You are on page 1of 86

UJI AKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA BAKAR EKSTRAK METANOL DAUN KAYU COLOK (Samanea saman) DALAM BENTUK SEDIAAN

KRIM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Oleh AHMAD ALWY NIM. 70100108007

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2012

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau di buat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum. Makassar, 24 Juli 2012 Penulis,

Ahmad Alwy NIM. 70100108007

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul Pengruh Konsentrasi Etanol terhadap Penjerapan Nifedipin pada Formula Ethosome yang disusun oleh Rizal, NIM: 70100108073, mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam Ujian Sidang Skripsi yang diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 24 Juli 2012 bertepatan dengan 4 Ramadhan 1433 H dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi. Makassar, 24 Juli 2012 M 4 Ramadhan 1433 H DEWAN PENGUJI: : Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH., MH. Kes. (....) : Drs. Wahyudin G, M.Ag. : Isriany Ismail, S.Si., M.Si, Apt. () () () () ()

Ketua Sekretaris Pembimbing I

Pembimbing II : Gemy Nastity Handayani, S.Si, M.Si., Apt. Penguji I Penguji II : Surya Ningsi, S.Si., Apt. : Drs. Dudung Abdullah, M.Ag.

Diketahui oleh: Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, M.PH., MH. Kes NIP. 19530119 198110 1 001

KATA PENGANTAR Alhamdulillah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah swt., Tuhan semesta alam yang telah memberi banyak berkah kepada penulis, diantaranya keimanan dan kesehatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nyalah penulis menyerahkan diri dan menumpahkan harapan, semoga segala aktivitas dan produktivitas penulis mendapatkan limpahan rahmat dari Allah swt. Salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad saw., keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam. Agama yang diridhoi oleh Allah swt. Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang terealisasi dalam bentuk skripsi sebagai pedoman untuk menambah wawasan keilmuan ke depannya. Penulis sangat menyadari bahwa apa yang terurai sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, namun bagi penulis penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral dan material dari semua pihak. Oleh karena itu ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibundaku tercinta Hj. Maryam Malik dan Ayahandaku Almarhum KH. Andi Baharuddin Zuhra BA yang memberikan doa, bimbingan, curahan kasih sayang, serta motivasinya yang senantiasa mengiringi penulis dalam setiap langkah. Terima kasih pula kepada kakakku Zuhriah S.Pt, M.Si, St Fakhirah,S.EI, Aswirah, S.Pd.I, Hamrah,S.Pd

dan Baso Hilmy,S.Pd.I serta keluarga besarku atas segala perhatian dan dukungannya selama ini. Terima kasih pula kepada Bapak/ Ibu : 1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT,MS., Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan dukungan demi selesainya skripsi ini. 2. Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH.,MH.Kes., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas dukungan dan arahannya. 3. Fatmawaty Mallapiang, SKM, MKes., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas segala arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. 4. Wahyuddin G, M.Ag., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi. 5. Gemy Nastity Handayani S.Si., M.Si., Apt., Ketua Prodi Farmasi dan sebagai pembimbing pertama dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak berkontribusi besar dalam menyelesaikan skripsi. 6. Isriany Ismail, S.Si., M.Si., Apt., Pembimbing kedua atas segala arahan dan bimbingannya yang meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7. Haeria S.Si., M.Si. Sekretaris Jurusan Farmasi sekaligus penguji kompetensi yang senantiasa memberikan arahannya. 8. Dr. Abdullah, S.Ag, M.Ag., Penguji agama yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

9.

Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si, Apt. Selaku penasehat akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan mengarahkan dalam

penyempurnaan skripsi penulis. 10. Dosen dan seluruh staf Jurusan Farmasi atas curahan ilmu pengetahuan dan segala bantuan yang diberikan kepada penulis sejak menempuh pendidikan farmasi, melaksanakan penelitian hingga selesainya skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan laboran, atas masukan dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian. Kakak-kakak mahasiswa Farmasi angkatan 05, 06, 07, teman-teman 08, adik-adik 09, 010, dan 011 atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan pendidikan. Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar kiranya perjuangan penulis dalam penyelesaian skripsi ini dapat menjadi amal saleh dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, namun besar harapan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk kebaikan Ummat. Semoga Allah swt., selalu melindungi kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.

Makassar, 24 Juli 2012 Penulis,

Ahmad Alwy NIM. 70100108007

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ..................... i ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

......................................................... iii

................................................................................... iv

.................................................................................................. vii .......................................................................................... ix ..................................................................................... x

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK ABSTRACT

..................................................................................................... xi ................................................................................................... xii .............................................................................. 1 1 4 4 5 6 6 6 8 8 9 9 10 12 13 14 14 15 16 16 17 19

BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.

Latar Belakang ............................................................................. Rumusan Masalah ........................................................................ Tujuan Penelitian .......................................................................... Manfaat Penelitian ....................................................................... ...................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit ................................................................ a. Epidermis ....................................................................................... b. Dermis ........................................................................................... c. Subkutis ......................................................................................... B. Luka Bakar ......................................................................................... a. Definisi Luka Bakar ....................................................................... b. Derajat Luka Bakar ........................................................................ c. Patofisiologi .................................................................................... d. Proses Penyembuhan Luka Bakar ................................................... e. Penyebab Infeksi Luka Bakar ......................................................... f. Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar . g. Penanggulangan Luka Bakar .......................................................... C. Tanaman Kayu Colok (Samanea saman) ............................................ a. Sistematika Tanaman Kayu Colok ................................................. b. Morfologi Tanaman ....................................................................... c. Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman ......................................

D. Krim ..................................................................................................... a. Emulgator ....................................................................................... b. Pembuatan Emulsi .......................................................................... E. Penyarian ........................................................................................... a. Metode Penyarian .......................................................................... b. Ekstraksi ......................................................................................... c. Maserasi .......................................................................................... F. Uraian Hewan Coba ........................................................................... a. Klasifikasi Tikus Putih ................................................................... b. Sifat-sifat ....................................................................................... G. Islam dan Kesehatan .......................................................................... a. Kedudukan Obat dalam Islam ........................................................ b. Islam dan Teknologi Pengobatan ................................................... c. Penyembuhan Luka Bakar dalam Islam .......................................... d. Peristiwa Pembakaran Nabi Ibrahim .............................................. e. Kedudukan Gizi sebagai Penunjang Pengobatan dalam Islam ........ BAB III METODE PENELITIAN

19 21 25 26 26 27 27 28 28 28 29 30 31 34 35 37

................................................................ 39 39 39 40 40 40 41 42

A. Alat dan Bahan ................................................................................... B. Penyiapan Hewan Uji .......................................................................... C. Metode Kerja ....................................................................................... 1. Penyiapan sampel .......................................................................... 2. Ekstraksi ........................................................................................ 3. Pembuatan sediaan krim ............................................................... 4. Pengujian efek penyembuhan luka bakar .....................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 45 A. Hasil Penelitian ................................................................................. 45 B. Pembahasan ...................................................................................... 45 BAB V KESIMPULAN ................................................................................ 52

A. Kesimpulan ........................................................................................ 52 B. Saran .................................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rancangan Formula Krim Daun Kayu Colok (Samanea saman) dengan variasi konsentrasi ekstrak 2. Rata-rata Efek Penyembuhan Luka Bakar 3. Perubahan Diameter Luka Bakar

Halaman

......................................... 41 ......................................... 45

....................................................... 56 ................................................ 57

4. Persentase Penyembuhan Luka Bakar 5. Efek Penyembuhan Luka Bakar

......................................................... 58

6. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Mulai Penutupan Luka ...... 59 7. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel 8. RAL, Hubungan antara Formula ................................................ 60 dan Kecepatan Mulai

Penutupan Luka

................................................................................. 61

9. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Luka Tertutup 100% ......... 62 10. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel 11. RAL, Hubungan antara ................................................ 63 dan Kecepatan Luka

Formula

Tertutup 100%

................................................................................... 64

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 2. 3. 4. 5. Halaman

Skema Kerja Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman) .................. 53 Skema Kerja Pembuatan Krim ................................................................ 54 ........................ 55 ............................ 65

Skema Kerja Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar Foto Pohon dan Daun Kayu Colok (Samanea saman)

Foto Sediaan Krim Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dan Kontrol Negatif ................................................................................ 66 ................................................................................. 66 .................................................................. 67 ................................................................ 67 ...................... 68 ........... 68

6. 7. 8. 9.

Foto Bioplacenton

Foto Alat Penginduksi Panas Foto Tikus saat Dinduksi Pana

Foto Pengukuran Diameter Luka Bakar pada Tikus Putih

10. Foto Tikus Putih yang Lukanya dibalut dengan Kain Kasa Steril 11. Foto Hari Pertama Luka Bakar pada Tikus Putih

.................................... 69 ........................ 69

12. Foto Luka Bakar pada Saat Mengalami Pembengkakan 13. Foto Luka Bakar pada Saat Luka Sembuh

............................................... 70 ................................ 70

14. Foto Saat Bulu Kembali Tumbuh pada Tikus Putih

ABSTRAK Nama Penulis NIM Judul Skripsi : Ahmad Alwy : 70100108007 : Uji Aktifitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk Sediaan Krim

Telah dilakukan penelitian terhadap aktifitas penyembuhan luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim yang diujikan pada tikus putih jantan. Tujuannya agar dapat mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman). Metode yang digunakan adalah ekstraksi sampel dengan cara maserasi dan krim luka bakar dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu 2%, 4%, dan 8%. Di samping itu juga digunakan basis krim sebagai kontrol negatif dan Bioplacenton sebagai kontrol positif, selanjutnya kulit punggung tikus putih jantan dilukai dengan penginduksi panas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diberi krim dengan kandungan ekstrak 2% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 15, krim dengan kandungan ekstrak 4% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 14, sedangkan krim dengan kandungan ekstrak 8% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 12. Dari hasil uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat disimpulkan bahwa krim yang memberikan efek penyembuhan luka bakar paling baik adalah sediaan krim ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) kandungan ekstrak 8%.

ABSTRACT Author Name NIM Thesis title : Ahmad Alwy : 70100108007 : Activity Test of Combustio Healing by Methanol Extract of Kayu Colok Leaf (Samanea saman) in cream preparations form

Researched on combustio healing activity of methanol extract of kayu colok leaf (Samanea saman) in cream dosage forms are tested on white male rats. The goal is to be aware of the healing effects of combustio from the methanol extract of kayu colok leaf (Samanea saman). The using method is the sample extraction with maceration and combustio cream made in 3 concentrations are 2%, 4%, and 8%. In addition to the cream base was also used as negative controls and Bioplacenton as a positive control, then the back skin of male white rats injured by a hot conductor. The results showed that the group given the extract cream containing 2% show healing effect on average on day 15, the cream containing extracts of 4% gives the average treatment effect on day 14, whereas the cream containing extracts of 8% give the average healing effect on day 12. From the results of statistical tests Completely Randomized Design (CRD) and the Smallest Real Differences Test (LSD) can be concluded that the cream that gives the effect of combustio healing is the best dosage of methanol extract cream of kayu colok leaf (Samanea saman) extract content 8%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah, tempat kerja, bahkan di jalan atau tempat-tempat lain. Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain (Effendi, 1999: 1). Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian beratnya luka bakar tergantung pada dalam, luas, dan daerah luka (Syamsuhidayat, 1997: 72). Luka bakar yang terjadi dapat menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, sayatan, dan lain-lain). Hal ini disebabkan karena pada luka bakar sering terdapat keadaan seperti ditempati kuman dengan patogenesis tinggi, terdapat banyak jaringan mati, mengeluarkan banyak air dan serum, terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma), serta memerlukan jaringan untuk menutup (Effendi, 1999: 4). Pohon Colok (Samanea saman) merupakan tanaman yang oleh masyarakat Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan sering digunakan batangnya sebagai kayu bakar. Di samping itu, getah yang dikeluarkan dari hasil pembakaran kayu dipercaya dapat menghilangkan

bekas luka, serta daunnya biasa direndam dan air hasil rendamannya dimandikan kepada bayi untuk menjaga kulit bayi dari penyakit kulit. Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok (Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka. Sedangkan flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai antiseptik (Prasad et al, 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih, 2008: 2). Salah satu penanganan luka bakar yaitu mencegah adanya mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan beberapa sediaan krim luka bakar mengandung bahan alam yang berefek antibakteri seperti ekstrak daun nanas (Ananas comosus), ekstrak daun senduduk (Melastoma malabathricum), ekstrak daun binahong (Anredera scandens) (Pujilestari, 2007: 20; Simanjuntak, 2008: 19; Ardiyanto, 2009:2). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Raghavendra menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) konsentrasi 0,002% dalam 106 CFU/ml mampu menghambat Escherichia coli dengan zona hambat 8,87 mm, Staphylococcus aureus dengan zona hambat yaitu 18,37 mm, Pseudomonas aeruginosa dengan zona hambat 10,18 mm dan zona hambat 9,75 mm pada Streptococcus faecalis (Raghavendra et al, 2008: 2)

Penggunaan esktrak daun kayu colok (Samanea saman) sebagai obat luka bakar belum maksimal, karena penggunaannya yang kurang praktis jika harus disiapkan dan dioleskan langsung dengan simplisia utuh atau ekstraknya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu formula yang dapat memudahkan penggunaannya seperti krim. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2008: 513). Tipe M/A merupakan tipe krim yang baik, karena mudah dicuci. Apabila dioleskan pada kulit akan mengalami penguapan sehingga konsentrasi bahan obat akan naik dan mendorong penyerapannya ke jaringan kulit. Pasien lebih memilih M/A karena penyebarannya lebih baik dan penguapan airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit. Krim A/M mempunyai sifat lebih berminyak dan viskositasnya lebih besar daripada M/A (Aulton, 1988: 1234). Kemampuan ekstrak daun kayu colok (Samanea saman) dalam menghambat mikroba bentuk ekstrak murni mungkin berbeda jika ekstrak tersebut diformulasi dalam bentuk sediaan krim karena pengaruh basis. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang Uji Aktifitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk Sediaan Krim dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman).

Allah swt. dalam Al-Quran Surah Al-Sajadah ayat 27 menjelaskan bahwa berbagai tumbuhan diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia. Manusia tidak dibenarkan hanya menikmati apa yang diciptakan oleh Allah tanpa mau berfikir dan berusaha untuk meningkatkan nilai tambah ciptaanNya serta mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim? 2. Berapa konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim yang memiliki aktifitas terhadap penyembuhan luka bakar terbaik? 3. Bagaimana pandangan Islam tentang pemanfaatan tanaman untuk pengobatan? C. Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan formula sediaan krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman). 2. Mengetahui konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) yang memiliki aktifitas penyembuhan luka bakar yang setara dengan sediaan luka bakar dengan merek dagang. 3. Mengetahui kedudukan tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam Islam untuk menunjang kesehatan.

D. Manfaat Penelitian 1. Pemanfaaan bahan alam sebagai alternatif pengobatan luka bakar. (praktis) 2. Mendapatkan formula krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman). (praktis)
3. Meningkatkan penggunaan ekstrak tumbuhan untuk pengobatan. (teoritis) 4. Sebagai bahan referensi tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam

Islam untuk menunjang kesehatan. (teoritis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Kulit Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit berfungsi sebagai sistem epitel pada tubuh untuk menjaga keluarnya substansi-substansi penting dari dalam tubuh dan masuknya substansi-substansi asing ke dalam tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa-senyawa obat atau bahan yang berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksik. Secara mikroskopik, kulit tersusun dari berbagai lapisan yang berbeda-beda, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun alas pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan lapisan jaringan di bawah kulit yang berlemak atau yang disebut lapisan hypodermis (Sany, 2009: 4). a. Epidermis Sratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin. Stratum lusidum, selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum. Stratum granulosum,

stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma dengan butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum. Stratum spinosum/stratum akantosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena selselnya berduri. Stratum basa/germinativum, disebut stratum basal karena selselnya terletak di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan selsel yang diatasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit), dan epidermis menonjol ke arah kerium (Syaifuddin, 2003: 25).

b. Dermis Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan: bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papikularis dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut: serabut kolagen, serabut elastik, dan serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alas tersebut (Syaifuddin, 2003: 26). c. Subkutis Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Selsel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).

Guna penikulus adiposus adalah sebagian shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah Subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot (Syaifuddin, 2003: 26). B. Luka Bakar a) Definisi Luka Bakar Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003: 4). Stratum korneum diduga merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Beberapa lapis dari sel mati berkeratin sangat hidrofil dan banyak mengembang bila tercelup dalam air. Hal ini menjaga permukaan kulit tetap halus dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum hilang, kulit akan menjadi kering dan bersisik. Meskipun lapisan film lipid bukan sebagai mantel penutup yang menolak air, tapi dapat membantu menahan air agar tetap tinggal dalam kulit (Anief, 1997: 73). Bila terjadi dehidrasi stratum korneum sampai kira-kira di bawah 10% air akan menimbulkan celah dan membuka jalan bagi substansi iritan dan mikroorganisme masuk ke dalam kulit. Hilangnya stratum korneum memberi jalan penguapan (evaporasi), kekurangan komponen sel, dan terjadinya penetrasi substansi asing tanpa ada halangan (Anief, 1997: 74).

Berat ringan luka bakar, ditinjau dari kedalaman dan kerusakan jaringan ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain penyebab dan lama kontak. 1. Penyebab Kerusakan jaringan disebabkan api lebih berat dibandingkan air panas, kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan selain menimbulkan luka bakar, juga menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Bahan kimia, terutama menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang

menyebabkan gangguan proses penyembuhan (Moenadjat, 2003: 301). 2. Lama Kontak Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003: 301). b) Derajat Luka Bakar Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pejanan suhu tinggi (Syamsuhidayat, 1997: 82). Derajat luka bakar dibagi menjadi tiga:

1) Luka Bakar Derajat Satu Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis. Luka tampak sebagai eritema, kemerahan, keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat misalnya tersengat sinar matahari. Luka bakar ini biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan sembuh tanpa bekas (Syamsuhidayat, 1997: 83). 2) Luka Bakar Derajat Dua Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, dijumpai pula dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi (Moenadjat, 2003: 5). a. Derajat Dua Dangkal (Superficial) Kerusakan mengenai bagian superficial dan dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih utuh. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari (Moenadjat, 2003: 5). b. Derajat Dua Dalam (Deep) Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea sebagian kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu satu bulan (Moenadjat, 2003: 5).

3) Luka Bakar Derajat Tiga Kerusakan meliputi kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada kaji elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, karena itu untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri (Syamsuhidayat,1997: 83). c) Patofisiologi Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Effendi, 1999: 5). Luka bakar dapat mengakibatkan syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpejankan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia, meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem, menimbulkan gelembung berisi cairan (bula) dengan membawa serta elektrolit sehingga volume cairan intravaskuler berkurang. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan (Syamsuhidayat, 1997: 83).

Apabila luka bakar tidak steril maka sering terjadi kontaminasi pada kulit yang mati. Kontaminasi kulit yang mati tersebut merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi karena itu penanganan luka bakar dengan antiseptik topikal dianjurkan (Syamsuhidayat, 1997: 83). d) Proses Penyembuhan Luka Bakar Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupaan kembali jaringan (Simanjuntak, 2008: 35): 1) Fase Inflamasi Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan.

2) Fase Proliferasi Fase profliferasi disebut juga fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibrolas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat kolagen yang mepertautkan tepi luka. 3) Fase Penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan perupaan kembali jaringan yang terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. e) Penyebab Infeksi Pada Luka Bakar Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada luka bakar yaitu Streptococcus atau Stafilococcus serta mikroorganisme gram negatif. Mikroorganisme tersebut terdapat pada folikel rambut dan kelenjar keringat yang akan membentuk koloni-koloni pada luka bakar yang belum memperoleh pengobatan awal dengan antibiotika topikal (Moenadjat, 2003: 322). f) Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar Faktor yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka bakar, baik pengaruh positif maupun negatif sehingga luka dihadapkan pada kemungkinan mengalami penyembuhan spontan. Faktor internal seperti

usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses metabolisme khususnya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses

penyembuhan. Faktor eksternal lebih ditekankan pada perlakuan terhadap luka, dengan penatalaksanaan yang tepat akan menyebabkan proses penyembuhan berjalan sebagaimana mestinya. Sebaliknya dengan penatalaksanaan yang tidak tepat akan terjadi konversi luka bakar derajat II dangkal menjadi II dalam, luka bakar derajat II dalam menjadi derajat III dan seterusnya, atau bahkan kematian jaringan (Moenadjat, 2003: 325). g) Penanggulangan Luka Bakar a. Terapi Non Obat Penanganan pada terapi ini dilakukan dengan memberikan kompres dingin menggunakan es atau direndam dalam air dingin. Hal ini harus dilakukan setelah kejadian. Pakaian dibuka kecuali yang melekat pada luka bakar. Luka bakar derajat I tidak memerlukan pembalutan atau pengobatan. Rasa sakit dapat dikurangi dengan pemberian emolient seperti vaselin. Luka bakar derajat II dapat diberi kompres dengan larutan garam pekat dan dapat diberikan pembalut. Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa harus segera ditangani, sebaiknya dibawa ke Rumah sakit. Kepada korban kebakaran tingkat III ini pasien biasanya diberikan oksigen melalui sungkup muka (masker) untuk menghadapi efek dari karbon monooksida (Rahman, 2010: 18).

b. Terapi Obat Luka bakar yang dapat diobati sendiri yaitu luka bakar ringan dengan tidak mengenai bagian tubuh yang penting. Misalnya daerah leher, muka dan genitel. Prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Obat yang digunakan adalah yang mengandung Neomicyn sulfat, placenta extra, atau yang mengandung Perak sulfadiazin. Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Sediaan Antiseptik yang biasa digunakan adalah rivanol, alkohol, yodium, dan sebagainya. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS (Anti Tetanic Serum) dan atau toksoid. Analgesik diberikan apabila penderita kesakitan (Suratman, 1996: 2; Rahman, 2010: 19). C. Tanaman Kayu Colok (Samanea saman) a. Sistematika Tanaman Kayu Colok (Samanea saman) Kedudukan kayu colok (Samanea saman) dalam taksonomi : Kingdom Divisio Class : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida

Ordo Familia Genus Spesies

: Fabales : Fabaceae : Samanea : Samanea saman

Kayu Colok (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika tengah dan Amerika selatan sebelah utara, yang telah diintroduksi oleh banyak negara tropis. Di tempat barunya mempunyai beberapa nama dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East Indian Walnut, Saman Tree, dan False Powder Puff. Di Negara sub tropis dikenal dengan nama: Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis). Di beberapa Negara Asia pohon ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India) (Nuroniah, 2010: 4). Di Indonesia umumnya jenis ini dikenal dengan nama trembesi, dengan nama daerah seperti Kayu colok (Sulawesi Selatan), Ki hujan (Jawa Barat) dan Munggur (Jawa Tengah). b. Morfologi Tanaman Tanaman ini aslinya berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko, Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai daerah tropis dan subtropis. Spesies ini sudah tersebar di kisaran iklim yang luas, termasuk diantaranya equator dan monsoon yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000 mm pada ketinggian 0-300 m dpl. Kayu Colok dapat bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, suhu 20-

38C dimana suhu maksimal saat musim kering 24-38C dan suhu minimal saat musim basah 18-20C. Pertumbuhan optimum pada kondisi basah dimana hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang luas. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4) meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainasi yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Staples, 2006: 5). Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter setinggi dada mencapai 1-2 m. Kanopinya dapat mencapai diameter 30 m. Pohon ini membentuk kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran horisontalnya lebih besar dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka. Pada kondisi penanaman yang lebih rapat, tingginya bisa mencapai 40 m dan diameter kanopi lebih kecil. Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel (12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna (putih di bagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang berserbuk. Ratusan kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi kanopi pohon sehingga pohon terlihat berwarna pink. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, umumnya hanya satu bunga perkelompok yang dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan, dan setelah tua akan segera jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji yang berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong terbuka. Biji

memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah begitu kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara mengumpulkan polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga tebuka. Dalam satu kilogram terdiri atas 4400-7000 biji. Biji dapat disimpan kering pada suhu 0-3C dalam kotak tertutup (Staples, 2006: 6). c. Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok (Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka.

Sedangkan flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai antiseptik (Prasad et al, 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih, 2008: 2). D. Krim Emulsi yang dikenal dengan istilah lotion atau krim, merupakan bentuk sediaan yang paling sering digunakan. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan terlarut terdispersi ke dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi yang relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari

emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih dianjurkan untuk penggunaan kosmetika atau estetika (Anonim, 1995: 6). Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama lain. Di mana cairan yang satu terdispersi ke dalam cairan yang lain dan untuk memantapkannya ditambahkan emulgator (Voight, 1995: 398). Sistem emulsi banyak digunakan dalam farmasi, dapat dibedakan antara emulsi cairan, yang ditetapkan untuk pemakaian dalam (emulsi minyak ikan, emulsi parafin) dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainnya, di mana yang satu menunjukkan karakter hidrofil, yang lain lipofil. Fase hidrofil umumnya adalah air atau suatu cairan yang dapat bercampur dengan air, sedangkan fase lipofil adalah minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, apakah fase hidrofil yang terdispersi ke dalam lipofil ataukah fase lipofil yang terdispersi ke dalam fase hidrofil (Voight, 1995: 399). Pada formulasi krim ada dua tipe emulsi yang digunakan yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M). Pemilihan basis didasarkan atas tujuan penggunaannya dan jenis bahannya yang akan digunakan (Lachman, 1994: 1030). Faktor-faktor yang menentukan apakah akan terbentuk emulsi A/M atau M/A tergantung pada dua sifat kritis yaitu terbentuknya butir tetes dan terbentuknya rintangan antarmuka. Bila emulgator hanya dapat larut atau

lebih suka air (sabun, natrium, tween) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A. Tetapi bila emulgator hanya dapat larut atau lebih suka minyak (sabun kalsium, span) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A (Anief, 1999: 27). Pada formulasi krim masing-masing basis, memiliki keuntungan pada penghantaran obat. Basis yang dapat dicuci dengan air adalah M/A yang dikenal dengan krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini. Vanishing cream diberi istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya krim sebelumnya. Hilangnya krim ini dari kulit dan pakaian dipermudah oleh minyak dalam air yang terkandung di dalamnya. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah. Karena bahan pembawa minyak dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut. Pembawa jenis vanishing cream merupakan contoh yang mewakili emulsi M/A, sedangkan basis serap umumnya A/M (Lachman, 1994: 1030). a. Emulgator Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dalam lapisan kuat yang mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdisperso (Parrot, 1974: 313). 1. Pembagian Emulgator Berdasarkan struktur kimianya, emulgator diklasifikasikan menjadi (Gennaro, 1990: 300. Liebermen, 1988: 1091) :

a) Emulgator Alam 1. Emulgator alam yang membentuk film multimolekuler, misalnya akasia dan gelatin. 2. Emulgator alam yang membentuk film monomolekuler, misalnya lesitin, kolesterol. 3. Emulgator yang membentuk film berupa artikel padat misalnya bentonit dan vegum. b) Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film monomolekuler. Kelompok bahan aktif permukaan ini dibagi menjadi anionik, kationik, dan nonionik. Tergantung dari muatan yang dimiliki oleh surfaktan. 1. Anionik Surfaktan ini memiliki muatan negatif. Contoh bahannya yaitu kalium, natrium, dan garam ammonium dari asam laurat dan asam oleat yang larut dalam air dan merupakan bahan pengemulsi M/A yang baik. Bahan ini mempunyai rasa yang kurang menyenangkan dan mengiritasi saluran cerna sehingga dibatasi

penggunaannya hanya untuk bagian luar. 2. Kationik Aktifitas permukaan bahan kelompok ini terletak pada kation yang bermuatan positif. pH dari sediaan emulsi dengan pengemulsi kationik yaitu antara 4-8.

Rentang pH juga menguntungkan karena masuk ke dalam pH normal kulit. Contohnya senyawa ammonium kuartener. 3. Nonionik Surfaktan yang sangat luas penggunaannya sebagai bahan pengemulsi karena memiliki kesinambungan hidrofilik dan lipofilik dalam molekulnya. Tidak seperti tipe anionik dan kationik, emulgator non ionik tidak dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit. Contoh yang paling banyak digunakan adalah gliseril, ester asam lemak sorbitan (span) dan turunan

polioksietilennya (tween). 2. Mekanisme Emulgator Berdasarkan mekanisme kerjanya, emulgator dibagi menjadi beberapa bagian yaitu (Gennaro, 1990: 300) : a) Adsorbsi Momonolekuler Surfaktan atau amfibil menurunkan tegangan antarmuka karena teradsorbsi pada antarmuka minyak air membentuk film monomolekuler. Film ini membungkus tetes terdispersi dengan suatu lapisan tunggal yang seragam berfungsi mencegah bergabungnya tetesan. Idealnya film ini harus fleksibel sehingga membentuk kembali jika pecah atau terganggu.

b) Adsorbsi Multimolekuler Koloid hidrofil terhidrasi dapat dianggap sebagai bahan aktif permukaan karena terdapat pada antarmuka minyak air tetapi berbeda dengan surfaktan sintetik. Koloid hidrofil tidak menyebabkan penurunan tegangan antarmuka yang nyata tetapi membentuk film multimolekuler pada antarmuka tetesan. Aksi sebagai emulgator kuat terutama sehingga disebabkan mencegah oleh film yang Film

dibentuknya

koalesensi.

multimolekuler ini bersifat hidrofilik sehingga cenderung membentuk minyak dalam air. c) Adsorbsi Partikel Padat Partikel padat yang dibagi halus yang terbasahi oleh minyak dan air dapat bertindak sebagai emulgator membentuk suatu film partikel halus di sekeliling tetes terdispersi pada antarmuka sehingga mencegah koalesensi. 3. Sistem Keseimbangan Hidrofilik-Lipofilik Hydrofhilic-Lyphophilic Balance adalah harga yang harus dimiliki oleh sebuah emulgator sehingga pertemuan antara fase lipofil dengan air dapat menghasilkan emulsi dengan tingkat dispersitas dan stabilitas yang optimal (Voight, 1995: 407). Suatu emulgator dengan HLB tinggi adalah lebih mudah larut dalam air dan akan membentuk tipe emulsi M/A. Sebaliknya surfaktan

dengan HLB rendah akan membentuk tipe emulsi A/M serta lebih mudah larut dalam minyak (Anief, 1999: 30). Emulgator sering dikombinasikan untuk menggunakan emulsi yang lebih baik yaitu emulgator dengan keseimbangan hidrofilik dan lipofilik yang diinginkan, melainkan kestabilan dan sifat kohesi dari lapisan antarmuka serta mempengaruhi konsistensi dan penampakan emulsi (Gennaro, 1990: 300). Emulgator dengan nilai HLB di bawah 7 umumnya menghasilkan emulsi air dalam minyak (A/M), sedangkan emulgator dengan nilai HLB di atas 7 umumnya menghasilkan emulsi minyak dalam air (M/A). Tetapi sistem HLB tidak memberikan indikasi tentang konsentrasi yang digunakan. Sebagai aturan, emulgator dengan konsentrasi 2% adalah jumlah yang cukup dalam suatu formula walaupun konsentrasi yang lebih kecil dapat memberikan hasil yang lebih baik. Jika konsentrasi emulgator lebih dari 5% maka emulgator akan menjadi bagian utama dari formula dan hal ini bukanlah tujuan dari penggunaan emulgator (Martin, 1971: 34). b. Pembuatan Emulsi Tahap awal dalam pembuatan emulsi adalah pemilihan

pengemulsi. Agar berguna dalam preparat farmasi. Zat pengemulsi mempunyai kualitas tertentu. Dalam sediaan krim, pengemulsi dapat bersifat anionik, kationik, dan nonionik. Dalam ukuran kecil, preparat pengemulsi dapat dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh

ahli farmasi di apotek. Ketiga metode tersebut adalah metode kontinental, metode inggris, dan metode botol. Dalam metode pertama, zat pengemulsi dicampur dengan minyak sebelum penambahan air. Metode kedua, zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (dimana zat pengemulsi tersebut larut) agar membentuk mucilage, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi. Metode botol digunakan untuk minyak-minyak yang kurang kental dan merupakan variasi dari metode pertama dan kedua (Ansel, 2008: 379). E. Penyarian a. Metode Penyarian Penyarian merupakan pemindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Cairan pelarut dalm proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung (Septiningsih, 2008: 24).

b. Ekstraksi Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikan pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun hewan lebih larut dalam pelarut organik. Proses ekstraksinya zat aktif dalam tanaman adalah : pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Fachruddin, 2001: 19). c. Maserasi Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung bengosin, trias dan lilin.

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari, ditutup, kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari, disaring ke dalam wadah penampung kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Fachruddin, 2001: 20). F. Uraian Hewan Coba a. Klasifikasi Tikus Putih (Agus, 2008: 3) Kingdom Filium Kelas Ordo Familia Genus Spesies b. Sifat-sifat Tikus atau rat (Rattus novergicus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat : Animalia : Chordata : Mamalia : Rudentia : Muridae : Rattus : Rattus novergicus

dan cocok untuk berbagai macam penelitian di laboratorium ataupun sebagai hewan kesayangan. Tikus putih yang berasal dari Asia Tengah dan tidak ada hubungannya dengan Norwegia seperti yang diduga dari namanya. Seperti halnya mencit, terdapat tikus germ free, gnotobiotik dan spesifik pathogen free di samping yang biasa (conventional). Tikus terutama yang muda memiliki jaringan lemak berwarna cokelat di bagian leher sampai scapula yang jumlahnya berkurang setelah 14 dewasa. Tikus dapat dikandang bersama dalam satu kelompok besar yang terdiri dari jantan dan betina dari berbagai tingkat tanpa terjadinya perkelahian yang berarti. Tikus dapar hidup lebih dari tiga tahun dan produktif untuk berkembangbiak selama lebih dari sembilan bulan atau sampai usia satu tahun (Nurliah, 2010: 13). G. Islam dan Kesehatan
Allah swt. menciptakan makhluk-Nya dengan memberikan cobaan dan

ujian, lalu menuntut konsekuensi kesenangan, yaitu bersyukur dan konsekuensi kesusahan, yaitu sabar. Semua ini bisa terjadi dengan Allah membalikkan berbagai keadaan manusia sehingga peribadahan manusia kepada Allah menjadi jelas. Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa musibah, penderitaan dan penyakit merupakan hal yang lazim bagi manusia dan semua itu pasti menimpa mereka (Yazid, 2011). Hal ini untuk mewujudkan peribadahan kepada Allah semata, serta untuk melihat siapa yang paling baik amalnya.

Hal tersebut sesuai firman Allah swt. Q.S. Al Mulk (67) ; 2 :

Terjemahnya : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Penyakit merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Sesungguhnya, cobaan-cobaan itu merupakan Sunnatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Ketahuilah, Allah tidak menetapkan sesuatu, baik berupa takdir kauni (takdir yang pasti berlaku di alam semesta ini) atau syari, melainkan di dalamnya terdapat hikmah yang amat besar, sehingga tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia. Berbagai cobaan, ujian, penderitaan, penyakit dan kesulitan, semua itu mempunyai manfaat dan hikmah yang sangat banyak. a. Kedudukan Obat dalam Islam Obat atau syifa merupakan zat yang berfungsi untuk memberikan suplemen bagi tubuh untuk meregenerasi sel yang rusak dan

menyembuhkan penyakit. Perkembangan zaman juga meningkatkan jumlah penyakit yang menyerang manusia. Penyakit tertentu ada yang sudah diketahui obatnya dan ada pula yang belum diketahui. Namun, Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya melewati batas kemampuan mereka. Setiap penyakit pasti ada obatnya, seperti sabda Rasulullah Saw Islam sangat menganjurkan untuk memperhatikan tentang pengobatan baik itu dari segi keharusan berobat dan hukum bahan-bahan

yang digunakan dalam berobat. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Zubair, dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda :

.
Artinya : Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin Allah Azza wa jalla. [HR. Muslim]. Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari penyakit. Penyakit yang dialami manusia terdiri dari penyakit rohani dan penyakit jasmani (Faiz, 1991: 324). Penyakit jasmani sering muncul karena dipicu faktor penyakit rohani seperti berlebihlebihan dalam makanan atau malas mengkonsumsi zat-zat gizi seperti vitamin dan sebagainya. b. Islam dan Teknologi Pengobatan Islam memandang ilmu pengetahuan dan tehnologi pengobatan sebagai cabang dari ilmu pengetahuan untuk memahami secara ilmiah dari cara pengobatan dengan memperhatikan bagaimana cara seseorang untuk merancang suatu obat yang lebih baik digunakan bagi manusia dengan meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Pengetahuan semacam ini merupakan karunia yang sangat besar dari Allah swt., sehingga kita harus

terus berusaha untuk menggali ilmu-ilmu pengobatan. Hal ini disebutkan dalam Firman Allah swt. dalam surah Al Baqarah (2) : 269

Terjemahnya : Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendakiNya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.. Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa dia akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maksudnya ialah bahwa Allah mengaruniakan hikmah kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan kepada siapa-siapa yang dikehendaki-Nya di antara hambaNya, sehingga dengan ilmu dan dengan hikmah itu ia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara was-was setan dan ilham dari Allah swt. Alat untuk memperoleh hikmah itu ialah akal yang sehat dan cerdas, yang dapat mengenal sesuatu berdasarkan dalil-dalil dan buktibukti, dan dapat mengetahui sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya. Dan barang siapa yang telah mencapai hikmah dan pengetahuan yang demikian itu berarti dia telah dapat membedakan antara janji Allah dan bisikan setan. Lalu dipercayainya janji Allah dan dibuangnya bisikan setan itu.

Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa siapa yang telah memperoleh hikmah dan pengetahuan semacam itu, berarti ia telah memperoleh kebaikan yang banyak, yaitu kebaikan di dunia ini dan kebaikan di akhirat kelak. Ia tidak mau menerima bisikan-bisikan jahat dari setan bahkan ia menggunakan segenap pancaindra, akal dan pengetahuannya untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang batil, mana yang petunjuk Allah dan mana yang bujukan setan. Kemudian ia berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Pada akhir ayat ini Allah swt. memuji orang-orang yang berakal dan mau berpikir. Mereka inilah yang selalu ingat dan waspada serta dapat mengetahui apa-apa yang bermanfaat serta dapat membawanya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Al-Darda ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:

Artinya: Allah telah menurunkan penyakit dan penawarnya, dan dan Dia telah menentukan setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri dengan menggunakan obat-obatan sekuatmu, tetapi jangan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas dilarang" (HR. Abu Dawud). Al-Quran dan Hadis merupakan pedoman untuk melakukan berbagai pengobatan, agar tidak keluar dari syariat Islam. Terapi pengobatan dan doa tidak dapat dipisahkan, kesembuhan yang sebenarnya hanya berasal dari-Nya. Namun, doa saja tentu tidak cukup tetapi harus

ada upaya pengobatan, misalnya pengobatan tradisional ataupun secara pengobatan medis. Doa dan pengobatan fisik perlu disinergikan, karena keduanya saling mendukung satu sama lain. Berkaitan dengan hal ini, Aisyah rahimahullah ta'ala meriwayatkan: "Ketika Rasulullah menderita sakit, dia membaca surat Mu'awwidzatain dalam hatinya dan

meniupkannya ke bagian-bagian yang sakit. Ketika penyakitnya semakin parah, aku membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan memukulkan secara perlahan pada bagian yang sakit tersebut melalui tangannya sendiri dengan harapan mendapat hidayat-Nya" (HR. Abu Dawud). Tetapi, bukan berarti semua penyakit yang mendapat pengobatan dari Rasulullah. Dia juga amat konsekuen untuk menyerahkan sesuatu pekerjaan kepada ahlinya. c. Penyembuhan Luka Bakar dalam Islam Dalam Islam, dikenal beberapa cara pengobatan untuk

menyembuhkan penyakit. Diantaranya, penyembuhan dengan air, bekam, doa, dan obat-obat tradisional. Manusia dapat hidup tanpa obat-obatan. Akan tetapi, tidak seorang pun yang bisa hidup tanpa air. Karena lebih dari setengah (57 %) tubuh kita berupa air. Apabila semua orang dapat menggunakan air dengan sebaik-baiknya, maka jumlah penyakit dan kematian dapat dihindari. Salah satu penyakit yang bisa diobati dengan air yaitu Luka bakar, dengan cara merendam luka bakar dalam air dingin (Yazid, 2011). Hal ini untuk memberikan rasa dingin pada luka bakar.

Di samping itu, bahan-bahan tradisional juga bisa digunakan sebagai obat. Karena memang sudah turun-temurun digunakan oleh masyarakat dan biasa dimanfaatkan dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya kunyit, temulawak, daun sirih, kayu manis, cengkeh, buah mengkudu dan lain sebagainya (Yazid, 2011). Bahan-bahan seperti ini mudah ditanam sebagai tanaman obat keluarga yang memang dipersiapkan untuk anggota keluarga. d. Peristiwa Pembakaran Nabi Ibrahim Allah berfirman dalam Surah Al-Anbiyaa ayat 68-70 :

Terjemahnya : "Mereka berkata : Bakarlah dia dan belalah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman : Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengungkapkan tafsir ayat tersebut bahwa Kaum Nabi Ibrahim yang sangat terpojok dan marah mendiskusikan sikap yang mereka ambil terhadap Nabi Ibrahim. Akhirnya, sebagaimana kebiasaan orang kuat yang merasa terpojok, mereka sepakat untuk menghabisi Nabi Ibrahim. Karena itu, mereka berkata kumpulkanlah bahan bakar secukupnya lalu nyalakan api sebesar mungkin, kemudian Bakarlah dia, yakni Nabi Ibrahim, dengan pembakaran yang sebesar-besarnya, dan belalah tuhan-tuhan kamu jika

kamu benar-benar hendak bertindak membela tuhan-tuhan kamu, tentulah kamu segera melakukan pembakaran itu. Maka, mereka berbondongbondong mengumpulkan bahan bakar lalu menyalakannya dan

melemparkan Nabi Ibrahim. Allah swt. yang selalu menyertai hamba-hambanya yang taat menyelamatkan Nabi Ibrahim. Secara langsung dinyatakan bahwa Kami Berfirman : Wahai Api jadi dinginlah engkau, dingin dalam batas tertentu dan dalam waktu yang sama hendaklah engkau menjadi keselamatan bagi Ibrahim sehingga engkau tidak membahayakannya, yakni api tidak membakarnya dan dingin pun tidak menyengatnya. Dengan pembakaran itu, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, yakni membunuh dan menghabisi ajaran-ajarannya, maka kami menjadikan mereka orang-orang yang palin merugi. Rugi karena usaha mereka gagal serta rugi karena mendapat murka Allah swt. atas ulah tersebut. Manusia, atau alat yang digunakan, seperti obat-obat bagi kesembuhan atau senjata untuk kemenangan semuanya hanyalah perantara. Sehingga pada akhirnya seperti kata einstein, Apa yang terjadi semuanya diwujudkan oleh suatu kekuatan yang maha dahsyat lagi maha mengetahui, atau dalam Al-Quran diistilahkan Allah maha perkasa lagi maha mengetahui (Quraish Shihab, 2000: 83-87).

e. Kedudukan Gizi sebagai penunjang pengobatan dalam Islam Para ulama Islam sepakat bahwa ajaran agama Islam bertujuan untuk memelihara lima hal pokok, yaitu : agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan), dan kesehatan. Gizi dalam hal ini mempunyai peranan sangat besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang. Gizi seimbang sangat dibutuhkan oleh tubuh dengan cara memperhatikan pola makan. Di dalam Al quran kata-kata akala (makan) banyak terdapat ayatayatnya dan juga terdapat 27 kali ayat yang memerintahkan untuk makan. Begitu pun dengan penderita luka bakar, nutrisi juga harus cukup untuk menunjang penyembuhan luka. Karena karena beberapa faktor yang berperan dalam penyembuhan luka bakar antara lain gizi, usia, jenis kelamin dan kelainan sistemik (Nugroho, 2012: 30). Islam sangat menganjurkan agar memperhatikan pola makan ideal untuk hidup sehat. Makanan yang dikonsumsi sangat menekankan pada sifat halal (boleh) dan Thayyib (baik atau bergizi). Rangkaian kedua sifat ini menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut. Firman Allah swt. yang menyebutkan tentang makanan yang halal lagi baik di dalam Q.S. Al Maidah (5) :88

Terjemahnya:

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. Ummat Islam diharuskan untuk memilih makanan yang bergizi berupa karbohidrat, lemak, vitamin maupun mineral serta yang halal. Sebab dari makanan bergizi ini manusia dapat melakukan aktivitas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa gizi merupakan tangga pertama guna mencapai kesehatan dan kesejahteraan. (Quraish Shihab, 1994: 286). Dua hal terakhir ini merupakan kewajiban ummat manusia untuk memilihara dan mencapainya.

BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1) Alat yang Digunakan Alat yang digunakan antara lain adalah alat-alat gelas (pyrex), bejana maserasi (duralex), blender (maspion), cawan porselin, jangka sorong (tricle brand), penginduksi panas, rotavafor (heidolf), timbangan analitik (precisa). 2) Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan adalah daun kayu colok (Samanea saman) diperoleh dan dikumpulkan dari Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo. Hewan uji yang digunakan yaitu tikus putih jantan (Rattus novergicus). Bahan kimia yang digunakan adalah metanol, asam stearat, cetyl alkohol, gliserin, parafin cair, adeps lanae, metil paraben, propil paraben, span 60, tween 60, dan air suling. B. Penyiapan Hewan Uji Sebelum percobaan dimulai, semua hewan coba diadaptasikan pada lingkungan percobaan selama tujuh hari. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus) dengan bobot badan berkisar antara

200-250 g sebanyak 15 ekor. Selama masa adaptasi, hewan coba diberi makan dengan pakan standar dan minum.

C. Metode Kerja 1) Penyiapan Sampel a. Pengambilan Sampel Sampel daun kayu colok (Samanea saman) diperoleh di Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari. Daun yang diambil mulai dari daun pucuk hingga daun kelima dari pucuk yang tidak rusak dan tidak berjamur. b. Pengolahan Sampel Daun kayu colok (Samanea saman) yang telah diambil, dicuci hingga bersih dengan air mengalir dan dikeringkan dalam ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung, kemudian dipotong-potong kecil dan diblender hingga diperoleh serbuk simplisia. 2) Ekstraksi Simplisia daun kayu colok (Samanea saman) ditimbang sebanyak 300 g dimasukkan dalam wadah maserasi, kemudian ditambahkan metanol hingga simplisia terendam. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 24 jam di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung sambil sesekali diaduk. Selanjutnya disaring, dipisahkan antara ampas dan filtratnya. Ampas diekstraksi kembali dengan metanol yang

baru dengan jumlah yang sama. Hal ini dilakukan selama 3 x 24 jam. Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan cairan penyarinya sampai diperoleh ekstrak metanol kental. Selanjutnya ekstrak dibebas metanolkan. 3) Pembuatan Sediaan Krim a. Rancangan Formula Tabel 1 : Rancangan Formula Krim Daun Kayu Colok (Samanea saman) dengan variasi konsentrasi ekstrak Formula Krim (%) Nama Bahan Formula A Ekstrak Metanol daun kayu colok Cetyl alkohol Asam stearat Gliserin Parafin cair Adeps lanae Span 60 Tween 60 Profil paraben Metil paraben Air suling sampai Keterangan : Formula A : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 2%. Formula B : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 4%. Formula C : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 8%. Formula D : Formula krim tanpa mengandung ekstrak. 2 5 10 15 10 5 5 0,1 0,05 100 Formula B 4 5 10 15 10 5 5 0,1 0,05 100 Formula C 8 5 10 15 10 5 5 0,1 0,05 100 Formula D 5 10 15 10 5 5 0,1 0,05 100

b. Pembuatan Sediaan Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Fase minyak dibuat dengan melebur berturut-turut asam stearat, cetyl alkohol, adeps lanae, parafin cair, span 60. Kemudian ditambahkan profil paraben, kemudian suhu dipertahankan pada suhu 70C. Fase air dibuat dengan melarutkan metil paraben dalam air pada suhu 90C dan ditambahkan gliserin. Kemudian ditambahkan tween 60, dipertahankan pada suhu 70C. Krim dibuat dengan mencampurkan fase minyak ke dalam fase air sambil diaduk dengan pengaduk elektrik selama 3 menit dan ditambahkan ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman), kemudian didiamkan selama 20 menit, lalu diaduk kembali sampai terbentuk krim yang homogen. 4) Pengujian efek penyembuhan luka bakar Pengujian efek penyembuhan luka bakar dilakukan terhadap krim masing-masing konsentrasi ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dengan menggunakan hewan percobaan tikus putih (Rattus novergicus) jenis kelamin jantan. a. Pembagian kelompok hewan coba Hewan uji berjumlah 15 ekor, dibagi dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Kemudian terhadap tiap kelompok diberi perlakuan sebagai berikut:

a) Kelompok I

: Tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas, suhu 80C selama 5 menit.

Kemudian diberi krim formula A. b) Kelompok II : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas, suhu 80C selama 5 menit. Kemudian diberi krim formula B. c) Kelompok III : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas, suhu 80C selama 5 menit. Kemudian diberi krim formula C. d) Kelompok IV : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas, suhu 80C selama 5 menit.

Kemudian diberi krim formula D. e) Kelompok V : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas, suhu 80C Kemudian diberi selama 5 menit. krim pembanding

Bioplacenton. b. Pengujian efek penyembuhan luka bakar Tikus dianestesi dengan eter kemudian dicukur bagian punggungnya. Kulit diinduksi dengan alat penginduksi panas dengan suhu 80C selama 5 menit, luka yang terjadi diukur diameternya, kemudian dihitung diameter rata-ratanya. Luka yang terjadi diolesi dengan 3 gram sediaan uji setiap 24 jam, kemudian ditutup dengan kain kasa, dibuka, diameter luka

diukur kemudian ditutup kembali dengan kain kasa dilakukan sampai luka sembuh, dicatat hari mulai menutup luka (berakhirnya inflamasi) dan hari luka tertutup 100%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN D. Hasil Penelitian Efek penyembuhan luka bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) pada beberapa konsentrasi dengan pengamatan hari mulai menutup luka hingga luka tertutup 100% disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2. Efek penyembuhan luka bakar
Konsentrasi A Ekstrak 2% B Ekstrak 4% C Ekstrak 8% D Kontrol Basis E Bioplacenton Rata-rata Hari ke-n Mulai Menutup Luka Luka Tertutup 100% 6,6 4,6 3 7,3 3,3 15,6 14,3 12,3 18,3 11,3

E. Pembahasan Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang tinggi misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik, dan sebagainya (Simanjuntak, 2008, 32). Gejala yang ditimbulkan berupa panas dan adanya kemerahan. Prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar atau menurunkan inflamasi, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Untuk

menurunkan inflamasi dibutuhkan bahan yang berfungsi sebagai adstringen atau dapat menciutkan pori, di samping itu juga diperlukan anti mikroba untuk mencegah infeksi, serta bahan yang merangsang pembentukan kolagen (Simanjuntak, 2008: 54). Daun kayu colok (Samanea saman) secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mengobati luka bakar. Pada penelitian ini, Ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) diformulasikan menjadi sediaan krim luka bakar karena bentuk sediaan ini mudah digunakan dan penyebarannya di kulit lebih cepat. Tipe krim yang dibuat adalah tipe minyak dalam air yang merupakan tipe krim yang baik, karena mudah dicuci dan memberikan rasa dingin. Apabila dioleskan pada kulit akan mengalami penguapan sehingga konsentrasi bahan obat akan naik dan meningkatkan waktu kontak dengan kulit untuk memberikan efek (Aulton, 1988: 1234). Bahan yang digunakan dalam pembuatan krim adalah cetyl alkohol yang berfungsi sebagai peningkat stabilitas emulsi atau pembentuk massa, asam stearat sebagai pengemulsi, gliserin sebagai humektan, parafin cair sebagai fase minyak, serta adeps lanae sebagai peningkat konsistensi. Fase minyak dipilih dari jenis minyak mineral agar tidak terabsorbsi oleh kulit karena sediaan ini tidak diharapkan terabsorbsi ke dalam kulit. Gologan minyak mineral tidak diserap kulit, melainkan menempel seperti plastik tipis pada permukaan epidermis (Tessa, 2006: 31).

Sebagai emulgator, digunakan span 60 dalam fase minyak dan tween 60 sebagai fase air. Hal ini bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka minyak / air. Tween dan span merupakan surfaktan yang memiliki sifat relatif hidrofil/ lipofil, dan gabungan dua emulgator ini diharapkan dapat membentuk emulsi yang stabil serta menjaga fase minyak dan air. Adapun pengawet yang digunakan adalah kombinasi metil paraben dan profil paraben. Kombinasi kedua pengawet ini diharapkan dapat memberi hasil yang sangat baik sehingga penggunaannya direkomendasikan. Penelitian efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim diujikan pada tikus putih (Rattus novergicus) yang telah diinduksi dengan logam panas. Induksi ini menghasilkan luka bakar derajat I dengan luas luka <15% luas tubuh. Luka bakar tipe I ini merupakan luka bakar yang termasuk golongan ringan dan penangannya tidak perlu dilaksanakan di Rumah Sakit (Nugroho, 2012: 12). Pada penelitian ini digunakan basis krim sebagai kontrol negatif. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa yang memberikan efek penyembuhan luka bakar adalah ekstrak daun kayu colok. Di samping itu, juga digunakan Bioplacenton sebagai kontrol positif agar dapat mengetahui kesetaraan efektifitas krim dalam menentukan konsentrasi optimum ekstrak. Bioplacenton mengandung placenta extract dan neomycin sulfate sulfate. Kombinasi ini merupakan bagian dari perawatan luka yang sangat efektif. Placenta extract sebagai "biogenic stimulator" memegang peranan

penting dalam mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka. Sedangkan neomycin sulfate bekerja sebagai antibiotik yang mampu membunuh beragam jenis kuman dengan daya kerja yang tidak terganggu oleh nanah. Selain memberikan rasa sejuk, Bioplacenton juga aman digunakan dan mudah didapat. Daun kayu colok (Samanea saman) juga mengandung saponin yang berfungsi memacu pembentukan kolagen, dan tanin yang berfungsi menurunkan inflamasi, serta kandungan berupa polifenol yang berefek antimikroba yang dapat mencegah infeksi oleh mikroorganisme. Dari hasil pengamatan diperoleh data perubahan diameter luka bakar dengan menghitung rata-rata perubahan diameter luka bakar dengan interval waktu pengukuran setiap 24 jam. Proses penyembuhan luka bakar dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase penyudahan. (Simanjuntak, 2008, 54). Fase inflamasi segera terjadi setelah kulit terinduksi panas, hal ini terlihat dengan membesarnya diameter luka, terjadi reaksi kemerahan, dan adanya akumulasi cairan. Awal dari fase penyembuhan luka bakar dengan karakteristik peradangan yaitu; rubor (kemerahan yang menyertai

peradangan, terjadi akibat peningkatan aliran darah ke daerah yang meradang), kalor (panas yang menyertai peradangan yang timbul akibat peningkatan aliran darah), turgor (pembengkakan daerah yang meradang, terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein-protein plasma masuk ke ruang interstisium), dan dolor (nyeri peradangan akibat

peregangan saraf karena pembengkakan dan rangsangan ujung-ujung saraf oleh mediator-mediator peradangan) (Nurliah, 2010: 29). Awal menutupnya luka atau berakhirnya fase inflamasi pada penggunaan masing-masing formula menunjukkan perbedaan waktu (hari). Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) hubungan antara formula dan kecepatan penutupan luka (Tabel 8) di mana Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 5% dan 1%, ini berarti terdapat perbedaan waktu berakhirnya inflamasi dari penggunaan masing-masing formula. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) waktu berakhirnya inflamasi menunjukkan bahwa krim C (konsentrasi ekstrak 8%) awal penyembuhan lukanya (berakhirnya inflamasi) tidak berbeda dengan krim E

(Bioplacenton). Sedangkan krim yang lainnya (A, B, dan D) menunjukkan perbedaan sangat nyata dengan krim E maupun krim C. Hal ini berarti krim dengan konsentrasi ekstrak 8% mengandung bahan yang mampu menurunkan inflamasi lebih cepat dibanding dengan krim yang mengandung ekstrak metanol kayu colok (Samanea saman) konsentrasi 2%, 4%, dan kontrol basis. Di samping komposisi krim yang mampu menurunkan inflamasi dengan mendinginkan, ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) juga mengandung bahan yang berperan dalam mempercepat sembuhnya inflamasi yaitu tanin. Moh Anief mengatakan bahwa Tanin berfungsi sebagai adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu

menutupi luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka (Simanjuntak, 2008, 54). Sedangkan untuk luka tertutup 100% atau fase penyudahan pada penggunaan masing-masing formula juga menunjukkan perbedaan waktu (hari). Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) hubungan antara formula dan kecepatan luka tertutup 100% (Tabel 11) di mana Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 5% dan 1%, ini berarti terdapat perbedaan waktu penyembuhan luka 100% dari penggunaan masingmasing formula. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) penyembuhan luka 100% menunjukkan bahwa Bioplacenton waktu penyembuhan lukanya (luka tertutup 100%) berbeda nyata dengan krim C (konsentrasi ekstrak 8%).

Sedangkan krim yang lainnya (A, B, dan D) menunjukkan perbedaan sangat nyata dengan krim E. Hal ini berarti krim dengan konsentrasi ekstrak 8% mengandung bahan yang mampu merangsang pembentukan kolagen lebih cepat dibanding dengan krim ekstrak 2% dan 4% meski tidak seperti dengan Bioplacenton. Ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) mengandung bahan yang berperan dalam pembentukan kolagen yaitu saponin. Saponin memiliki peranan penting dalam fase ini karena merupakan
senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Ardiyanto, 2009: 2).

Di samping itu, ekstrak metanol daun kayu colok juga mengandung antiseptik yang berpengaruh untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan

mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami infeksi yang berat (Simanjuntak, 2008, 35). Secara keseluruhan, efek penyembuhan luka bakar yang optimum diberikan oleh sediaan krim dengan kandungan ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) sebesar 8% dengan efek penurunan inflamasi (awal penyembuhan) yang setara Bioplacenton dan memberi penyembuhan luka hampir setara dengan Bioplacenton. Penelitian ini mengingatkan kita tentang adanya tanda-tanda kekuasaan Allah dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang memang penuh dengan tandatanda yang menunjukkan keagungan dan keperkasaan-Nya.

BAB V PENUTUP F. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Formula krim ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dapat menurunkan inflamasi serta menyembuhkan luka bakar derajat I. 2. Efek penyembuhan luka bakar terbaik diberikan oleh sediaan krim yang mengandung ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) sebesar 8%. 3. Islam mengajarkan bahwa tanaman diciptakan oleh Allah swt. untuk dipetik pelajaran di dalamnya seperti pemanfaatannya sebagai obat. G. Saran Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menguji stabilitas sediaan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya 2005. Departemen Agama RI, Bandung : CV. Penerbit J-ART. Agus, Gutama. 2008. Penggunaan Mencit dan Tikus sebagai Hewan Model Penelitian. Fakultas Peternakan, Institu Pertanian Bogor. Bogor. Anief, M., 1997, Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit, 29-39, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Anief, Moh. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ansel, C. Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta. Ardiyanto, Dedi. 2009. Uji Aktifitas Krim Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Penyembuh Luka Bakar pada Kulit Punggung Kelinci. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Aulton, Michael E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. Medical Division of Pearson Professional. New York. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Effendi, C., 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Fachruddin, H. 2001. Analisis Fitokimia Tumbuhan. Fakultas Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Faiz, Muhammad 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Gema Insani Press. Jakarta. Gennaro AR Lund, Walter. 1990. Remington Pharmaceutical Sciences, eighteenthnedition, Easton Pennysylvania: Mack Publishing Company. Nuroniah, Hani. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman) Sebagai Pohon Peneduh. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Bogor Lachman L. Libermen HA & Kaning JL. 1994. Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Easton Pennysylvania: Mack Publishing Company.

Liebermen, HA., Lachman L., Schwariz. 1988. Pharmaceutical Dosage Form: Dispersi System. Volume I. Marcel Dekker,Inc. New York. Martin Eric L. 1971. Dispensing of Medication 7th Edition. Mack Publishing Company. Easton. Pennysylvania. Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. MT, Nurliah. 2010. Efek Penyembuhan Salep Luka Bakar Ekstrak Daun Jambu Mete (Anacardium occidentale) Dalam Bentuk Sediaan Salep yang diujikan pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus). Skripsi sarjana. Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar. Nugroho, Taufan. 2012. Mengungkap tentang luka bakar dan artritis reumatoid. Nuha Medika, Yogyakarta. Parrot, Eugena. 1974. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company. University of Lowa. Lowa City. Lowa. Prasad,R.Naveen, et al. 2008. Preliminary phytochemicalscreening and antimicrobial activity of Samanea saman. Journal of Medicinal Plants Research Vol 2 (10) pp 268-270. Pujilestari, Rini. 2007. Efek Penyembuhan Luka Bakar Krim Ekstrak Etanolik Daun Nanas (Ananas comosus) pada Kulit Punggung Kelinci Jantan New Zealand. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Raghavendra, MP., S. Satish dan KA. Raveesha. 2008. In vitro antibacterial potential of alkaloids of Samanea saman (Jacq.) Merr. Against Xanthomonas and human pathogenic bacteria. World Journal of Agricultual Science 4 (1): 100-105. Rahman, Hardianti. 2010. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Luka Bakar dari Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete (Anacardium occidentae). Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin. Makassar. Sany, US. 2009. Efek Penambahan Berbagai Peningkat Penetrasi Terhadap Penetrasi Perkutan Gel Piroksicam Secara In Vitro. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Septiningsih, Erna, 2008. Efek Penyembuhan luka bakar ekstrak etanol 70% daun pepaya (Carica papaya) dalam sediaan gel pada kulit punggung kelinci (new zealand). Skripsi sarjana. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Shihab, M. Quraish 1994. Membumikan Al-Quran fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat. Mizan. Bandung. Shihab, M. Quraish 2000. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran. Lentera Hati. Jakarta. Simanjuntak, Megawati R. 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum) serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi sarjana, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Medan. Staples, GW., CR. Elevitch. 2006. Samanea saman trembesi), ver. 2.1. In: C.R. Elevitch (ed.). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR), Hlualoa, Hawaii. Suratman. 1996. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim, dan Jelli. Cermin Dunia Kedokteran. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika, Universitas Padjajaran. Bandung. Syaifuddin, AMK,H. Drs. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3, Buku kedokteran. Jakarta. Syamsuhidayat, R., dan Jong, W.D., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, 77, 81-85, EGC Press, Yogyakarta. Tessa, Thomas. 2006. Facelift 10 Menit Tunda Proses Penuaan dengan Cara Alami. Erlangga. Jakarta Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Pentingnya Penyembuhan dengan ALQuran dan As.Sunah (http://www.al manhaj.or.id / content / 2416 / slash / O. Diakses 15 Desember 2011).

Lampiran 1. Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman)

300g sampel daun kayu colok (Samanea saman) Diekstraksi secara maserasi dengan pelarut metanol

Ekstrak metanol Diuapkan Ekstrak metanol kental Dibebas metanolkan

Ampas

Ekstrak kental

Gambar 1. Skema Kerja Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman)

Lampiran 2. Pembuatan Krim Bahan ditimbang sesuai perhitungan

Fase minyak (asam stearat, cetyl alkohol, parafin cair dan adeps lanae) Dilebur bersama Span 60

Fase air (metil paraben dilarutkan dalam air panas, gliserin)

Tween 60

Propil paraben Dipertahankan suhu 700C Fase minyak + fase air Corpus emulsi

Ditambahkan ekstrak daun kayu colok (Samanea saman) Diaduk sampai homogen Sediaan krim

Gambar 2. Skema Kerja Pembuatan Krim

Lampiran 3. Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar

Anastesi Tikus (eter) Kulit tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas Kelompok A Kelompok B Diameter Luka Bakar Diolesi dan ditutup kain kasa, diukur diameternya. Kelompok C Kelompok D Kelompok E Diameter luka diukur setiap hari Perubahan Diameter Luka

Luka Bakar

Gambar 3. Skema Kerja Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar

Lampiran 4. Tabel 3. Perubahan Diameter Luka Bakar


A Ekstrak 2% Hari Ke 1 2,85 2,92 3,05 3,09 2,97 2,82 2,63 2,21 1,87 1,69 1,53 1,18 0,89 0,47 0 0 0 0 0 0 2 2,9 3,1 3,18 3,24 3,12 2,92 2,79 2,47 2,06 1,89 1,74 1,46 1,12 0,63 0,39 0 0 0 0 0 3 2,84 3,01 3,12 3,21 3,09 2,93 2,82 2,63 2,47 1,98 1,71 1,43 1,18 0,74 0,42 0 0 0 0 0 B Ekstrak 4% 1 2,79 2,84 2,89 2,73 2,68 2,29 1,98 1,67 1,44 1,38 1,28 0,91 0,59 0 0 0 0 0 0 0 2 2,81 2,89 2,94 2,82 2,73 2,33 2,25 1,92 1,64 1,47 1,31 1,26 0,87 0,46 0 0 0 0 0 0 3 2,76 2,87 2,91 2,83 2,74 2,38 2,13 1,86 1,57 1,21 0,98 0,67 0,39 0 0 0 0 0 0 0 C Ekstrak 8% 1 2,75 2,79 2,61 2,48 2,37 2,13 1,74 1,49 1,18 0,86 0,56 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2,71 2,78 2,62 2,46 2,29 2,08 1,82 1,52 1,21 0,84 0,37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2,83 2,91 2,72 2,37 2,18 1,92 1,73 1,52 1,37 1,06 0,82 0,39 0 0 0 0 0 0 0 0 D Kontrol Basis 1 2,98 3,12 3,21 3,26 3,19 3,08 2,89 2,76 2,54 2,37 2,18 1,92 1,61 1,27 0,98 0,63 0,32 0 0 0 2 2,84 3,21 3,29 3,27 3,17 3,01 2,93 2,73 2,59 2,46 2,25 2,07 1,82 1,66 1,27 0,94 0,67 0,36 0 0 3 2,87 3,14 3,25 3,16 3,09 2,98 2,76 2,58 2,43 2,29 2,08 1,76 1,62 1,34 1,17 0,87 0,39 0 0 0 E Bioplacenton 1 2,82 2,85 2,79 2,62 2,47 2,18 1,69 1,38 1,05 0,73 0,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2,73 2,81 2,75 2,64 2,41 2,16 1,73 1,32 0,92 0,38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2,79 2,87 2,71 2,62 2,39 2,07 1,78 1,35 0,87 0,42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Lampiran 5. Tabel 4. Persentase Penyembuhan Luka Bakar


A Ekstrak 2%
1 0 -4,9 -14,5 -17,6 -8,6 2,09 14,8 39,8 56,9 64,8 71,1 82,8 90,2 97,2 100 100 100 100 100 100 2 0 -14,3 -20,2 -24,8 -15,7 -1,3 7,44 27,4 49,5 57,5 64 74,6 85 95,2 98,1 100 100 100 100 100 3 0 -12,3 -20,7 -27,8 -18,4 -6,4 1,4 14,2 24,3 51,3 63,7 74,6 82,7 93,2 97,8 100 100 100 100 100

Hari Ke-

B Ekstrak 4%
1 0 -3,6 -7,3 4,2 11,3 32,6 49,6 64,1 73,3 75,5 78,9 89,3 95,5 100 100 100 100 100 100 100 2 0 -5,7 -9,4 -0,7 5,6 31,2 35,8 53,3 65,9 72,6 78,2 79,8 90,4 97,3 100 100 100 100 100 100 3 0 -8,1 -11,2 -5,1 1,4 25,6 40,4 54,5 67,6 80,7 87,3 94,1 98 100 100 100 100 100 100 100

C Ekstrak 8%
1 0 -2,9 9,9 18,6 25,7 40 59,9 70,6 81,5 90,2 95,8 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2 0 -5,2 6,5 17,6 28,5 41 54,9 68,5 80 90,3 98,1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 3 0 -5,7 7,6 29,8 40,6 53,9 62,6 71,1 76,5 85,9 91,6 98,1 100 100 100 100 100 100 100 100

D Kontrol Basis
1 0 -9,6 -16 -19,7 -14,6 -6,8 5,9 14,2 27,3 36,7 46,4 58,4 70,8 81,8 89,1 95,5 98,8 100 100 100 2 0 -27,8 -34,2 -32,6 -24,6 -12,3 -6,4 7,5 16,8 24,9 37,2 46,8 58,9 65,8 80 89 94,4 98,3 100 100 3 0 -19,7 -28,2 -21,2 -15,9 -7,8 7,5 19,1 28,3 36,3 47,4 62,3 68,1 78,2 83,3 90,8 98,1 100 100 100

E Bioplacenton
1 0 -2,1 2,1 13,6 23,2 40,2 64 76 86,1 93,3 97,8 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2 0 -5,9 -1,4 6,4 22 37,4 59,8 76,6 88,6 98 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 3 0 -5,8 5,6 11,8 26,6 44,9 59,3 76,5 90,2 97,7 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Keterangan :

Awal mulai menutup luka, berakhirnya fase inflamasi Luka Tertutup 100%, luka sembuh

Lampiran 6. Tabel 5. Efek Penyembuhan Luka Bakar


Hari ke-n Mulai Menutup Luka Luka Tertutup 100% 6 15 7 16 7 16 4 14 5 15 5 14 3 12 3 12 3 13 7 18 8 19 7 18 3 12 4 11 3 11

Konsentrasi A Ekstrak 2% B Ekstrak 4% C Ekstrak 8% D Kontrol Basis E Bioplacenton

Replikasi 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Lampiran 6. Perhitungan RAL, Hubungan antara formula dan kecepatan penutupan luka Tabel 6. Hubungan antara formula dan kecepatan penutupan luka Perlakuan A
Ekstrak 2%

Hari Ke-n mulai menutup luka Replikasi 1 2 3 6 4 3 7 3 23 7 5 3 8 4 27 7 5 3 7 3 25

Jumlah 20 14 9 22 10 75

Rata-rata 6,66 4,66 3,00 7,33 3,33

B
Ekstrak 4%

C
Ekstrak 8%

D
Kontrol Basis

E Bioplacenton Jumlah
Perhitungan Anova Faktor Korelasi : : JK Total :

375 ((6)2+(7)2+(7)2+(4)2+(5)2+(5)2+(3)2+(3)2+(3)2+(7)2+(8)2+(7)2+ (3)2+(4)2+(3)2 ) - FK

: : JK Perlakuan : : : : JK Galat : : :

423 - 375 48
((20)2+(14)2+(9)2+(22)2+(10)2 - FK

3 (1261) - 375 3 420,33 375 45,33 JK Total JK Perlakuan 48 45,33 2,67

Tabel 7. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel Sumber Jumlah Keragaman Kuadrat (SK) (JK) Perlakuan 45,33 Galat 2,67 Total 48 F (0,05; 4,10) = 3,478 Derajat Bebas (db) 4 10 14 Kuadrat Tengah (KT) 11,3325 0,267 FHitung 42,44** F-Tabel 0,05 3,478 0,01 5,994

F (0,01; 4,10) = 5,994

Koefisien Keseragaman

x 100%

x 100% 5 : 0,516 x 100% 5 : 10,334 %

Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,05 LSD = t (0,05) ; 10

= 1,812 = 1,812 x 0,4219 = 0,764 Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,01 LSD = t (0,01) ; 10

= 2,763 = 2,763 x 0,4219 = 1,165

Tabel 8. RAL, BNT Hubungan antara formula dan kecepatan mulai penutupan luka
Perlakuan Rata-rata C Ekstrak 8% E Bioplacenton B Ekstrak 4% A Ekstrak 2% D Kontrol Basis 3,00 3,33 4,66 6,66 7,33 C 3,00 0 0,33Ns 1,66** 3,66** 4,33** 0 1,33** 3,33** 4,00** 0 2,00** 2,67** 0 0,67Ns 0 E 3,33 B 4,66 A 6,66 D 7,33

BNT 0,05 = 0,764 Keterangan * ** Ns

BNT 0,01 = 1,165

= Signifikan (Berbeda nyata) = Sangat Signifikan (Sangat berbeda nyata) = Non Signifikan

Lampiran 7. Perhitungan RAL, Hubungan antara formula dan kecepatan luka tertutup 100% Tabel 9. Hubungan antara formula dan luka tertutup 100% Perlakuan A
Ekstrak 2%

Hari Ke-n luka tertutup 100% Replikasi 1 2 3 15 14 12 18 12 71 16 15 12 19 11 73 16 14 13 18 11 72

Jumlah 47 43 37 55 34 216

Rata-rata 15,66 14,33 12,33 18,33 11,33

B
Ekstrak 4%

C
Ekstrak 8%

D
Kontrol Basis

E Bioplacenton Jumlah
Perhitungan Anova Faktor Korelasi : : JK Total :

3110,4 ((15)2+(16)2+(16)2+(14)2+(15)2+(14)2+(12)2+(12)2+(13)2+(18)2 +(19)2+(18)2+(12) 2+(11) 2+(11) 2) - FK

: : JK Perlakuan : : : : JK Galat : : :

3206 - 3110,4 95,6


((47)2+(43)2+(37)2+(55)2+(34)2 - FK

3 (9608) 3110,4 3 3202,66 3110,4 92,26 JK Total JK Perlakuan 95,6 92,26 3,34

Tabel 10. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel Sumber Jumlah Keragaman Kuadrat (SK) (JK) Perlakuan 92,26 Galat 3,34 Total 95,6 F (0,05; 4,10) = 3,478
Koefisien Keseragaman :

Derajat Bebas (db) 4 10 14

Kuadrat Tengah (KT) 23,065 0,334

FHitung 69,05**

F-Tabel 0,05 3,478 0,01 5,994

F (0,01; 4,10) = 5,994


x 100%

x 100% 14,4 : 0,516 x 100% 14,4 : 4,013 %

Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,05 LSD = t (0,05) ; 10

= 1,812 = 1,812 x 0,4718 = 0,854 Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,01 LSD = t (0,01) ; 10

= 2,763 = 2,763 x 0,4718 = 1,303

Tabel 11. RAL, BNT Hubungan antara formula dan kecepatan luka tertutup 100%
Perlakuan Rata-rata E Bioplacenton C Ekstrak 8% B Ekstrak 4% A Ekstrak 2% D Kontrol Basis 11,33 12,33 14,33 15,66 18,33 E 11,33 0 1,00* 3,00** 4,33** 7,00** 0 2,00** 3,33** 6,00** 0 1,33** 4,00** 0 2,67** 0 C 12,33 B 14,33 A 15,66 D 18,33

BNT 0,05 = 0,854 Keterangan * ** Ns

BNT 0,01 = 1,303

= Signifikan (Berbeda nyata) = Sangat Signifikan (Sangat berbeda nyata) = Non Signifikan

Lampiran 8. Gambar Tanaman Kayu Colok (Samanea saman)

Gambar 4. Foto Pohon (A) dan Daun (B) Kayu Colok (Samanea saman)

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Foto Sediaan Krim Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) (A, B, dan C) serta Kontrol Negatif (D)

Gambar 6. Foto Bioplacenton, Kontrol Positif (E)

Gambar 7. Foto Alat Penginduksi Panas

Gambar 8. Foto Tikus saat diinduksi panas

Gambar 9. Foto Pengukuran diameter luka bakar pada tikus putih

Gambar 10. Foto tikus putih yang lukanya dibalut dengan kain kasa steril

Gambar 11. Foto hari pertama luka bakar pada tikus putih

Gambar 12. Foto luka bakar pada saat mengalami pembengkakan

Gambar 13. Foto luka bakar pada saat luka sembuh

Gambar 14. Foto saat bulu kembali tumbuh pada tikus putih

BIOGRAFI

Ahmad Alwy, lahir di Menge Belawa Kabupaten Wajo pada hari Jumat, 8 Juni 1990. Bungsu dari 7 bersaudara ini memulai pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah Asadiyah No. 1 Belawa, kemudian

melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Madrasah Tsanawiyah Asadiyah Putera 1 Pusat Sengkang pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2005. Setelah itu kembali ke kampung halamanya untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Wajo, lulus pada tahun 2008. Sekarang penulis melanjutkan pengembaran intelektualnya di Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Alwy, demikian penulis biasa dipanggil oleh teman-temannya. Lahir dari pertemuan dua insan bernama Hj. Maryam Malik dan H. Baharuddin Zuhra, hidup dalam keluarga sederhana dan hadir sebagai anak yang selalu berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik kepada orang-orang terdekatnya terutama kedua orang tuanya.

You might also like