Professional Documents
Culture Documents
Oleh : Kelompok 3 : Enrique Made Reidia Gana Purwa Made Arya Agastya Pramana Ida Bagus Angga Baskara 1115251073 1115251087 1115351013
FAKULTAS EKONOMI
UDAYANA 2013
Ketrampilan Kepemimpinan
Pola pikir Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir atau pola pikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Menumbuhkan pola pikir kewirausahaan, menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran dianggap kunci untuk meningkatkan pola pikir dan cara pandang kewirausahaan sebagai kunci untuk menumbuhkan kompetensi, pekerjaan dan kepuasan pribadi. Kewirausahaan merujuk pada sebuah kemampuan perorangan yang dapat mengubah ide menjadi kegiatan nyata. Pola pikir kewirausahaan dididik melalui penciptaan iklim sosial kewirausahaan yang lebih menyenangkan, adanya kebijakan yang terpadu dengan tinjauan untuk tidak hanya menguabah pola pikir tetapi juga meningkatkan keterampilan-keterampilan, menyingkirkan hambatan-hambatan untuk mengembangkan usaha atau bisnis. Sikap mental Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah seseorang menjadi sosok yang tinggi budi ataukah seblikinya menjadi orang yang jahat dan culas. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi unsur terpenting dalam dunia kewirawastaan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam hal motivasi dan proaktivitas. Orang yang bersikap mental baik akan selalu bekerja rajin tanpa harus diperintah, dan konsisten tanpa harus diawasi. Mereka juga selalu berinisiatif melakukan hal-hal positif dan selalu mempunyai motivasi kuat serta semangat yang mengebu-gebu dalam mencapai citacita. Sikap mental juga amat menentukan keberhasilan seseorang. Harvard, sebuah intitusi di Amerika menyatakan bahwa keberhasilan orang-orang sukses di dunia ini, ternyata lebih banyak ditentukan oleh sikap mentalnya dibandingkan dengan peranan kemampuan teknis
yang dimiliki. Dengan angka perbandingan adalah 85% sikap mental, 15 % kemampuan teknis. Akan tetapi ironisnya, komposisi materi pendidikan yang diterapkan disekolahsekolah menunjukan perbandingan yang sebaliknya yaitu 90 % pelajaran teknis dan 10% sikap mental. Sehingga pantaslah kalau banyak didapati manusia yang berpikir negatif dibanding orang yang berpikir positif, antusias dan percaya diri.
Kepemimpinan Kepemimpinan yang dimaksud disini adalah kepemimpinan sebagai nilai atau kualitas, bukan pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia. Mungkin akn lebih tepat kalau disebut sebagai kepeloporan sedangkan pemimpin adalah orang yang menunjukan arah. Seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan akan selalu tahu arah yang harus dimbil. Keputusan-keputusanya mantap dan didasari oleh keyakinan diri disertai datadata dan informasi yang akurat. Dalam dunia usaha, jiwa kepemimpinan dan kepeloporan ini mutlak diperlukan karena secara sadar atau tidak seseorang yang berwiraswasta telah menempatkan dirinya pada posisi pemimpin. Kedudukan tersebut mengharuskannya untuk selalu mampu mengambil keputusan yang menurut perhitungannya paling baik dan bijaksana. Tidak boleh ada keraguan atau kebimbangan karena jika itu terjadi maka keputusan yang diambil akan terlambat dan tidak efektif lagi. Dilain pihak, pengusaha yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan akan condong mengikuti pendapat dari figur yang dominan terhadap dirinya, sehingga pengusaha tersebut biasanya sulit membawa perusahaannya kearah kemajuan yang berarti. Pengusaha yang berpeluang maju secara mantap adalah pengusaha yang memiliki jiwa kepemimpinan secara menonjol. Ciri-cirinya biasanya keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim/tampil beda.. Keterampilan Lapisan terluar dari struktur prioritas adalah keterampilan. Keterampilan teknis yang meliputi keterampilan perorangan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memproduksi sesuatu, baik secara fisik dan non fisik termasuk keterampilan manajerial dan keterampilan pemasaran jelas merupakan faktor yang amat penting, karena disinilah nantinya kualitas produk ditentukan tinggi rendahnya. Banyak pihak berpendapat bahwa dengan berbekal penguasaan keterampilan, seseorang pasti bisa menjdi enterpreuneur (wiraswastawan) yang berhasil. Namun demikian, kalau kita mau meneliti lebih jauh ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh keterampilan semata melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si pengusaha. Keterampilan hanyalan sarana, sehingga tidak cukup untuk mengantar orang ke jenjang kehidupan yang sukses, terutama kehidupan dalam dunia usaha. Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang baik terampil maupun tidak, untuk bisa tampil sebagai tokoh yang sukses atau orang berkecukupan, yaitu : 1. Memanfaatkan Leadership yang berasal dari diri sendiri 2. Memanfaatkan Leadership orang lain 3. Faktor keberuntungan (luck and hoki) Semua disiplin ilmu tidak memperhitungkan adanya factor keberuntungan, demikian juga dengan ilmu kewiraswastaan. Rata-rata orang besar dan tokoh wiraswastaan sejati 4
mengandalkan sepenuhnya pada jiwa kepeloporan yang dimiliki oleh diri sendiri sehingga mencapai tingkat kemapanan.
- Pesimis : paham yang menganggap bahwa segala sesuatu yang ada pada dasarnya adalah buruk atau jahat. - Birokratik : Pola berpikir secara organisasional yang artinya berdasarkan kekuasaan, tanggung jawab, dan jabatan yang dimiliki seseorang - Konstruktif - Optimistik - Realistik : Sifat pikiran yang membangun, membina, dan memperbaiki : Sifat pikiran yang percaya diri, mampu mencapai tujuan : Berpikir secara fakta dan kenyataan yang ada
2. Pola berpikir berkembang dan tetap Pola Pikir Tetap (fixed mindset), yaitu pola pikir yang tidak dapat ditingkatkan. Ini adalah pola pikir yang negatif, pesimis, tidak percaya diri, puas dengan keadaan yg sekarang, dsb. Pola Pikir Berkembang (growth mindset), yaitu pola pikir (pandangan) yang dapat dikembangkan melalui praktik, pelatihan, cara/metode yang tepat. Ini adalah pola pikir yang positif dan optimis, selalu ingin berusaha, berjuang terus, percaya bahwa bisa lebih maju, dsb. 3. Pola berpikir kewirausahaan *Enam Topi Pikiran Konsep berpikir "Six Thinking Hats" alias "Enam Topi Berpikir" diciptakan oleh Dr. Edward de Bono - seorang penulis, penemu, dokter, pemikir, sekaligus konsultan asal Republik Malta pada tahun 1985. Menurutnya, manusia memiliki berbagai macam perspektif (sudut pandang) ketika melihat sebuah masalah atau mengambil keputusan bisnis. Banyak orang sukses berfikir dari sudut pandang yang rasional dan positif. Namum demikian, jika tidak melihat masalah dari sudut pandang emosional, kreatif, atau negatif, mereka dapat meremehkan penolakan terhadap rencana ataupun gagal membuat langkah kreatif dan mengabaikan pentingnya rencana cadangan. Sebaliknya, orang yang pesimis dapat menjadi sangat defensif, sementara orang yang emosional bisa jadi tidak dapat melihat keputusan dengan tenang dan rasional. Setiap topi berfikir ini memiliki gaya pemikiran yang berbeda. Dan teknik enam topi berfikir akan membantu Anda menilai masalah dari berbagai sudut pandang, yang memungkinkan keputusan untuk menggabungkan ambisi, efektivitas, sensitivitas, dan kreatifitas. 1. Topi putih. Berfokus pada data yang tersedia. Lihatlah informasi yang Anda memilki dan temukan apa yang dapat Anda pelajari dari informasi tesebut. Cari lah celah dalam pengetahuan yang Anda miliki dan cobalah untuk menjebatani atau memperhatikannya, dengan menganalisis tren di masa lalu serta membuat perkiraan berdasarkan data. 2. Topi merah. Lihatlah masalah dengan menggunakan intuisi, reaksi, yang didasarkan pada intuisi dan pengalaman, serta emosi. Cobalah untuk memikirkan bagaimana orang lain akan bereaksi secara emosional dan cobalah untuk memahami respons orang yang tidak memahami pemikiran Anda. 3. Topi hitam. Lihatlah sisi buruk dari persoalan, dengan berusaha mencari tahu mengapa hal ini tidak berhasil. Cara ini akan menunjukan titik lemah dalam sebuah 6
rencana, yang memungkinkan Anda untuk menghilangkan atau mengubahnya, atau mempersiapkan rencana cadangan untuk menghadapi titik lemah tersebut. Cara ini sangat membantu dalam membuat rencana agar lebih fleksibel. Inilah salah satu manfaat nyata teknik ini, karena masalah dapat diantisipasi dan dihadapi. 4. Topi kuning. Membutuhkan pemikiran positf dan optimis, yang membantu Anda melihat manfaat keputusan. Hal ini membantu Anda terus melangkah ketika segala sesuatu terlihat sulit. 5. Topi hijau. Melibatkan solusi kreatif. Ini adalah cara berfikir yang bebas dan sangat jarang mengkritik ide. 6. Topi biru. Menekankan pengendalian proses, dan diperankan oleh pemimpin rapat. Ketika ide semakin kering, menggunakan topi hijau akan sangat bermanfaat, karena pendekatan kreatif dapat menstimulasi ide-ide segar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kewirausahaan dan Manajemen Usah Kecil.2008.Edisi 5.Thomas W. Zimmerer 2.Kewirausahaan.2000.Buchari Alma. Alfabeta 3. Google.co.id