Professional Documents
Culture Documents
Kelas : ZU 09 MTU Dalam kesempatan ini, saya akan share ke temen-temen mengenai Misteri penyebab jatuhnya pesawat Adam Air di Selat Majene, Sulawesi Barat . Mau tau selengkapnya isi dari karya tulis ini ? yuk mari silahkan baca J. Masih ingatkah anda tentang kasus jatuhnya pesawat Adam Air di Selat Majene, Sulawesi Barat ? Tentu masih dong Kasus tersebut terjadi pada tanggal 1 Januari 2007 ( tepat sehari dimana kita merayakan pesta malam tahun baru ). Pesawat Boeing 737 milik airlines Adam Air rute Surabaya Manado jatuh di selat Majene, Sulawesi Barat. Pesawat ini kehilangan arah ditengah perjalanannya kemudian hilang dari pantauan radar ATC ( Air Traffic Control ) Makassar. Setelah kejadian tersebut, semua media baik dari media cetak maupun media elektronik menunjukkan bahwa pihak Adam Air dan Pemerintah kita tidak dapat menemukan bangkai pesawat serta penumpang yang menjadi korban. Lalu pertanyaannya kemana sebenarnya pesawat itu dan apa penyebabnya pesawat tersebut bisa hilang ? Mari kita bahas lebih lanjut yuuuk Kemana hilangnya pesawat tersebut serta apa penyebabnya masih simpang siur. Ada yang bilang pesawat itu diculik oleh makhluk gaib *waw mistis yaaa ,namun ada yang bilang juga pesawat itu jatuh kedalam dasar laut sehingga tim SAR tidak dapat menemukan bangkai dari pesawat Adam Air serta para penumpangnya . Dari artikel dan sebuah media cetak yang saya baca, penyebab utama kecelakaan tersebut adalah adanya kerusakan pada komponen pesawat dan kurangnya pengetahuan dari si pilot . Pada tanggal 27 dan 28 Agustus 2007, Tim SAR berhasil mengangkat black box pesawat dari dalam dasar laut . Dari adanya black box ini penyebab jatuhnya pesawat Adam Air dapat diteliti oleh Komite Nasional Keamanan transportasi ( KNKT ). Investigasi menunjukkan bahwa komponen pesawat yang bernama IRS (Inertial Refference Systems) mengalami kerusakan. Alat ini berfungsi sebagai system navigasi pesawat yang bekerja sama dengan sistem auto-pilot, sehingga pesawat dapat terbang menuju koordinat yang ditentukan tanpa kendali pilot. Namun, IRS rusak sehingga pesawat keluar dari jalur aslinya dan kehilangan arah, sehingga pesawat tersebut jatuh dan menabrak laut . Setelah diusut dan diteliti lebih lanjut, ternyata perangkat IRS sudah mengalami kerusakan selama 3 bulan terakhir. Perangkat tersebut tidak dibetulkan oleh pihak Adam Air, hanya dibersihkan saja komponennya lalu dipasang kembali. Selain itu, pilot tidak
memperoleh training yang cukup dari Adam Air. Hal inilah yang menyebabkan pilot kurang mengerti sistem pesawat yang dipakai. Kasus ini memberikan kita bukti bahwa dunia penerbangan di Indonesia system keselamatannya masih sangat kurang . Contoh : Pihak Adam Air tidak memperhatikan seluruh komponen pesawat sehingga mereka tidak mengetahui adanya kerusakan pada salah satu dari komponen pesawat tersebut. Seharusnya alat IRS itu diperiksa kembali sebelum dipakai untuk terbang. Semoga kasus ini memberikan sebuah pelajaran yang berarti kepada seluruh maskapai penerbangan untuk lebih memperhatikan alat-alat atau mesin yang ada di dalam pesawat sehingga diharapkan agar tidak terjadi kembali kasus yang serupa. Dan untuk para pilot seharusnya diberikan training sebelum Ia kembali bekerja. Ingat !!! nyawa tidak dapat digantikan oleh uang . Keselamatan Penumpang itu hal yang utama . Safety First guys .
Akibat disorientasi spasial, pilot ragu melakukan roll silang, dan kembali mengarahkan pesawat ke kanan. Kemiringan pesawat mencapai 100 derajat, dan posisinya menunduk 60 derajat. Human Factor Investigator KNKT Herman Mulyadi mengatakan, Disorientasi spasial bisa dialami semua pilot, dengan jam terbang tinggi sekalipun. Pesawat meluncur sangat kencang dengan kecepatan Mach 0,926, setara 1.100 kilometer per jam. Padahal kecepatan normal Mach 0,82. Akibatnya, pesawat tidak mampu lagi dikendalikan, dan terjadi kerusakan struktural, bagian ekor pesawat patah. Pesawat pun jatuh ke laut. Pesawat hancur dalam serpihan-serpihan kecil, kata Tatang. Penyelidikan KNKT menemukan, gangguan IRS di pesawat Adam Air DHI 574 mencapai 154, pada Oktober Desember 2006. Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal menyatakan, temuan itu mengindikasikan maskapai penerbangan tidak melakukan perawatan pesawat secara layak. Untuk itu, akan dilakukan pengawasan rutin kelayakan komponen pesawat setiap tiga bulan. Jika kerusakan berulang dan keselamatan penerbangan menjadi terancam, kami dapat mencabut izin operasi maskapai itu, kata Jusman. Selain itu, awak pesawat dari seluruh maskapai penerbangan, akan dilatih menghadapi situasi darurat penerbangan.(lkt)