya kecil saja, asal sering diberikan untuk mencegah kekurangan unsur-unsur gizi.

Tujuan diet Tujuan umum: Untuk meningkatkan gizi baik ibu maupun bayi, selain itu juga akan bermanfaat pula untuk peningkatan mutu generasi yang akan datang. Tujuan khusus: a. Untuk mengetahui prinsip-prinsip diet untuk ibu hamil b. Untuk mengetahui syarat diet untuk ibu hamil c. Untuk mengetahui tata laksana diet untuk ibu hamil d. Untuk mengetahui makanan/ bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan untuk ibu hamil e. Contoh menu dan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk ibu hamil

Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan Golongan I: Beras dan penukar

Beras untuk sebagian dapat ditukar dengan roti atau jagung, mie, ubi, kentang, makanan yang dibuat dari tepung beras, terigu, maizena dan tepung-tepungan. Golongan II : Daging dan penukar Daging dapat ditukar dengan bahan makanan lain yang berasal dari hewan misalnya ikan, termasuk ikan segar dan ikan kering (ikan asin, ikan pindang, teri), ayam, udang, dan sebagainya. Bila ikan digoreng kering, tulangnya dapat dimakan, sehingga ibu mendapat tambahan zat kapur. Golongan III : Tempe dan penukar Tempe dapat ditukar dengan kacang-kacang kering, seperti kacang merah, kacang kedelai, kacang tanah dan hasil olahannya seperti tahu, tempe dan oncom. Golongan IV : sayuran Sayuran yang paling baik adalah berwarna hijau atau kuning kemerahan seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya, daun katuk, daun kacang panjang, daun bluntas, daun belinjo, daun jambu mede muda, daun gandaria, daun kedondong, daun kecipir, daun lobak, daun petai cina, kacang panjang, buncis, wortel dan tomat. Sebaiknya sebagian dari sayuran ini ibu makan sebagai lalapan mentah karena dengan demikian vitaminnya masih utuh, tidak rusak karena dimasak. Golongan V : Buah-buahan Buah-buahan yang lebih baik adalah yang buah yang berwarna seperti pepaya, nanas, jambu buji, sawo, jeruk, mangga dan pisang.

Diet komplikasi kehamilan 1. Diet hiperemesis I Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (trimester II) yang ditandai rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Keadaan ini menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan. Ciri khas diet hiperemesis adalah pada penekanan pemberian makanan sumber karbohidrat kompleks, terutama pada pagi hari serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Pemberian makanan dan minuman sebaiknya berjarak.

Tujuan diet: a. Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis b. Secara berangsur memberikan makanan dan zat gizi yang cukup Syarat diet: a. Karbohidrat tinggi, yaitu: 75-80% dari kebutuhan energi total b. Lemak rendah, yaitu: lebih dari 10% dari kebutuhan energi total c. Protein sedang, yaitu: 10-15% dari kebutuhan energi total d. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna dan diberikan sering dalam porsi kecil e. Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan dan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu: 7-10 gelas/ hari f. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam. g. Makan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien. Macam diet dan indikasi pemberian: a. Diet Hiperemesis I Diberikan pada pasien dengan hiperemesis berat. Makanan yang terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buahbuahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada makanan ini kurang kecuali Vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari. 2. Diet hiperemesis II Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilahan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi. 3. Diet hiperemesis III Diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien minuman boleh diberikan bersamaan makanan. Makanan ini cukup energi dan semua zat gizi. Contoh tatalaksana diet:

Hiperemesis I: Pukul 08.00 : roti panggang dan jam Pukul 10.00 : air jeruk dan gula pasir Pukul 12.00 : roti pangang, jam, pepaya, gula pasir Pukul 14.00 : air jeruk, gula pasir, pepaya Pukul 16.00 : roti panggang, jam Pukul 18.00 : pisang, gula pasir Pukul 20.00 : air jeruk, gula pasir Hiperemesis II: Pagi : roti, telur ayam, margarin, jam, buah, gula pasir, biskuit Siang : beras, daging, tahu, sayuran, buah, gual pasir Malam : biskuit, agar, susu, beras, ayam, tempe, sayuran, buah, minyak, roti, margarin, jam, gula pasir Hiperemesis II:
Pagi Roti panggang isi jam Telur rebus Nasi Perkedel daging panggang Tahu bacem Setup bacem Pepaya Pukul 10.00 Selada buah Pukul 16.00 Selada buah Biskuit Pukul 20.00 Roti panggang isi jam teh Siang Nasi Ayam dan tempe Setup wonel Pisang Malam

Hiperemesis III: Menu diet hiperemesis III sama dengan hiperemesis II, kecuali pukul 10.00 dan 16.00 ditambah dengan biskuit, agar-agar, dan susu. Makanan yang dianjurkan untuk hiperemesis I, II, dan III: Roti panggang, biskuit, krekers Buah segar, sari buah Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer

Makanan yang tidak dianjurkan untuk hiperemesis I, II, dan III:

Makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi dan yang mngandung zat tambahan (pengawet, pewarna dan bahan penyedap). Diet preeklamsia Preeklamsia merupakan sindroma yang terjadi pada saat kehamilan masuk pada minggu ke-20 dengan tanda dan gejala seperti hipertensi, proteinuria, kenaikan berat badan yang cepat (karena edema), mudah timbul kemerahmerahan, mual, muntah, pusing, nyeri lambung, oliguria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein. Tujuan diet Preeklamsia adalah: 1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal 2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal 3. Mencapai atau mengurangi retensi garam atau air 4. Mencapai keseimbangan nitrogen 5. Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal 6. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan Syarat Diet: 1. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemaampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300kkal dari makanan atau diet sebelum hamil. 2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat sampai ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan <3 kg/bulan atau < 1/minggu 3. Protein tinggi 1 2 g/ kg BB 4. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lmaak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda 5. Viatmin cukup, Vitamin C dan B6 sedikit lebih tinggi 6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium 7. Bentuk makanan disesuaikan denangan kemampuan makanan pasien

8. Cairan diberikan 2.500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat dan pernapasan. Macam Diet dan Indikasi Pemberian: Diet preklamsia I: Diberikan pada pasien dengan preeklamsi berat. Makanan diberikan dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah. Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1.500 ml sehari/oral dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Diet preklamsia II: Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklamsia I atau kepada pasien preeklamsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Diet preklamsia III: Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preklamsia II atau kepada pasien dengan preeklamsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

5. Program Terkait Gizi Ibu Hamil a. Program KIA 1) Peningkatan Pelayanan Antenatal Pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya dengan standar pelayanan antenatal yaitu 5 T Timbang berat dan ukur tinggi badan Ukur tekanan darah Pemberian imunisasi TT lengkap Ukur tinggi fundus uteri Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 2) Peningkatan pertolongan persalinan yang ditujukan oleh tenaga profesional Tenaga Profesional adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan (PKE) dan perawata bidan

3) Peningkatan deteksi dini resiko ibu hamil Menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, deteksi dini ibu hamil beresiko diperlukan di fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. Fokus deteksi ibu hamil beresiko kepada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan oleh dukun bayi. 4) Peningkatan pelayanan neonatal b. Gerakan Sayang Ibu (GSI) 1) Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah. 2) Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) melibatkan masyarakat secara aktif, tidak hanya sebagai sasaran, tetapi juga sebagai pelaku. 3) Bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, karena hamil, melahirkan, nifas dan bayi. c. KMS Ibu Hamil 1) Memantau keadaan gizi dan kesehatan ibu amil 2) Memotivasi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya secara teratur dan lebih dini 3) Media pendidikan gizi dan kesehatan 4) Memperkirakan berat bayi yang akan dilahirkan berdasarkan

pertambahan berat badan selama kehamilan d. PMT Ibu Hamil 1) Pemberian Makanan Tambahan kepada ibu hamil KEK sebesar 300-400 kalori dan 10-12 gram protein 2) Ibu hamil KEK diperoleh dari penapisan ibu hamil resiko KEK 3) Pemberian suplemen tablet Fe dan Vitamin A 4) Prioritas program diberikan pada ibu hamil di desa tertinggal, ibu dari keluarga pra sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1. 6. Dampak Program a. Kemitraan Untuk Meningkatkan Efektivitas Program 1) Pelaksanaan suatu program merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan non pemerintah

2) Dewasa ini public private partnership merupakan strategi yang popular untuk menuntaskan masalah kesehatan dan gizi masyarakat. b. Efektivitas Program 1) Diperlukan untuk memilih dan memprioritaskan suatu tindakan dalam menangani masalah pada situasi yang berbeda 2) Diukur dengan penurunan resiko dari masalah yang ditimbulkannya. Penurunan resiko tersebut dapat dilihat dengan adanya penurunan prevalensi akibat dari masalah tersebut (Gillespie, 2001) c. Manfaat Investasi Program Gizi terhadap peningkatan Pendapatan

d. Presentase cakupan pelayanan ibu hamil ki dan k4 tahun 1995 1999

e. Distribusi Frekwensi Pemeriksaan Kehamilan Menurut SKRT dan SDKI

f. Cakupan Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Dan Berbagai Faktor Yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 15 (2): Hal. 103-109 http://karodalnet.blogspot.com/2013/05/proses-kehamilan-sampaimelahirkan.html Nurhayati, Ai. Tanpa Tahun. Program Gizi dan Ibu Hamil. Bogor: Istitut Pertanian Bogor Sirait, Anna Maria. 2012. Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indonesia Verralls Sylvia. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Terapan Kebidanan. Kedokteran ECG. Jakarta. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

You might also like