You are on page 1of 3

Bencana Banjir Eksodus Warga Wasior Tak Terbendung Senin, 11 Oktober 2010 | 08:20 WIB

AP Warga berkumpul di bekas banjir bandang di Wasior, Papua Barat, Selasa (5/10/2010). TERKAIT: WASIOR, KOMPAS.com Imbauan pemerintah agar korban banjir longsor di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, tetap bertahan dan berusaha membangun kembali kehidupan di tempat tersebut tidak efektif. Gelombang eksodus warga, terutama kaum ibu dan anakanak, tak terbendung. Mereka memilih mengungsi keluar dari Wasior, menuju Manokwari, ibu kota Papua Barat, dan daerah lain. Alasan mereka mengungsi, antara lain, karena trauma akan bencana yang telah meluluhlantakkan tempat tinggal serta tempat usaha mereka selama ini. Selain itu, warga juga masih dihantui ketakutan akan terjadi banjir bandang susulan karena cuaca di Wasior sepanjang Minggu (10/10/2010) berkabut tebal dan hujan. Ayo, cepat jalan, lihat kabut tebal di gunung itu! demikian perintah Adam Arumsorem (80), warga di Wasior Kampung, kepada keluarganya, sembari bergegas menuju kapal Pelni, KM Ngapulu, yang berlabuh di Pelabuhan Kuripasai, Wasior. Kapal itu akan membawa penumpang ke Manokwari. Adam menuturkan, kabut tebal dan hujan seharian terjadi sehari sebelum bencana banjir longsor 4 Oktober lalu. Karena itu, kemarin siang, ia menganjurkan menantu perempuan dan cucu-cucunya segera ke pelabuhan untuk mengungsi ke Manokwari. Sejumlah kaum lelaki, termasuk Adam, mencoba bertahan di Wasior. Wahyu (30), warga di Kampung Masabuy I, Wasior, mengaku terpaksa mengungsi karena tidak ada yang dapat dilakukan di Wasior. Rumah penuh lumpur dan pasar tempat berdagang pun rusak. Lebih baik saya mengungsi dua atau tiga bulan di Manokwari, ujar Wahyu yang telah enam tahun tinggal dan berjualan di Pasar Lama Wasior.

Komandan Satuan Koordinator Penanggulangan Bencana Wasior Letnan Kolonel Edward Sitorus mengatakan telah berusaha mengumumkan bahwa tidak ada banjir susulan. Ia pun meminta warga bertahan. Warga bersikeras mengungsi karena trauma dan tidak bisa berbuat apa-apa karena kota sudah lumpuh, ujarnya. Komandan Kodim 1703 Manokwari tersebut menambahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Papua Barat telah menyediakan lokasi pengungsian di Markas Kodim dan Balai Latihan Kerja Manokwari. Kemarin, Wasior terasa semakin sepi di tengah upaya pencarian dan evakuasi korban. Rumah-rumah mereka masih rusak. Air bersih sangat terbatas. Belum lagi hujan (terus) turun dalam beberapa hari terakhir ini, kata Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai, saat menghubungi Kompas di Jakarta, menceritakan kondisi terakhir Wasior. Ia menambahkan, jumlah warga yang mengungsi mencapai 4.373 jiwadari sekitar 7.000 penduduk. Sebanyak 2.283 pengungsi berada di Kabupaten Teluk Wondama, 1.859 orang di Manokwari, dan 233 orang menuju Nabire. Minggu (kemarin) ini KM Ngapulu yang bersandar di Pelabuhan Wasior mengangkut sekitar 2.000 penumpang yang mengungsi dari Wasior ke Manokwari, ujarnya. Edward Sitorus khawatir rumah-rumah yang ditinggal penduduk dijarah pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, katanya, pihaknya telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk melakukan patroli. Tapi ada kendala. Akses jalan terputus dan gelap gulita (tak ada penerangan listrik pada malam hari). Hal itu membuat kami tak dapat berbuat banyak, ujarnya. Beberapa hari terakhir ini terlihat ada beberapa penggalian sepeda motor yang tertimbun lumpur. Penjarahan dilaporkan terjadi di rumah M Idrus, warga Masabui I. Menurut Idrus, ia kehilangan harta bendanya saat mengungsi ke rumah familinya. Pintu rumah dibongkar dan semua barang di rumah diambil, ujarnya. Dari pantauan Kompas, evakuasi jenazah korban banjir longsor kemarin tidak dapat dilakukan karena cuaca buruk. Hujan seharian menyebabkan pencarian yang hanya mengandalkan kekuatan manusia tak menghasilkan sesuatu yang berarti. Alat berat yang tersedia dikerahkan untuk membersihkan jembatan Kali Anggris dari batang-batang kayu berukuran besar. Meski demikian, menurut Velix, Bandar Udara Wasior telah dibersihkan dari lumpur sehingga pesawat Caravan atau jenis Twin Otter dapat mendarat di Wasior. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, jumlah korban tewas 144 jiwa, korban hilang 123 orang, dan luka-luka berat 2.000-an warga. Sebanyak 181 orang dirujuk ke rumah sakit di Manokwari, Nabire, Makassar, dan Jakarta. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, sesuai dengan permintaan Pemerintah Provinsi Papua Barat, sebagai awal bantuan, kemarin, didrop beras sebanyak 2 ton di posko pengendali untuk korban bencana di Wasior.

Beras bantuan dalam bentuk cadangan beras pemerintah sebanyak 35 ton, lanjut Sutarto, mulai 9 Oktober diangkut dengan kapal laut dari Kabupaten Manokwari ke Wasior. Pengiriman beras itu merupakan tahap I, sesuai dengan kapasitas angkut. Untuk tahap II akan dikirim 50 ton. Mulai 5 Oktober, personel Bulog ikut serta dalam tim relawan Pemprov Papua Barat di Wasior, katanya. (ICH/HAR/MAS)

You might also like