Professional Documents
Culture Documents
PERASAAN KECEWA
Teori dan kenyataan dalam praktek bahwa perasaan kecewa akan mempengaruhi turunnya motivasi kerja adalah benar. Semakin tinggi rasa kecewa seseorang, semakin turun motivasi kerjanya. Sebaliknya jika rasa kecewa rendah, motivasi kerja menjadi tinggi. Padahal perasaan kecewa bisa muncul setiap saat dengan seribu satu penyebab. Akankah motivasi kerja hilang setiap saat, atau naik turun mengikuti irama perasaan kecewa ??
Secara psikologis sangat erat kaitannya antara perasaan kecewa dan motivasi kerja. Betapa rapuh dan fluktuatifnya motivasi kerja kita, jika terus terkait dengan rasa kecewa, karena kecewa bisa terjadi setiap saat. Oleh karena itu, motivasi kerja seharusnya dikaitkan dg gaji. Selama masih menerima gaji, maka semangat atau motivasi kerja harus tetap tinggi. Hubungan antara kecewa dan motivasi harus kita potong. Orang boleh kecewa tetapi jangan turun semangat kerjanya, kecuali jika kita sudah tidak mau menerima gaji lagi.
Kesadaran diri bahwa perasaan kecewa yg berkelanjutan dan bahkan berkembang, akan menyiksa diri membantu dalam mengelola perasaan kecewa yang muncul. Rasa kecewa yang berkelanjutan akan berubah menjadi rasa frustasi, yang tidak hanya menurunkan motivasi kerja pada titik nol, tetapi bisa minus, yang membuat seseorang menjadi trouble maker atau provokator.
Gantungkan cita-citamu setinggi langit, memang kata-kata bijak yang dapat memompa semangat diri, tetapi juga bisa membuat frustrasi. Dalam hal untuk mengurangi tingginya intensitas perasaan kecewa, akan lebih bijak kalau angan-angan disesuaikan dengan kemampuan. Munculnya perasaan kecewa, sering terjadi karena antara angan-angan dan kenyataan tidak sama.
yang ada di balik suatu kejadian. Kebanyakan kita langsung mengambil kesimpulan bahwa suatu kejadian yang kurang menguntungkan betul-betul memang merupakan nasib yang kurang baik, padahal akhirnya memunculkan perasaan kecewa. Padahal apa yang terjadi saat ini adalah yang terbaik, kita baru akan tahu hikmah suatu kejadian selang beberapa waktu kemudian. Orang yang menyadari akan hikmah suatu kejadian, relatif dapat mengendalikan perasaan kecewa.
sangat berbeda dengan ngoyo (memaksakan diri). Orang ngoyo seringkali kecewa dan sering menggunakan segala cara untuk memenuhi harapannya. Orang ngoyo tingkat intensitas rasa kecewanya jauh lebih tinggi, karena orang seperti ini biasanya justru berakhir tidak seperti yang diharapkan, bahkan terjadi penyesalan yang sangat mendalam.
bahwa manusia merencanakan Tuhan menentukan, mendorong kepada suatu kesadaran bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan menentukan suatu kejadian, namun diberi kebebasan oleh Tuhan untuk berusaha dan mensyukuri ketentuan hasil usahanya. Orang-orang yang memahami, meyakini, dan menyadari ungkapan tersebut, relatif lebih bisa mengendalikan perasaan kecewa.
berlebihan, merupakan salah satu penyakit hati atau jiwa, namun orang kecewa adalah manusiawi dan normal. Yang menjadi suatu keharusan adalah bagaimana mengendalikan, sehingga rasa kecewa tidak berkembang, tapi teredam. Banyak cara untuk meredam rasa kecewa, tapi yang penting adalah kesadaran atas dirasakannya rasa kecewa dan ada niatan untuk segera meredamnya. Akan lebih hebat jika bisa merubah perasaan kecewa, menjadi motor penggeraknya motivasi kerja.
dikendalikan, maka jalan pamungkasnya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Bersudud, bersyukur, memohon ampun, memohon petunjuk dan berdoa, karenaTuhanlah yang menguasai segala perasaan manusia. AminAmin..