You are on page 1of 8

Asumsi dalam Filsafat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN
Dalam buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer yang ditulis oleh Jujun S. Suriasumantri, didalamnya ia mendeskripsikan asumsi se ara rin i dengan menghadirkan sebuah erita dengan lakon dua tokoh penembak yang memiliki latar belakang yang berbeda, pertama seorang penembak ulung dan yang kedua seorang petani yang tidak mempunyai pengalaman dalam dunia tembak, lalu keduanya dipertemukan dalam sebuah arena adu tembak, dan dari sinilah asumsi mulai bermun ulan dari berbagai pihak untuk mengambil peruntungan siapa yang akan mereka jagokan! "ereka pun mulai berspekulasi agar tidak salah dalam memilih orang yang akan mereka jagokan. #emungkinan yang pertama tentunya kemenangan sangat jelas berpihak kepada si penembak ulung jika dilihat dari pengalaman yang telah dia jalani dalam dunia tembak, dan kemungkinan tersebut sangatlah besar peluangnya untuk lolos menjadi pemenang. $alu disana pun masih ada kemungkinan kedua yaitu keberuntungan si petani untuk lolos menjadi pemenang, %alaupun keahlian menembak tak dia kuasai, tetapi paling tidak masih ada sedikit peluang untuknya agar menjadi pemenang dalam adu tembak ini. Setelah menyimak erita tersebut kita pun mulai ikut berasumsi &menduga'duga( manakah yang akan lolos menjadi pemenang! Si jago tembak kah sesuai dengan hukum alam yang berlaku! )tau si petani kah karena peluang yang dimilikinya memba%a dia kepada keberuntungan! )sumsi dalam kajian filsafat ilmu tergolong ke dalam kelompok ontologi, yaitu bab yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk konkret atau abstrak &*akhtiar+ ,--.(/01. )sumsi berperan sebagai dugaan2 andaian terhadap objek empiris untuk memperoleh pengetahuan. Ia diperlukan sebagai arah

atau landasan bagi kegiatan penelitian sebelum sesuatu yang diteliti tersebut terbukti kebenarannya.

BAB II PEMBAHASAN
A. Ontologi Se ara bahasa 3ntologi berasal dari bahasa 4unani yaitu yang terdiri dari dua kata, yaitu on yang merupakan bentuk netral dari oon dengan bentuk genitifnya ontos yang bermakna yang ada atau pengada, dan logos yang bermakna ilmu./,1 "aka dapat disimpulkan bah%a ontologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang yang ada. Sedangkan pengertian 3ntologi se ara istilah dikemukakan oleh beberapa ahli filsafat, seperti Suriasumantri yang mendefinisikan ontologi sebagai ilmu yang membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh yang kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada./51 Suriasumantri juga menyatakan bah%a ontologi itu adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar'akar atau hal yang paling mendasar tentang apa yang disebut dengan ilmu./.1 Sedangkan menurut 6im Dosen Filsafat Ilmu 78" &,--5(, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang apa hakikat ilmu itu, dan apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada itu./91 "aka dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bah%a ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada serta mengkaji hakikat kebenaran dari yang ada itu dengan tidak mengabaikan bukti yang empiris dan persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada itu. 3ntologi dalam filsafat merupakan bidang yang men oba untuk men ari hakikat tentang sesuatu, di dalam proses pen ariannya ini maka asumsi dibutuhkan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan tersebut menjadi meluas. )sumsi menjadi suatu landasan berfikir sebelum hakikat kebenaran dalam pengetahuan tersebut tampak adanya. B. Asumsi
Idealnya ilmu pengetahuan bebas asumsi. Ini dikarenakan ilmu pengetahuan sebenarnya berasal dari kritik terhadap filsafat idealisme yang selalu terjebak dalam asumsi. Ilmu pengetahuan ingin membuang asumsi-asumsi yang tak berdasar dan menggantikannya dengan sebuah pemikiran yang murni Induksi. Berasal dari pengamatan yang jelas tanpa terjebak dengan teori-teori lalu yang bisa salah. Semua pernyataan harus dibuktikan secara empiris. Sayangnya hal semacam ini sangat tidak mungkin. Ilmu pengetahuan akan selalu menyimpan asumsi di dalamnya. Dalam sebuah percobaan seorang ilmuan tidak bisa tidak terperangkap dalam sebuah kondisi sosio-historis-kultural. Misal, dalam sebuah percobaan beberapa orang ilmuan mencoba mengetahui apa saja yang mempengaruhi titik didih sebuah benda. Dia kemudian meletakkan air di sebuah teko besi dan merebus benda itu dengan api. Kemudian berturut-turut mereka memakai teko perunggu, teko emas, teko perak. Ini untuk menentukan apakah adah mempengaruhi titik didih air. Salah seorang filsuf le at sambil mengorek-orek hidungnya. !"h, kenapa kalian merebus benda itu#$. Ilmuan-ilmuan itu kemudian menja ab !"h, kami sedang mengadakan percobaan dengan merebus benda itu#$ Sang filsuf kemudian bertanya !%idakkah kalian pikir bah a arna juga mempengaruhi, bagaimana kalau kalian coba adah dengan berbagai arna$. &ara ilmuan terta a !Mana mungkin arna mempengaruhi titik didih$.

Ini menunjukkan bah a sebelum melakukan penelitian ilmuan sudah memiliki asumsi. 'sumsi itu adalah bah a beda jenis adah akan mempengaruhi titik didih api, bukan arna. Mereka juga tidak memilih penelitian dalam berbagai bentuk adah. Ini artinya sebelum penelitian dilakukan, mereka sudah memiliki asumsi sehingga akan berpengaruh dengan penelitian.

Dari erita di atas, asumsi dapat diartikan sebagai dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berfikir karena dianggap benar. Sedangkan pengertian asumsi dalam filsafat ilmu ini merupakan anggapan2 andaian dasar tentang realitas suatu objek yang menjadi pusat penelaahan atau pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah yang diperlukan dalam pengembangan ilmu. 6anpa asumsi anggapan orang atau pihak tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan ka amata apa. :rnan " "ullin seorang Professor :meritus filsafat di 7ni;ersitas of <otre Dame, 7S) &,--,( pun menyatakan tentang pentingnya keberadaan asumsi dalam suatu ilmu pengetahuan, ia mengatakan bah%a hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu objek sebelum melakukan penelitian/=1. Dalam mendapatkan pengetahuan seorang ilmu%an2 peneliti harus membuat berma am asumsi mengenai objek'objek empiris karena dalam menentukan asumsi hanya bisa dilakukan oleh si ilmu%an2 peneliti sendiri sebelum melakukan kegiatan penelitian, apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari suatu ilmu yang akan ditelitinya. Semakin banyak asumsi akan semakin sempit ruang gerak penelitiannya. )sumsi diperlukan karena pernyataan asumtif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan. Suriasumantri menyatakan bah%a sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama bisa menerima asumsi yang dikemukakan./>1 Semua ilmu mempunyai asumsi'asumsi ini, baik yang dinyatakan se ara tersirat maupun se ara tersurat. Se ara garis besar kita mengambil ontoh dua bidang ilmu yang berbeda yaitu antara ilmu social dan sains. Petama, dalam ilmu ekonomi &salah satu abang ilmu social(, asumsi dikenal dengan istilah Cateris Paribus, istilah ini seringkali digunakan sebagai suatu asumsi yang menyederhanakan beragam formulasi dan deskripsi dari berbagai anggapan ekonomi,/?1 ontohnya asumsi akan harga suatu barang, dinyatakan bah%a harga barang akan meningkat ketika permintaan terhadap barang tersebut meningkat. Kedua, dalam ilmu sains, asumsi disebut dengan istilah Kausalitas, yaitu suatu asumsi dasar yang dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian &sebab( dan kejadian kedua &akibat2 dampak( yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama/@1, ontohnya asumsi tentang hujan, dinyatakan bah%a adanya a%an tebal dan langit gelap2 mendung merupakan pertanda akan turun hujan, hal tersubut bukanlah suatu kebetulan tetapi memang polanya sudah demikian, kejadian tersebut akan terus berulang dengan pola yang sama. Dalam mengembangkan ilmu, kita harus bertolak dengan mempunyai asumsi2 anggapan yang sama mengenai hukum'hukum alam dan objek yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu alam ataupun ilmu'ilmu sosial. Ilmu alam membahas asumsi mengenai Aat, ruang, dan %aktu. Ilmu sosial mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia. 1. Asumsi Mengenai Hukum Alam Suatu peristi%a alam tak luput dari adanya asumsi, semuanya tidaklah terjadi se ara kebetulan saja, namun memiliki pola yang tetap dan teratur, seperti langit mendung pertanda akan turun hujan %alaupun masih terdapat peluang ke il disana bah%a hujan pun terkadang tidak turun meski langit telah berubah menjadi mendung, akan tetapi kejadian langit mendung kemudian turun hujan sering kali terulang dan menjadi suatu sistem yang teratur.

)sumsi terhadap hukum alam ini pun berbeda'beda menurut kelompok penganut paham berikut iniB a. Deterministik #elompok penganut paham ini menganggap hukum alam tunduk kepada hukum alam yang bersifat uni;ersal &determinisme(. Cilliam Damilton dan 6homas Dobbes dua orang tokoh yang menyimpulkan bah%a pengetahuan bersifat empiris yang di erminkan oleh Aat dan gerak yang bersifat uni;ersal. Pada kenyataannya ilmu sainslebih kental dengan sifat deterministik ini jika dibandingkan dengan ilmu social, ontohnya perhitungan tahun dinyatakan bah%a dalam satu tahun terdapat 0, bulan, 5=9 hari, ?>=- jam, dst. b. Pilihan bebas #elompok penganut paham ini menganggap hukum yang mengatur itu tanpa sebab karena setiap gejala alam merupakan pilihan bebas. Penganut ini menyatakan bah%a manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya tanpa terikat hukum alam. #ebalikan dari deterministik bah%a ilmu social menemukan banyak karakteristiknya disini dibandingkan dengan ilmu sains, ontohnya seorang pengusaha baju ingin membuka satu abang perusahaan di %ilayah pedalaman Irian Jaya yang penduduknya tidak mengetahui tentang fashion serta belum mengetahui ara berpakaian, apakah perusahaannya akan mengalami kesuksesan disana! tentunya dia dihadapkan diantara dua pilihan ya atau tidak. )sumsi yang pertama, ya dia akan mengalami kesuksesan karena dia menjadi pelopor di %ilayah tersebut, dia akan memperkenalkan kepada penduduk setempat apa itu pakaian, bagaimana penggunaannya, serta apa keuntungannya, bahkan dia menjadi satu'satunya trendsetter di tempat itu, sehingga seluruh penduduk disana hanya akan membeli pakaian hanya dari hasil produksinya. )sumsi yang kedua, tidak akan mengalami kesuksesan karena dia akan menghadapi kerugian besar disebabkan tak ada satu penduduk pun yang akan membeli produknya, memang karena mereka telah terbiasa menggunakan koteka saja tanpa pakaian lengkap atau trendy. Dari kedua asumsi tersebut, keduanya adalah pilihan bebas dan orang bisa bebas memilih salah satu diantaranya sesuai dengan asumsi yang diyakininya. . Probabilistik #elompok penganut paham ini berada diantara deterministik dan pilihan bebas yang menyatakan bah%a gejala umum yang uni;ersal itu memang ada namun sifatnya berupa peluang &probabilistik(. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bah%a hukum alam tunduk kepada hukum alam &deterministik( akan tetapi suatu kejadian tertentu tidak harus selalu mengikuti pola tersebut. Jujun &0@@,( memaparkan bah%a ilmu itu tidak mengemukakan kalau E selalu mengakibatkan 4, melainkan E memiliki peluang yang besar untuk mengakibatkan terjadinya 4/0-1. Sebagai ontoh sederhananya, langit mendung pertanda akan turun hujan &sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya(, memang disana terdapat peluang besar akan datangnya hujan, tetapi masih ada peluang ke il didalamnya bah%a tidak akan datang hujan %alaupun langit telah mendung. Ilmu mempelajari tentang hukum alam. )gar ilmu itu ada kita harus mengasumsikan bah%a hukum yang mengatur semua kejadian itu ada. 6anpa asumsi itu berbagai ilmu tidak bisa lahir. Dukum diartikan sebagai aturan main atau pola kejadian yang diikuti sebagian besar orang, gejalanya berulang kali dapat diamati dan menghasilkan hasil yang sama. Ilmu tidak mempelajari kejadian yang seharusnya melainkan mempelajari kejadian sebagaimana adanya. )liran determinisme ini berla%anan dan ditentang oleh penganut paham fatalisme dan penganut paham pilihan bebas. "enurut aliran fatalisme bah%a semua kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu. Jika kita ingin hukum kejadian itu berlaku bagi seluruh manusia maka kita bertolak dari paham determinisme. Jika kita ingin hukum kejadian

yang pas bagi tiap indi;idu kita berpaling pada paham pilihan bebas. Sedangkan jika kita memilih posisi di tengah mengantarkan kita pada paham probabilistik. Jika kita menginginkan hukum yang bersifat mutlak dan uni;ersal, kesulitannya adalah dalam kemampuan manusia untuk memenuhi semua kejadian. "isalnya matahari selalu terbit dari timur, beranikah kita menyimpulkan bah%a kapan matahari akan terbit dari barat! Di lain pihak jika menginginkan keunikan indi;idual seperti yang diikuti paham pilihan bebas, maka akan ada kesulitan dalam hal praktis dan ekonomis. #ompromi di antara kutub determinisme dan paham pilihan bebas, ilmu menjatuhkan pilihannya pada asumsi atau penafsiran probabilistik &bersifat peluang(. . Asumsi dalam Ilmu Ilmu yang paling maju yaitu fisika karena mempunyai akupan objek Aat, gerak, ruang, dan %aktu. <e%ton dalam bukunya Philosophiae Naturalis Principia Mathematica &0=?=( berasumsi bah%a keempat komponen ini bersifat absolut. Fat bersifat absolut dan dengan demikian berbeda se ara substantif dengan energi. Sedangkan :instein berbeda pendapat dengan <e%ton, dalam The Special Theory of elati!ity&0@-9( berasumsi bah%a keempat komponen itu bersifat relatif. 6idak mungkin kita mengukur gerak se ara absolut. )sumsi dalam ilmu sosial lebih rumit. "asing'masing ilmu sosial mempunya berbagai asumsi mengenai manusia. Siapa sebenarnya manusia! Ja%abnya tergantung kepada situasinya B dalam kegiatan ekonomis maka dia makhluk ekonomi, dalam politik maka dia politi al animal, dalam pendidikan dia homo edu andum. Dal G hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan asumsiB )sumsi harus rele;an dengan bidang dan tujuan pengkajian disipin keilmuan. )sumsi ini harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkajian teoretis. )sumsi harus positif bukan normatif. )sumsi harus disimpulkan dari keadaan seba"aimana adanya bukan ba"aimana keadaan yan" seharusnya. Dalam kegiatan ekonomis manusia yang berperan adalah manusia Hyang men ari keuntungan sebesar'besarnya dengan pengorbanan seke il'ke ilnyaI dan inilah yang dijadikan sebagai pegangan. )sumsi seperti ini dipakai dalam penyusunan kebijaksanaan atau strategi, serta penjabaran peraturan lainnya, <amun penetapan asumsi yang berdasarkan keadaan yang seharusnya ini seyogyanya tidak dilakukan dalam analisis teori keilmuan sebab metafisika keilmuan berdasarkan kenyataan sesungguhnya berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Seseorang ilmu%an harus benar'benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda, maka akan berbeda pula konsep pemikiran yang dipergunakan. !. Asumsi Mengenai O"#ek Em$i%is Dalam mendapatkan pengetahuan, seorang ilmu%an melakukan berbagai ma am asumsi mengenai objek'objek empiris. )sumsi diperlukan sebagai landasan dan penunjuk arah dalam kegiatan penelaahan mereka. )sumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. *ahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompat suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau hampa fakta dan data sekalipun/001. )dapun beberapa ilmu yang mengemukakan beberapa asumsi mengenai objek empiris, yaituB

a. b. . d.

a.

"enganggap bah%a objek'objek tertentu mempunyai kesamaan satu sama lain. Seperti dalam hal bentuk, struktur, dan sifat. *erdasarkan ini, maka dapat dikelompokkan beberapa objek yang serupa ke dalam satu golongan. #lasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap objek'objek yang ditelaahnya dan taksonomi merupakan abang keilmuan pertama yang menggunakan teori ini. Setelah taksonomi, mulai berkembang konsep perbandingan atau komparatif. Dengan klasifikasi ini, maka indi;idu dalam satu kelas tertentu mempunyai iri' iri yang serupa. Jontohnya seperti yang dilakukan oleh $innaeus &0>->'0>>?(, seorang biolog yang mengklasifikasikan he%an dan tumbuhan sesuai dengan kelas tertentu. b. "enganggap bah%a suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka %aktu tertentu. #egiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam keadaan tertentu. #egiatan ini tidak mungkin dilakukan apabila objek selalu berubah'ubah tiap %aktu. Calaupun tidak mungkin menuntut adanya kelestarian yang relatif atau sifat'sifat pokok suatu benda tidak berubah dalam jangka %aktu tertentu, misalnya ilmu yang mempelajari tentang benda'benda ruang angkasa, planet'planet memperlihatkan perubahannya dalam jangka %aktu yang relati; lama. . "enganggap bah%a setiap gejala bukan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. 6iap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan'urutan yang sama dan gejala itu akan mengikiti pola yang ada. "isalnya sate yang dibakar akan mengeluarkan bau sedap yang menggugah selera makan. Ini bukanlah suatu kebetulan sebab memang sudah seperti itu hakekatnya suatu pola, karena sate apabila dibakar akan selalu menimbulkan bau yang merangsang selera. /0,1

BAB III &ESIMPULAN


#eberadaan asumsi sebagai bagian dari filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting karena asumsi berfungsi sebagai bagian yang mendasar yang harus ada. )sumsi memiliki posisi di berbagai bidang disiplin keilmu%an bahkan keberadaan asumsi pun ada dalam hukum alam sekalipun karena segala yang terjadi di alam ini bukanlah suatu kebetulan semata akan tetapi terdapat pola'pola tertentu yang terus terulang. Sedangkan dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan menentukan asumsi pokok (the standard presumption) dari keberadaan suatu objek penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian oleh si peneliti itu sendiri, karena asumsi akan dapat memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan. Dalam mendapatkan pengetahuan seorang ilmu%an harus dapat melakukan berbagai ma am asumsi mengenai objek'objek empiris. )sumsi ini akan menjadi penunjuk arah baginya dalam kegiatan penelaahan. Semakin banyak asumsi akan semakin sempit ruang gerak penelitiannya. Jika si peneliti mendapatkan asumsi yang benar maka asumsi tersebut akan menjembatani tujuan penelitiannya sampai kepada penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. *ahkan asumsi tersebut berguna sebagai jembatan untuk melompat dari suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau hampa fakta dan data sekalipun.

You might also like