You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertebrae atau tulang belakang merupakan tulang yang sangat penting bagi manusia. Struktur dari vertebra terdiri dari ruas-ruas tulang yang tersusun secara vertical sehingga membentuk postur tubuh mausia menjadi tegak. Ruas ruas itu terdiri dari tujuh ruas tulang cervical, dua belas ruang tulang thorakal, lima tulang lumbal, sacrum, dan koksigis. Selain itu tulang vertebra merupakan tempat keluarnya medulla spinals dan roots nerve. Saraf saraf ini kemudian menjalar ke seluruh tubuh sebagai media untuk menghantarkan impuls pada otak untuk mengeksekusi perintah tersebut. Medulla spinalis dan akar saraf merupakan bagian yang sensitif pada tulang belakang. Sehingga apa bila ada kerusakan pada saraf akan terjadi gangguan gangguan yang sesuai dengan lesi sarafnya, baik itu pada tingkat dermatom ataupun miotom. Kerusakan ini bisa muncul karena berbagai penyebab, seperti trauma, postur yang salah, patologis atau degenerasi. Lesi pada ruas ruas belakang membawa dampak yang berbeda. Bergantung pada tingkatan ruas mana yang terkena. Salah satu contohnya adalah gangguan brachialgia karena penjepitan atau penekanan pada saraf saraf yang keluar melalui ruas tulang cervical. Gangguan ini akan berdampak disepanjang penjalaran saraf yang terkena. Tiga puluh satu pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra tempat munculnya saraf tersebut.

Dermatom

Saraf serviks Saraf toraks Saraf lumbal Saraf sacral Saraf koksigis

: 8 pasang ,yaitu C1 C8. : 12 pasang ,yaitu T1 T12. : 5 pasang ,yaitu L1 L5. : 5 pasang ,yaitu S1 S5. : 1 pasang

Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, saraf kemudian bercabang menjadi empat divisi yaitu : cabang meningeal, ramus dorsal, cabang ventral dan cabang viseral. Pleksus adalah jaring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf spinal, kecuali TI dan TII yang merupakan awal saraf interkostal. Sistem Saraf Otonom merupakan sistem motorik eferen visceral. Sistem ini menginervasi jantung; seluruh otot polos, seperti pada pembuluh darah dan visera serta kelenjar-kelenjar. SSO tidak memiliki input volunteer ; walaupun demikian, sistem ini dikendalikan oleh pusat dalam hipotalamus, medulla dan korteks serebral serta pusat tambahan pada formasi reticular batang otak. Serabut aferen sensorik (visera) menyampaikan sensasi nyeri atau rasa kenyang dan pesan-pesan yang berkaitan dengan frekwensi jantung, tekanan darah dan pernapasan, yang di bawa ke SSP di sepanjang jalur yang sama dengan jalur serabut saraf motorik viseral pada SSO. Divisi SSO memiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Sebagian besar organ yang diinervasi oleh SSO menerima inervasi ganda dari saraf yang berasal dari kedua divisi. Divisi simpatis dan parasimpatispada SSO secara anatomis berbeda dan perannya antagonis.

Dermatom

DIVISI SIMPATIS / TORAKOLUMBAL Memiliki satu neuron preganglionik pendek dan stu neuron postganglionic panjang. Badan sel neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral substansi abu-abu dalam segemen toraks dan lumbal bagian atas medulla spinalis. DIVISI PARA SIMPATIS / KRANIOSAKRAL Memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang terinervasi dan memiliki serabut postganglionic pendek. Badan sel neuron terletak dalam nuclei batang otak dan keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan saraf XI, juga dalam substansi abu-abu lateral pada segmen sacral kedua, ketiga dan keempat medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral. NEUROTRANSMITER SSO Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut preganglionik parasimpatis yang disebut serabut kolinergik. Norepinefrin dilepas oleh serabut post ganglionik simpatis, yang disebut serabut adrenergic. Norepinefrin dan substansi yang berkaitan, epinefrin juga dilepas oleh medulla adrenal.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.1.1 Menjelaskan tentang sistem saraf perifer. 1.1.2 Menjelaskan tentang dermatom.

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui sistem saraf perifer. 1.3.2 Untuk mengetahui dermatom.

Dermatom

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dermatom


Merupakan suatu area spesifik yang diinervasi oleh saraf spinal, digunakan pada neurologis untuk menentukan kerusakan pada saraf spinal. area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis. Ada 8 saraf servikal, 12 saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5 saraf sakral. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke otak. Sepanjang dada dan perut dermatom seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda. Sepanjang lengan dan kaki, pola ini berbeda: dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang anggota badan. Meskipun pola umum sama pada semua orang, daerah yang tepat dari inervasi merupakan keunikan untuk individu sebagai sidik jari.

Manfaat Klinik Dermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan tempat kerusakan saraf saraf spinalis. Karena kesakitan terbatas dermatom adalah gejala bukan penyebab dari masalah yang mendasari, operasi tidak boleh sekalipun ditentukan oleh rasa sakit. Sakit di daerah dermatom mengindikasikan kekurangan oksigen ke saraf seperti yang terjadi dalam peradangan di suatu tempat di sepanjang jalur saraf. Lapangan Segmen Sensasi-Dermatom Tiap saraf spinal mempersarafi suatu lapangan segmen kulit (dermatom). Gambar melukiskan bermacam-macam dermatom dengan batas yang jelas, padahal sebenarnya ada banyak segmen dermatom saling tumpang tindih. Gambar memperlihatkan regio anal tubuh yang terletak pada dermatom segmen medulla spinalis paling distal: dermatom S-5, pada embrio, disebut regio ekor dan bagian tubuh paling distal. Kaki tumbuh dari segmen lumbal dan bagian atas sacral (L-2 S-3), dan bukan dari segmen sacral distal (S-5). Penggunaan peta dermatom untuk menentukan kerusakan medulla spinalis bila ada gangguan sensasi perifer.

Dermatom

Lapangan segmen anterior

Lapangan segmen posterior

Dermatom

Pembagian Saraf Tulang belakang pada dermatome

C2 sekitar satu cm lateral ke occipital protuberance basis cranii. Selain itu 3 cm di belakang telinga C3 pada fossa supraclavicula, di midclavicular line. C4 di sekitar articulasio acromioclavicular. C5 lateral dari fossa antecubital , proximal siku. C6 dorsal proximal phalanx jempol. C7 dorsal proximal phalanx jari tengah. C8 surface proximal phalanx kelingking. T1 medial fossa antecubital , proximal ke medial epicondulus humerus. T2 apex dari axilla. T3 Intersection dari midclavicular line intercostal ke tiga T4 Intersection dari midclavicular line intercostal ke empat, dan terletak segaris dengan puting susu T5 Intersection dari midclavicular line intercostal ke lima, horizontal tengah puting susu dan and processus xiphoideus. T6 Intersection dari midclavicular line dan horizontal dari processus xiphoideus T7 Intersection midclavicular line dan horizontal 1/4 distal antara processus xiphoideus dan umbilicus T8 Intersection dari midclavicular line dan horizontal 1/2 distal antara processus Xiphoideus dan Umbilicus T9 Intersection dari midclavicular line dan horizontal 1/3 distal antara processus Xiphoideus dan Umbilicus T10 Intersection dari midclavicular line, di horizontal umbilicus. T11 Intersection dari midclavicular line, di horizontal tengah antara umbilicus dan ligamentum inguinale. T12 Intersection dari midclavicular line dan titik tengah ligamentum inguinale. L1 garis tengah antara sensory point untuk T12 dan L2 L2 Anterior medial paha, pada titik tengah garing yang menghubungkan titik tengah dari ligamentum inguinalis dan medial epicondulus femur L3 pada epicondulus femur L4 sekitar medial malleolus. L5 pada dorsum pedis di metatarsophalangeal joint III. S1 di lateral aspect calcaneus. S2 titik tengah dari fossa popliteal S3 melalui tuberosity dari ischium atau lipatan infragluteal S4 and S5 di area perianal , kurang dari satu cm lateral dari zona mucocutaneous

Dermatom

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dermatom merupakan suatu area spesifik yang diinervasi oleh saraf spinal, digunakan pada neurologis untuk menentukan kerusakan pada saraf spinal. Tiap saraf spinal mempersarafi suatu lapangan segmen kulit (dermatom). gambar melukiskan bermacam-macam dermatom dengan batas yang jelas, padahal sebenarnya ada banyak segmen dermatom saling tumpang tindih. gambar memperlihatkan regio anal tubuh yang terletak pada dermatom segmen medulla spinalis paling distal: dermatom S-5, pada embrio, disebut regio ekor dan bagian tubuh paling distal. Kaki tumbuh dari segmen lumbal dan bagian atas sacral (L-2 S-3), dan bukan dari segmen sacral distal (S-5). Penggunaan peta dermatom untuk menentukan kerusakan medulla spinalis bila ada gangguan sensasi perifer.

Dermatom

Daftar Pustaka
Guyton A. C, Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC. Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6 Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Anonymous, Anatomi Fisiologi sistem saraf (http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/11/ANATOMI-FISIOLOGI-SISTEMSARAF.pdf) , diakses, 28 oktober 2013

Dermatom

You might also like