Professional Documents
Culture Documents
Admireza Perdana Putri 1102007006 Pembimbing : Letkol CKM Dr. Dian Andriani. SpKK Dr. Chasanah Gatam Joesoef,SpKK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RS TK II MOH. RIDWAN MEURAKSA PERIODE 17 Desember 19 Januari 2012
PENDAHULUAN
Reaksi Simpang Obat dibagi 2 : a) Reaksi dapat diduga ( Predictable) b) Reaksi yang tidak dapat diduga ( Unpredictable)
daerah mukokutan yang terjadi akibat pemberian obat yang biasanya sistemik . Gambaran khas dari EOA (erupsi obat alergik) adalah kecenderunganya untuk berulang ditempat lesi yang sama bila terpapar kembali dengan obat yang sama dengan jumlah dan luas lokasi meningkat setiap kali terpapar .
FAKTOR RESIKO
Jenis Kelamin
Sistem Imunitas
Usia Dosis Infeksi dan keganasan Atopik
ETIOLOGI
Obat-obatan yang dapat menimbulkan EOA :
-
Paracetamol / Phenacetin dan analgesik lain Tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, panmycin. Sulfonamid termasuk kotrimoxazol, sulfasalazin Asam asetilsalisilat / aspirin. Anti-inflamasi termasuk ibuprofen Penenang termasuk barbiturat, benzodiazepin dan chlordiazepoxide Hyosin butylbromida. Dapson Fenolfthalin (pencahar untuk sembelit) Kina dan lain-lain
Klasifikasi EOA :
Reaksi yang diperantarai oleh antibodi : a) IgE : Eritema, urtikaria, angioedema b) IgG : Purpura (vaskulitis), erupsi mobiliformis Reaksi yang diperantarai oleh sel : Fotosensitivitas Reaksi yang didasari mekanisme imunologis : a) Eksantema Fikstum b) Eritema Multiformis ( Stevens johnson Syndrome ) c) Nekrolisis Epidermal Toksik ( NET ) Reaksi tersangka alergi : Reaksi Jarisch-Herxheimer
IMUNOPATOGENESIS EOA
1 . Reaksi Imunologis ( reaksi hipersensitivitas ) - Fase Oksidasi-reduksi - Fase Konjugasi 2. Reaksi Non-Imunologis ( Pseudo Allergic)
GAMBARAN KLINIS
Urtikaria dan Angioedema Eritema Dermatitis Medikamentosa Purpura Erupsi Eksantemantosa Eritema Nodusum Eritroderma Erupsi Pustuler : Erupsi Akneiformis
Erupsi Pustulosis Eksantema Generalisata akut Erupsi Bulosa : Pemphigus Fixed Drug Eruption ( FDE )
edema akibat tertimbunnya serum dan disertai rasa gatal. Bila dermis bagian dalam dan jaringan subkutan mengalami edema, maka timbul reaksi yang disebut angioedema. Berhubungan dengan Ig-E sebagai suatu respon cepat terhadap penisilin maupun antibiotik lainnya Obat lain misalnya angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor juga dapat menyebabkan urtikaria.
ERITEMA
-Kemerahan pada kulit akibat melebarnya pembuluh darah.Warna merah akan hilang pada penekanan. Ukuran eritema dapat bermacam-macam. Jika besarnya lentikuler maka disebut eritema morbiliformis, dan bila besarnya numular disebut eritema skarlatiniformis.
Dermatitis Medikamentosa
Gambaran
klinisnya memberikan gambaran serupa dermatitis akut, yaitu efloresensi yang polimorf, membasah, berbatas tegas. Kelainan kulit menyeluruh dan simetris.
Purpura
Purpura ialah perdarahan di dalam kulit berupa kemerahan
pada kulit yang tidak hilang bila ditekan. Purpura dapat timbul bersama-sama dengan eritem dan biasanya disebabkan oleh permeabilitas kapiler yang meningkat.
ERUPSI EKSANTEMATOSA
Erupsi yang muncul dapat berbentuk makulopapuler. Awalnya
terjadi perubahan yang bersifat eksantematosa pada kulit tanpa didahului pustulasi di daerah leher dan menyebar ke bagian perifer tubuh secara simetris dan hampir selalu disertai pruritus.
Eritema Nodosum
Kelainan kulit berupa eritema dan nodus-nodus yang
nyeri disertai gejala umum berupa demam, dan malaise. Tempat perdileksi ialah di regio ekstensor tungkai bawah.
ERITRODERMA
eritema di seluruh tubuh atau hampir seluruh
tubuh yang pada penderita alergi obat skuama baru akan timbul pada stadium penyembuhan.
Erupsi Pustuler
1. Erupsi Akneiformis
Erupsi timbul pada daerah-daerah yang atipikal seperti lengan dan kaki berbentuk monomorf berbentuk akne tanpa disertai komedo
disertai purpura dan lesi menyerupai lesi target. Kelainan kulit timbul bila seseorang mengalami demam tinggi (>380C). Pustul tersebut cepat menghilang dalam jangka waktu kurang dari 7 hari kemudian diikuti deskuamasi kulit.
Erupsi Bulosa
1. Pemphigus
Dimulai dari urtikaria hingga terbentuk bulla yang luas dengan melibatkan kavitas mukosa mulut, dapat juga berupa beberapa bulla dalam ukuran sedang atau berupa plak dan nodul yang disertai skar dan bulla. Gangguan ini dapat muncul kembali pada 35-50 persen kasus sebagai pemphigus foliaceus
merah terang dan dapat berakhir menjadi suatu plak edematosa. Lesi biasanya akan muncul di daerah bibir, wajah, tangan, kaki dan genitalia.
REAKSI FOTOALERGIK
Gambaran klinis reaksi fotoalergik, yaitu
eritema, papula, vesikel, erosi, dan disertai rasa gatal dengan lokalisasi pada tempat yang terpajan sinar matahari dan dapat meluas ke daerah lain yang tidak terkena sinar matahari.
Eritema Multiforme
Eritema bulat atau oval dengan pusat berwarna ungu
kehitaman pada kulit yang berbentuk seperti sasaran tembak (lesi target/Iris) Terdapat dua jenis eritema multiforme, yaitu eritema multiforme minor tanpa gangguan sistemik dan eritema multiforme mayor dengan gangguan sistemik.
Lesi Target
SSJ
sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, mukosa orifisium (oral, konjunctiva, dan anogenital), dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
NET
penyakit kulit akut dan berat dengan gejala khas berupa
epidermolisis menyeluruh, disertai kelainan selaput lendir di orifisium genitalia eksterna dan mata. Kelainan kulit dimulai dengan makula dan papul eritematosa kecil disertai bula lunak (flaccid) yang dengan cepat meluas dan bergabung, kemudian timbul banyak vesikel disertai purpura di wajah, ekstremitas, dan badan.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis yang teliti mengenai:
Obat-obatan yang dipakai
Kelainan kulit yang timbul akut atau dapat juga
beberapa hari sesudah masuknya obat Rasa gatal yang dapat pula disertai demam yang biasanya subfebris.
Penatalaksanaan Umum Melindungi kulit. Hentikan pemakaian obat yang dicurigai menjadi penyebab erupsi . Lakukan pengawasan atas kemungkinan timbulnya erupsi yang lebih parah atau relaps . Menjaga kondisi fisik pasien, baik kondisi gizi dan nutrisi. Terapi tranfusi darah bila terapi obat-obatan tidak memberi perbaikan, khususnya pada kasus purpura yang luas.
2. Penatalaksanaan Khusus a) Sistemik - Kortikosteroid Obat kortikosteroid yang sering digunakan adalah prednison. Pada kelainan urtikaria, eritema multiforme, dermatitis medikamentosa, purpura, eritema nodosum, eritroderma, dan PEGA karena erupsi obat alergi. Dosis standar untuk orang dewasa adalah 3 x 10 mg sampai 4 x 10 mg sehari.
Anti Histamin Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat rasa gatal. Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang jika dibandingkan dengan kortikosteroid
berbanding 1:1:1 dalam 1 labu yang diberikan setiap 8 jam sekali. serta asupan kalori dan protein secara parenteral. Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh digunakan deksametason atau metilprednisolon intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
intravena diganti dengan tablet prednisone diberikan dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan lamanya 10 hari.
Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen maleat dapat diberikan dengan
dosis untuk usia 1 3 tahun 7,5 mg/dosis, untuk usia 3 12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 x sehari. Antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder hendaknya yang jarang menyebabkan alergi seperti siprofloksasin 2 x 400 mg iv, Klindamicyn 2 x 600 mg iv sehari, seftriakson 2 gram iv sehari 1 x 1.
Jika terapi belum tampak perbaikan selama 2 hari, maka berikan transfusi darah (whole blood) sebanyak
kasus dengan purpura luas dapat pula ditambahkan vit. C 500 mg atau 1000 mg sehari secara intravena.