You are on page 1of 12

Tugas Mata Kuliah Sistem Pengobatan Sendiri SELF MEDICATION : ACNE

Oleh: MARIZKA WIMALA HELMI NUR LAILI DIASTIKA BELLA E RIZKY TRIANDARI (1022 101010 03) (1022 101010 11) (1022 101010 12) (1022 101010 16)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Swamedikasi dasar hukumnya permekes No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya dan apoteker yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut. Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep diantaranya tidak dikontra indikasikan

untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun, Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko, Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus, Penggunaannya diperlukan untuk penyakit

yang prevalensinya tinggi di Indonesia, Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Salah satu contoh self medication adalah pengobatan jerawat. Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yaitu penyakit kulit yang terjadi akibat penyumbatan muara saluran lemak sehingga terjadi penumpukan lemak dan disertai radang, yang biasa terjadi pada usia remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak. Ada beberapa gejala jerawat di antaranya timbulnya bintik merah, meskipun tidak membahayakan namun mengganggu. Biasanya bintik merah disertai peradangan yang terasa gatal pada waktu mulai timbul dan terasa sakit bila ditekan, Peradangan juga bisa disebabkan oleh kuman tertentu yang membentuk kantong kecil (kista) bila pecah mengeluarkan nanah dan darah tetapi tidak berbau, Biasanya timbul di bagian wajah akan tetapi dapat juga timbul di bagian kulit kepala, leher, punggung dan dada bagian atas, Timbulnya bintik putih/hitam yang menonjol dan tidak sakit (komedo).

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi jerawat dan penyebabnya ? 2. Bagaimana patofisiologi jerawat ? 3. Bagaimana swamedikasi pasien terhadap pengobatan jerawat? 4. Apa saja terapi klinis dan non klinis dalam pengobatan jerawat? 5. Apa saja konseling harus diberikan kepada pasien? 6. Bagaimana evaluasi yang dilakukan jika kondisi memburuk?

1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui definisi jerawat dan penyebabnya. 2. Untuk mengetahui patofisiologi jerawat. 3. Untuk mengetahui terapi klinis dan non klinis dalam pengobatan jerawat. 4. Untuk mengetahui terapi klinis dan non klinis dalam pengobatan jerawat 5. Untuk mengetahui konseling harus diberikan kepada pasien 6. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan jika kondisi memburuk

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Definisi dan Penyebab Jerawat DEFINISI Acne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerahdaerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung. Faktor yang dapat menyebabkan pengembangan penyakit ini antara lain peningkatan produksi sebum, cornification duktal, kolonisasi bakteri dari saluran-saluran pilosebaceus dan peradangan. Propionibacterium acnes termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini termasuk flora normal kulit. Propionibacterium acnes berperan pada patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya acne. Propionibacterium acnes melepaskan sitokin pro-inflamasi serta antigen dan mitogen, dengan respon seluler dan non-seluler untuk produk ini memicu peradangan. Lapisan kulit terdiri dari kelenjar minyak (sebaceous gland),folikel rambut. Kelenjar mengeluarkan sejenis minyak / sebum yang berfungsi melindungi kulit dan rambut .Akne terjadi ketika lubang kecil pada permukaan kulit yang disebut pori-pori tersumbat ( saat minyak kulit yang dikeluarkan berlebihan). Pori-pori merupakan lubang bagi saluran yang disebut folikel, yang mengandung rambut dan kelenjar minyak. Biasanya, kelenjar minyak membantu menjaga kelembaban kulit dan mengangkat sel kulit mati. Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak minyak, pori-pori akan banyak menimbun kotoran dan juga mengandung bakteri Propionibacterium acnes yang menyekresikan bahan kimia dengan menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi., Asam lemak dan minyak kulit akan tersumbat dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras akan membesar dan dapat membentuk komedo. Komedo tertutup terjadi apabila minyak dan bakteri tersumbat di bawah permukaan kulit yang keliatan seperti tonjolan putih. Komedo terbuka terjadi apabila minyak tersumbat di permukaan kulit dan mengendap akibat pigmenasi kulit

Gambar terjadinya jerawat

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JERAWAT Adapun beberapa hal yang dapat menjadi faktor penyebab jerawat antara lain sebagai berikut. 1.Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut. 2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne. 3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis penyakit. 4.Peningkatan jumlah flora folikel ( Propionibacterium acnes ) yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum. 5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan cicculating antibodies yang memperberat akne. 6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999). 7. Faktor psikis. Akne vulgaris dimasukkan dalam Psychocutaneus Disorder, di samping itu terdapat pula dermatitis atopik, psoriasis, alopecia areata, urtikaria, kronik idiopatik

pruritus, prurirus ani, pruritus vulvae, pruritus scrotum, trichotillomania. Faktor emosional dan gangguan psikis ( situasi konflik terutama stres ) dapat mencetuskan penyakit kulit, dapat menginduksi serangan baru atau memperburuk keadaan penyakit (Syamsulhadi dkk) 8. Faktor lain : usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tak langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis tersebut penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999). SWAMEDIKASI untuk Pasien Tahapan tahapan swamedikasi yang dilakukan oleh pasien yaitu sebagai berikut : 1. Melakukan perawatan kebersihan kulit. yaitu dengan mencuci muka sekurang kurangnya 2 kali sehari dengan pencuci muka yang lembut (pilih yang sesuai dengan kulit sendiri) 2. Mengganti handuk atau lap muka setiap hari Selalu cuci tangan setiap melakukan aktivitas dan menghindari menyentuh wajah dengan tangan. Jangan memencet atau menusuk jerawat supaya tidak terjadi jaringan parut 3. Menyampo rambut setidaknya 2 kali dalam seminggu. Hindari rambut menempel pada wajah ketika tertidur 4. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan pertumbuhan jerawat 5. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olah raga sesuai kondisi tubuh hindari stress 6. Sementara menghindari penggunaan kosmetik Jangan memencet atau menusuk jerawat supaya tidak terjadi jaringan parut

II.2 Patofisiologis Jerawat Patofisiologi merupakan reaksi fungsi tubuh terhadap suatu penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Faktor patologi yang berpengaruh dalam perkembangan acne adalah sebagai berikut. 1. Adanya hormon androgenik yang memicu terbentuknya acne. 2. Produksi sebum yang berlebihan 3. Pengelupasan folikel secara abnormal 4. Proliferasi P. acnes 5. Hasil dari respon inflamasi

Pada awal masa puber, acne tidak muncul secara kebetulan. Peningkatan hormon androgenik memicu terjadinya proses ini. Perubahan tertosteron menjadi dihidrotestosteron menstimulasi peningkatan ukuran dan aktivitas metabolik dari kelenjar keringat. Keringat berlebihan merupakan tempat pertumbuhan yang baik untuk P.acnes dan dapat menyebabkan timbulnya komedo. Abnormalitas sebum lipid, seperti kekurangan asam linoleat dan kelebihan asam lemak, dapat menyebabkan hiperkeratinisasi. Folikel keratinosit melepaskan interleukin 1 yang dapat menstimulasi pembentukan komedo. Hiperproliferasi dari keratinosit menyebabkan kohesi sel dan penyumbatan pori-pori. Penyumbatan pori-pori ini dapat membentuk mikro komedo (microcomedo), yang merupakan permulaan lesi patologis dari acne. Apabila terjadi akumulasi sel dan sebum, mikro komedo akan membesar dan dapat terlihat sebagai komedo tertutup (closed comedo) atau whitehead, yaitu nodul kecil berwarna putih di bawah permukaan kulit. Jika kandungan sumbat atau plugdapat menyebabkan penggelembungan lubang pori, maka plug akan menonjol dari pori dan menyebabkan terbentuknya komedo terbuka (opened comedo) atau blackhead. Lesi ini dinamai blackhead karena adanya melanin dan lipid teroksidasi selama pemaparan dengan udara. Komedo adalah prekursor acne yang lain. Di belakang plug, terjadi penumpukan sebum yang merupakan habitat ideal untuk proliferasi P.acnes. Bakteri ini dapat merusak sebum hingga mengiritasi asam lemak bebas melalui produksi lipase dan juga bertanggung jawab dalam produksi mediator-mediator proinflamasi yang menginduksi kemotaksis neutrofil dan komplemen aktif. Kemudian terjadi kerusakan jaringan lokal sebagai hasil dari iritasi dan inflamasi. Ruam-ruam kemerahan dan inflamasi di dalam dan di sekitar kanal folikular merupakan papule. Bintil atau pustule memiliki kesamaan dengan papule tetapi terdapat purulence yang nampak di pusat lesi. Nodul terjadi karena adanya gangguan dinding folikular dan melepaskan kandungan isinya di sekitar dermis.

Gambar. Patogenesis acne

II.3 Terapi Klinis dan Non Klinis Jerawat TERAPI KLINIS Begitu banyak produk antiacne yang beredar di pasaran saat ini. Tujuan umum dari terapi adalah untuk menghilangkan sumbatan sehingga sebum mampu mengalir secara bebas dan juga mengurangi jumlah bakteri pada kulit. Pengobatan karenanya harus mengurangi pembentukan komedo. Formulasi yang paling berguna adalah lotion, krim dan gel. Gel dengan basis alkohol kering dengan cepat dapat menimbulkan efek tetapi dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Pelembab non comedogenic dapat membantu jika kulit menjadi kering sebagai akibat dari pengobatan ini. Berikut adalah obat-obat yang dapat digunakan untuk terapi klinis a. Benzoil peroksida Benzoil peroksida memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan anticomedogenic dan merupakan lini pertama pengobatan OTC untuk jerawat yang bersifat inflamasi dan non-inflamasi. Aktivitas anti-inflamasi terjadi pada semua kekuatan. Aksi anticomedogenicnya rendah dan memiliki efek terbesar pada kekuatan yang lebih tinggi. Memiliki aksi keratolitik, yang meningkatkan pergantian sel-sel kulit, membantu kulit mengelupas. Aplikasi biasa dapat menyebabkan peningkatan jerawat ringan. Pada awalnya, benzoil peroksida sangat mungkin untuk menyebabkan kulit memerah dan nyeri, sehingga pasien harus diperingatkan.

Pengobatan harus dimulai dengan produk 2,5 atau 5,0%, bergerak secara bertahap dengan kekuatan 10,0% jika diperlukan. Gel dapat membantu pasien dengan kulit berminyak dan krim untuk mereka yang memiliki kulit kering. Mencuci kulit dengan sabun ringan atau produk pembersih dibilas dengan air sebelum menerapkan benzoil peroksida dapat membantu mengurangi jumlah sebum pada kulit. Benzoil peroksida mencegah pembentukan lesi baru bukannya menyusutkan lesi yang sudah ada. Oleh karena itu perlu diterapkan pada seluruh daerah yang terkena, bukan hanya untuk komedo, dan paling baik diterapkan untuk mencuci kulit. Selama beberapa hari pertama penggunaan, kulit cenderung memerah dan mungkin merasa sedikit sakit. Menyengat, pengeringan dan mungkin mengelupas. Peringatan harus diberikan bahwa efek seperti iritasi yang mungkin terjadi.

Salah satu pendekatan untuk meminimalkan nyeri dan kulit kemerahan adalah dengan memulai pemakaian kekuatan terendah pada krim, lotion atau gel dan penggunaan secara jarang selama minggu pertama pengobatan. Aplikasi sekali sehari atau pada hari alternatif bisa dicoba selama seminggu dan kemudian frekuensi penggunaan ditingkatkan menjadi dua kali sehari. Setelah 2 atau 3 minggu, penggunaan kekuatan yang lebih tinggi dapat mulai diterapkan. Jika efek iritan tidak membaik setelah 1 minggu atau lebih, penggunaan produk harus dihentikan. b. Keratolitik Lain Keratolytics lainnya termasuk asam salisilat dan kalium hydroxyquinoline sulfat. Obat-obat ini merupakan terapi lini kedua. c. Nicotinamide Nicotinamide topikal memiliki aksi anti-inflamasi yang ringan dan digunakan dua kali sehari. Terdapat bukti efektivitas yang terbatas. Efek samping mungkin termasuk kulit kering dan/atau iritasi. d. Antibakteri Telah tersedia sabun yang mengandung zat antiseptik seperti klorheksidin. Produk tersebut mungkin berguna dalam jerawat dengan menghilangkan lemak kulit dan mengurangi flora kulit. Namun terdapat bukti efektivitas yang terbatas.

PENGOBATAN KONTINYU Jerawat terkenal lambat untuk merespon pengobatan dan jangka waktu hingga sekitar 6 bulan mungkin diperlukan untuk didapatkannya manfaat yang maksimal. Sehingga umumnya keratolytics seperti benzoil peroksida memerlukan minimal pengobatan 6-8 minggu untuk dapat memberikan manfaat yang terlihat. Oleh karena itu pasien harus didorong untuk bertahan dengan pengobatan, baik dengan obat bebas atau produk resep, dan diberitahu untuk tidak merasa kecewa jika hasilnya tidak langsung. Penelitian telah menunjukkan bahwa banyak remaja memiliki harapan yang tidak realistis dari waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan yang terlihat, mungkin dibuat oleh iklan untuk beberapa perawatan. Pasien juga perlu memahami bahwa jerawat adalah kondisi kronis dan pengobatan secara berkelanjutan diperlukan untuk menjaga jerawat tetap dibawah kontrol.

TERAPI NON KLINIS

Pasien harus menghilangkan faktor yang dapat memperburuk jerawat. Pemahaman ini harus mempromosikan pencegahan terhadap penyakit serta kepatuhan terhadap terapi. Pasien yang memilih perawatan diri harus membersihkan kulit dengan sabun ringan atau sabun non-pembersih dua kali sehari. Penggunaan produk abrasif dan pembersihan lebih dapat memperburuk jerawat. Perawatan diri pilihan juga harus memperhatikan kadar air dari kulit. Dehidrasi dapat meningkatkan zat kimia inflamasi dalam sel dan dapat menyebabkan disfungsi dalam proses deskuamasi alami dari stratum korneum. Topical hidrokortison dan jerawat Penggunaan hidrokortison topikal merupakan kontraindikasi pada jerawat karena steroid dapat mempotensiasi efek dari hormon androgen pada kelenjar sebaceous, sehingga membuat jerawat lebih buruk. Make-up Make-up yang berat dan berminyak hanya dapat memperburuk jerawat. Jika makeup yang akan dikenakan berbasis air daripada foundation yang berminyak adalah yang terbaik, dan mereka harus dihapus secara menyeluruh sebelum tidur.

Konseling yang dapat diberikan kepada pasien acne Secara non medication 1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah sebum dan perubahan isi sebum dengan cara : a).Diet rendah lemak dan karbohidrat, meskipun ini masih diperdebatkan; b). Melakukan perawatan kebersihan kulit. 2. Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : a). Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olah raga sesuai kondisi tubuh hindari stres; b). Penggunaan kosmetika secukupnya, baikbanyaknya maupun lamanya; c) Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat;

d). Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi. 3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab, pencegahan, penatalaksanaan, serta prognosisnya 4. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak misalnya dengan minuman beralkohol, rokok, atau makanan pedas.

5. Menghindari polusi debu

Secara medication 1. Obat anti acne Obat-obat yang digunakan untuk terapi topikal kebanyakan mengandung unsur sulfur dan astrigen lainya. Benzoil peroksida 2,5-10% sangat aktif dalam melawan P-acnes.Obat ini bersifat komedolitik, karena obat ini mengandung antimikroba, antikomedo,dan efek antiinflamasi. Namun kerugian utamanya adalah dapat menyebabkan iritasi.Topikal eritromisin dan klindamisin juga sama efektifnya dengan benzoil peroksida. Obat terapi sistemik yang digunakan adalah tetrasiklin dan eritromisin. Namun demikian, penggunaan pada sistem gastrointestinal pada penggunaan ketika perut kosong akan mengakibatkan dampak yang buruk. Studi terbaru menyatakan bahwa doksisiklin, minosiklin, dan trimetroprim-

sulfametoksazol lebih efektif daripada tetrasiklin. 2. Suntik jerawat Merupakan serum suntik Injeksi untuk menyembuhkan jerawat membandel, tanpa harus menggunakan obat luar yang biasanya beresiko iritasi kulit 3. Mikrodermabrasi suatu teknik perawatan kulit wajah dengan cara abrasi atau pengelupasan kulit, diperuntukkan untuk penanganan bekas luka / parut dan hitam akibat jerawat dan akibat lainnya, serta kerusakan kulit akibat radiasi sinar UV. 4. Peeling proses pengelupasan kulit yang dipercepat melalui tindakan aplikasi secara kimia dengan tujuan untuk memperbaiki kerusakan ataupun kelainan kulit.

5. Photodynamic therapy (PDT) 6. Laser Eknik perawatan kulit dengan bantuan radiasi

You might also like