You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan hipoparatiroid

Nov 13 Posted by Saktya Yudha Ardhi Utama

2.3 Definisi a. Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama (Haznam). b. Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton). c. Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon paratiroid atau parathyroid hormone (PTH). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani. Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). 2.4 Etiologi Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain : 1)

Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired) Hipomagnesemia

2)

3) 4)

Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)

Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjarkelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher. Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjarkelenjar tiroid, ovari, atau adrenal. Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.

2.5 Patofisiologis Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 12,5 mgr%). Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi. Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. Dalam tetanic aequivalent: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian Parestesia Hipestesia Disfagia dan disartria Kelumpuhan otot-otot Aritmia jantung Gangguan pernapasan Epilepsi

10) Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil 11) Gangguan ingatan dan perasaan kacau 12) Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata 13) Kulit kering dan bersisik 14) Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang 15) Kuku tipis dan rapuh 16) Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis: 1. Erbs sign: Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)

2. Chvosteks sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otototot muka. 1. Trousseaus sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagai pada spasme carpopedal. 2. Peroneal sign: Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki Pada 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ektoderm: 1. Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih. 2. Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla. 3. Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas. Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.

2.7 Klasifikasi Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid, dan hipoparatiroid pascabedah. 2.7.1 Hipoparatiroid neonatal

Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia. 2.7.2 Simpel idiopatik hipoparatiroid

Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis. 2.7.3 Hipoparatiroid pascabedah

Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

2.8

Pemeriksaan Diagnostik 1. Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang. 2. Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah. 3. Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali normal atau rendah.

2.9

Penatalaksanaan Medis 1. Hipoparatiroid akut

Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral. 1. Hipoparatiroid menahun Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa. Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di usus. Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan untuk menurunkan kadar kalsium serum.

2.10 Komplikasi 1. Hipokalsemia Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut. 1. Insufisiensi ginjal kronik Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi). 3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia. 2. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang. 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output. 4. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. 3.4 Intervensi 1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia. Tujuan: Klien tidak mengalami cedera dengan kriteria: reflek normal, tanda vital stabil, makan diet dan obat seperti yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal. Intervensi: Intervensi Rasional a. Pantau tanda-tanda vital dan reflek a. untuk mengetahui kelainan sedini mungkin. tiap 2 jam sampai 4 jam. b. Untuk mengetahui abnormalitas dari b. Pantau fungsi jantung secara terus gambaran EKG. menerus/gambaran EKG. c. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh. c. Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan paga tempat tidur d. Untuk menghindari cedera yang terjadi dan pertahakan tempat tidur dalam akibat benda yang terdapat di lingkungan

Intervensi posisi rendah.

Rasional sekitar klien dan mencegah kerusakan lebih berat akibat kejang.

d. Bila aktivitas kejang terjadi ketika pasien bangun dari tempat tidur, e. Antisifasi terhadap hipokalsemia dengan cara bantu pasien untuk berjalan, penanganan medis. singkirkan benda-benda yang membahayakan, bantu pasien dalam f. Pemberian kalsium yang terlalu cepat akan menangani kejang dan reorientasikan mengakibatkan tromboflebitis hipotensi. bila perlu. g. Untuk membantu memenuhi kekurangan e. Kolaborasi dengan dokter dalam kalsium dalam tubuh. menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau h. Untuk mengontrol kadar kalsium serum. efektifitas cairan parenteral dan kalsium. f. Pemberian kalsium dengan hatihati. g. Berikan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai program. h. Kaji ulang pemeriksaan kadar kalsium. 1. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang. Tujuan: Jalan nafas efektif dengan kriteria: a) Frekwensi, irama, dan kedalaman pernafasan normal. b) Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih. Intervensi: Intervensi Rasional a. Siapkan peralatan penghisap dan a. Supaya memudahkan karena serangan bisa jalan nafas oral di dekat tempat tidur secara tiba-tiba. sepanjang waktu. b. Untuk memudahkan dalam tindakan b. Siapkan tali tracheostomi, oksigen, apabila terjadi sumbatan jalan nafas. dan peralatan resusitasi manual siap

Intervensi pakai sepanjang waktu. Edema laring:

Rasional c. Untuk mengetahui suara dan keadaan jalan nafas.

d. Adanya stridor suatu tanda adanya oedema c. Kaji upaya pernafasan dan kualitas laring. suara setiap 2 jam. e. Kolaborasi dengan dokter untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka d. Auskultasi untuk mendengarkan karena perawat terbatas akan hak dan stridor laring setiap 4 jam. wewenang. e. Laporkan gejala dini pada dokter f. Agar perawat bisa siap-siap untuk dan kolaborasi untuk melakukan suatu tindakan. mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. g. Untuk mencegah penekanan jalan nafas/mempertahankan jalan nafas untuk tetap f. Intruksikan pasien agar menginformasikan pada perawat atau terbuka. dokter saat pertama terjadi tanda kekakuan pada tenggorok atau sesak h. Bila terjadi kejang otomatis O2 ke otak nafas. menurun sehingga bisa berakibat fatal ke seluruh jaringan tubuh termasuk pernafasan. g. Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan nafas, i. Kolaborasi dengan dokter dalam hal pertahankan kepala dalam posisi tindakan wewenang dokter (pengobatan dan kepala dalam posisi alamiah, garis tindakan). tengah. j. Untuk mencegah terjadinya serangan Kejang: berulang. h. Bila terjadi kejang: pertahankan jalan nafas, penghisapan orofaring sesuai indikasi, berikan O2 sesuai pesanan, pantau tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda neurologis, periksa setelah terjadi kejang, catat frekwensi, waktu, tingkat kesadaran, bagian tubuh yang terlibat dan lamanya aktivitas kejang. i. Siapkan untuk berkolaborasi dengan dokter dalam mengatasi status efileptikus misalnya: intubasi, pengobatan. j. Lanjutkan perawatan untuk kejang.

1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output. Tujuan: Kien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dengan kriteria: a) Tingkat aktivitas meningkat tanpa dispnoe, tachicardi atau peningkatan tekanan darah. b) Melakukan aktivitas tanpa bersusah payah. Intervensi: Intervensi a. Kaji pola aktivitas yang lalu. b. Kaji terhadap perubahan dalam gejala muskuloskeletal setiap 8 jam. Rasional a. Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan yang akan diharapkan setelah perawatan. b. Untuk memantau keberhasilan perawatan. c. Kaji respon terhadap aktivitas: Catat perubahan tensi, nadi, pernafasan, c. Untuk melihat suatu perkembangan hentikan aktivitas bila terjadi perawatan terhadap aktivitas secara bertahap. perubahan, tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan kecil sesuai dengan d. Dengan merencanakan perawatan, perawat peningkatan toleransi, ajarkan pasien dengan klien dapat mempermudah suatu untuk memantau respon terhadap keberhasilan karena datangnya kemauan dari aktivitas dan untuk mengurangi, klien. menghentikan atau meminta bantuan ketika terjadi perubahan. e. Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan. d. Rencanakan perawatan bersama f. Untuk menghemat penggunaan energi klien. pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin pasien selesaikan: Jadwalkan bantuan dengan orang lain. e. Seimbangkan antara waktu aktivitas dengan waktu istirahat. f. Simpan benda-benda dan barang lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien. 1. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. Tujuan:

Klien mengerti tentang diet dan medikasinya, dengan kriteria: Klien dan orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan prinsip perawatan tindak lanjut dan perawatan di rumah serta pengobatan dan diet yang diperlukan. Intervensi: Intervensi a. Jelaskan tentang konsep dasar tentang proses penyakit. b. Diskusikan alasan tentang terjadinya perubahan fisik dan emosional. c. Ajarkan pasien untuk memeriksakan dan melaporkan gejala dini tetani, kesemutan, tremor, tanda chvosteks atau trusseaus positif perubahan dalam upaya pernafasan. Rasional a. Penyuluhan tentang penyakitnya sangat penting karena klien membutuhkan medikasi dan modifikasi diet sepanjang hidupnya. b. Agar klien mengerti akan keadaan dirinya sehingga klien tahu tentang penanggulangannya. c. Agar klien bisa mengontrolkan dirinya secara berkala sehingga penyakitnya bisa tertanggulangi dan tidak mengakibatkan lebih parah.

d. Orang terdekat adalah orang yang selalu berada dan tahu persis tentang pasien sehingga d. Ajarkan orang terdekat untuk bila terjadi sesuatu terhadap diri klien dia bisa mengenali aktivitas kejang pasien melakukan sesuatu dan apa yang tidak boleh dan menentukan cara yang harus dilakukan sehingga bisa memperingan dilakukan menghindari restrain atau penyakitnya. menghentikan prilaku, observasi dan mencatat prilaku yang diperlihatkan e. Untuk melatih mobilisasi sehingga klien bisa sebelum dan selama kejang. melakukan ADLnya. e. Tekankan aktivitas sehari-hari danf. Untuk mencegah cedra akibat dari latihan sesuai toeransi dan untuk lingkungan. melaporkan peningkatan keletihan atau kelemahan otot. g. Obat-obat tersebut penting untuk mempertahankan hidupnya. f. Diskusikan tentang pentingnya mempertahankan lingkungan yang h. Asupan diet yang seimbang akan aman. meningkatkan kadar kalsium darah. g. Ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek smping dan toxik. h. Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium rendah fosfat, seperti

Intervensi mengurangi susu dan keju karena banyak mengandung fosfor.

Rasional

You might also like