You are on page 1of 3

Komplikasi Lanjut pada Stroke 7 Macam

Komplikasi lanjut terjadi setelah fase akut stroke terlampaui. Komplikasi umum terjadi akibat tindakan rehabilitasi yang kurang memadai. Berbagai komplikasi lanjut stroke akibat imobilisasi adalah sebagai berikut : 1. Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat dihindari dengan prosedur rehabilitasi yang baik. 2. Kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27% pasien stroke. 3. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu, dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral. 4. Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari. 5. Depresi dan efek psikologis lain. Hal ini mungkin karena kepribadian penderita atau karena usia lanjut. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan pascastroke. Depresi harus ditengarai sebagai penyebab pemulihan yang tidak wajar, tidak kooperatif saat rehabilitasi dan keadaan emosi yang tidak stabil. Keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri. Penyebab depresi pascastroke sangatlah kompleks. Penyebab depresi pascastroke antara lain gabungan antara kepribadian sebelum stroke dan berbagai faktor sosial akibat kecacatan dan keterbatasan sosial oleh karena stroke. Selain itu, penyebab depresi pascastroke adalah multifaktorial, melibatkan kepribadian sebelum stroke, reaksi psikologis akibat stroke, dan faktor organik. Penanggulangan depresi pascastroke yang direkomendasikan meliputi : a. Skrining depresi stroke pada bulan pertama. b. Pemberian informasi, nasihat, dan kesempatan pada pasien untuk membicarakan dampak stroke pada kehidupannya.

c. Penilaian kebutuhan psikologis dan sosial pasien. d. Pemberian terapi obat pada pasien-pasien dengan depresi mayor. Obat antidepresan dapat digunakan sampai dengan jangka waktu 6 bulan, untuk kemudian dievaluasi lebih lanjut. 6. Inkontinensia alvi dan konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat. 7. Pikun Pascastroke Demensia / pikun adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteorisasi kognisi dan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. Pada umumnya dikenal 2 macam, yaitu Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Ada pula berbagai jenis Demensia yang lain dengan proporsi yang lebih kecil. Demensia pascastroke dikenal dengan nama demensia vaskuler. Demensia vaskuler adalah demensia yang disertai dengan bukti defisit neurologis fokal akibat penyakit cerebrovaskuler (stroke). Diagnosisnya ditegakkan apabila ditemukan demensia, bukti 2 atau lebih serangan stroke, dan bukti ada infark di bagian otak. Demensia biasanya ditandai oleh : 1. gangguan daya ingat 2. kesulitan melakukan aktivitas sederhana 3. problem berbicara / berbahasa 4. disorientasi 5. penampilan buruk 6. kesulitan dalam melakukan hitungan sederhana 7. lupa meletakkan benda 8. perubahan perilaku 9. perubahan kepribadian 10. hilangnya minat dan inisiatif. Saat ini terdapat dua tes yang digunakan secara luas untuk deteksi dini demensia, yaitu Folstein Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test. Mini Mental State Examination terdiri dari 11 item pertanyaan dan tugas yang menilai aspek orientasi,

registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat kembali, dan bahasa. Nilai <24 merupakan tanda gangguan kognitif. Diagnosis dini, pengenalan gejala secara dini dan penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan meliputi intervensi keluarga, intervensi lingkungan, intervensi pasien, dan terapi obat. Terapi obat ditujukan untuk demensia, obat-obat yang memodifikasi penyakit, dan obat-obat untuk mengatasi gejala perilaku.

You might also like