You are on page 1of 2

ANALISA PERMANGANOMETRI DALAM CAMPURAN 4.

2 Dasar Teori Kalium manganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbedabeda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan dari 1 sampai dengan 7 yang semuanya stabil, kecuali 1 dan 5 (Harjadi, 1993). Oksanion logam-logam golongan III tertentu seperti kromat CrO42-, maupun permanganat MnO4- direduksi oleh hidrogen sulfida dalam suasana asam klorida menjadi masing-masing ionion kromium (III) dan mangan (II). Jadi, dalam pengerjaan analisis sistematik suatu cuplikan yang tak diketahui, anion-anion ini sudah diubah menjadi kation-kation golongan III yang bersangkutan ketika proses pemisahan mencapai tahap ini. Maka jika kromium (III) dan/atau mangan (II) ditentukan keadaan oksidasi semula dari logam-logam ini harus diuji dengan memakai cuplikan yang asli (Svehla, 1985). Reduksi permanganat dalam larutan asam, reduksi berlangsung sampai ke pembentukan ion mangan (II) yang tak berwarna. Pereduksi yang dapat dipakai hidrogen sulfida, sulfur dioksida, besi (II) sulfat, kalium iodida, natrium nitrit, dan asam oksalat (Fatyasari, 2006). Kebanyakan titrasi dilakukan dalam keadaaan asam, disamping itu ada beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan organik. Daya oksidasi MnO4- dalam keadaan ini lebih kecil sehingga letak kesetimbangan kurang menguntungkan. Untuk menarik kesetimbangan ke arah hasil titrasi, titrat ditambah Ba2+ yang dapat mengendapkan ion MnO42sebagai BaMnO4. selain menggeser kesetimbangan ke kanan, pengendapan ini juga mencegah reduksi MnO42- itu lebih lanjut (Harjadi, 1993). Karena daya oksidasi yang besar dalam keadaan asam itu, banyak titrasi yang dapat dilaksanakan. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas analat yang dapat dioksidasi seperti misalnya Fe2+, asam/garam oksalat yang dapat larut, dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung, antara lain : ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn dan Hg (II) yang mula-mula diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci dilrutka dengan H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. Ionion Ba dan Pb juga dapat diendapkan sebagai garam kromat, setelah disaring, dicuci dan dilarutkan dalam asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4 (Harjadi, 1993). Kalium permangat merupaakan oksidator kuat dalam larutan bersifat asam. Dengan reaksi sebagai berikut: MnO4- + 5e + 8H+ Mn2+ + 4H2O E = +1,51V Reaksi ini tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda bakunya diukur secara tidak langsung. Potensial elektroda sangat tergantung pada pH, karena itu titrasi dilakukan dalam larutam yang bersifat asam kuat (H2SO4 1 N). sedangkan bobot tera permanganat adalah seperlima dari bobot rumusnya (Rivai, 1995) http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/07/analisa-permanganometri-dalam-campuran.html

Kalium permanganat mampu mengoksidasi air sebagai berikut : 4MnO4- + 2H2O 4 MnO2 + 3O2 + 4OHKonstan kesetimbangan reaksi ini juga besar, tetapi lajunya juga kecil. Tampak bahwa asam akan menggeser reaksi ke kanan. Selain itu, MnO2 merupakan katalisator (otokatalisator). Juga basa, cahaya, panas dan ion Mn2+ akan mempercepat reaksi tersebut. Tak heran bila buret bekas KMnO4 sering tampak kecokelat-cokelatan akibat MnO2 yang terbentuk. Janganlah menambahkan sejumlah besar KmnO4 lalu memanaskannya, misalnya untuk suatu titrasi kembali (Harjadi, 1993). Kristal KMnO4 untuk pembuatan larutan sering terkontaminasi dengan MnO2, disamping itu MnO4 juga mudah terbentuk di dalam larutan karena adanya berbagai bahan organik. Maka pada pembuatan larutannya, sesudah kristal larut sebaiknya larutan dipanaskan untuk mempercepat oksidasi zat-zat organik. Setelah dingin, larutan disaring untuk memisahkan MnO2. tentu penyaringan ini tidak boleh menggunakan kertas saring karena mudah teroksidasi selanjutnya, larutan disimpan dalam botol berwarna gelap dan tanpa penambahan basa. Standarisasi ulang perlu sering dilakukan (Harjadi, 1993).

4.4.2 Pembahasan 4.4.2.2 Penentuan Kadar Nitrit Penentuan kadar nitrit dalam suatu sample dapat ditentukan melalui titrasi redoks menggunakan larutan baku kalium permanganat. Penitrasian ini dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda dengan standarisasi larutan kalium permanganat. Perbedaannya pada standarisasi larutan kalium permanganat, KMnO4 yang digunakan sebagai titran. Sedangkan pada penentuan kadar nitrit, NaNO3 yang digunakan sebagai titran. Penambahan H2SO4 dilakukan karena H2SO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat laju reaksi dalam keadaan asam. Serta bertujuan untuk mmperkecil besarnya energi aktifasi yang timbul dan juga agar tidak menghasilkan reaksi samping. Reaksi yang terjadi : MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan kata lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen) ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan warna ini terjadi karena titik ekivalen dicapai. Titik ekivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat. Selama titrasi berlangsung KMnO4 lenyap bereaksi. Tetapi, setelah titrat habis KMnO4 ini warnanya memudar hingga lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+ hasil titrasi. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut : 5NO2- + 2MnO4- + 6H+ 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/07/analisa-permanganometri-dalam-campuran.html

You might also like