You are on page 1of 45

Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Lansia

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut. Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007). Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan

melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal. Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika sendiri. Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada peningkatan harapan dan kualitas hidup. Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.

B. 1. 2. 3. 4.

RUMUSAN MASALAH Apa pengertian dari lansia? Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia? Permasalahan apa yang timbul pada lansia? Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

C. TUJUAN a) Tujuan umum Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia. b) Tujuan khusus 1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia. 2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada. 3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia. 4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia. 5) Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia. 6) Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia yang bermasalah.

D. Manfaat Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Lansia dan Masyarakat Umum Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia di komunitas. 2. Mahasiswa / Penyusun Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun. Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

a) Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalahmasalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004). b) Teori teori Proses Menua Sebenarnya secara individual 1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda 2. Masing masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda 3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain: 1. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep genetic clock didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. 2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori ) Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. 3. Teori pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se sel tubuh lelah terbakar. 4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa. 5. 6. 7. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori) Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit. 8. Teori imonologi saw virus Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah terpakai. 10. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel sel tidak dapat regenerasi. 11. Teori rantai silang Sel sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. 12. Theori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati. c) Perubahan perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia Perubahan perubahan fisik 1. Sel a. Lebih sedikit jumlahnya b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10% 2. Sistem pernafasan a. Cepat menurunnya persarafan b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres. c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. d. Kurangnya sensitif pada sentuhan 3. Sistem Pendengaran a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun. b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres 4. Sistem penglihatan a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan warna biru atau hijau. 5. Sistem kardiovaskuler

a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku. b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya. c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak). d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg 6. Sistem pengaturan temperatur tubuh Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain: a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun. b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. 7. Sistem Respirasi a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia b. Paru paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak berganti e. Kemampuan untuk batuk berkurang f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia. 8. Sistem gastrointestinal a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah f. Menciutnya ovari dan uterus g. Atropi payudara

h. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur angsur. i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

j. Selaut lendir menurun 9. Sistem Genitourinaria Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang. a. Vesika urinaria : otot otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin. b. c. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun Atrofi vulva 10. Sistem Endokrin a. b. c. Produksi dari hampir semua hormon menurun. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH. d. e. f. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat Menurunnya produksi aldosteron Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron

11. Sistem kulit a. b. c. d. e. f. g. Kulit keriput atau mengkerut Permukaan kulit kasar dan bersisik Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. Rambut dan hidung dan telinga menebal. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya. h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12. Sistem muskoloskeletal a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh

b. c. d. e. f.

Kiposis, pinggang lutut dan jari jari pergelangan terbatas geraknya. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek. Persendian membesar dan kaku Tendon mengerut dan mengalami sklerosis Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

B. Tugas Perkembangan Lansia Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang. manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian. Untuk mengklarifikasi, individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.

(Stanley & Beare, 2006).

C. Permasalahan yang timbul Pada Lansia Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia. 1. Permasalah Umum a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1). b. Jumlah lansia miskin makin banyak c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia e. f. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia. 2. Permasalahan Khusus a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

D. Sikap perawat terhadap lansia Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional. Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi. Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga. Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

Pendekatan perawatan lanjut usia a. Pendekatan fisik Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain.

Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit.

b. Pendekatan psikis Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

c. Pendekatan sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010). Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai berikut :.

1. Data inti a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut : Jumlah penduduk a) Laki laki b) Perempuan : 987 jiwa : 523 jiwa : 464 jiwa

n penduduk

: Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi. Suku Bangsa : Suku Jawa

kawinan

: Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal. : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah. : Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya beragama nasrani

kepercayaan

2. Data subsistem a. Lingkungan fisik

1) Kualitas udara Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak. 2) Kualitas air Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah. 3) Tingkat kebisingannya Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya seperti pabrik. 4) Jarak antar rumah/ kepadatan Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan. b. Pendidikan Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga. c. Keamanan dan transportasi Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi. d. Politik dan pemerintahan Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan. e. Pelayanan social dan kesehatan Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Komunikasi Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas. g. Ekonomi Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. h. Rekreasi

Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.

B.Analisis data a. Diagnosa keperawatan Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari : Masalah (Problem)

Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi. Penyebab (Etiologi) Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton) Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.

No. 1 Ds: -

Data

Problem Diabetes pada lansia Kebiasaan terkontrol

Etiologi hidup lansia yang tidak

Kader

posyandu

mengatakan 35% lansia menderita namun memeriksakan kondisinya. Do: - Lansia menkonsumsi makanan dengan tidak terkontrol dan hanya berada di rumah setiap harinya 2 DS: Bidan desa Hipertensi lansia Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia diabetes jarang

mengatakan

banyak yang menderita

hipertensi malas

dan

lansia

mengikuti

posyandu lansia yang diselengarakan bulannya. 3. Ds: Resiko kerusakan Perubahan status kesehatan setiap

Banyak warga yang integritas kulit mengeluh gatal-gatal

pada tubuhnya. Do: - Tubuh terlihat bintikbintik merah.

Diagnosa

1. Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol. 2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia. 3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status kesehatan.

b. Kriteria Penapisan Dx. Kep 1 Dx. 1 Dx. 2 Dx.3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 3 Kriteria penapisan 6 3 3 4 7 3 2 2 8 4 4 3 9 3 3 3 10 3 3 3 11 3 3 3 12 3 4 4 13 42 40 39

Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sesuai degan peran perawat komunitas. Jumlah yang beresiko Besarnya resiko Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan Minat masyarakat Kemungkinan untuk diatasi Sesuai program pemerintah

8. 9.

Sumber daya tempat Sumber daya waktu

10. Sumber daya dana 11. Sumber daya peralatan 12. Sumber daya manusia

Skor : 1 = sangat rendah 2 = rendah 3 = cukup 4 = tinggi 5 = sangat tinggi Jumlah skor 121

c. Rencana Tindakan Diagnosa Diabetes

Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka panjang dilakukan

berhubungan Setelah

dilakukan Setelah

dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan lansia terkontrol dengan 35 % yang tidak selama ditandai minggu, lansia diharapkan: 1. Lansia mengontrol

tindakan keperawatan 4 selama 8 minggu, diharapkan (kadar lansia

komunitas komunitas angka mampu glukosa)

diabetes pada

menderita diabetes

asupan dapat menurun

makanan sehari harinya dan dapat melakukan

sedikit aktivitas. 2. Lansia bulannya rutin setiap

menghadiri

kegiatan posyandu lansia yang diadakan.

DAFTAR PUSTAKA

on, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.

d, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC

di. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

iyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home Care. Universita Muhammadiyah Malang

iyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd

Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC

PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA


iklan1 Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. Tujuan Posyandu Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : Lansia

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia 2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :

Lansia

1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehariharinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia 2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia. 3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. 4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti tercantum dalam situs Pemerintah Kota adalah: 1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit. 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT). 4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat 6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. dan 9. Penyuluhan Kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk pelaksanaan Program KUnjungan Lansia ini minimal dapat dilakukan 1 bulan sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatn puskesmas setempat. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

ANALISA DATA KOMUNITAS LANSIA


Diposkan oleh Rizki Kurniadi

No

Data Masalah Penyebab

1 -

Angket : dari 63 Orang Lansia terdapat, 53 Orang ( 84,1% ) lansia tidak pernah mendengar tentang posyandu lansia 55 Orang ( 87,3% ) lansia berkeinginan dibentuknya posyandu lansia 50 Orang Lansia ( 90,9% ) lansia menginginkan adanya pemeriksaan kesehatan dan pengobatan 27 Orang lansia ( 34,6% ) lansia menderita penyakit darah tinggi 15 Orang ( 19,2% ) lansia menderita

Tingginya angka penyakit degeneratif (Darah tinggi,Rematik, Jantung, Gula) yang diderita oleh lansia

rematik 18 Orang ( 23,1% ) lansia menderita demam 9 Orang ( 11,5% ) lansia menderita sesak nafas 6 Orang ( 7,7% ) lansia menderita penyakit jantung 3 Orang ( 3,8% ) lansia menderita penyakit gula 26 Orang ( 41,3% ) lansia tidak memeriksakan kesehatan secara rutin 20 Orang ( 29%) lansia hanya melakukan kegiatan rumah tangga setiap hari 28 Orang ( 43,8% ) lansia berkebun 31 Orang ( 49,2% ) lansia tidak ikut dalam kegiatan sosial di desa Wawancara : Wawancara dengan Petugas kesehatan di desa usul belum terbentuk posyandu lansia Wawancara dengan Lansia mengatakan malas memeriksakan kesehatan karena jarak ke pelayanan kesehatan jauh

Observasi : Berdasarkan hasil observasi saat pengkajian ditemukan 3 lansia menderita

stroke Tidak terdapatnya posyandu lansia

PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan Mempengaruhi perkembangan keperawatan. Di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir perkembangan keperawatan mencapai kemajuan yang cukup bermakna, hal ini bermula dari kesepakatan bersama Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, yang telah menerima keperawatan sebagai pelayanan professional (professional service), yang terus berkembang sesuai dengan tuntunan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan yang bermutu tinggi yang sejalan dengan perkembangan IPTEK. Majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi, dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi merupakan factor yang mempengaruhi meningkatnya harapan hidup manusia, sehingga usia harapan hidup ratarata meningkat pada tahun 1971 adalah 46,6 tahun, pada akhir pelita VI (1999) diperkirakan menjadi 67,5 tahun. Dengan demikian populasi lanjut usia akan meningkat pula. Jika pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun keatas berjumlah 10 juta jiwa, yaitu 5,5 % dari total populasi penduduk, maka pada tahun 2020 jumlsh tersebut diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat menjadi 29 juta jiwa yaitu : 11,4 % dari total populasi penduduk(lembaga demografi FE-UI, 1993). Perkembangan struktur penduduk ini perlu diantisipasi secara dini, karena perubahan struktur penduduk ini akan membawa dampak terhadap berbagai aspek termasuk pelayanan kesehatan. Kalau selama ini konsentrasi kita adalah bagaimana memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada penduduk usia muda dan balita dengan berbagai fasilitas, maka pada masa-masa mendatang pelayanan terhadap penduduk lanjut usia dengan fasilitas yang sesuai dengan keunikan kelompok ini perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh. Dengan demikian diharapkan melalui peningkatan kemandirian lanjut usia dan penyediaan fasilitas yang sesuai, maka lanjut usia dapat memberikan kontribusi bagi keluarga dan masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan bidang khusus dalam keperawatan yaitu keperawatan gerontik yang akan menangani masalah kondisi kesehatan pada lanjut usia yang heterogen dari usia, social, budaya dsb.

B. Pengertian Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada

orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat. Batasan-batasan lanjut usia Belum didapatkan jawaban yang memuaskan Menurut undang-undang No.13/th 1998 Bab I pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas C. Perubahan perubahan yang terjadi pada lanjut usia Perubahan Fisik Sel 1. lebih sedikit jumlahnya 2. lebih besar ukurannya 3. berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler Sistem Persyarafan 1. hubungan persyarafan menurun 2. lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress 3. mengecilnya syaraf panca indra Sistem Pendengaran 1. hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau suara-suara yang tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata. 2. membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis 3. terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. System penglihatan 1. spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar 2. kornea lebih berbentuk sferis (bola). 3. lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) 4. daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap. 5. hilangnya daya akomodasi 6. menurunnya lapang pandang. 7. menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala. System kardiovaskuler 1. katup jantung menebal dan menjadi kaku 2. kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. 3. kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak. 4. tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer. System respirasi 1. otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku 2. menurunnya aktifitas dari silia. 3. paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun 4. alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang 5. O2 pada arteri menjadi 75 mmhg 6. CO2 pada arteri tidak berganti

7. kemampuan untuk batuk berkurang system gastrointestinal 1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disesase yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun 2. indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indera pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit. 3. esophagus melbar 4. lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun. 5. peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi. 6. fungsi absorpsi melemah. 7. hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah. System genitor urinaria 1. ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulus menurun sampai 50%. 2. vesika urinary otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi berkemih meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan retensi urin. 3. pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun 4. atropi vulva 5. vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi kurang. 6. daya seksual orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua. System endokrin 1. produksi dari hampir semua hormone menurun 2. fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah 3. menurnnya aktifitas tiroid 4. menurunnya produksi aldosteron 5. menurunnya sekresi hormone kelamin. System integument 1. kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak 2. kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu 3. rambut dalam hidung dan telinga menebal 4. berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku jari menjadi keras dan rapuh 5. kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk 6. kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya. System muskuloskletal 1. tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh 2. kifosis 3. pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats 4. discus invertebralis menipis dan menjadi pendek 5. persendian membesar dan menjadi kaku 6. tendon mengkerut dan mengalami sceloris

7.

atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan menjadi tremor Perubahan-Perubahan Mental Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental 1. perubahan fisik, khusunya organ perasa 2. kesehatan umum 3. tingkat pendidikan 4. keturunan 5. lingkungan Yang mengalami perubahan : Ingatan jangka pendek cenderung berkurang,Tidak ada perubahan pada kemampuan matematika dan verbalisasi, Sensitivitas emosi meningkat. Perubahan-Perubahan Psikososial 1. memasuki masa pension 2. merasakan sadar akan kematian 3. perubahan dalam cara hidup 4. meningktanya biaya-biaya hidup pada penghasilan sulit akibat pemberhentian dari jabatan, bertambahnya biaya pengobatan 5. penyakit kronis dan ketidakmampuan 6. kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social 7. rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilngan hubungan dengan teman-teman dan family 8. hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. Perubahan pada spiritual 1.Lebih mendalami agama 2.Makin dewasa dalam berfikir dan bertindak

D. Lingkup peran dan tanggung jawab perawat gerontik Lingkup ASKEP gerontik - Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan - perawatan yang ditujukan u/ pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan - pemulihan ditujukan u/ upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan. Peran Dan Fungsi Perawat Gerontik : 1. Sebagai pelaku/pemberi askep 2. sebagai pendidik 3. sebagai motivator 4. sebagai advokasi klien 5. sebagai konselor TANGGUNG JAWAB PERAWAT GERONTIK : 1. Membantu klien moleh kesehatan scr optimal 2. membantu klien u/ memelihara kesehatannya 3. membantu klien menerima kondisinya(lansia) 4. membantu klien menghadapi ajal dgn diperlakukan scr manusiawi sampai meninggal.

E. Sifat pelayanan/asuhan keperawatan gerontik 1. INDEPENDEN

2. DEPENDEN 3. HUMANISTIK 4. HOLISTIK

F. Model pemberian pelayanan/asuhan keperawatan gerontik 1. MODEL KASUS 2. MODEL TIM 3. MODEL PRIMER

ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU PADA LANSIA

A. PENGERTIAN ASKEP Lansia ad/ su/ rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan pada lansia. Kegiatan Perawat : melakukan pengkajian(biofisik, psikologis, kultural, dan spiritual)membuat Dx.Kep,intervensi, implementasi, evaluasi!

B. TUJUAN Adapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan : Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dgn upaya promosi,preventif, rehabilitatif Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dengan jalan perawatan dan pencegahan

Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup lansia Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit tertentu Membantu lansia menghadapi kematian dengan damai dan dalam lingkungan yang nyaman Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses keperawatan.

C. SASARAN ASKEP GERONTIK : Klien di keluarga Klien di panti (sebagai individu a/ kelompok) Kelompok Masyarakat (Posyandu Lansia/karang Wreda) D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN : Hubungan timbal balik antara aspek fisik dan psikososial Efek dari penyakit dan ketidakmampuan/keterbatasan(disability) pd status fungsional Menurunnya efesiensi dari mekanisme homeostatis Kurang/belum adanya standar keadaan sehat atau sakit dari klien Perubahan respon terhadap penyakit Kerusakan fungsi kognitif Fokus asuhan keperawatan yang dilakukan adalah peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta mengoptimalkan fungsi fisik dan mental lansia. Selain itu asuhan keperawatan dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang umum terjadi pada lansia sebagai akibat mekanisme adaptasi yang tidak efektif. Masalah atau gangguan umum yang terjadi pada lansia antara lain: Gangguan Muskuloskletal yaitu rematik, osteoporosis Gangguan Kardiovaskuler yaitu hipertensi, stroke, gagal jantung Gangguan Respirasi yaitu penyempitan saluran nafas kronis, asma, dll Asuhan keperawatan yang dilakukan ditujukan pada aspek biologis, psikologis, sosialis dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan(intervensi keperawatan), pelaksanaan(implementasi) dan evaluasi, dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

1. PENGKAJIAN Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut aspek tersebut. 1.1. Fisik / Biologis Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan menanyakan tentang: - Pandangan lansia tentang kesehatannya - Kegiatan yang mampu dilakukan lansia - Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran - Kebiasaan lansia merawat diri sendiri - Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil - Kebiasaan gerak badan / olahraga - Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan - Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat - Masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman. 1.2. Psikologis Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya. Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi : - Apakah mengenal masalah-masalah utamanya - Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan - Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan - Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak - Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami - Apakah mudah untuk menyesuaikan diri - Apakah lansia sering mengalami kegagalan - Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll 1.3. Sosial Ekonomi Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh. Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : - Apa saja kesibukan lansia - Dari mana saja sumber keuangannya - Dengan siapa ia tinggal - Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia - Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah - Siapa saja yang biasa mengunjunginya - Seberapa besar ketergantungannya - Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada 1.4 Spiritual Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. Yang perlu dikaji pada lansia : - Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya - Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain

- Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika menghadapi masalah - Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain : a. Fisik / biologi - Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan makanan yang tidak adekuat - Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan - Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri - Resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat - Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif - Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri - Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya sekret pada jalan napas - Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain b. Psikologis - sosial Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga Depresi berhubungan dengan isolasi sosial Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara tepat Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.

c. Spiritual - Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan - Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian - Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami - Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.

II. PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain. Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar antara lain : 1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi 2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan 3. Memelihara kebersihan diri 4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur 5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif Tindakan Keperawatan : 1.Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah : a. Gizi berlebihan Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan berat badan berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya. b. Gizi berkurang Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan penyakit, serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah. c. Kekurangan vitamin Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan. d. Kelebihan vitamin Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya. Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya. Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700 kalori, kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll). Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang mudah diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme, misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis. Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan timbulnya hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori yg dibutuhkan. Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.

a.

b.

c.

d.

e.

Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi maka pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.

Rencana Makanan Untuk Lansia a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering b. Banyak minum & kurangi makan - dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan - hindari makanan yang terlalu asin c. Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur d. Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam keadaan seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak. e. Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan usus & menambah nafsu makan. 2. Meningkatkan Keamanan & Keselamatan Lansia Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari kaki mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan Usila tidak mampu menyanggah tubuhnya dengan baik. Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran menyebabkan lansia tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu lintas dan luka baker. Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak. Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang harus dilakukan antara lain: a. klien / lansia - Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan. - Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi - Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur Jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat Bantu berjalan - Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan obat penenang atau diuretika - Menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu - Usahakan ada yang menemani jika bepergian. b. lingkungan - tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia - letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya - gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi - letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-alat yang selalu digunakan - upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah - kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang menggunakan - pasang pegangan dikamar mandi - hindari lampu yang redup dan menyilaukan - sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt - jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan mata sesaat - gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet

3. Memelihara Kebersihan Diri Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada lansia akibat penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, perawatan diri yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan fisik lansia. Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan kering. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain: Mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll. - Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung miyak atau berikan skin lotion - Mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan gunting kuku 4. Memelihara Keseimbangan Istrahat Dan Tidur pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan antara lain: - Menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman - Mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan - Melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll. - Memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat. 5. Meningkatkan Hubungan InterPersonal Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun, pikun, depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan karena hubungan inter personal yang tidak adikuat. Upaya yang dilakukan antara lain: Berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata Memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia Memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap respon verbal dan non verbal lansia Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia Menghargai pendapat lansia

III. PELAKSANAAN Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan lansia. Hal-hal yang perlu diperhatikan: Berbicara dengan lembut dan sopan Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan berulan kali, jika perlu dengan gambar Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya

IV. PENILAIAN

Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan apa yang telah dianjurkan.

~~~Contoh: Aplikasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia~~~ Diagnosa keperawatan: resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan dan pandangan. Tujuan jangka panjang: Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan tidak terjadi trauma fisik. Tujuan jangka pendek: Setelah tindakan keperawatan, lansia dapat: 1. mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang 2. melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik Intervensi Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya 2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan 3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi tubuh 4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin dan basah 5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang bel 6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur, dll. 7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu bantuan 8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau lansia dengan lingkungan baru 9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun pada malam hari untuk bak 10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat instruksi dengan instruksi tulisan. 11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia 12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan spesifik. Pelaksanaan Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi penjelasan yang belum dimengerti. Evaluasi Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan. Selain Asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di rumah.

posyandu lansia
A. POSYANDU USILA DAN KEGIATANNYA Sesuai dari pengertian di atas tentang Posyandu dan usila maka Posyandu Usila dapat diartikan sebagai wadah atau tempat kegiatan pelayanan kesehatan dasar bagi usila atau lansia yang bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi lansia yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam hal ini pihak PKK desa dengan dibantu pihak kesehatan.

Adapun secara umum adanya Posyandu Usila bertujuan : 1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan untuk lansia di masyarakat 2. Mendekatkan pelayanan seta menumbuhkan peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan pada lansia. kegiatan Posyandu Usila bisa dilaksanakan dengan lima meja sama dengan Posyandu Balita, yaitu : Meja I :Pendaftaran Meja II :pengukuran dan penimbangan berat badan Meja III ;Melakukan pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan. Indek massa tubuh ( IMT ) dan mengisi KMS. Meja IV :Kegiatan Penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi serta pemberian PMT Meja V :Pemeriksaan Kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS Setiap kunjungan lansia dianjurkan untuk selalu membwa KMS lansia guna memantau status kesehatan. Kegiatan lain yang biasanya juga dilakukan adalah senam lansia yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran bagi lansia. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk para usia lanjut agar kesehatannya tetap terjaga, ia harus melakukan kegiatan seperti : 1. Olah raga (aktif secara fisik) Seiring bertambahnya usia melakukan aktivitas fisik merupakan tantangan yang berat. Akan banyak hambatan untuk memulainya, namun sama halnya dengan dewasa muda, dewasa tua juga memerlukan aktivitas fisik seperti orang lain, setidaknya sebanyak yang dilakukan oleh dewasa muda. Faktanya, kehilangan tenaga dan stamina yang terjadi pada saat usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya aktifitas fisik Olah raga merupakan hal terpenting untuk menjaga kebugaran tubuh. Olah raga yang baik adalah olah raga yang dilakukan secara rutin dan bertahap. Aktifitas fisik / olah raga yang baik untuk semua orang dewasa sedikitnya 30 menit, dan melakukan olah raga sedang dalam lima hari atau lebih dalam satu minggu. Aktifitas jantung paru (cardiorespitory), peregangan dan latihan beban sangat direkomendasikan untuk kelompok usia lanjut. Secara umum dapat melakukan kombinasi ketiga aktifitas tersebut * Aktifitas Jantung paru : melakukan olahraga berbentuk aerobik intensitas sedang 3-5 hari per minggu sekurang-kurangnya 30 menit setiap sesi. * Lakukan peregangan (stretching) setiap hari * Latihan beban (2-3 hari per minggu) Contoh-contoh dan pilihan aktifitas yang dapat dilakukan oleh para usila yaitu: Jantung Paru, Latihan Beban, Peregangan, Berjalan, Mengangkat beban, Stretching, Berenang, Mengangkat cucian, atau barang belanjaan. 2. Diet Seiring bertambahnya usia, nutrisi yang baik memegang peranan penting bagi kesehatan anda. Konsumsi makan-makanan rendah garam, rendah lemak ditambah dengan buah-buahan, sayuran dan makanan berserat dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung, diabetes, stroke, osteoporosis dan penyakit kronik lainnya. Dengan konsumsi jenis makanan yang beraneka ragam, anda dengan mudah mendapatkan nutirisi yang diperlukan tubuh anda, termasuk :

a. Karbohidrat, sumber nya didapat dari gula seperti sukrosa (gula pasir), fruktosa (gula yang terdapat dalam buah-buahan), dan laktosa (gula dalam susu). b. Protein, dapat didapat dari daging hewan, ikan telur, kacang kedelai, susu, kacang-kacangan dan produk produk daging rendah lemak. c. Lemak, merupakan salah satu yang sangat penting bagi tubuh, lemak digunakan bagi tubuh untukproduksi energi, pertumbuhan baik badan dan otak dan memelihara pergantian jaringan. Lemak sendiri terbagi atas 3 golongan asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh ganda. Komsumsi lemak merupakan factor penting dalam kesehatan jantung. Mengurangi komsumsi lemak tak jenuh dalam porsi makanan akan meningkatkan kesehatan anda. d. air, untuk mengganti cairan yang hilang setelah beraktifitas, komsumsi air putih minimal 6-8 gelas / hr e. Antioksidan, merupakan suatu zat yang dapat melindungi sel dari radikal bebas yang dapat merusak dan membuat peradangan pada sel tubuh kita. Yang termasuk antioksidan adalah karoten (yang memberikan warna cerah pada sayuran), vitamin C, vitamin E, magnesium, folat, lutein, Lycopene. Semua antioksidan diatas terdapat di daging ikan (salmon), buah-buahan dan sayuran yang mempunyai warna yang cerah (tomat, wortel, brokoli, paprika, bayam, dll). 3. aktifitas sosial Tetap berhubungan dengan teman, keluarga dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan emosional dan mental anda. Dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan di sekitar lingkungan tempat tinggal seperti arisan, kerja bakti, atau kegiatan sosial di tempat anda bekerja. 4. aktifitas metal Jaga dan tingkatkan ketajaman daya ingat dan mental dengan cara : Latih kemampuan otak dengan membaca, mempelajari sesuatu yang baru, mengisi teka-teki silang, melakukan permainan (catur, domino, kartu remi, dll). Sama seperti tubuh, otak yang aktif akan terus berkembang dan sehat. Tetap menjaga ingatan anda setiap waktu dengan menulis tanggal, nama dan informasi lainnya yang mudah dilupakan. Taruh barang-barang penting seperti kacamata, kunci, di tempat spesifik. Mencegah timbulnya depresi. Dapat dilakukan dengan melakukan olahraga rutin, ikut dalam kegiatan sosial, hindari alkohol dan obat-obatan penenang, makan-makanan yang sehat. Apabila mendapat serangan dan tidak dapat dikontrol segera minta pertolongan medis. Tidak merokok. Merokok dapat mempercepat penurunan mental seseorang.

B. KMS (KARTU MENUJU SEHAT) LANSIA) Kartu Menuju Sehat Lansia adalah sebuah kartu catatan tentang perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap kunjungan ke Posyandu Usila atau berkunjung ke Puskesmas yang meliputi pemantauan kesehatan fisik dan emosional serta deteksi dini atas penyakit atau ancaman kesehatan yang dihadapi lansia. Pemeriksaan yang dicatat pada KMS Lansia adalah : 1. Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) tentang berat badan dan tinggi badan ( pemeriksaan status gizi ) 2. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari (kegiatan dasar seperti mandi, makan/minum,tidur, buang air besar / kecil dan sebagainya. 3. Pemeriksaan status mental dan emosional yang dilakukan oleh dokter 4. Pengukuran tekanan darah 5. Pemeriksaa Hemoglobin.

6. Reduksi urine untuk kadar gula pada air seni sebagai deteksi penyakit kencing manis (diabetes mellitus). 7. Pemeriksaan protein urine guna detiksi penyakit ginjal 8. Catatan keluhan dan tindakan. Sekiranya ada permasalahan kesehatan yang perlu pengobatan saat itu atau perlu untuk rujukan ke Puskesmas. Selain pencatatan tersebut terdapat anjuran untuk hidup sehat yang digunakan untuk penyuluhan yang disampaikan setiap selesai pemeriksaan kesehatan C. PERMASALAHAN Dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah-masalah yang menghambat berkembangnya Posyandu Usila, diantaranya : 1. Pihak Pemerintah/Institusi : Permasalahan yang ada biasanya adalah belum dijadikannya program ini sebagai program unggulan sehingga di dalam satu wilayah kecamatan hanya terbentuk 1 atau 2 Posyandu Usila percobaan saja 2. Masyarakat : tingkat pengethuan masyarakat yang masih kurang tentang manfaat posyandu usila yang dilihat dari sedikitnya kunjungan serta pemanfaatan kegiatan posyandu usila ketika di buka / dilaksanankan. 3. Petugas : Belum siapnya petugas baik kader dan petugas kesehatan bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan Posyandu Usila dalam hal ini perlu adanya pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader Posyandu Usila. 4. Jarak : Jauhnya lokasi Posyandu dengan rumah Lansia akan mempersulit jangkauan dan memungkinkan kurangnya rasa aman bagi lansia ketika mencapai lokasi. 5. Dukungan keluarga yang kurang : Keluarga merupakan motivator untuk keaktifan lansia untuk berkunjung ke Posyandu dengan cara mengantar mereka ke lokasi Posyandu Lansia. 6. Sarana dan prasarana yang kurang : Peralatan yang minim memungkinkan kegiatan tidak bisa optimal. D. REKOMENDASI Guna kelancaran pelaksanaan Posyandu Usila serta untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas diperlukan : 1) Dukungan Pemerintah/institusi terkait dengan menempatkan program Posyandu Usila sebagai salah satu program pendukung pembangunan kesehatan di wilayahnya. 2) Meningkatkan promosi kesehatan tentang Posyandu Usila di masyarakat. 3) Melatih petugas kesehatan dan kader Posyandu Usila tentang bagaimana kegiatan Posyandu Usila. 4) Menempatlkan lokasi Posyandu Usila yang mudah dijangkau semua lansia. 5) Melakukan advokasi kepada tokoh masyarakat guna mendapatkan dukungan untuk pembentukan Posyandu Usila. 6) Melengkapi sarana dan prasarana standar untuk kegiatan Posyandu Usila guna mendukung

pemeriksaan kesehatan seperti tercantum pada KMS Lansia/Usila.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1999, Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia. Jakarta : Depkes RI Nugroho.W. ,2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia www.iinaza.wordpress.com : All About Posyandu www.library.usu.ac.id : Posyandu dan Kader Kesehatan www.gizi.ned : Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu www.puskesmas-oke.blogspot.com : Pengelolaan Posyandu Lansia www.damandiri.or.id. /file/ratnasuhartini

Posyandu Lansia
Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami perubahan fisik dan mental, yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Sebagai bidan khususnya bidan desa perlu tahu apa itu Posyandu Lansia, karena bidan adalah ujung tombak dari semua program peningkatan kesehatan masyarakat, tidak hanya ibu dan anak sebagai sasaran kerja mereka namun lansia juga turut serta dalam ruang lingkup kerja mereka.

Silahkan dibaca...

Apa itu Posyandu Lansia


Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat,yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah,swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama,pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.

Siapa itu Lansia


Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun. Pra Lanjut Usia adalah seseorang yang berumur 45 sampai 59 tahun. Lanjut usia terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih kriteria keterlantaran. Lanjut usia tidak terlantar adalah lanjut usia yang hanya mempunyai 1 kriteria keterlantaran. Lanjut usia rawan terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 2 kriteria keterlantaran. Kriteria keterlantaran a. Tidak/belum sekolah atau tidak tamat SD b. Makan makanan pokok kurang dari 21 kali seminggu. c. Makan lauk pauk berprotein tinggi kurang dari 4 kali seminggu d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel e. Tidak mempunyai tempat tinggal tetap untuk tidur f. Bila sakit tidak diobati

Apa itu KMS Lansia?


Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupunmental emosional. KMS digunakan untuk memantau dan menilai kemajuan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu lanjut usia.

Organisasi posyandu lanjut usia


adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh : 1. Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Club Jantung Sehat, Majelis Talim, WULAN (warga usia lanjut), kelompok gereja, dan lain lain 2. Organisasi profesi 3. Institusi pemerintah/swasta 4. Lembaga Swadaya Masyarakat

Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang di anjurkan adalah: 1. Ketua Posyandu 2. Sekretaris 3. Bendahara 4. Kader sekitar 5 orang :

a) Meja 1 tempat pendaftaran b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT) c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan danpengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain lain) d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan) e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain lain sesuai kebutuhan)

Tugas dan Fungsi


1. Ketua Posyandu - Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu - Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu 2. Sekretaris Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pengendalian posyandu. 3. Bendahara - Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu 4. Kader Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain: - Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan posyandu. - Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu. Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayananposyandu lanjut usia. - Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan danpengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan lainnya. - Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya. - Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan minatnya.

Jenis Kegiatan Posyandu


Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan kegiatan posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lain di masyarakat. Namun posyandu lanjut usia kegiatannya tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Sebelum kita membicarakan jenis kegiatan yang dilakukan oleh posyandu, terlebih dahulu para penyelenggara posyandu diharapkan mengerti tujuan penyelenggaraan posyandu seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu :

1. Kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali. 2. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali, namun bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu. Hal ini dapat dilakukan di puskesmas atau pada tenaga kesehatan terdekat. 3. Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb),gula darah dan kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6 bulan. Namun bagi yang mempunyai faktor resiko seperti turunan kencing manis, gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah menderita maka dilakukan di posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga Puskesmas atau dikoordinasikan dengan laboratorium setempat. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu, selain itu dapat memantau faktor risiko penyakit-penyakit degeneratif agar masyarakat mengetahui dan dapat mengendalikanya. 5. Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan kebutuhan. 6. Kegiatan aktivitas fisik/senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar jadwal penyelenggaraan posyandu.

Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing-masing sesuai bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat dapat diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan memberikan banyak manfaat antara lain: Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati - Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan mencegah kepikunan. - Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif antar generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang. - Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.

Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati. Namun dapat diuraikan berdasarkan pengelopokan kegiatan sebagai berikut : a) Kegiatan pelayanan kesehatan, gizi b) Kegiatan senibudaya, olahraga dan rekreasi c) Kegiatan peningkatan spiritual

d) Kegiatan kesejahteraan/sosial e) Kegiatan pendidikan ketrampilan Kegiatan tersebut di atas diatur sesuai dengan ketenagaan dan waktu tersedia dan dapat dilakukan pada sebuah gedung, dibawah tenda ataupun di tempat terbuka. Pada prinsipnya kegiatan kesehatan harus dilakukan 1 bulan sekali agar dapat memantau kondisi kesehatan. Kegiatan olahraga/senam bersama minimal dilakukan 1minggu sekali, selanjutnya senam dilakukan sendiri dirumah masing-masing untuk menjaga kelenturan otot dan sendi. Dalam 48 jam otot akan menjadi kaku kembali sehingga olahraga/senam yang paling baik adalah 35 kali seminggu selama 30-60 menit.Secara terperinci sebagai berikut; senam aerobik seperti jalan, jogging, berenang atau dansa minimal 30 menit 5 kali seminggu untuk kebugaran, senam yang menggunakan tahanan (resistance exercise) untuk penguatan dan ketahanan/endurance otot minimal 2 kali seminggu, untuk senam kelenturan (flexibility excersice) 2 kali seminggu selama minimal 10 menit, sedangkan balance exercise/ senam keseimbangan perlu dilakukan untuk mencegah resiko jatuh. Balance exercise dilakukan bersifat individual tergandung kondisi, yang paling penting adalah dilakukan secara bertahap agar terjadi peningkatan keseimbangan. Kegiatan lain dalam posyandu dapat dilakukan secara bersama atau sendiri-sendiri sesuai kebutuhan. Pada beberapa daerah, penyelenggaraan posyandu lanjutusia dilaksanakan pada hari dan tempat yang sama dengan jam yang berbeda dengan posyandu balita. Hal ini kelihatannya sulit dilakukan, namun ternyata memberikan banyak manfaat. Dengan diintegrasikan penyelenggaraan posyandu balita dengan posyandu lanjut usia dapat terjalin solidaritas antar tiga generasi.

Indikator yang yang diperlukan dalam pengendalian posyandu lanjut usia


1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan 2. Kehadiran kader 3. Pelayanan kesehatan cakupan penimbangan cakupan pemeriksaan laboratorium cakupan hasil pemeriksaan kesehatan cakupan penyuluhan kesehatan 4. Frekuensi pelaksanaan senam 5. Frekuensi pelaksanaan pengajian/kebaktian 6. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif 7. Kegiatan penghapusan buta aksara 8. Rekreasi 9. Kegiatan peningkatan pendidikan dan ketrampilan 10. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan

Pembiayaan
Biaya Posyandu Kegiatan posyandu merupakan kegiatan partisipasi masyarakat, dari masyarakat untuk masyarakat. Secara umum biaya berasal dari masyarakat itu sendiri melalui berbagai cara antara lain : iuran dari para warga donatur tidak tetap atau tetap usaha mandiri dari posyandu bantuan dari dunia usaha/CSR (corporate social responsibilty) bantuan dari kelurahan subsidi pemerintah - dll

Demikian sekilas tentang Posyandu Lansia semoga informasi ini bukan sekedar bahan bacaan tetapi menjadi pedoman bagi bidan maupun tenaga kesehatan lainnya dalam hal pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Semoga bermanfaat.

Sumber : Buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Tahun 2010

You might also like