You are on page 1of 2

MORPHIN 1.

Mekanisme Morfin Secara umum, opioid berbagi kemampuan untuk merangsang nomor reseptor opiat yang spesifik di SSP, menyebabkan sedasi dan depresi pernafasan. Kematian hasil dari kegagalan pernapasan, biasanya sebagai akibat dari apnea atau paru aspirasi isi lambung. Selain itu paru, noncardiogenic akut. Edema dapat terjadi dengan mekanisme yang tidak diketahui. Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme : 1. Morfin meninggikan ambang rangsang nyeri
2. Morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus 3. Morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.

2. Farmakodinamika Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika (ADH). 3. Farmakokinetik Biasanya, efek puncak terjadi dalam waktu 2-3 jam, namun penyerapan mungkin akan diperlambat oleh efek farmakologis mereka pada motilitas gastrointestinal. Kebanyakan obat memiliki volume distribusi yang besar (3-5 L / kg). Tingkat eliminasi sangat bervariasi, dari 1-2 jam untuk turunan fentanyl lawan 15-30 jam untuk metadon. 4. Indikasi Indikasi morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai : a) Infark miokard
b) Neoplasma c) Kolik renal atau kolik empedu d) Oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner e) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan f) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah. g) Rasa sakit hebat yang terkait dengan laba-laba janda hitam envenomation, ular berbisa envenomation, atau gigitan atau sengatan lainnya. h) Sakit yang disebabkan oleh cedera korosif pada mata, kulit, atau saluran pencernaan.

i) Edema paru akibat gagal jantung kongestif. Kimia-diinduksi edema paru noncardiogenic bukan merupakan indikasi untuk terapi morfin.

5. Kontraindikasi A. Diketahui hipersensitif terhadap morfin. B. Pernapasan atau depresi sistem saraf pusat dengan kegagalan pernapasan yang akan datang, kecuali pasien diintubasi atau peralatan dan personil terlatih berdiri untuk intervensi jika diperlukan. C. Dugaan cedera kepala. Morfin dapat mengaburkan atau menyebabkan depresi sistem saraf pusat berlebihan. 6. Dosis Dosis dan sediaan Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis awal 5-10 mg biasa adalah 10-15 mg IV atau SC atau IM, dengan pemeliharaan dosis analgesik 5-20 mg setiap 4 jam Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang atau untuk dosis pediatrik adalah 0,1-0,2 mg/kgBB setiap 4 jam. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan. 7. Efek samping Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Efek subyektif yang dialami oleh individu pengguna morfin antara lain merasa gembira, santai, mengantuk, dan kadang diakhiri dengan mimpi yang menyenangkan.

You might also like