You are on page 1of 12

Asuhan keperawatan Strabismus

Maret 11, 2012 oleh eviesetya LAPORAN PENDAHULUAN 1. DEFINISI Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah. (Sidarta Ilyas, 2001) Strabismus adalah suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja. (Tamin Radjamin, dkk. 1984) Strabismus adalah suatu cabang ilmu penyakit mata yang mempelajari kelainan penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persyaratan. Strabismus adalah kedudukan kedua bola mata yg bisa berbeda arah satu sama lain pada defiasi dari posisi sejajar bisa ke segala arah. Strabismus (mata juling) adalah suatu kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian secara bersamaan. Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul yang muncul dalam keadaan tertentu saja seperti saat sakit atau stress. Mata yang tampak juling dapat terlihat lurus dan yang tadinya tampak lurus dapat terlihat juling. (http://www.klikdokter.com) Dalam ilmu kedokteran khususnya mata, istilah JULING disebut juga STRABISMUS/SQUINT/CROSSED-EYE. JULING adalah keadaan dimana kedua mata tidak straight atau tidak terlihat lurus/posisi yang tidak sama pada kedua sumbu/as mata. Orang tua sering mengekspresikan atau mengatakan sebagai mata anak kami tidak fokus. (http://www.anakku.net/forum/mata-julingstrabismus)

1. ANATOMI 1. Otot dan Persyarafan Gerakan Mata dikontrol oleh enam otot ekstrim okular yaitu : 1. Empat Otot rektus

Muskulus Rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot ini dipersyarafi oleh saraf ke III {Okulomotor} Muskulus Rektus lateral, kontaksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola mata kearah temporal & otot ini dipersyarafi oleh saraf ke IV {Abdusen}

Muskulus Rektus superior,kontraksinya akan menghasilkan Elevasi, Aduksi & Intorsi bola mata dan otot ini dipersyarafi ke III Muskulus rektus Inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi pada abduksi, ekstorsi dan pada abduksi, dan abduksi 23 pada depresi otot ini dipersyarafi ke III

1. Dua Otot Obligus

Muskulus Obligus superior,kontraksinnya akan menghasilakn depresi intorsi bila berabduksi 39 ,depresi sat abdusi 51 dan bila sedang depresi akan berabduksi .otot ini dipersyarafi saraf ke IV (troklear) Muskulus Obligus inferior ,dngn aksi primernya ekstorsi dlm abduksi sekunder oblik inferior adlah elevasi dlm abduksi.otot ini dipersyarafi saraf ke III

1. Fasia Otot rektus dan oblik diselubungi fasia.didekat titik intersi otot-otot ini, Fasia melanjutkan diri menjadi kapsul Tenon yg terdapat diantara sklera & konjungtiva, fasia yg menyatu dengan struktur tulang orbita berfungsi sebagai ligamen pengontrol otot-otot ekstraokuler dan membatasi rotasi bola mata.

1. FISIOLOGI 2. Aspek Motorik Fungsi masing masing otot : 1. Musculus Ralateralis mempunyai fungsi tunggal untuk abduksi mata 2. Musculus Rektus medialis untk aduksi ,sedang otot yg lain mempunyai fungsi primer & sekunder tergantung posisi bola mata.

Otot Rektus lateral Rektus medial Rektus superior Rektus inferior Oblik superior

Kevia primer abduksi abduksi elavasi depresi depresi

Kerja sekunder Aduksi,intorsi Aduksi,ekstorsi Intorsi,abduksi

Oblik inferior

elavasi

Ekstorsi,abduksi

Pergerakan dua bola mata (Binokuler) : 1. Hukum Hering Pada setiap arah gerakan mata secara sadar ,maka otot2 yg berpasangan akan terdapat sejumlah rangsangan dalam jumlah yg sama besr sehingga menghasilkan gerakan yg tepat & lancer. 1. Yoke Muscles Pada setiap gerakan mata yang terkoordinir ,otot dari satu mata akan berpasaangan dengan otot mata yang lain untuk menghasilkan gerakan mata dalam 6 arah kordinal Ganguan pergerakan : Bila terdapat satu atau lebih otot mata yang tidak dapat mengimbabgi gerakan otot mata lainnya maka akan terjadi gangguan keseimbangan gerakan mata sumbu penglihatan akan menyilan mata menjadi strabismus,diplopia. 1. Tonus yang berlebihan 2. Paretic /paralitic 3. Hambatan mekanik

1. Aspek Sensorik Pada penglihatan binokuler yanag normal bayangan dari objek yang menjadi perhatian jatuh pada kedua fovea mata, impuls akan berjalan sepanjang optic pathway menuju cortex talis dan diterima sebagai bayangan tunggal.

1. ETIOLOGI 1. Faktor Keturunan

Genetik Patternnya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnyasudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula. 1. Kelainan Anatomi 1. Kelainan otot ekstraokuler

Over development Under development Kelainan letak insertio otot

1. Kelainan pada vascial structure Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat menyebabkan penyimpangan posisi bola mata. 1. Kelainan dari tulang-tulang orbita Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital abnormal, sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata. 1. 2. 3. 4. Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan. Fovea tidak dapat menangkap bayangan. Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata. Kelainan Sensoris

Defect yang mencegah pembentukan bayangan di retina dengan baik, antara lain :

Kekeruhan media Lesi di retina Ptosis berat Anomali refraksi (terutama yang tidak terkoreksi)

1. Kelainan Inervasi 1. Gangguan proses transisi dan persepsi Gangguan ini menyebabkan tidak berhasilnya proses fusi. 1. Gangguan inervasi motorik

Insufficiency atau escessive tonik inervation dari bagian supra nuklear Insufficiency atau exessive inneration dari salah satu atau beberapa otot.

1. KLASIFIKASI 1. Menurut Arah Deviasi 1. Exotropia (Strabismus Divergen)


Frekuensi lebih sedikit daripada esotropia Sering suatu exotropia dimulai dari exoforia yang kemudian mengalami progresifitas menjadi intermittent exotopia yang pada akhirnya menjadi exotropia yang konstan, bila tidak diberi pengobatan Paling sering terjadi monokuler, tetapi mungkin pula alternating. Pengobatan : tergantung penyebabnya, yang sering kasus ini memerlukan tindakan operasi.

1. Esotropia

Non Paralytic (Comitant)

v Non Akomodatif Esotropia

Dibagi menjadi : o Esotropia Infantil

Paling sering dijumpai. Sesuai kesepakatan agar memenuhi syarat batasan, maka terjadinya esotropia harus sebelum umur 6 bulan. Penyebab belum diketahui secara pasti.

Esotropia Didapat

Esotropia Dasar Timbulnya pada masa anak-anak, tetapi tidak ada faktor akomodasi. Sudut strabismusnya mulamula lebih kecil daripada esotropia kongenital tetapi akan bertambah besar.

Esotropia Miopia Timbulnya pada orang dewasa muda dan ada diplopia untuk memandang jauh, yang lambat laun akan untuk memandang dekat.

Tanda klinik : o Pada yang monokuler : anomali refraksinya sering lebih menyolok pada satu mata (anisometropia). o Pada yang alternating : anomali refraksinya hampir sama pada kedua mata. o Pengobatan :

Oklusi : tujuannya adalah menyamakan visus kedua mata yang ditutup ialah mata yang baik. Oklusi ini dapat dikombinasikan dengan Orthoptica untuk mengembagkan fungsi binokuler Operasi

v Akomodatif Esotropia Terjadi bila ada mekanisme akomodasi fisiologis yang normal, tetapi ada divergensi fusi relatif yang kurang untuk mempertahankan mata supaya tetap lurus. Ada 2 mekanisme patofisiologi yang terjadi :

Hiperophia tinggi yang memerlukan akomodasi kuat agar bayangan menjadi jelas, sehingga timbul esotropia. Rasio KA/A yang tinggi, yang mungkin disertai kelaina refraksi.

Kedua mekanisme ini dapat timbul pada satu penderita

Esotropia akomodatif karena hiperophia

Hiperophia ini khas, timbulnya pada usia 2-3 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada bayi / usia yang lebih tua

Esotropia akomodatif karena rasio KA/A yang tinggi

Terjadi reaksi knvergensi abnormal sewaktu sinkinesis dekat. Kelainan refraksinya mungkin bukan hiperophia, meskipun sering ditemukan hiperophia sedang. Karena penyebabnya hypermetropia, maka pengobatannya adalah kacamata. Bila pengobatan ditunda sampai dari 6 bulan dari onsetnya, sering terjadi amblypobia. Untuk amblypobia pengobatannya dengan oklusi terlebih dahulu. v Kombinasi Keduanya

Paralytic (Non-Comitant)

v Pada strabismus selalu ada salah satu / lebih otot ekstra okuler yang paralitik dan otot yang paralitik selalu salah satu otot rectus lateral, biasanya sebagai akibat paralisis syaraf abdusen. v Penyebabnya :

Dewasa : CVA, Tumor (CNS, Nasopharyng), Radang CNS (Central Nervous System), Trauma. Bayi atau anak-anak : trauma kelahiran, kelainan kongenital.

v Pengobatan :

Operasi pada parese yang permanen Pada orang dewasa yang mengalami strabismus tiba-tiba, karena trauma dapat ditunggu sampai 6 bulan, karena kemungkinan ada perbaikan sendiri. Selama periode ini dapat dilakukan oklusi pada mata yang paralitik untuk menghindari diplopia.

1. Hypotropia Deviasi satu mata kebawah yang nyata dengan pemberian nama deviasi vertical berdasarkan kedudukan mata mana yang lebih tinggi tanpa memperhitungkan penyakit spesifik yang menyebabkan arah pandangan satu mata ke bawah (juling ke bawah). 1. Hypertropia : juling ke atas Deviasi satu mata keatas yang nyata Penyebab :

Kelainan anatomi congenital Pelekatan pita fibrosa abnormal Cidera kepala tertutup Tumor orbita, kerusakan batang otak dan penyakit sistemik seperti miastemia gravis ,sklerosis multiple dan penyakit grave.

1. Menurut Manifestasinya 1. Heterotropia : strabismus manifes (sudah terlihat) Suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata dimana kedua penglihatan tidak berpotongan pada titik fikasasi. Penyebab:

Herediter Anatomik Kelainan refraksi Kelainan persyarafan, sensorimotorik Kombinasi factor diatas

1. Heterophoria : strabismus laten (belum terlihat jelas) Penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat diatasi dengan reflek fusi.

1. Menurut Sudut Deviasi

1. Comitant Strabismus : sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi 2. Non Comitant Strabismus : sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan kasus disebabkan kelumpuhan otot ekstraokuler, karenaya sering disebut paralytic strabismus.

1. Menurut Kemampuan Fiksasi Mata 1. Unilateral Strabismus : bila suatu mata yang berdeviasi secara konstan 2. Alternating Strabismus : bila kedua mata berdeviasi secara bergantian

1. Menurut Waktu Berlangsungnya Strabismus 1. Permanent : mata tampak berdeviasi secara konstan 2. Pada keadaan tertentu misalnya lelah, demam, dll. Mata kadang-kadang tampak berdeviasi, kadang-kadang normal. 1. Sindrome A dan V Pada pola A terlihat lebih banyak esodeviasi / lebih sedikit exodeviasi pada pandangan keatas dibandingkan dengan pandangan ke bawah. Pola V menunjukkan lebih sedikit esodeviasi / lebih banyak exodeviasi pada pandangan ke atas dibandingan dengan pandangan kebawah. 1. MANIFESTASI KLINIS 1. Mata lelah 2. Sakit kepala 3. Penglihatan kabur 4. Ambliopia 5. Fiksasi silang 6. Hipermetropi 7. Diplopia 8. Hyperopia 9. Deviasi pada mata

1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. E-chart / Snellen Chart Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 3,5 tahun, sedangkan diatas umur 5 6 tahun dapat digunakan Snellen chart. 1. Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara

1. 2. 3. 4.

Objektif dengan optal moschope Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnya Dengan oklusi / menutup cat mata Menentukan anomaly refraksi

Dilakukan retroskopi setelah antropinisasidengan atropin 0,5 % 1 % 1. Retinoskopi Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara objectif dengan retinoskopi setelah atropinisasi dengan atropin 0,5 % 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara subbjektif seperti pada orang dewasa. 1. Cover Test : menentukan adanya heterotropia 2. Cover Uncovertest : menentukan adanya heterophoria 3. Hirsberg Test Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea. Cara : 1. 2. 3. 4. Penderita melihat lurus ke depan Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan setinggi kedua mata pederita Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita. Prisma + cover test

Mengubah arah optic garis pandang 1. Uji Krimsky Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakkan ditengah cahaya refleks kornea dengan prisma. 1. Pemeriksaan gerakan mata

Pemeriksaan pergerakan monokuler

Satu mata ditutup dan mata yang lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui .kelemahan seperti ini biasanya karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic.

Pemeriksaan pergerakan binokuler

Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara subjektif terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea ,kedua objek akan

terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan terlihat saling tindih,tetapi jika ada ketidak samaan menyebabkan fusi tidak memberikan kesan tunggal.

1. PENATALAKSANAAN 1. Orthoptic 1. Oklusi Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata yang ambliop.oklusi sebagian juga harus bisa dilakukan dengan membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai cara. 1. Pleotic 2. Obat-obatan 3. Latihan dengan synoptophone

1. Memanipulasi akomodasi 1. Lensa plus / dengan miotik Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai 1. Lensa minus dan tetes siklopegik Merangsang akomodasi pada anak-anak 1. Penutup Mata Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahunPrisma 1. Suntikan toksin botulin 2. Operatif 1. Recession : memindahkan insersio otot 2. Resertion : memotong otot ekstraokuler

1. KOMPLIKASI

2. Supresi Usaha yang tidak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia yang timbul akibat adanya deviasinya. 1. Amblyopia Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau tanpa koreksi kacamata dan tanpa adanya kelainan organiknya. 1. Anomalus Retinal Correspondens Suatu keadaan dimana favea dari mata yang baik (yang tidak berdeviasi) menjadi sefaal dengan daerah favea dari mata yang berdeviasi. 1. Defect otot Perubahan-perubahan sekunder dari striktur konjungtiva dan jaringan fascia yang ada di sekeliling otot menahan pergerakan normal mata.

1. Adaptasi posisi kepala Keadaan ini dapat timbul untuk mengindari pemakaian otot yang mengalami efecyt atau kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler. Adaptasi posisi kepala biasanya kearah aksi dari otot yang lumpuh.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Doenges, Marilyyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC http://www.anakku.net/forum/mata-julingstrabismus http://www.babyshare.wordpress.com/2008/06/01/strabismus-mata-juling/ http://www.jec-online.com http://www.klikdokter.com

http://www.klinikmatanusantara.com http://www.lensaprofesi.blogspot.com http://www.optiknisna.info/strabismus-memandang-tak-bisa-lurus.html Ilyas, Sidarta. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Kuncoro. Fungsi Sensorineural, Unit 14. Linda Jual, Carpenito. 1987. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : Buku Kedokteran. Radjamin, Tamin. 1984. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya : Airlangga University Press. Vaughan, Daniel. 1995. Oftalmologi Umum. Jakarta : Medika

You might also like