You are on page 1of 19

REFERAT OTOMIKOSIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorokan di RSUD Salatiga

Disusun Oleh

Nama No. Mahasiswa

: Veri Ambar Sari : 20080310216

Diajukan Kepada: dr. Yunie Wulandarrie, Sp. THT-KL, M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

HALAMAN PENGESAHAN REFERAT OTOMIKOSIS

Telah disetujui dan dipresentasikan Pada September 2013

Menyetujui, Dokter Pembimbing

dr. Yunie Wulandarrie, Sp. THT-KL, M. Kes

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu Alhamdulillahirabbilalamin dengan memanjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT. akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas referat Otomikosis ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat pendidikan profesi Kedokteraan pada Fakultas Kedokteraan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. dr. Yunie Wulandarrie, Sp. THT-KL, M. Kes selaku dosen pendidik klinik 2. Rekan-rekan dokter muda, serta semua pihak yang telah membantu. Penulisan referat ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu Salatiga, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI JUDUL .......................................................................................................................... 1 HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... 2 KATA PENGANTAR .................................................................................................. 4 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 6 A. B. A. B. C. D. A. B. C. D. E. G. H. Latar Belakang ............................................................................................... 6 Tujuan............................................................................................................. 7 Telinga luar .................................................................................................... 8 Telinga tengah ................................................................................................ 9 Telinga dalam ............................................................................................... 10 Fisiologi Pendengaran .................................................................................. 10 DIFINISI ...................................................................................................... 12 Epidemiologi ................................................................................................ 12 Etiologi ......................................................................................................... 13 Gejala klinis.................................................................................................. 14 Diagnosa ....................................................................................................... 15 Komplikasi ................................................................................................... 17 Prognosa ....................................................................................................... 17

BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA ...................................................... 8

BAB III OTOMIKOSIS .............................................................................................. 12

F. Penatalaksanaan ............................................................................................... 16

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Fungi, ( bahasa latin dari jamur ), adalah organism eukariotik, pembawa spora, hanya sedikit mengandung klorofil, dan bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual.Otomikosis atau Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur ( fungal otitis externa ) digambarkan sebagai infeksi akut, subakut maupun kronik oleh jamur yang menginfeksi epitelskuamosa pada kanalis auditorius eksternus dengan komplikasi yang jarang melibatkan telingatengah. Walaupun sangat jarang mengancam jiwa, proses penyakit ini sering menyebabkan keputusasaan baik pada pasien maupun ahli telinga hidung tenggorok karena lamanya waktuyang diperlukan dalam pengobatan dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinyayang begitu tinggi.1 Otomikosis adalah suatu bentuk penyakit yang umum ditemukan diseluruh belahan dunia. Frekuensinya bervariasi tergantung pada perbedaan zona geografik, faktor lingkungan, dan jugawaktu. Otomikosis adalah satu dari gejala umum yang sering dijumpai pada klinik-klinik THT dan prevalensinya mencapai 9 % dari keseluruhan pasien yang menunjukkan gejala dan tanda otitis eksterna. Walaupun terdapat perdebatan pendapat bahwa jamur sebagai penyebab infeksi, melawan pendapat lain yang menyatakan adanya koloni berbagai macam spesies sebagai responhost yang immunocompromise terhadap infeksi bakteri, kebanyakan studi laboratorium dan pengamatan secara klinis mendukung otomikosis sebagai penyebab patologis yang sebenarnya, dengan Candida dan Aspergillus sebagai spesies jamur yang terbanyak diperoleh dari isolatnya.2 Banyak faktor yang dikemukakan sebagai predisposisi terjadinya otomikosis, termasuk cuaca yang lembab, adanya serumen, instrumentasi pada telinga, status pasien yang immunocompromised, dan peningkatan pemakaian preparat steroid dan

antibiotik topikal. Pengobatan yang direkomendasikan meliputi debridement lokal, penghentian pemakaian antibiotik topikal dan anti jamur lokal atau sistemik. Berikut ini akan dibahas tentang anatomi telinga itu sendiri, karakteristik, gejala klinis, faktor-faktor predisposisi, dan komplikasi dari otomikosis, sehingga kita dapat mendiagnosa dan memberi pengobatan secara cepat dan tepat.2

B. Tujuan Tujuan referat ini adalah : Untuk mengetahui secara rinci tentang otomikosis Untuk mengetahui cara menegakkan diagnose dan penanganan Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang di perlukan

BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

A. Telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan panjang 2,53 cm.4

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen ( modifikasi kelenjar keringat ) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Serumen memiliki sifat antimikotik dan bakteriostatik dan juga repellant terhadap serangga. 4

Serumen terdiri dari lemak ( 46-73 % ), protein, asam amino, ion-ion mineral, dan juga mengandung lisozim, immunoglobulin, dan asam lemak tak jenuh rantai ganda. Asam lemak inimenyebabkan kulit yang tak mudah rapuh sehingga menginhibisi pertumbuhan bakteri. Oleh karena komposisi hidrofobiknya, serumen dapat membuat permukaan kanal menjadi impermeable, kemudian mencegah terjadinya maserasi dan kerusakan epitel. Otomikosis sendiri merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur yang terjadi di telinga bagian luar, yang terkadang disebabkan oleh ketiadaan serumen. 4

B. Telinga tengah Telinga tengah berbentuk kubus dengan : Batas luar : membran timpaniBatas depan : tuba eustachius Batas bawah : vena jugularis ( bulbus jugularis ) Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis. Batas atas : tegmen timpani ( meningen/otak ) Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval window ) dan tingkap bundar ( round window) dan promontorium. 4 Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida ( membrane sharpnell ), sedangkan bagian bawah pars tensa ( membran propria ). Pars flaksida hanya berlapisdua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh selkubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah,yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran didalam telinga saling berhubungan . Prosessus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat denganinkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada

tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring, dengan telinga tengah. 4

C. Telinga dalam Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah lingkaran danvestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebuth elikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. 4 Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat pada perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut dengan membrane vestibuli ( Reissners membrane ), sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak Organ corti. Pada skala mediaterdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basalismelekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk Organ Corti. 4

D. Fisiologi Pendengaran Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran. Adapun fisiologi pendengaran adalah sebagai berikut : Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengarandan perkalian perbandingan luas membran

timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis danmembran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadiny adefleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut ,sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran ( area 39-40 ) di lobus temporalis. 4

BAB III OTOMIKOSIS

A. DIFINISI Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur, yang superficial pada kanalis auditorius eksternus. Otomikosis ini sering dijumpai pada daerah yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat akutdan subakut, dan khas dengan adanya inflammasi, rasa gatal, dan ketidaknyamanan. Mikosis

inimenyebabkan adanya pembengkakan, pengelupasan epitel superfisial, adanya penumpukandebris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri. 5

B. Epidemiologi Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah dengancuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah raga air. 1 dari 8 kasus infesitelinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi jamur ini disebabkan oleh Aspergillus spp, dan selebihnya adalah Candida spp. Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai pada daerah dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis berasal darinegara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ), diagnosis otitis eksterna yangdisebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas.5 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis dijumpai lebih banyak pada wanita ( terutama ibu rumah tangga ) daripada pria. Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Hueso,dkk, dari 102 kasus ditemukan55,8 % nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan wanita.

C. Etiologi

Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis, meliputi ketiadaanserumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma lokal, yang biasanyasering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds) dan alat bantu dengar. Serumen sendirimemiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olah raga air misalnya berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya kanalis auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada telinga.

Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis allergika, dan asthma.5 Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit, terutama Aspergillus niger . Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A. fumigatus, Allescheria boydii,Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia, dan Candida Spp. Sebagai tambahan, otomikosisdapat merupakan infeksi sekunder dari predisposisi tertentu misalnya otitis eksterna yang disebabkan bakteri yang diterapi dengan kortikosteroid dan berenang. 5 Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi jamur yang patogenik, tetapi bagaimana mekanismenya sampai sekarang belum dimengerti. Beberapa darifaktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya infeksi, seperti perubahan epitel, peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan kuantitatif dari serumen, faktor sistemik ( sepertigangguan imun tubuh, kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia ), faktor lingkungan ( panas, kelembaban ), riwayat otomikosis sebelumnya, Otitis media sekretorik kronik, postmastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas pada telinga. 5 D. Gejala klinis

Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna pada umumnya yakni otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, kemudian diikuti dengan kurangnya pendengaran, rasa penuh pada telinga dan gatal.4 Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho,et al pada tahun 2006, yakni dari 132 kasus otomikosis didapati persentase masing- masing gejala otomikosis sebagai berikut :

Tabel 1. Presentase masing-masing gejala otomikosis


Simptom Otalgia Otorrhea Kehilangan pendengaran Rasa penuh pada telinga Gatal Tinnitus Jumlah Pasien ( n ) 63 63 59 44 20 5 Persentase ( % ) 48 48 45 33 23 4

Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai kedalam,sampai ke membran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.6 Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaankulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan granulasi diantara kanalis eksterna atau pada membran timpani.6 E. Diagnosa

Diagnosa didasarkan pada : Anamnesis. Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari telinga. Yang paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya. 6 Gejala Klinik. Yang khas, terasa gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dandapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3

bagian luar. Didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan kulit. 6 Pemeriksaan Laboratorium Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 % akantampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemyukan spora-spora kecildengan diameter 2-3 u. 6 Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar.Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament berwarna putih. Denganmikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya. 6 F. Penatalaksanaan

Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering , jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan. 6 Pengobatan yang dapat diberikan seperti : Larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol, larutan lodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotic dan steroid yang diteteskan ke liang telinga. Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik, seperti preparat yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole, dan anti jamur yang diberikan secarasistemik.8 Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah tersebut, mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan terapi yang adekuat ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi apapun yang dapat merubah

homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka akan membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.5

G. Komplikasi

Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari membrane timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi, dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16 % dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan konsekuens iinokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksitersebut dari kulit sekitarnya.6

H. Prognosa

Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat terapi dengananti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi ( penyembuhan ) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditoriuseksternus masih terganggu. 6

BAB IV KESIMPULAN

Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur baik bersifat akut, sub akut, maupun kronik yang terjadi pada liang telinga luar ( kanalis auditorius eksternus). Gejala dari otomikosis dapat berupa nyeri pada telinga, keluarnya secret (otorrhea ), gatal, sampai berkurangnya pendengaran. Faktor predisposisi yang menyebabkannya meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi karena sering beraktifitas dalam air seperti berenang, dan penggunaan kortikosteroid, dananti mikroba pada infeksi sebelumnya. Spesies yang paling terbanyak menyebabkan infeksi ini adalah dari genus Aspergillumdan Candida. Pengobatan dengan menjaga kebersihan telinga, mengurangi kelembaban dan faktor-faktor predisposisinya, dan pemakaian anti fungal baik secara lokal maupun sistemik.

DAFTAR PUSTAKA 1. K Murat Ozcan, Muge Ozcan, Aydin Karaarslan, & Filiz Karaarslan. (2003). Otomycosis in Turkey: Predisposing factors, aetiology and therapy. The Journal of Laryngology and Otology

2. Tang Ho, Jeffrey T Vrabec, Donald Yoo, Newton J Coker. (2006). Otomycosis : Clinical featuresand treatment implications. The Journal of Otolaryngology-Head and neck Surgery 3. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis : Otomycosis 4. Soetirto, I. Hendarmin, H. Bashiruddin, J. Gangguan Pendengaran. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung Tenggorok Kepala Leher. Eds 6. Jakarta : FK UI. 2007 5. Fungal Ear Infection. available from www.patient.co.uk 6. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri,dkk. (2001). Otomikosis. Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta: Media Aesculapius
7. Ali Zarei Mahmoud abadi. (2006). Mycological Studies in 15 Cases of Otomycosis. Pakistan Journal of Medical Sciences, 22 (4 ),486-488

8. Hafil, A. Sosialisman. Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung Tenggorok Kepala Leher. Eds 6. Jakarta : FK UI. 2007

You might also like