You are on page 1of 11

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan landasan utama dalam kehidupan sosial manusia yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam bermasyarakat. Dengan bahasa, manusia dapat saling berkomunikasi untuk saling bertukar informasi, pengalaman, saling belajar dari yang lain, meningkatkan intelektualitas, dan juga saling mengenal antara yang satu dengan yang lain. Bahasa sebagai sarana komunikasi memungkinkan manusia menanggapi, menyusun dan mengungkapkan segala yang dirasakan dan diinginkan untuk diungkapkan kepada orang lain. Hal itu disebabkan karena bahasa dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran seseorang untuk disampaikan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran untuk meluruskan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan untuk bekerjasama.

Komunikasi melalui bahasa membuat setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan bahasa pula setiap orang dapat mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan, serta latar belakang antar peserta komunikasi. Dalam kaitannya dengan komunikasi ilmiah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi tidak lepas dari peran bahasa yang telah membawa berbagai perubahan dalam perikehidupan manusia. Sehingga bahasa dapat berperan sebagai sarana komunikasi dan berpikir ilmiah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan bahasa ? 2. Bagaimana ciri-ciri bahasa ? 3. Apa Fungsi Bahasa ?

4. Apa maksud dari komunikasi ilmiah? 5. Bagaimana peran bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah? 6. Apa saja aplikasi bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah? 7. Apa kelemahan bahasa? 1.3 Tujuan a. Tujuan khusus Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat IPA semester 097 Tahun Akademik 2012. b. Tujuan umum Untuk memahami dan menerapkan materi dari pembahasan makalah ini ( Peran Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah).

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa merupakan rangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya, kita bisa berkomunikasi dengan mempergunakan alat-alat lain, misalnya dengan memakai berbagai isyarat. Manusia

mempergunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang paling utama. Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini dikatakan juga sebagai komunikasi verbal dan manusia yang bermasyarakat dengan alat komunikasi disebut juga sebagai masyarakat verbal.

Bahasa merupakan lambang (simbol) dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu objek tertentu umpanya gunung atau seekor burung merpati. Perkataan gunung dan burung merpati benar-benar merupakan lambang yang kita berikan kepada kedua objek tersebut. Dapat kita sadari kita memberikan lambang kepada kedua objek tadi begitu saja. Di mana setiap bahasa , dengan bahasanya yang berbeda memberikan lambang yang berbeda pula. Menurut bahasa Indonesia objek tersebut dilambangkan dengan bunyi gunung sedangkan bagi bahasa lain dilambangkan dengan mountain dalam bahasa Inggris atau jaba dalam bahasa Arab. Demikian juga dengan merpati yang berubah menjadi dove dalam bahasa inggris dan japati dalam bahasa Sunda. 2.2. Ciri-ciri Bahasa Berdasarkan pengertian bahasa tersebut, pengertian bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat, sehingga, bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut: 1. Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan. 2. Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya. 3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi.

4. Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya. 5. Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri. 6. Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia. 7. Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alat komunikasi dan interaksi.

2.3.Fungsi Bahasa Fungsi bahasa, menurut Kneller, ada tiga : 1. Simbolik Bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang actual di transformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai suatu obyek tertentu meskipun obyek tersebut secara faktual tidak berada di tempat di mana kegiatan berpikir itu di lakukan. Oleh karena itu, perlu di teliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya: Simbol-simbol Simbol-simbol berarti sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Misalnya awan hitam adalah tanda turunnya hujan; panas suhu badan yang tinggi tanda suatu penyakit. Simbol atau lambang memperoleh fungsi khususnya dari mufakat kelompok atau konvensi sosial, dan tidak mempunyai efek apa pun bagi setiap orang yang tidak mengenal consensus atau konvensi tersebut.

Simbol-simbol vokal Pada dasarnya ujaran merupakan fenomena akustik. Dengan kata lain, tidak semua bunyi yang di hasilkan oleh organ-organ vocal mnusia merupakan simbol-simbol bahasa, lambang-lambang kebahasaan. Bersin, batuk, dengkur, dan sebgainya, biasanya tidak mengandung nilai simbol, semua itu tidak bermakna apa-apa di luar mereka sendiri. Simbol-simbol vokal arbiter Istilah arbiter di sini bermakna mana suka dan tidak perlu adanya hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang di kandungnya. hal ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misalnya, untuk menyatakan jenis binatang yang di sebut Equus Caballus, orang inggris menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya cheval, orang Indonesia kuda, dan orang Arab hison. Semua kata ini sama tepatnya, sama arbiternya. Fungsi simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah 2. Emotif Dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu harus terbebas dari unsur emotif, agar pesan itu reproduktif, artinya dapat memberikan informasi. Contohnya seperti penggunaan kata seandainya (mengandung unsur emotif) dalam komunikasi ilmiah. 3. Afektif Fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik. 2.4.Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah Dalam keberlangsungannya bahasa tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi, tetapi juga dalam menjelaskan suatu permasalahan yang bersifat ilmiah.

Ciri-ciri Bahasa Ilmiah Dalam komunikasi ilmiah, tentu yang dipakai adalah bahasa ilmiah, lisan maupun tulisan. Bahasa ilmiah berbeda dengan bahasa sastra, bahasa agama, bahasa percakapan sehari-hari, dan ragam bahasa lainnya. Bahasa sastra sarat dengan keindahan atau estetika.20 Sementara itu, bahasa agama, dari perspektif theo-oriented, merupakan bahasa kitab suci yang preskriptif dan deskriptif, sedangkan dari perspektif anthropooriented, bisa mengarah pada narasi filsafat atau ilmiah Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan antiseptik. Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman. Maksud ciri reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya. Menurut Kemeny (dalam Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, h. 173-184 ), antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif. Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi di sifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan. Untuk mencapai komunikasi ilmiah, maka bahasa yang digunakan harus terbebas daru unsur emotif. Di samping itu bahasa ilmiah juga harus bersifat reproduktif, dengan arti jika si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi berupa X misalnya, si pendengar juga harus menerima X juga. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi, dimana suatu informasi berbeda maka proses berpikirnya juga akan berbeda (Bahtriar, 2011: 184). Oleh karena itu, dalam komunikasi ilmiah harus digunakan bahasa yang jelas. Berbahasa dengan jelas

artinya ialah bahwa makna yang terkandung dalam kata-kata yang di pergunakan diaungkapkan secara tersurat (eksplisit) untuk memberi makna yang lain. Oleh sebab itu maka dalam komunikasi ilmiah kita sering sekali mendapatkan definisi dari kata-kata yang di pergunakan. Umpamanya jika dalam sebuah komunikasi ilmiah kita menggunakan kata seperti epistemologi atau optimal maka kita harus menjelaskan lebih lanjut apa yang kita maksud dengan kata-kata itu (Jujun S. Suriasumantri, 2003: 181). Karena bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif, maka bahasa juga berperan sebagai sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir ilmiah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan cermat. Oleh karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti menguasai sarana berpikir ilmiah. Bahasa keilmuan memiliki syarat-syarat, yaitu, logis, tidak kontradiktif, dan empiris. Sementara itu, bahasa ilmiwan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Sesuai dengan ilmu itu sendiri b. Tepat dan obyektif c. Bahasa komunikatif d. Informatif e. Jelas,konsisten, sederhana, dan baku

2.5.Aplikasi Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah Karena bahasa menjadi alat bagi ilmuwan untuk menarik kesimpulankesimpulan induktif maupun deduktif, bahasa memungkinkan ilmuwan

melaksanakan silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah.

Contohnya seperti pembuatan karya ilmiah berupa jurnal atau artikel, dan publikasi ilmiah. 2.6.Kelemahan Bahasa Bahasa tak luput dari sejumlah kelemahan inheren yang menghambat komunikasi ilmiah. Pertama, bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya. Sehingga, pengetahuan yang diutarakannya tak sepenuhnya terhindar dari emosi dan afeksi dan, karenanya, tak seutuhnya objektif; konotasinya bersifat emosional. Kedua, kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak. Sebaliknya, beberapa kata yang merujuk pada sebuah makna bahasa bersifat majemuk atau plural kerap kali memantik apa yang diistilahkan sebagai kekacauan semantik, yakni dua orang yang berkomunikasi menggunakan sebuah kata dengan makna-makna yang berlainan, atau mereka menggunakan dua kata yang berbeda untuk sebuah makna yang sama. Ketiga, bahasa bersifat sirkular (berputar-putar). Jujun mencontohkan kata pengelolaan yang didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi, sedangkan kata organisasi didefinisikan sebagai suatu bentuk kerja sama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan. Di satu sisi, bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah mempunyai fungsifungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas-aktivitas ilmiah. Di sisi lain, bahasa tidak luput dari kelemahan-kelemahannya yang menghambat komunikasi ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa ini mungkin akan ditutupi oleh kelebihankelebihan dari dua sarana berpikir ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statistika.

PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia sebagai makhluk sosial. Bahasa tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi, tetapi juga dalam menjelaskan suatu permasalahan yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu bahasa berperan sebagai sarana komunikasi dan berpikir ilmiah. Ketika bahasa bersifat ilmiah, berarti bahasa tersebut informative dan reproduktif, misalnya jika pengirim informasi menyampaikan informasi A maka penerima informasi juga harus menerima informasi A. Dan dalam berkomunikasi ilmiah harus digunakan bahasa yang jelas dan terbebas dari unsur emotif. Karena jika kita menggunakan bahasa yang mengandung unsur emotif dalam berkomunikasi ilmiah ketika kita mengomunikasikan pengetahuan informatifnya, informasi yang diterima akan berbeda dari yang kita informasikan. Contohnya seperti penggunaan kata seandainya (mengandung unsur emotif) dalam komunikasi ilmiah yang menyebabkan bahasa menjadi kurang ilmiah. 3.2 Saran Berkomunikasi ilmiah, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang lebih luas, bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita sebagai manusia jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat informatif, reproduktif, dan antiseptic, maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut (bahasa).

10

DAFTAR PUSTAKA Bakhtiar, Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hidayat, Komaruddin.1996. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik. Jakarta: Paramadina. Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. EndeFlores: Nusa Indah. Kneller, George F. 1996 . Logic and language of education. Wiley Munsyi, Alif Danya.2005.Bahasa Menunjukkan Bangsa, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia Suriasumantri, Jujun S.1995.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

11

LAMPIRAN Pertanyaan dan Jawaban saat diskusi. Penanya ke-1: Nita Listiyani Pertanyaan: Apakah perbedaan bahasa dengan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah? Penjawab: Kunto Jawaban: matematika bersifat artifisial, yaitu, baru mempunyai arti setelah sebuah mata diberikan kepadanya, simbol yang tertulis yang berasal dari bahasa (simbol bunyi). Contohnya seperti tinggi (bahasa) yang disimbolkan dengan t (matematika). Penanya ke-2: Fitri Prihantini Pertanyaan: Mengapa dalam berkomunikasi ilmiah harus terbebas dari unsur emotif? Penjawab: Rina dan S. Maida Jawaban: Karena jika kita menggunakan bahasa yang mengandung unsur emotif dalam berkomunikasi ilmiah ketika kita mengomunikasikan pengetahuan informatifnya, informasi yang diterima akan berbeda dari yang kita informasikan. Contohnya seperti penggunaan kata seandainya (mengandung unsur emotif) dalam komunikasi ilmiah. Contoh lain dari komunikasi ilmiah tanpa mengandung unsur emotif adalah seperti buku telepon, yang sama sekali tidak mengandung unsur emotif, hanya memberikan informasi. Penanya ke-3: Rizal Yoga Pertanyaan: Mengapa setiap negara yang memiliki bahasa berbeda-beda tetapi memiliki arti yang sama? Contohnya seperti dalam bahasa inggris whiteboard sedangkan dalam bahasa Indonesia adalah papan tulis. Penjawab: Resti Jawaban: Karena sudah kesepakatan setiap negara dalam konferensi mengenai kebahasaan menggunakan bahasa yang berbeda tetapi memiliki arti yang sama.

You might also like