You are on page 1of 15

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Setelah lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui system sirkulasi pernafasan sendiri yang baru,mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana semua fungsi ini sebelumnya silakukan oleh placenta. Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. Periode ini dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada system pernafasan dan sirkulasi, system termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa ( PUSDIKNAKES, 2003 ). Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka bayi menerima beberapa rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan termik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi, dan lain-lain ( Prawirodihardjo, 2006 ).

1.2. Tujuan a. Mahasiswa dapat memahami perubahan pada peiode transisi neonatus. b. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir. c. Mahasiswa dapat memahami proses adaptasi fisiologi pada bayi baru lahir.

BAB 2 PEMBAHASAN

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah suatu proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Periode transisi a. Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama kehidupan yang akan dialami oleh seluruh bayi, dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan dan melahirkan. b. Pada periode pertama reaktivitas(segera setelah lahir), pernafasan cepat dapat mencapai 80 kali permenit dan pernafasan cuping hidung sementara, retraksi, dan suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali permenit selama beberapa menit pertama kehidupan. c. Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang dan relaks, dan jatuh tertidut. Tidur pertama ini (dikenal sebagau fase tidur) dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. d. Periode kedua reaktifitas, dimulai waktu bangun ditandai dengan respon berlebih terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi agak sianosis dan denyut jantung cepat. e. Lendir mulut dapat menyebabkan masalah besar, misalnya tersedak , tercekik, dan batuk.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir : a. Pengalaman antepartum ibu dan bayi lahir, misalnya terpajan zat toksik dan sikap orang tua terhadap kehamilan dan pengasuh anak. b. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi lahir, misalnya lama persalinan, tipe analgesik atau anestesi intrapartum.

c.

Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin.

d.

Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada saat terjadi.

Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital seperti sistem respirasi, sirkulasi, susunan saraf pusat, pencernaan, dan metabolisme (Marmi, 2012 ). Fisilogi neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital pada neonatus. Dibawah ini akandiuraikan beberapa fungsi dan proses vital pada neonatus.

2.1. Sistem Respirasi Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernafasan yang pertama kali. Proses pernafasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama sejak intrauterin. Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenyta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Pernafasan pertama pada bayi terjadi normal dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal dari susunan syaraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen ; rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu didalam uterus dan di luar uterus ( Marmi, 2012 ). Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama kali pada neonatus disebabkan karena: saat kepala bayi melewati jalan lahir, akan terjadi penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada didalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian diabsopsi. Akibat terstimulus dari sensor kimia, suhu serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk yang pertamakali. Tekanan intratoraks disertai dengan aktivasi napas yang pertama memungkinkan adanya udara

masuk kedalam paru-paru. Setelah beberapa kali napas, udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara ( Marmi, 2012 ). Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat sur faktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan didalam alveoli itu sendiri adalah menarik napas dan mengeluarkannya dengan cara menjerit sehingga oksigen tertahan didalam alveoli. Pernapasan pada neonatus biasanya menggunakan pernapasan diafragma dan abdominal sedangkan frekuensi dan dalamnya pernapasan biasanya belum teratur. Pernapasan normal pada neonatus pertama kali dimulai ketika kurang lebih 30 detik setelah kelahiran ( Marmi, 2012 ). Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan paru-paru yang pada janin normal cukup bulan mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula ( Prawirodihardjo, 2006 ).

2.2. Sistem Sirkulasi Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian mengalir ke otak melalui duktus arteriosus. Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang berada pada unit janin plasenta terpustus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi. Efek yang terjadi segera setelah tali pusat

diklem adalam peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Hal yang

paling penting adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan tarikan nafas pertamaterjadi secara bersamaan. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah berelaksasi dan terbuka sehingga paru-paru menjadi sistem bertekanan rendah ( Marmi, 2012 ). Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru-paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah, yaitu : a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan

menurunkarena berkurangnya aliran darah keatrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir keparu-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang. b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan.dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup (PUSDIKNAKES, 2003, hal.7) Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.

2.3. Sistem Pencernaan Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan

mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting. Usus bayi belum matang, sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus ( PUSDIKNAKES, 2003). Adapun adaptasi saluran pencernaan adalah: a. Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100cc b. Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana yaitu monosakarida dan disakarida. c. Defesiensi lifase pada pankreas menyebabkan terbatasnya absorpsi lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum makang, maka susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir. d. Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak

mengeluarkan ludah sampai usia bayi 2-3 bulan.

2.4. Sistem Metabolisme Untuk memfungsikan otak, memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan trun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : a. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir). b. Melalui cadangan glikogen (glikogenolisis)

c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis). Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen atau glikogenolisis. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim (Marmi, 2012 ). Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3 sampai 4 jam pertama pada bayi yang cukup bulan dan sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam lahir dan distres janin merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir (PUSDIKNAKES, 2003 ).

2.5. Sistem Endokrin Pada neonatus terkadang hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat dilihat misalnya pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki maupun perempuan, kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan. Adapun penyesuaian pada sistem endokrin adalah: a. Kelenjar tiroid berkembang selama minggu ke-3 dan ke-4 b. Sekresi-sekresi thyroxin dimulai pada minggu ke-8 thiroxin maternal adlah yang bisa memintasi plasenta sehingga fetus yang tidak memproduksi hormon tiroid akan lahir dengan hypotiriodism konginital, jika tidak ditangani akan menyebabkan reterdasi mental berat

c. Kortex adrenal dibentuk pada minggu ke-6 dan menghasilkan hormon pada minggu ke-8 atau minggu ke-9 d. Pankreas dibentuk dari foregut pada minggu ke-5 sampai minggu ke-8 dan pulau langerhansdan berkembang selama minggu ke-12 serta insulin diproduksi pada minggu ke-20, pada infant dengan ibu DM dapat menghasilkan fetal hyperglikemi yang dapat merangsang hyperinsulinemia. e. Hyperinsulinemia dapat memblok maturasi paru sehingga dapat menyebabkan janin dengan resiko tinggi distress pernafasan.

2.6. Sistem Saraf Sistem neurologis bayi secara anatomi dan fisiologi belum berkembang sempurna. Mielinisasi terjadi setelah bayi berumur 2 bulan. Perubahan konsentrasi DNA dalam otak dapat diketahui bahwa

pertambahan sel saraf berlangsung terus sampai anak berumur sekitar 1 tahun.

2.7. Sistem Imunnologi Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi yaitu : a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa b. Fungsi saringan saluran nafas c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru

lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien ( Marmi, 2012 ). Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai akhir kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Karena adanya desifiensi kekebalan alami yang didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir masih lemah dan tidak memadai, oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini infeksi sangat penting ( PUSDIKNAKES, 2003 ). 2.8. Hepar Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam keadaan imatur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran dalam peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misal enzim UDPG : T (uridin difosfat glukorinide transferase) dan enzim G6PD (Glukose 6 fosfat dehidroginase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin, sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologik. (Marmi,2012) Ikterus fisiologik adalah keadaan hiperbirirubin karena faktor fisiologis merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir. Ikterus ini terjadi atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan pada BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada hari ke-14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik biasa.

2.9. Perubahan Sistem Ginjal Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah

meyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan. Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, serinmgkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal. Fungsi ginjal belum sempurna karena : a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal c. Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.

2.10. Perubahan Sistem Termogulasi Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat

10

dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36,5 C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,537,5 C melalui pengukuran di aksila dan rektum. Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh: a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna. b. c. d. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera Gejala hipotermi : a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah. b. c. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan. d. e. Muka bayi berwarna merah terang Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian. dimandikan.

11

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya. a. Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir,

menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir. b. Konveksi Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara). Contoh hilannya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan yang terpasng kipas angin. c. Radiasi Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya

kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas (Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok. d. Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu persepuluhnya.

12

Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

13

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah suatu proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Adaptasi segera setelah lahir

meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital : sistem respirasi, sirkulasi, pencernaan, sistem andokrin, susunan saraf pusat, pencernaan, metabolisme, hepar, ginjal dan sistem perubahan termogulasi ( Marmi, 2012 ).

3.2. Saran Diharapkan kepada mahasiswa untuk memahami proses adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus agar nantinya dapat memberikan pelayanan kesehatan neonatal secara maksimal.

14

DAFTAR PUSTAKA

Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Marmi. 2012. Intranatal Care. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP SP. Pusdiknakes. 2003. Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusdiknakes.

15

You might also like