You are on page 1of 34

TUGAS CRITICAL THINKING GRAND THEORY

Oleh : Kelompok 2 1. Nikmatul Fadilah 2. Merlyna Suryaningsih 3. Rista Fauziningtyas 4. Antonius Catur Sukmono 5. Dwi Sixteen Erawati Putri (131214153008) (131214153009) (131214153010) (131214153012) (131214153013)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TAHUN AKADEMIK 2012/2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan

kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan di dalam praktek keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan aplikasi unsur dan konsep dari beberapa teori dan model keperawatan yang di adopsi, digabung, dikembangkan serta dilaksanakan. Penerapan secara langsung filosofi teori dan grand teori dalam tatanan praktik keperawatan tidak mungkin dapat dialakukan. Karena teori tersebut masih terlalu luas dan perlu pengkajian yang mendalam. Namun teori-teori tersebut dapat digunakan untuk pengembangan munculnya teori baru yang dapat langsung diaplikasikan dalam tatanan praktek. Teori keperawatan ini sangat penting artinya bagi pengembangan profesionalisme keperawatan. Teori keperawatan ini berfungsi untuk membedakan ilmu keperawatan dengan disiplin ilmu yang lain, serta membantu menyampaikan pengetahuan dalam rangka memperbaiki praktek keperawatan. Oleh karena itu melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan mampu memberikan kontribusi yang besar dalam menelaah dan mengkaji grand theory agar mampu memberikan arti dalam ilmu dan praktek keperawatan.

1.2

Tujuan Makalah ini dibuat dengan tujuan : 1) Menjelaskan tinjauan teoritis Grand Theory 2) Menjelaskan tokoh yang termasuk dalam Grand Theory dan teorinya 3) Menjelaskan dan menelaah teori: a. Nola J. Pender b. Betty Neuman c. Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, & Marry Ann P. Swain d. Rosemarie Rizzo Parse

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1

Definisi Grand Theory Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari

meta theory, grand theory, middle range theory, dan practice theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit. Level ke empat dari teori tersebut (metatheory) adalah teori dengan level tertinggi dan dijelaskan dengan prefix meta, yang berarti perubahan pada posisi, diluar, pada level tertinggi, atau melebihi dan merujuk pada body of knowledge atau tentang suatu bidang pembelajaran seperti metamatematika (Krippendorf 1986 dalam Sell dan Kalofissudis, 2004). Walaupun meta theory sangat abstrak dan tidak mudah untuk diuji coba, meta theory menyediakan arti-arti, kalimat-kalimat, situasi struktur interkoneksi, dan bahkan observasi oleh perawat-perawat dalam skala global. Meta theory dapat terdiri dari beberapa grand theory, middle range theory, bahkan practice theory. Meta theory keperawatan adalah teori keperawatan tentang teori keperawatan. Meta theory dapat dikritik, terbatas, abstrak dan sangat sulit untuk diaplikasikan dalam praktik. Meta theory dalam keperawatan akan tampil sebagai superstruktur dengan aplikasi praktik ganda dan kesempatan tambahan untuk peneliti-peneliti guna penemuan grand theory, middle range theory, paradigma yang berhubungan, serta model-model dan mengeksplorasi bagaimana keperawatan merekonstruksi dan direkonstruksi. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah grand theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan. Fawcett (1995 dalam Sell dan Kalofissudis, 2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat di uji secara empiris.

Menurut Alligood (2010), Nursing Theories dibagai menjadi 4 tipe, yaitu tipe 1: Philosophies Theories, Tipe 2: Nursing Conceptual Models, Tipe 3: Nursing Theories, Tipe 4: Middle Range Theories. Grand theory disebut juga konseptual model, dalam hal ini termasuk Nursing Conceptual Models dan Nursing Theories. Alligood (2010)

mendefinisikan Nursing Conceptual Models adalah konsep-konsep dan hubungannya yang melihat secara spesifik dari fenomena dari

keperawatan. Nursing Theories mendeskripsikan, menjelaskan atau memprediksikan hubungan antara konsep-konsep dalam fenomena keperawatan. Nursing teori dikembangkan dari berbagai level abstraksi. Nursing Theories yang berada dalam level yang sama dengan Grand theory memiliki tingkat keabstrakan yang mendekati Nursing Conceptual Models yang menjadi acuan pengembangan nursing teori ini. Oleh karena itu ada beberapa literatur yang menyamakan Nursing Theories dan Nursing Conceptual Models. Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan dari kehidupan sosial, sejarah, atau pengalaman manusia. Pada dasarnya berlawanan dengan empirisme, positivisme atau

pandangan bahwa pengertian hanya mungkin dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat dan fenomena. (Skinner:1985) Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam The sociological imagination (1959) yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu peneorian yang tersusunan atas konsepkonsep yang diprioritaskan atas dapat mengerti dunia sosial. Fawcett (1995 dalam Sell dan Kalofissudis, 2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat di uji secara empiris. Grand theory menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda

terhadap sebuah fenomena keperawatan. (Fawcet, 2006 dalam Alligood, 2010) Bagan 2.1 Hierarki Teori Keperawatan
METAPARADIGM PERSON, ENVIRONMENT, NURSING, HEALTH Philosophies: Nigtingale Watson Benner

Conceptual Model

Johnsons Behavioral Systems Model Kings Geeral Systems Framework Levines Conservation Model Neumans Systems Model Orems Self Care Framework Rogers Science of Unitary Human Beings Roys Adaption Model

Grand Theories Leningers Theory of Culture Care Diversity & Universality Newmans Theory of Health as expanding Conciousness Parses Theory of Human Becoming Middle-Range Theories Orlandos Theory of Deliberative Nursing Process Peplaus Theory of Interpersonal Relations Watsons Theory Of Human Caring Modelling and Role Modelling Theory Marcers Maternal Role Attainment Theory

Middle-Range Theories Kings Theory of Goal Attainment

2.2 Tokoh-tokoh dalam Grand Theory 1. Myra Estrin Levine: The Conservation Model Levine menyampaikan bahwa interaksi manusia bersifat holistik, meliputi adaptasi dan konservasi. Dalam adaptasi meliputi historicity, specificity, dan redundancy. Lingkungan dalam konsep ini dibedakan menjadi lingkungan internal

(fisiologis & patofisiologi), dan lingkungan eksternal (persepsi, operasional, konseptual). Dalam proses adaptasi respon organism dibedakan menjadi menghadapi atau menghindar (fight or flight), respon inflamasi, respon terhadap stress, perceptual awareness. Pada fase konservasi perlu diperhatikan 4 hal yaitu : energy, integritas struktur, integritas individu, integritas social. Martha E Rogers : Unitary Human Being Praktek keperawatan profesional yang disampaikan Roger menekankan pada interaksi harmonis antara manusia dan lingkungannya untuk menguatkan integritas individu, dan menetukan pola interaksi manusia dengan lingkungannya untuk memaksimalkan potensi kesehatan. Roger memandang manusia secara utuh, terbuka, unindirectionality, pola & organisasi, sentence, dan pikiran. Area yang disampaikan Roger meliputi area energy dan area lingkungan. Area energy meliputi kesatuan sebagai system terbuka, pola, dan

2.

dimensional. Dorothea E. Orem : Self Care Defisit Theory of Nursing Orem mengembangkan 3 teori yaitu self care (dependen care), self care deficit, dan nursing system. Teori self care mengembangkan self care requisites baik yang universal, developmental, dan health deviation. Teori self care deficit menjelaskan bahwa self care deficit muncul jika self care demand lebih besar daripada self care agency, dan jika kondisi ini muncul diperlukan nursing agency, sebagaimana pada bagan dibawah ini :

3.

R Conditioni ng factor

Self care

R Conditioni ng factor Self care demand

R Self care agency <

Deficit R Conditioni ng factor Nursing agency R

Gambar 2.2 Bagan Model Orem Imogene M. King : Conceptual System King berpendapat bahwa manusia dipandang sebagai system individu, system interpersonal dan sistem social yang saling berkaiatan, sebagaimana gambar dibawah ini :
Social

4.

system
Interpersonal

system

Personal

system

Gambar 2.3 Bagan Model Imogene M. King

5.

Betty Neuman: System Model Teori model Betty Neuman menerapkan ide dari teori sistem umum tentang sifat dasar kehidupan sistem terbuka yang merupakan gabungan semua elemen yang berinteraksi dalam struktur organisasi tubuh kita yang kompleks. Konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep Health care system yaitu model konsep yang

menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistic dan pendekatan system terbuka. Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien, struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989) Sister Calista Roy: Adaptation Model Sister Calissta Roy mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit. Teori adaptasi Suster Calista Roy memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994). Model Adaptasi Roy berasumsi

6.

bahwa dasar ilmu keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy mengidentifikasikan 3 aspek dalam model

keperawatannya yaitu: pasien sebagai penerima layanan

keperawatan, tujuan keperawatan dan intervensi keperawatan. Masing-masing aspek utama tersebut termasuk didalamnya konsep keperawatan, manusia, sehat-sakit, lingkungan dan adaptasi. Konsep adaptasi diasumsikan bahwa individu merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar individu (Roy & Andrews, 1991 dalam Araich, 2001). Dengan Model Adaptasi Roy, perawat dapat meningkatkan penyesuaian diri pasien dalam menghadapi tantangan yang berhubungan dengan sehat-sakit, meningkatkan penyesuaian diri pasien menuju adaptasi dan dalam menghadapi stimulus. Dorothy Johson : Behavioral System Model Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari 2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yang

7.

berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang diakatan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terjadap lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu kesimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit. Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.

10

8.

Anne Boykin and Savina O.Scoenhofer : The theory of Nursing as Caring : A model for transforming practice Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat sebagai disiplin ilmu dan profesi. Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu, namun tidak semua perilaku manusia mencerminkan caring (Julia, 1995). Nola J. Pender : Health Promotion Model Karakteristik dan pengalaman individu yang mempengaruhi tindakan kesehatan (Pender, 2000 dalam Tomey & Alligood, 2010) (1) Perilaku terdahulu (2) Faktor Personal a. Faktor biologis personal b. Faktor psikologis personal c. Faktor sosiokultural (3) Melihat manfaat tindakan (4) Melihat hambatan tindakan (5) Melihat kekuatan diri (self efficacy) (6) Sikap yang berhubungan dengan perilaku (7) Pengaruh interpersonal (8) Pengaruh situasional (9) Komitmen terhadap rencana (10) (11) Kebutuhan dan pilihan lain yang mendesak. Perilaku promosi kesehatan

9.

Perilaku promosi kesehatan, merupakan perilaku akhir yang diharapkan atau hasil dari sebuah pengambilan keputusan kesehatan untuk mencapai kehidupan yang optimal, produktif dan terpenuhinya kebuttuhan personal.

11

Gambar 2.4 Health Promotion Model 10. Medeleine M. Leininger: Transcultural Nursing Keperawatan keperawatan transkultural yang berfokus adalah pada suatu analisis pelayanan dan studi

pebandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007). Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh klien (Parker, 2001).

12

Gambar 2.5 Model Sunrise 11. Margaret A Newman 1. Kesehatan Kesehatan adalah pola dari seluruh manusia dan termasuk sakit yang dimanifestasikan secara menyeluruh dalam kehidupan yang berkelanjutan, menyangkut penyakit dan nonpenyakit, ekspilasi pola yang mendasari individu & lingkungan. Sebagai suatu proses perkembangan kesadaran diri dan lingkungan bersama-sama dengan peningkatan kemampuan untuk mempersepsikan alternatif dan berespon dalam berbagai cara. 2. Pola Pola adalah informasi yang menggambarkan individu secara holistic dan memahami arti hubungan satu dengan yang lain. Pola ini sebagai pedoman untuk melengkapi yang sudah ada, dan menyatukan segala perbedaan. Pola ini yang menjadi identitas individu sebagai particular person. Dalam teori Helath as expanding consciousness, Newman

mengemukakan bahwa pola adalah salah satu konsep

13

mayornya. Ini digunakan untuk memahami individu sebagai manusia secara menyeluruh. Newman menjelaskan

paradigm shift yang terjadi di pelayanan keperawatan mulai perawatan gejala penyakit, menemukan pola dan memaknai pola tersebut. 3. Kesadaran Kapasitas informasional system dan kemampuan sistem berinteraksi dengan lingkungannya. Kesadaran tidak hanya berfokus pada kemampuan kognitif dan afektif tetapi juga kesinambungan system kehidupan termasuk pemeliharaan psikokimia dan proses perkembangan yang beepengaruh pada system imun. Newman mengidentifikasi 3 hubungan antara waktu, gerakan dan ruang sebagai manifestasi pola secara keseluruhan. 4. Gerakan ruang waktu Newman menyatakan bahwa ini penting untuk menjelaskan perubahan ruang dan waktu secara bersama-sama sebagai emerging pattern of consciousness dari pada menjelaskan secara terpisah. 12. Rosemarie Rizzo Parse :Humanbecoming Dalam teori ini Parze membahas lebih dalam mengenai pedidkan keperawatan. Parze menjelaskan bahwa perawat membutuhkan pengetahuan yang unik berdasarkan proses praktik dan penelitian keperawatan dan ilmu keperawatan untuk memenuhi komitmen terhadap klien. Parze membangun Humanbecoming dari 3 prinsip yaitu: 1. Meaning 2. Rhithmicity 3. Transcendent 13. Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, Marry Ann P. Swain

14

Teori dan paradigma model & Role-model dikembangkan menggunakan retroductive proses, dengan menggunakan dasar teori Maslow (kebutuhan manusia), Erikson, Piaget (teori perkembangan kognitif), Engel, Selye (kehilangan dan respon stress individu), and M. Erickson. Erickson menyampaikan bahwa dalam diri manusia terhadapat hubungan antara pikirantubuh, manusia juga mempunyai kemampuan mengidentifikasi sumber potensial untuk mengatasi stress. Erickson

menjelaskan hubungan antara tingkat kebutuhan dan proses perkembangan, kebutuhan kepuasan dan pencapaian tujuan, kehilangan & kondisi sakit, sehat & rasa puas. Tomlin dan Swain menfasilitasi dan mewujudkan model praktek Erickson, serta mengembangkan fenomena dan hubungan teori tersebut. Winnicott, Klein, Mahler dan Bowlby mengintegrasikan antara model perkembangan dan menambahkan konsep AffiliatedIndividu (AI). Teori ini mengidentifikasi hubungan antara keterikatan objek (object attachment) dan kebutuhan rasa puas (need satisfaction), artinya jika objek/individu berulangkali menemukan/terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka

keterikatan/hubungan antara keduanya terjalin. Selanjutnya disimpulkan bahwa kehilangan/tidak tersedianya objek

menyebabkan deficit kebutuhan dasar. Sintesa teori-teori sebelumnya dan integrasi hasil observasi klinis dengan pengalaman Erickson dikembangkan menjadi Model penilaian potensi adaptasi/the Adaptive Potential Assessment Model (APAM) yang berfokus pada kemampuan individu untuk menggunakan sumber-sumber yang ada untuk mengatasi stress sampai dengan proses adaptasi.

15

14. Gladys L. Husted and James H.Husted : Symphonological Bioethical Theory Teori ini menyatakan bahwa simfonologi adalah sebuah sistem yanag berdasarkan etik dalam terminologi dan syarat dari sebuah kesepakatan. Dalam teori ini mengacu pada lingkup, agency, konteks, kesepakatan lingkungan, sehat, keperawatan, pasien dan hak. Simfonologi dapat tercapai apabila seorang perawat atau agent, mampu menggunakan pendidkan dan pengalamannya dalam memandirikan pasien apabila dia mampu. Tindakan

keperawatan tidak akan dapat terlaksana apabila tidak ada perawat dan pasien, Tidak akan ada interaksi perawat apabila tidak ada interaksi (Husted & Husted, 2001 dalam Alligood 2010)

16

BAB 3 PEMBAHASAN Nola J. Pender: Teori Health Promotion Model A. Konsep Dasar Health Promotion Model Nola J Pander Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Tujuan dari teori ini adalah membantu perawat dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang sebagai bekal untuk melakukan konseling promosi gaya hidup sehat. Pada prinsipnya model ini menekankan pada 2 teori sebagai berikut : 1. Expectancy value theory (teori nilai pengharapan) Setiap individu mempunyai nilai harapan tertentu dalam dirinya tentang perilaku kesehatan yang ingin dicapai. Harapan tersebut bersifat rasional dan ekonomis sehingga individu akan tetap berusaha untuk mencapai dan mempertahankan harapan tersebut. Individu tidak akan melakukan suatu tindakan yang tidak berguna dan tidak bernilai bagi dirinya dan tidak akan melakukan kegiatan walaupun kegiatan tersebut menarik bagi dirinya jika dirasakan tidak mungkin kegiatan teersebut dicapainya. Dua hal pokok dalam nilai harapan ini adalah : a) hasil tindakan bernilai positif, b) melakukan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang diinginkan (Pender, 2011) 2. Social Cognitive Theory (teori social kognitif) Teori ini menjelaskan tentang interaksi antara pikiran, perilaku dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada pentingnya proses kognitif dalam merubah perilaku seseorang. Terdapat 3 macam kepercayaan diri dalam teori ini : a) Self attribution (pengenalan diri), b) Self evaluation (evaluasi diri) untuk memotivasi diri dan mengatur perilaku serta lingkungan, c) Self efficacy (kemajuan diri) merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang

3.1

berkembang melalui pengalaman, belajar dan pengalaman orang lain.

17

B. Konsep Mayor a. Manusia Organisme biopsikososial yang merupakan bagian dari lingkungan, namun juga berperan dalam menciptakan lingkungan, sehingga hubungan antara manusia dan lingkungan bersifat reciprocal (timbal balik). Karakteristik individu dan pengalaman hidup membentuk perilaku kesehatan seseorang. b. Lingkungan Merupakan bentuk fisik, cultural dan social dimana kehidupan berlangsung yang dapat dimanipulasi oleh individu untuk menciptakan kondisi positif yang dapat memfasilitasi pencapaian perilaku kesehatan c. Keperawatan Kolaborasi antara individu, keluarga dan komunitas untuk mencapai lingkungan yag gi kehidupan manusia d. Kesehatan Dalam konteks individu diartikan sebagai aktualisasi diri melalui perilaku yang diharapkan, pemenuhan kebutuhan perawatan diri, dan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Kesehatan merupakan pengalaman hidup yang berkembang. e.Sakit Peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi dalam kehidupan, dapat berlangsung dalam jangka waktu pendek (akut) atau panjang (kronis) yang menyebabkan individu terhalang atau justru mencari kesehatan.

C.

Asumsi Mayor dari Model Promosi Kesehatan (HPM)

1) Manusia mencoba menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana mereka dapat mengekspresikan keunikannya. 2) Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya. 3) Manusia menilai perkembanngan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas. 4) Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.

18

5) Individu merupakan mahluk biopsikososial yang kompleks, berinteraksi dengan lingkungannya secara terus-menerus, menjelmakan lingkungan yang diubah secara terus-menerus. 6) Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya. 7) Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku.

D.

Proposisi Model Promosi Kesehatan

1) Perilaku sebelumnya dan karakterustik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan. 2) Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya. 3) Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata. 4) Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan dan perbuatan dari perilaku. 5) Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan pada perilaku kesehatan spesifik. 6) Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil positif. 7) Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak. 8) Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada. 9) Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi ksehatan. 10) Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan

19

11) Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. 12) Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukkan perilaku yang diharapkan ketika seseorang mempunyai control yang sedikit dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia. 13) Komitmen pada rencana kegiatan kurang menunjukkan perilaku yang diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih suka pada perilaku yang diharapkan. 14) Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan tersebut.

E.

Penjelasan Bagan Health Promotion Model Model Promosi Kesehatan telah mengalami revisi pada tahun 2002. Pada

Model Revisi ini menekankan pada 10 kategori determinan dari perilaku promosi kesehatan. Model ini menyediakan paradigm untuk pengembangan model.

Keterangan :

20

Model HPM revisi menjelaskan tentang variable-variabel yang berdampak pada perilaku kesehatan seseorang, antara lain sebagai berikut : 1) Karakteristik dan pengalaman individu (1) Perilaku terdahulu Pengulangan perilaku terdahulu dapat mempengaruhi perilaku promosi kesehatan secara langsung dan tidak langsung. Perilaku terdahulu tersebut menjadi factor predisposisi perilaku kesehatan yang dipilih pada saat ini. (2) Faktor Personal Faktor ini dikategorikan menjadi biologis, psikologis dan

sosiokultural. Faktor-faktor ini menjadi prediktif dari perilaku yang diterapkan dan terbentuk dari perilaku yang diharapkan. a) Faktor biologis personal, meliputi : umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh. Status pubertas, status menopause, kapasitas aerobic, kekuatan, kecerdasan dan keseimbangan. b) Faktor psikologis personal, meliputi : kepercayaan diri, motivasi diri, kompetensi personal, perilaku kesehatan dan definisi kesehatan. c) Faktor sosiokultural personal, meliputi : ras, suku, penyesuaian diri, pendidikan dan status ekonomi. 2) Variabel perilaku dan sikap spesifik yang disadari (1) Melihat manfaat tindakan, merupakan hasil positif yang diharapkan dari perilaku kesehatan yang dilakukan. (2) Melihat hambatan tindakan, merupakan segala sesuatu yang dapat menghambat perilaku kesehatan seperti biaya terlalu mahal, tidak ada waktu dsb. (3) Melihat kekuatan diri (self efficacy), merupakan kemamuan seseorang untuk memutuskan menggunakan atau menghindari perilaku promosi kesehatan yang akan dilakukan. Self efficacy mempengaruhi hambatan terhadap suatu tindakan,sehingga self efficacy yang tinggi berdampak pada hambatan yang rendah dan sebaliknya. (4) Sikap yang berhubungan dengan perilaku, mendeskripsikan perasaan yang positif dan negative subyektif yang terjadi sebelum, selama maupun setelah perilaku berdasarkan pada stimulus perilaku tersebut.

21

Sikap ini mempengaruhi self efficacy, sehingga semakin positif perasaa subyektif berdampak pada self efficacy yang tinggi. (5) Pengaruh interpersonal, merupaka kesadaran terhadap perilaku, kepercayaan atau sikap dari orang lain. Pengaruh interpersonal meliputi norma, dukungan social, role model. Sumber primer dari pengaruh interpersonal antara lain keluarga, kelompok dan penyedia layanan kesehatan. (6) Pengaruh situasional, merupakan kesadaran dan persepsi personal terhadap situasi yang dihadapi yang berdampak pada perilaku. Pengaruh situasional meliputi persepsi saat menghadapi pilihan, karakteristik kebutuhan, dan estetika lingkungan yang memungkinkan perilaku kesehatan dapat diterapkan. 3) Hasil Perilaku (1) Komitmen terhadap rencana, merupakan maksud dan tujuan dari seseorang untuk membuat strategi perencanaan agar dapat menerapkan perilaku kesehatan secara optimal. (2) Kebutuhan dan pilihan lain yang mendesak. Kebutuhan lain yang mendesak merupakan perilaku alternative dari seseorang yang mempunyai control lemah dikarenakan adanya lingkungan yang memungkinkan seperti pekerjaan aau tanggung jawab terhadap keluarga. Pilihan lain yang mendesak merupakan perilaku alternative dari seseorang dengan control yang tinggi, seperti memilih es krim atau apel untuk snack. (3) Perilaku promosi kesehatan, merupakan perilaku akhir yang

diharapkan atau hasil dari sebuah pengambilan keputusan kesehatan untuk mencapai kehidupan yang optimal, produktif dan terpenuhinya kebutuhan personal. E. Pembahasan Kelompok: :

Kelebihan Teori

Teori HPM menjelaskan secara lengkap mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan oleh perawat. Konsep ini menjelaskan mengenai perilaku klien dalam pengambilan keputusan

22

kesehatan melalui promosi kesehatan. Keputusan kesehatan ini berupaya untuk mencapai kehidupan yang optimal, produktif dan terpenuhinya kebutuhan personal. Teori ini sangat sesuai digunakan untuk pengembangan keperawatan keluarga dan komunitas. Kelemahan Teori :

Dalam konsep ini lebih menekankan pada perubahan perilaku seseorang dilihat dari diri pasien. Teori ini menitik beratkan pada tindakan promosi kesehatan, aitu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan klien Teori ini belum mempertimbangkan kondisi sakit klien pada saat berada di tatanan pelayanan ruamah sakit. Faktor kondisi fisik klien pada saat sakit tidak dibahas pada teori HPM ini. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam kondisi sakit tidak dijelsakan dalam teori HPM.

3.2

BETTY NEUMAN A. Latar Belakang Betty Neuman Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian di Lowel, Ohio. Dia anak kedua dari 3 bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Ketika berumur 11 tahun bapaknya meninggal setelah 6 tahun dirawat karena CRF. Pujian bapaknya terhadap perawat mempengaruhi pandangan Neuman tentang perawat dan komitmennya menjadi perawat terbaik yang selalu dekat dengan pasien. Neuman pertama kali memperoleh pendidikan pada People Hospital School of Nursing sekarang General Hospital Akron di Akron, Ohio tahun 1947. Neuman menerima gelar BS pada keperawatan Kesehatan Masyarakat tahun 1957 dan MS Kesehatan Masyarakat serta Konsultan Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari Universitas California LA. Tahun 1985 Neuman menyelesaikan PHD dalam bidang Clinical Psychology dari Universitas Pasific Western (Tomey dan Alligood, 2002)

23

B.

Penjelasan Teori

Gambar 3.1 Teori Model Betty Neuman

Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien, struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989). Berikut ini akan diuraikan tentang masing-masing variable: 1. Stressor Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil.

24

Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut : a. Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmun b. Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran c. Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial politik.

2. Garis pertahanan dan perlawanan Garis pertahanan menurut Neumans terdiri dari garis pertahanan normal dan garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain itu ada berbagai stressor yang dapat menginvasi garis pertahanan normal jika garis pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi. maka sistem klien akan bereaksi dengan menampakan adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat

25

penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor. Sedangkan garis perlawanan menurut Neumans merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense). Misalnya mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines of resistance efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.

3. Tingkatan pencegahan Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier. a. Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi: promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup. b. Pencegahan sekunder. Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian. c. Pencegahan Tersier Pencegahan ini dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk

26

memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.

4. Sistem klien Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus definisi masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka mengalami pertukaran energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stres merupakan komponen dasar dari sistem terbuka. Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue (Tomey & Alligood, 1998). Klien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam sistem tersebut. Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya, komunitasnya, bahkan lingkungan sosialnya. Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien merupakan cerminan secara wholistik dan multidimensional (Fawcett, 2005). Dimana secara wholistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-masing dalam mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari. Perubahan istilah dari Holistik menjadi Wholistik untuk meningkatkan pemahaman terhadap orang secara keseluruhan. Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik, sehingga sakit atau kematian.tan atau stabilitasasi system. perubazhan dapat mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari klien berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-kebutuhan sistem telah terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidakharmonisan diantara bagian-

27

bagian dari system, hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.

5. Struktur dasar Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabelvariabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagianbagian sistem.

6. Intervensi Intervensi merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.

7. Rekonstitusi Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense ke tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Model Sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian di masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas sebagai sistem klien.

28

B.

Pembahasan Kelompok:

Kelebihan : Teori ini menyatakan bahwa klien adalah sebagai suatu sistem yang terdiri dari sistem fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual. Cakupan ini sesuai dengan definisi keperawatan, Neuman sudah memperhatikan klien sebagai manusia secara holistik. Dalam teori ini Neuman melihat bahwa kondisi klien dapat menjadi tidak stabil apabila terjadi gangguan pada garis pertahanan dan perlawanan. Teori Neuman menitik beratkan pada tindakan pencegahan untuk menjaga garis pertahanan klien dengan mengurangi stressor. Kelemahan : Dalam teori ini titik beratnya hanya pada 3 tingkat tindakan pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Secara terperinci Neuman belum mencakup kondisi klien pada saat sakit dan berada di rumaha sakit. Praktik tatanan pelayanan rumaha sakit belum tergambar jelas dalam teori ini.

3.3 A.

Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, & Marry Ann P. Swain Penjelasan Teori Teori dan paradigma model & Role-model dikembangkan menggunakan

retroductive proses, dengan menggunakan dasar teori Maslow (kebutuhan manusia), Erikson, Piaget (teori perkembangan kognitif), Engel, Selye (kehilangan dan respon stress individu), and M. Erickson. Erickson

menyampaikan bahwa dalam diri manusia terhadapat hubungan antara pikirantubuh, manusia juga mempunyai kemampuan mengidentifikasi sumber potensial untuk mengatasi stress. Erickson menjelaskan hubungan antara tingkat kebutuhan dan proses perkembangan, kebutuhan kepuasan dan pencapaian tujuan, kehilangan & kondisi sakit, sehat & rasa puas. Tomlin dan Swain menfasilitasi dan mewujudkan model praktek Erickson, serta mengembangkan fenomena dan hubungan teori tersebut. Winnicott, Klein, Mahler dan Bowlby mengintegrasikan antara model perkembangan dan menambahkan konsep Affiliated-Individu (AI). Teori ini mengidentifikasi hubungan antara keterikatan objek (object attachment) dan

29

kebutuhan rasa puas (need satisfaction), artinya jika objek/individu berulangkali menemukan/terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka keterikatan/hubungan antara keduanya terjalin. Selanjutnya disimpulkan bahwa kehilangan/tidak tersedianya objek menyebabkan deficit kebutuhan dasar. Sintesa teori-teori sebelumnya dan integrasi hasil observasi klinis dengan pengalaman Erickson dikembangkan menjadi Model penilaian potensi adaptasi/the Adaptive Potential Assessment Model (APAM) yang berfokus pada kemampuan individu untuk menggunakan sumber-sumber yang ada untuk mengatasi stress sampai dengan proses adaptasi. Teori APAM (1) dan hubungan dinamis pada status APAM (2) dapat digambarkan sebagai berikut : (1)
Equilibrium : adaptive/maladaptif Stressor Aurosal

(2)
Equilibrium

Impoverishment

Stressor Coping Stressor Stress Aurosal Stress

Coping

Impoverishment

Gambar 3.2 Teori APAM

Teori ini telah dicobakan dalam bentuk klasifikasi model untuk memprediksi status kesehatan, lama rawat inap, dan berkaitan dengan status kebutuhan dasar.

30

Saat teori Role-Modelling sebagai acuan, wawancara digunakan untuk memperkirakan tipe klien yang ada di dalam keperawatan, ada 7 terminologi yang digunakan : 1. Penyebab masalah yang unik/berbeda pada tiap ndividu 2. Factor yang berhubungan juga unik/berbeda pada tiap individu 3. Ekspektasi masa yang akan datang 4. Types of perceived control 5. Affiliasi 6. Rendahnya affiliasi 7. Kepercayaan pada pemberi perawatan (care giver) Teori ini mengasumsikan paradigma perawat, individu, kesehatan dan lingkungan sebagai berikut : 1. Perawat adalah faslitator, bukan afektor. Hubungan perawat klien bersifat interaktif, merupakan proses interpersonal yang membantu individu untuk mengidentifikasi, menggerakkan, dan mengembangkan kekuatan diri untuk mencapai status optimal baik kesehatan dan kehidupannya. 2. Teori ini membedakan antara pasien dank lien. Pasien adalah yang diberi perlakuan dan instruksi, sedangkan klien adalah yang mampu

berpartisipasi dalan perawatannya sendiri. Klien adalah tujuan dari aktifitas perawat. 3. Kesehatan adalah kondisi sehat baik fisik; mental; dan social tidak hanya dimaknai dengan tidak adanya penyakit. Kesehatan adalah kondisi keseimbangan yang dinamis antara beberapa subsistem (manusia holistic) 4. Lingkungan diartikan sebagai sub system social yang berinteraksi antara individu dengan individu yang lain, atau antara individu dengan budaya. Stressor biofisik dipandang sebagai bagian adri lingkungan Model pada teori ini didefinisikan sebagai proses dimana perawat mengembangkan sesuatu pada dirinya dengan menggunakan : 1) imajinasi dan pemahaman berdasarkan bahasa/kalimat klien, 2) imajinasi dan perkembangan pemahaman klien kedalam kerangka pikir dan perspektif klien. Modeling terjadi saat perawat menerima dan memahami kliennya. Role-Model terjadi saat perawat merencanakan dan melaksanakan intervensi yang unik bagi kliennya.

31

Keperawatan adalah bantuan yang holistic pada seseorang yang melakukan aktifitas perawatan dirinya berhubungan kesehatannya. Keperawatan adalah proses interaksi, interpersonal proses yang menguatkan nurturance untuk perkembangan dan mengkaitkan sumber-sumber koping individu dalam siklus dengan lingkungannya. Tujuan dari keperawatan untuk mencapai kondisi optimum dalam kesehatan dan contentment. Nurturance mengabungkan dan meintegrasikan prose kognitif, fisiologis, dan afektif, dimana bantuan terhadap klein untuk bergerak menuju kesehatan yang holistic. Pada teori ini perkembangan hidup meliputi tahap psikologis dan kognitif. Sedangkan makna perawatan diri (self care) terdiri dari penggunaan pengetahuan, sumber-sumber, dan aksi. Pengetahuan perawatan diri adalah level dimana sesorang mengetahui apa yang membuat dia sehat atau sakit, memunculkan atau kehilangan efektifitasnya, atau apa yang meningkatkan atau mempengaruhi pertumbuhannya. Sumber-sumber perawatan diri adalah sumber internal yang dapat digunakan untuk melawan, mempertahankan, dan

meningkatkan level kesehatan yang holistic. Tindakan perawatan diri adalah perkembangan dan gabungan antara pengetahuan dan sumber-sumber perawatan diri. C. Pembahasan Kelompok:

Kelebihan : Pada awal pemahaman teori terlihat sederhana namun isinya ternyata kompleks beirisi berberapa teori yeng telah mempunyai asumsi masing-masing. Teori ini dapat diaplikasikan pada semua bidang garap keperawatan baik keperawatan, praktik klinik, dan penelitian. Pada teori ini lebih menekankan pada perawtan diri klien yanga merupakan bidanag garap utama dari asuahan keperawatan, serta kondisi psikologis dan kognitif klien. Secara jelas teori ini telah mengkaji secara mendalam proses adapatasi klien terhadap stressor, serta bagaimana mekanisme koping klien dalam mengahadapai stressor. Teori ini sudah menjelasakan hubungan perawat dengan pasien adalah merupakan hubungan interpersonal yang sifatnya unik. Kelemahan :

32

Dalam segi pelayanan keperawatan teori ini sudah mencakup hampir seua bidanag garap keperawatan, Namun teori ini sama sekali tidak memnjelasakan mengenai pendidikan keperawatan.

33

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, R et all. 2010. Nursing Fudamental:Caring & Clinical Decisions Making. 2nd. Ed. New York : Delmar Cengage Learning

Skinner,Q.1985. The Return of Grand Theory in the Human Sciences.-:Cambridge

Tomey, A.M & Martha R.G. 2010. Nursing Theorist and Their Work 7th.Ed.Missouri:Elsevier Inc.

34

You might also like