You are on page 1of 5

Tugas Pembelajaran 1 1. Bagaimana perkembangan UMKM dibidang agribisnis?

Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan Koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro, meso dan mikro yang meliputi (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi; (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia; (3) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UKM); dan (4) pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil.

Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2003, persentase jumlah UMKM sebesar 99,9 persen dari seluruh unit usaha, yang terdiri dari usaha menengah sebanyak 62,0 ribu unit usaha dan jumlah usaha kecil sebanyak 42,3 juta unit usaha yang sebagian terbesarnya berupa usaha skala mikro. UMKM telah menyerap lebih dari 79,0 juta tenaga kerja atau 99,5 persen dari jumlah tenaga kerja pada tahun 2004 jumlah UMKM diperkirakan telah melampaui 44 juta unit. Jumlah tenaga kerja ini meningkat rata-rata sebesar 3,10 persen per tahunnya dari posisi tahun 2000. Kontribusi UMKM dalam PDB pada tahun 2003 adalah sebesar 56,7 persen dari total PDB nasional, naik dari 54,5 persen pada tahun 2000. Sementara itu pada tahun 2003, jumlah koperasi sebanyak 123 ribu unit dengan jumlah anggota sebanyak 27.283 ribu orang, atau meningkat masing-masing 11,8 persen dan 15,4 persen dari akhir tahun 2001.

Berbagai hasil pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tahun 2004 dan 2005, antara lain ditunjukkan oleh tersusunnya berbagai rancangan peraturan perundangan, antara lain RUU tentang penjaminan kredit UMKM dan RUU tentang subkontrak, RUU tentang perkreditan perbankan bagi UMKM, RPP tentang KSP, tersusunnya konsep pembentukan biro informasi kredit Indonesia, berkembangnya pelaksanaan unit pelayanan satu atap di berbagai kabupaten/kota dan terbentuknya forum lintas pelaku pemberdayaan UKM di daerah, terselenggaranya bantuan sertifikasi hak atas tanah kepada lebih dari 40 ribu pengusaha mikro dan kecil di 24 propinsi, berkembangnya jaringan layanan pengembangan usaha oleh BDS providers di daerah disertai terbentuknya asosiasi BDS providers Indonesia, meningkatnya kemampuan permodalan sekitar 1.500 unit KSP/USP di 416 kabupaten/kota termasuk KSP di sektor agribisnis, terbentuknya pusat promosi produk koperasi dan UMKM, serta dikembangkannya sistem insentif pengembangan UMKM berorientasi ekspor dan berbasis teknologi di bidang agroindustri. Hasil-hasil tersebut, telah mendorong peningkatan peran koperasi dan UMKM terhadap perluasan penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan peningkatan pendapatan.

Perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan klasik yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku. Juga yang menyangkut perolehan legalitas formal yang hingga saat ini masih merupakan persoalan mendasar bagi UMKM di Indonesia, menyusul tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam pengurusan perizinan. Sementara itu, kurangnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang memiliki struktur kelembagaan (struktur organisasi, struktur kekuasaan, dan struktur insentif) yang unik/khas dibandingkan badan usaha lainnya, serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktek-praktek berkoperasi yang benar (best practices) telah menyebabkan rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi. Bersamaan dengan masalah tersebut, koperasi dan UMKM juga menghadapi tantangan terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan

globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan bersamaan dengan cepatnya tingkat kemajuan teknologi.

Secara umum, perkembangan koperasi dan UMKM dalam tahun 2006 diperkirakan masih akan menghadapi masalah mendasar dan tantangan sebagaimana dengan tahun sebelumnya, yaitu rendahnya produktivitas, terbatasnya akses kepada sumber daya produktif, rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi, dan tertinggalnya kinerja koperasi.

2. Carilah sebuah kasus tentang entrepreneur sukses dalam bidang agribisnis, kemudian analisis: BROWNIES AMANDA Brownies kukus ini adalah bisnis rumahan oleh Hj. Sumiwiludjeng dan suaminya H. Sjukur Bc. Ap. dengan Merek Amanda . Produk yang dulu dikenal sebagai oleh oleh khas bandung, sekarang gerai dan tokonya sudah bisa di peroleh di kota kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya, Medan. Sangat cocok untuk oleh -oleh dengan ketahanan produk original sekitar 4 hari dan produk toping selama 3 hari. Selain untuk oleh - oleh Brownies Kukus Amanda bisa disajikan dalam rapat, acara ulang tahun, maupun arisan. Kesuksesan Amanda telah berhasil membuka toko sampai pabrik kue, yang berasal dari usaha rumahan yang dikerjakan suami dan dibantu anggota keluarganya. Usaha ini di awali dengan bakat dan minat untuk bisa suskses menjalankan sebuah bisnis. Bermodal kemampuan memasak Sumi ketika bersekolah di IKIP Jakarta, Sumi menjalankan bisnis katering rumahan dengan menerima pesanan kue dan makanan untuk berbagai acara. 3. Pada tahun 1999 Sumi mencoba resep bolu kukus yang didapat dari saudaranya. Sumi mencoba berulang ulang kali untuk mendapatkan takaran yang pas untuk bolu kukus tersebut. Di bantu oleh Joko Ervianto (Putra Sulungnya) dan Atin (Istrinya). Pada tahun 2000 Sumi memutuskan untuk membuka usaha kuenya dengan Merek Amanda. Nama tersebut singkatan dari Anak Mantu Damai, yang artinya mengahrapkan anak dan menantu bisa selalu hidup rukun dan damai. Awal memasarkan brownies kukus Amanda tidak semulus yang Sumi dan keluarga harapkan, Kios mereka di Komplek Pertokoan Metro Bandung tergusur dan terbakar. Sehingga mereka pindah dengan menyewa di Kawasan Jl. Tata Surya Bandung. Cobaan terus menghampiri mereka, tetapi tekat mereka untuk terus berusaha menjadikan mereka kuat tuk menjalankan usahanya. Di tempat usaha yang

baru membawa keuntungan buat Amanda, mendapatkan konsumen yang baru, dan minat konsumen semakin meningkat. Brownies yang di produksi habis terjual setiap harinya. Seiring dengan berjalannnya waktu dan Amanda semakin banyak permintaan pasar, maka tahun 2002 Sumi dan keluarga pindah ke lokasi yang baru di Jl. Rancabolang Bandung. Usaha mereka terus berkembang dan menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Lokasi yang strategis dan di dukung cita rasa brownies kukus yang lezat.

Pada tahun 2004 Brownies kukus Amanda resmi di patenkan menjadi brand prioduk kue buatan sumi dan keluarganya. Kini Amanda sudah mempunyai puluhan cabang yang tersebar di berbagai kota. Dengan menawarkan lebih dari 20 varian produk, saat ini penjualan produk Amanda bisa mencapai ribuan kotak untuk setiap harinya di masing masing cabang. Terbukti dengan adanya inovasi produk yang semula hanya mengandalkan produksi Brownies Kukus Original / Chocolate, sekarang telah memproduksi Brownies Kukus dengan rasa Cheese Creaqm (Cream keju yang sangat terasa di lidah), Blueberry (varian rasa manis dan asem yang menyegarkan), Tiramisu (paduan antara rempah dan keju yang membuat keunikan rasa yang berbeda dengan produk sejenis), Choco Marble ( sangat cocok bagi penggemar cokelat), Srikaya pandan ( rasa pandan yang ditaburi denagn wijen), dan Banana Bizz (perpaduan antara pisang dan biskuit didalam lapisan tengah kue). Varian tambahan lainnya adalah Brownies kering dan Brownies bakar (kenikmatan rasa cokelat, susu, dan keju dengan teksturnya yang lembut). Selain produk Brownies, kini Amanda juga mengeluarkan produk baru yaitu Cheese stick, Sweet stick, Bungket duo, pisang molen keju, pisang molen cokelat, pink marble, cheese roll, chicken pastry, beef pastry, cake ketan bakar sarikaya, cake ketan bakar blueberry.

1. Tipe usahanya dan apa manfaat dari kegiatan bisnisnya? Tipe usaha yang dijalankan oleh ibu sumi dan suaminya merupakan usaha kuliner. Brownis kukus adalah produk yang diciptakan oleh bu Sumi dan suaminya dan brownies ini merupakan suatu produk baru yang dapat menjadi inspirasi bagi para konsumen yang akan membeli oleh-oleh khas bandung. 2. Bagaimana perkembangan usahanya Usaha brownies Amanda berawal dari kemampuan memasak yang dimiliki oleh ibu Sumi sewaktu duduk di bangku kuliah. Sewaktu kuliah ibu Sumi mengembangkan kemampuan bermasaknya dengan membuka usaha katering. Kemudian ibu Sumi mendapatkan resep brownis kukus yang ia dapatkan dari saudaranya. Resep tersebut dicoba terus menerus oleh ibu Sumi hingga menemukan resep yang sempurna. Dengan resep bolu kukus yang ibu sumi dapatkan dari saudaranya dan dengan inovasi yang ia lakukan sehingga dapat menghasilkan brownis dengan cita rasa yang khas dan berbeda dengan kebanyakan brownis yang dijual di pasaran. 3. Hambatan apa yang dihadapi Hambatan yang dihadapi dalam usaha ibu Sumi ini yaitu kebakaran yang menimpa kios miliknya. Dengan adanya musibah yang pernah dialami menyebabkan Ibu Sumi kehilangan tokonya dan harus merintis usaha brownies dari awal. Selain itu hambatan yang dihadapi ialah terdapat dalam produknya. Biasnya produk brownis kukus ini memiliki ketahanan produk yang hanya bertahan selama satu hingga dua hari, namun ibu Sumi mengupayakan produknya agar dapat bertahan lebih lama, sehingga cocok untuk oleh-oleh khas Bandung. 4. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan usahanya Solusi yang perlu dilakukan dari masalah ibu Sumi yang mengalami kebakaran ialah ibu Sumi perlu membuka toko baru di tempat yang lebih strategis, sehingga para konsumen dapat mengetahui dengan mudah letak toko dari Ibu Sumi ini. Ibu Sumi perlu melakukan inovasi lainnya berupa memperbanyak variasi rasa sehingga para konsumen tidak bosan akan rasa original dari produk yang dijual ditoko tersebut.

You might also like