You are on page 1of 44

MINERAL

A. Alterasi dan Mineralisasi Daerah Sangkaropi

Mineral alterasi merupakan mineral yang mengalami ubahan baik dalam bentuk fisik maupun komposisi kimia dan kemudian membentuk mineral baru akibat factor factor tertentu. Berdasarkan data-data dan adanya indikasi yang diperoleh dilapangan dan perbedaan mineral yang terbentuk yang diakibatkan oleh pengaruh meningkatnya pH,yang kemudian di hubungkan dengan beberpa teori yang telah ada maka pada daerah penelitian ini dapat dibagi atas beberapa kelompok mineral alterasi yaitu:

1. Kelompok Kaolin

Mineral mineral yang dijumpai dilapangan yang kemudian digolongkan sebagai mineral pada kelompok Kaolin adalah mineral Kaolin. Mineral kaolin ini pada daerah penelitian dijumpai di stasiun 4 yang berada disepanjang jalan yang terletak disebelah Utara Barat laut pada peta yaitu disekitar daerah Todo,dan Berdasarkan pada interpretasi model topografi pada peta maka dapat diperkirakan bahwa mineral ini menyebar relatif pada arah Barat Daya tenggara. Kaolin sebagai kelompok mineral Illit, merupakan hasil alterasi atau ubahan karena faktor kimia yang terbentuk pada kondisi pH yang lebih tinggi (pH = 4), serta faktor temperatur yang mengakibatkan, mineralmineral yang kaya akan unsur silika berupa unsur magnesium dan potasium mengalami pelapukan dan hancuran membentuk mineral kaolin bersama dengan itu alunit-andalusitkorundum berada dalam pH antara 3 4. hallosit umumnya terbentuk akibat pengayaan atau supergen walaupun kadang terbentuk dari larutan hidrotermal. Mineral kaolin terbentuk pada temperatur yang rendah (150 2500C) pada kedalaman yang kecil (dangkal).

2. Kelompok Illit

Selanjutnya mineral mineral yang dijumpai dilapangan yang dijumpai sebagai mineral hasil alterasi dari mineral yang telah ada sebelumnya yang kemudian diklasifikasikan sebagai kelompok mineral Illit adalah mineral serisit, yang dijumpai pada stasiun delapan 8. Kelompok mineral ini terbentuk pada kondisi pH antara 4 6

sedangkan pada pH transisi (4 - 5) berasosiasi dengan kaolin,kelompok mineral ini terbentuk pada temperatur > 200 2500 C. Mineral serisit yang dijuumpai dilapangan nampak relatif berwarna merah dengan bentuk pipih melembar. Mineral serisit merupakan hasil ubahan dari mineral feldspar baik dari mineral plagioklas maupun ortoklas yang menyusun batuan yang bereaksi dengan unsur hidrogen ,pada proses ubahan feldspar tidak hanya menghasilkan serisit tetapi menhasilkan juga kuarsa sebagai mineral asosiasi. Mineral serisit maupun kuarsa ini terbentuk dari hasil ubahan mineral feldspar yang berubah menjadi serisit serta kuarsa. Mineral serisit yang dijumpai didaerah penelitian ini berbatasan dengan lapisan mineral klorit dan berdasarkan pada interpretasi peta topografi yang mana bahwa penyebaran mineral ini relatif mengikuti arah kemiringan topografi yaitu menyebar dari Barat Laut ke Tenggara.

http://infotambangbungo.blogspot.com/2013_01_01_archive.html

Kontrol Temperatur dan pH Dalam Mineralogi Alterasi Menurut Corbett dan Leach (1996) temperatur dan pH fluida merupakan dua faktor yang paling utama yang hidrotermal, (Corbett dan Leach, alterasi menjadi 7 group utama : mempengaruhi mineralogi sistem 1996) membagi kelompok

3. Group Mineral Kaolinit. Dijumpai pada pH sekitar 4, biasa hadir bersama group alunit-andalusitkorundum pada pH 3-4. Halloysit merupakan produk supergene utama group ini. Kaolinit terbentuk pada kedalaman dangkal dan temperatur yang rendah. Dikit terbentuk pada suhu yang tinggi dan pada suhu yang lebih tinggi lagi akan terbentuk pirophilit. Diaspor setempatsetempat dijumpai dalam zona silifikasi yang intens dengan group alunit dan/atau kaolinit. 4. Group Mineral Illit. Terbentuk pada fluida dengan pH yang lebih tinggi (4-6). Smektit terbentuk pada temperatur < 100-150C, interlayer illit-smektit (100200C), illit (200-250C), serisit (muskovit) >200-250 C, phengit >250300C. Kandungan smektit pada interlayer illit smektit akan berkurang

bersamaan dengan naiknya temperature. 22 Interlayer illit-smektit dapat menunjukkan temperatur fluida hidrothermal padakisaran 160-220 C (Lawless dan White, 1997). Alterasi dengan mineral alterasi yang dominan illit menunjukkan temperatur fluida pada kisaran 220-270 C (Lawless dkk, 1997). Sebagaimana illit umumnya stabil pada temperature lebih tinggi dari 220 C, berkurangnya temperatur akan meningkatkan stabilitas smektit. Pada umumnya illit banyak dijumpai pada zona permeabel dan permeabilitas berkurang dengan bertambahnya mineral klorit (Lawless dkk, 1997).

http://pillowlava.wordpress.com/2011/11/02/mineral-altrasi/
a. Mineral Liat Dalam ilmu tanah dikenal 2 golongan besar mineral liat : liat silikat yang meliputi ilit, montmorillonit, vermikulit, dan kaolinit. Yang kedua adalah liat oksida meliputi oksida-oksida besi dan aluminium. Mineral liat tergolong pada mineral skunder, yaitu terbentuk dari hasil pelapukan. - Kelompok Kaolin Meineral ini termasuk mineral liat silikat yang mempunyai struktur sangat sederhana. Struktuk kaolinit tersusun dari satu lempeng tetraeder SiO4 dan satu lempeng gibsit. - Kelompok smektit Mineral smektit adalah mineral liat tipe 2 : 1. Struktur mineral dapat diturunkan dari struktur piropilit. Ikatan antara unit kristal sangat lemah dibandingkan dengan ikatan pada kaolinit. Tanah yang mengandung liat smektit memperlihatkan sifat membengkak dan mengerut. kation dan molekul air mudah masuk pada rongga antar unit kristal mineral sehingga mineral akan membengkak pada keadaan basah dan mengerut poada saat kehilangan air. - Ilit Ilit adalah mineral tipe 2 : 1, yaitu struktur ilit tersusun dari 2 lempeng tetraeder SiO4 dan satu lempeng oktaeder. Ilit tergolong mineral mika dan berbeda dari mika yang mempunyai kristal sempurna, karena terjadinya pergantian ion K oleh kation-kation tersebut mineral ilit dapat mengembang. tetapi sifat mengembang ilit masih jauh lebih kecil daripada mineral smektit.

- Vermikulit Mineral ini digolongkan dalam hidro-mika. Ion K yang mengikat unit kristal diganti oleh Ca dan Mg. karena pergantian ini ikatan antar lempeng menjadi rusak dan mineral vermikulit memperoleh sifat dapat membengkak. Vermikulit mengandung Al, Mg, dan Fe pada lempeng oktaeder. Vermikulit berbeda dari mika karena vermikulit mengandung air dan kation lain pada antar unit kristal.

- Cholorit Cholorit adalah mineral liat silikat skunder yang mempunyai tipe struktur campuran yaitu tipe 2 : 2 atau 2 : 1 : 1. Strukur cholorit terdiri dari alternasi lapisan mika dan lapisan brusi. - Alofan Alofan bersifat nin kristalin. Struktur alofan sangat tidak teratur dan mineral ini termasuk kelompok mineral liat skunder. Alofan pada mulanya diduga berasal dari abu vulkan (SiO2), mineral yang sifatnya mirip alofdan adalah mineral imogolit. - Seskuioksida Seskuioksida terdiri dari senyawa-senyawa oksida dan hidroksida dari Fe dan Al. Mineral seskuioksida termasuk senyawa yang sangat stabil. Besi oksida berasal dari mineral fero-magnesia dari batuan beku atau bahan metamorfik. pembentukan seskuioksida hanya terjadi pada lingkungan yang rendah kandungan Si.

http://gusti-ilmutanah08.blogspot.com/

Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral. Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4 yang bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH). Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 mikron) dan merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron. Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung. Mineral lempung meliputi kaolin, haloisit (hauoysite), illit, vermikulit, bentonit dan masih banyak lagi. Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika (muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak alkali

dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia (dekomposisi). Lempung digunakan terutama pembuatan tembikar, ubin lantai, keramik. membuat sanitary ware, menyerap cairan, bahan bangunan seperti batu bata, semen, dan agregat ringan. Lempung digunakan sebagai lumpur di dalam pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya seperti "pelletizing" bijih besi selain itu digunakan pulauntuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas ekstrim (refraktori).

1. Asal Mula jadi


Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral. Ketika sebagian besar lempung basah, mereka menjadi "plastik" yang berarti mereka dapat dibentuk dan dibentuk menjadi bentuk. Ketika mereka "dipecat" (terkena suhu yang sangat tinggi), air didorong keluar menjadi sekeras batu. Akibatnya, hampir semua peradaban telah menggunakan beberapa bentuk dari lempung untuk segala sesuatu dari batu bata dengan tembikar untuk tablet untuk transaksi bisnis rekaman. Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung. Misalnya, oksida besi warna lempung merah. Kehadiran silika meningkatkan plastisitas lempung (yakni, membuatnya lebih mudah untuk cetakan dan bentuk ke bentuk). Lempung dikategorikan ke dalam enam kategori dalam industri. Kategori ini ball clay, bentonit, lempung umum, api lempung, bumi penuh, dan kaolin.

2. Latar Belakang
Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan

tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4yang bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH). Mineral-mineral lempung, terutama terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi dan magnesium. Beberapa diantaranya juga mengandung alkali atau tanah alkalin sebagai komponen dasarnya. Mineral-mineral ini terutama terdiri dari kristalin di mana atom-atom yang membentuknya tersusun dalam suatu pola geometrik tertentu (Gambar 1.). Sebagian besar mineral lempung mempunyai struktur berlapis. Beberapa diantaranya mempunyai bentuk silinder memanjang atau struktur yang berserat. Cluster adalah tumpukan satuan yang berlapis tipis atau kumpulan satuan silinder atau serat. Massa tanah biasanya mengandung campuran beberapa mineral, lempung yang diberi nama sesuai dengan mineral lempung yang Iterbanyak dengan berbagai jumlah mineral bukan lempung lainnya.

a. b. c. d.

Gambar 1. Unit dasar mineral lempung Sebuah unit oktahedron tunggal, dalam gibsit Al dikelilingi oleh 6 oksigen Struktur unit-unit oktahedron Struktur tetrahedron silika Struktur tetrahedron silika tersusun dalam sebuah jaringan heksagonal

Kaolin adalah mineral lempung paling tidak aktif yang pernah diamati. Kaolin dapat dihasilkan oleh pelapukan beberapa mineral lempung yang lebih aktif atau dapat juga terbentuk langsung dari produk sampingan pelapukan batuan. Keluarga kaolin adalah haloisit (hauoysite). Mineral ini berbeda dari kaolin, karena tertumpuk secara lebih acak sehingga satu molekul air dapat masuk diantara satuan-satuan. Mineral ini juga berbeda dari kaolin disebabkan lembaranlembaran elemennya tergulung menjadi suatu silinder. Dehidrasi akibat panas sebesar 60 sampai 70 C, dan bahkan pengeringan udara, sering dapat mengubah haloisit ini secara permanen, sehingga menjadi 2H20 atau sama sekali meniadakan molekul air dan berubah menjadi kaolin. Sifat-sifat teknis dari haloisit sangat berbeda dengan kaolin, karena pengeringan udara dapat mempengaruhi reaksi-reaksi kimia yang secara tidak langsung dapat di ukur dengan batas Atterberg. Dalam analisis diperlukan ketelitian untuk mendapatkan contoh yang realitis antara batas Atterberg dan analisis hidrometer. Mineral lempung illit diturunkan dari muskovit (mika) dan biotit dan kadang-kadang disebut lempung mika. Mineral lempung illit, terdiri atas lapisan gibsit oktahedral yang terletak diantara dua lapisan silika tetrahedra. Hal ini menghasilkan mineral 1 : 2, dengan tambahan perbedaan dimana beberapa posisi silika akan terisi oleh atom-atom aluminium dan ion-ion potasium ikut berada di antara lapisan-lapisan untuk mengatasi kekurangan muatan. Rekatan seperti ini mengakibatkan kondisi yang kurang stabil jika dibandingkan dengan kaolin, karena itu aktivitas illit adalah lebih besar. Vermikulit merupakan mineral lempung dalam keluarga illit yang bersifat sama, kecuali molekul air lapisan-ganda di antara lapisan-lapisannya diselangi dengan ion-ion kalsium atau magnesium, dengan substitusi oleh brusit sebagai pengganti gibsit di dalam lapisan oktahedralnya. Lempung illit dan vermikulit serta serpih lempung banyak dipakai untuk membuat agregat berbobot ringan (kadangkadang disebut serpih mengembang). Vermikulit terutama sangat mengembang apabila mengalami pemanasan yang tinggi,

karena lapisan-lapisan airnya dengan cepat berubah menjadi uap sehingga mengakibatkan terjadinya pengembangan yang besar. Sifatnya liat dan sering kali agak gembur. Disusun terutama dari mineral kaolinit (Al2O3, 2SO3, 2H2O). Kaolin berasal dari felspar dan terjadi dari proses perapukan pada permukaan bumi atau hasil larutan hidrotermal. Proses ini disebut dengan kaolinisasi, reaksi kimianya sebagai berikut : 2KAlSi3 O8 + 2H2O + CO2 A12O3.2SiO2 + 4SiO2 + K2CO3 (Felspar) (Kaolin) Di dunia ini banyak terdapat bentuk mineral lempung yang masing-masing berbeda dalam susunan, struktur dan perilakunya. Semua mineral lempung tersebut memiliki butiran yang sangat halus (biasanya lebih kecil dari 2u m), itulah sebabnya mengapa tanah dengan butiran yang sangat halus < 2u dinamakan lempung. Pada umumnya lempung terdiri dari sebagian besar dari mineral lempung, akan tetapi mineral lain, misalnya kuarsa juga terdapat dengan butiran yang sangat halus. Karena mineral lempung memiliki butiran yang sangat halus, maka mineral ini mempunyai permukaan yang cukup besar per satuan massa. Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 m m) dan merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron. Walaupun berukuran kecil, mineral lempung telah dipelajari dengan cukup mendalam karena kepentingan ekonomisnya terutama dalam keramik, pengecoran logam, pemakaiannya dilapangan minyak dan dalam mekanika tanah. Mineral lempung menunjukkan karakteristik daya tarik-menarik dengan air menghasilkan plastisitas yang tidak ditunjukkan oleh material lain walaupun mungkin material itu berukuran lempung. atau lebih kecil. Sebagai contoh, kuarsa tanah yang halus tidak menunjukkan plastisitas apabila dibasahi. Perlu dicatat bahwa setiap deposit lempung berbutir-halus mengandung sekaligus mineral lempung dan berbagai ukuran partikel dari materialmaterial lainya yang dianggap sebagai pengisi (filler). Pertukaran ion merupakan hal yang relatif sederhana dalam struktur lempung. Dengan demikian pertukaran ion

tersebut adalah aktif-kimiawi. Ini misalnya akan merupakan sebuah persoalan dalam air yang terkena pencemaran (banyak sekali ion di dalam larutan). Dalam keadaan tertentu, dapat terjadi pertumbuhan mineral lempung yang berlangsung dengan cepat (pembentukan lumpur dalam reservoar penjernih air, penyumbatan pipa-pipa drainase).

3. Sumber
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika (muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia (dekomposisi). Pelapukan batuan menghasilkan sejumlah besar mineral lempung dengan sifat-daya gabung (affinity) yang sama terhadap air, tetapi dalam jumlah sangat berbeda.

4. Kegunaan
Lempung kualitas yang baik digunakan terutama di tembikar, tetapi juga ditambahkan ke lempung lain untuk meningkatkan plastisitas mereka. Lempung bola tidak biasa seperti varietas lempung lainnya. Sepertiga dari lempung bola digunakan setiap tahun digunakan untuk membuat ubin lantai dan dinding. Hal ini juga digunakan untuk membuat sanitary ware, keramik dan penggunaan lainnya. Bentonit terbentuk dari abu vulkanik perubahan. Bentonite digunakan dalam kandang hewan peliharaan untuk menyerap cairan. Hal ini digunakan sebagai lumpur di dalam pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya seperti "pelletizing" bijih besi. Lempung yang umum digunakan untuk membuat bahan bangunan seperti batu bata, semen, dan agregat ringan. Lempung api semua lempung (tidak termasuk lempung bentonit dan bola) yang digunakan untuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas ekstrim. Produk-produk ini disebut produk refraktori. Hampir semua (81%) dari lempung api yang digunakan untuk membuat produk tahan api.

Fuller bumi terdiri dari mineral palygorskite (pada satu waktu mineral ini disebut "atapulgit"). Bumi Fuller digunakan terutama sebagai bahan penyerap (74%), tetapi juga untuk pestisida dan produk pestisida yang terkait (6%). Kaolinit merupakan lempung kaolin terdiri dari mineral. Ini merupakan unsur penting dalam produksi kertas berkualitas tinggi dan beberapa porselen tahan api.

5. Penyebaran
Lempung yang umum di seluruh dunia. Beberapa daerah, seperti yang diharapkan, menghasilkan jumlah besar jenis tertentu dari lempung. Produsen lempung dunia adalah Amerika Serikat, Meksiko, Brasil, Inggris, Kanada, dan negara-negara lain macam. Amerika Serikat ekspor hampir setengah dari seluruh dunia produksi. Penyebaran lokasi lempung di Indonesia meliputi daerah yang sangat luas seperti di Provinsi Bangka Belitung, Riau dan masih banyak lagi (Tabel 1.). Berbagai jenis lempung dihasilkan dari beberapa daerah tersebut. Tabel 1. Lempung Provinsi Lokasi Bangka Belitung Belinyu, Koba, Toboali, Jebus, Sungailiat, Muntok, Kelapa, Merawang, Pangkalan Baru, Pangkal Balam, Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, Sungai Selan, Lepar Pongok, Taman Sari, Dendang, Gantung, Kelapa Kampit, Manggar, Membalong, Tanjung Pandan Riau Bangun Jaya, Tali Kumain, Daludalu, Kepenuhan Hulu, Rokan Timur, Tibawan, Sukadamai, Bantaian, Tanjungpadang, Tanjungmedan, Desa Siarangarang Lampung Wirabangun, Mekartitama, Sidang Gunung Tiga, Batu Ampar, Panaragan Kampung, Buyut, Desa Sukamarga, Way Maya, Dusun Sukajadi, Desa Lintik, Desa Lemong, Dusun Serarukuh, Desa Luas, Kp Tanjungbaru, Desa Bahu/Baru, S. Giham, Dusun Dangduanan Bambu Kuning, Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka; Desa Banyuwangi, Desa

Sumut Sumsel

DI Aceh

Banten Papua Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat

Panjirejo Ilinaa, Lahewa, Hilibasi, Teterosihiram, Lelegohi, Lelehua, Simalungun Batuampar, Kijang ulu, Talang Pangeran, Teluk Gelam, Bunut, Sepucuk, Gading Rejo, Sidomulyo, Muara Burnai, Tugu Agung Bakongan, Trumon, Desa Solok, Desa Sumber Mukti, Desa Mukti Jaya, Desa Singkohor, Desa Singgersing, Desa Namabuaya, Desa Danau Bungara, Desa Amaiting Jaya, Desa Lugu, Desa Dihit Luhur Jaya, Cipay, Ciruas, Pabuaran Desa Yeruboy, Desa Sosmay, Desa Saukobiye Belimbing, Nanga Pinoh, Nanga Ella Hilir, Nanga Sayan, Desa Jelimpo, Desa Tubang, Desa Tebedak, Desa Ambarang, Desa Engkadu, Pedataran Desa Muara Behe, Desa Sidas, Desa Anik, Desa Darit, Desa Keranji Panjang, Desa Sungai Mawang, Desa Meliau Hilir, Desa Subah, Batu Besi, Sei Jotang, Kedakas Binjai, Desa Tanjung, Desa Tanap, Desa Mobuy, Tunggul Boyok, Desa Sape, Desa Manawai, Desa Balaikarang Satu, Desa Lubuk Sabuk Seruyan, Kotawaringin Timur, Jereweh, Taliwang Desa Padiratana, Mbulur Pangadu Sarmi, Foumes, Erewen Kampung Jagiro, Kampung Wasiri, Kampung Kalikodok, Kampung Banjar Ausoi Falabisahaya, Modapuhi, Lala, Batu Buoy, Wailo Wabloi, Sinavati, Waleman, Botit, Waeno Waelo, Wahanga, Lai Uwin, Kilo Dua, Kotania Pantai, Taman Jaya, Alang Asaude, Kawa, Musihuwei, Sanahu Ds. Yaputih, Tehoru

Maluku Utara

Maluku

Sulawesi Barat

Sulawesi Selatan

Lamaru, Bonde, Segeri, Baurung, Lembang, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu Karampuang, Bonto Sinala Pasir Putih, Tanaeja, Kampala, Biringere, Lamatti Riattang, Manciri, Lebbae, Salewangeng, Leppangeng, Sampulili, Langi Bulusirua, Abumpungeng Rawamangun, Desa Terpedo Jaya, Desa Pongkeru, Desa Puncak Indah, Desa Wonorejo,

http://doddysetiagraha.blogspot.com/2012/09/lempung.html

Mineral Lempung Pengertian Mineral Lempung Merupakan kelompok mineral, kristalnya sangat kecil, hanya dapat dilihat dan dibedakan dengan mikroskop, biasanya dengan mikroskop elektron. Berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya dapat dibedakan menjadi belasan jenis mineral lempung. Mineral lempung merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron). Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang terdiri dari lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang berulang. Lembaran-lembaran kristal yang memliki struktur atom yang berulang tersebut adalah: 1. Tetrahedron / Silica sheet Merupakan gabungan dari Silica Tetrahedron

2. Octahedron / Alumina sheet Merupakan gabungan dari Alumina Octahedron.

Pembentukan Mineral Lempung Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi dimana udara dan air berinteraksi dengan mineral silikat, memecahnya menjadi lempung dan produk lain (sapiie, 2006). Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk karena proses pengerusakan atau pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi air (hidrous alteration) pada suatu batuan induk dan mineral yang terkandung dalam batuan itu. Jenis Jenis dan Kegunaan Mineral Lempung Jenis mineral lempung yang utama ialah: - Kaolinit 1:1 Al2 (Si2O5 (H2O))

- Illit 2:1 KAl2 (AlSi3O10 (OH)2) - Smektit 2:2 (AlMg)4 Si8 O20 (OH)10) - Klorit 2:1:1 (MgFe)6-x (AlFe)x Si4-x Alx (OH)10 Ortoklas, apabila lapuk dan terubah menjadi illit, manakala Kplagioklas, amphibol dan piroksin pula selalunya menjadi smektit. Berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya dapat dibedakan menjadi belasan jenis mineral lempung dan diantaranya: kaolinit halloysite momtmorillonite (bentonites) illite smectite vermiculite chlorite attapulgite allophone

Dalam dunia perdangan kita mengenal beberapa tipe mineral lempung, diantaranya adalah: Ball clay Bentonite Common clay Fire clay Fullers earth Kaolin.

Metode Penentuan Jenis Mineral Lempung Dalam penentuan jenis mineral lempung baik secara kimia maupun secara fisik telah dikembangkan berbagai metode dengan menggunakan alat mulai dari yang sederhana sampai penggunaan alat yang modern. Menurut Sastiono (1997) dan Sjarif (1991), penentuan mineral lempung secara kualitatif dan kuantitatif dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu : 1. metode berdasarkan sifat kimia 2. metode berdasarkan sifat fisik. Salah satu metode berdasarkan sifat fisik adalah penggunaan sinar X. Penggunaan sinar X untuk analisis mineral lempung mempunyai kemampuan untuk mengetahui jenis mineral lempung secara kualitatif dan kuantitatif bahkan juga untuk menentukan sifat-sifat khas dari suatu mineral lempung (Sjarif, 1991). Penggunaan sinar x terutama untuk mineral yang bersifat kristalin, sedangkan untuk mineral yang sulit diidentifikasi dengan sinar X digunakan analisis thermal (Sastiono, 1997). Setiap metode mempunyai kelemahan dan kelebihan, sehingga kombinasi beberapa metode perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Proses Interkalasi dalam Mineral Lempung Kelemahan dari lempung di alam adalah rusaknya struktur lapis dan hilangnya porositas karena pemanasan pada suhu tinggi (Cool dan Vansant, 1998). Hal ini dapat diatasi dengan melakukan proses penyisipan ion atau molekul ke

dalam interlayer yang dikenal dengan proses interkalasi. Pemanasan interkalat akan menghasilkan pilar, sehingga proses ini lebih dikenal dengan sebutan proses pilarisasi. Pilarisasi dapat dilakukan dengan menginterkalasikan polikation hidroksi terhadap lempung. Selanjutnya dikalsinasi sehingga membentuk pilar-pilar oksida logam (Yang dkk., 1992). Berbagai macam kation dapat digunakan sebagai agen pemilar, antara lain ion-ion alkil ammonium, kation amina bisiklis, dan beberapa kation kompleks seperti kelat serta kation hidroksi logam polinuklir dari Al, Zr, Ti, Fe, dan lain-lain (Clearfield, Yang dkk., 1992). Lempung terpilar memiliki beberapa kelebihan, antara lain stabilitas termal yang lebih tinggi, volume pori dan luas permukaan yang lebih besar. Adanya sifat unggul dari lempung terpilar menjadikan material tersebut potensial untuk digunakan sebagai adsorben. Penelitian terus berlanjut sampai ditemukan metode baru dalam sintesis lempung terpilar, yaitu interkalasi surfaktan ionik ke dalam rongga antarlapis lempung. Penambahan surfaktan bertujuan untuk membuka rongga pada antarlapis lempung sehingga mudah untuk diinterkalasi lebih lanjut dengan kation logam. Dengan adanya surfaktan diharapkan akan mampu meningkatkan porositas serta luas permukaan dibandingkan dengan lempung terpilar tanpa surfaktan. Keberhasilan interkalasi ke dalam struktur lempung bentonit diharapkan menjadikan lempung bentonit sebagai pengadsorb (penyerap) bahan limbah yang efektif pada minyak daun cengkeh dan juga ke depan dapat digunakan sebagai adsorben untuk logam berat dengan kemampuan ion exchange-nya.

http://ptbudie.wordpress.com/2010/05/31/mineral-lempung/

Penelitian Potensi Bahan Galian Untuk Pertambangan Sekala Kecil Daerah Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Provinsi Sulawesi Utara

Share Delicious Digg Stumble Upon Facebook twitter Ridwan Arief dan Rohmana Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah Penelitian terletak di Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara, diantaranya yaitu di Bukit Panang, Bukit Tungau, Molobog dan Matabulu. Para penyelidik terdahulu telah menemukan bahan galian emas. Terutama untuk lokasi Bukit Panang terletak diantara KP PT Avocet dan PT Aneka tambang, dimana di wilayah tersebut terdapat penambang lokal yang

masih aktif hingga saat ini. Geologi daerah Bukit Panang hingga Benteng terdiri dari batuan vulkanik bersifat andesitik, dengan mineral hornblende yang cukup mencolok, sehingga memperlihatkan bentuk plug dan di Bukit Tungau ditempati oleh batuan sedimen lanauan gampingan dan batugamping. Sedangkan di Molobog terdapat dua bukit ditempati batuan andesit vulkanik sedikit hornblende, bagian atas ditutupi oleh batuan vulkanik muda sebagian masih segar, bersifat andesitik dan sebagian mengalami pelapukan. Demikian juga di Matabulu geologinya sama dengan di Molobog, akan tetapi singkapannya tidak begitu luas, sehingga sulit untuk dilakukan pengambilan conto batuan terubah dan termineralisasi. Hasil analisis laboratorium kadar emas di daerah Bukit Panang dan Bukit Tungau mempunyai nilai rata-rata kandungan emas sekitar 16,5 gr/ton, sedangkan di Daerah Molobog dan sekitarnya mengandung emas rata-rata sekitar 11,0 gr/ton. Jumlah sumber daya hipotetik emas di Bukit Panang dan Bukit Tungau Desa Kotabunan, sekitar 1,109 ton emas , sedangkan sumber daya emas aluvial sekitar 117 kg emas. Sumber daya di daerah Molobog dan Bukit Auk, Kecamatan Nuangan sekitar 693,0 kg emas, selain bahan galian emas di daerah penelitian terdapat pula bahan galian/endapan belerang dijumpai di wilayah Kawah Gunung Ambang dengan cadangan 121.456 metrik ton. Kemudian potensi panas bumi di daerah Lombongo (50 C), Binggele (81 C), Hunggayono (40 C) dan Tulabado (80 C) (Hadian dkk., 1974).

LATAR BELAKANG Potensi bahan galian logam yang ditemukan di Indonesia, ada yang bersekala besar dan bersekala kecil. Potensi yang bersekala besar pada umumnya dikelola oleh perusahaan pertambangan, sedangkan yang bersekala kecil ditinggalkan dan tidak berlanjut ketahap penambangan. Beberapa wilayah yang ditinggalkan tersebut umumnya kemudian dikelola oleh para penambang tradisional. Sebagian diantaranya sudah terbentuk menjadi WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat), sebagian masih berupa Penambangan Tanpa Izin (PETI). Menurut data dan informasi di wilayah Kotabunan, terdapat beberapa lokasi penambangan rakyat secara tradisional, oleh karena itu perlu adanya suatu penelitian untuk mengetahui tentang potensi bahan galian dan berlangsungnya kegiatan penambangan. Kegiatan usaha pertambangan rakyat tradisional/bersekala kecil, pada umumnya banyak yang tidak mengikuti kaidah penambangan secara benar dan teratur, sehingga perlu adanya bimbingan dan pengarahan dari intansi terkait, untuk memperkecil dampak negative terhadap lingkungan. Diharapkan kegiatan tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap daerahnya, sehingga pihak pemerintah daerah memperoleh tambahan bagi pendapatan daerah dari sektor pertambangan.

Penelitian sumber daya dan cadangan bahan galian untuk pertambangan sekala kecil merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Program Penelitian Koservasi, Pusat Sumber Daya Geologi dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi penelitian konservasi bahan galian di Wilayah Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian konservasi potensi bahan galian untuk pertambangan sekala kecil dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi kegiatan usaha penambangan.Data dan informasi hasil penelitiannya akan disajikan secara sistematis dalam bentuk laporan, untuk bahan masukan bagi pelaku usaha penambangan sekala kecil. Tujuannya untuk mendorong pengelolaan/pemanfaatan bahan galian bersekala kecil/marjinal agar lebih optimal, diharapkan hasil kegiatan ini dapat menjadi bahan masukan bagi penetapan kebijakan dalam usaha pertambangan sekala kecil di daerah ini. pengaruhi oleh kondisi hukum, ekonomi, sosial budaya dan perkembangan teknologi. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian secara administratif termasuk ke dalam Desa Kotabunan, Desa Molobog dan Desa Nuangan di Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Kotabunan sejak tahun 2008 menjadi bagian wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pusat pemerintahan di Tutuyan. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008, terdiri dari 4 kecamatan, Mondayag Barat, Nuangan, Tutuyan dan Kotabunan (Gambar 1).

GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

Geologi Daerah Penelitian Geologi daerah Bukit Panang hingga Benteng terdiri dari batuan vulkanik bersifat andesitik, dengan mineral hornblende yang cukup mencolok sehingga memperlihatkan bentuk plug, yang sebagian tertutup oleh batuan muda bersifat laharik. Sedangkan di bagian timur berbatasan dengan Bukit Tungau dan dibatasi oleh Sungai Mati, dimana di wilayah Bukit Tungau ditempati oleh batuan sedimen lanauan gampingan, berwarna abu-abu tua kehijauan, berbutir halus terdapat uraturat kalsit dan kuarsa, terlihat adanya garnet dan khlorit kuat sekali, sebagian kecil epidot. Di wilayah Molobog terdapat dua bukit yang ditempati oleh batuan andesit vulkanik, dengan tidak memperlihatkan hornblende secara mencolok, bagian atas ditutupi oleh batuan vulkanik muda sebagian terlihat masih segar bersifat andesitik dan telah mengalami pelapukan lanjut. Demikian juga yang ditemukan di wilayah Matabulu keadaan geologinya sama dengan yang ditemukan di Molobog, akan tetapi di wilayah ini singkapannya tidak begitu luas, sehingga sulit untuk dilakukannya pengambilan conto untuk batuan yang terubah dan termineralisasi (Gambar 2).

Mineralisasi di Bukit Panang-Tungau Para penyelidik terdahulu telah melakukan penyelidikan di wilayah Bolaang Mongondow dengan bendera beberapa perusahaan asing dan swasta nasional, terutama yang bergerak di dalam pencarian mineral logam diantaranya emas, perak dan tembaga. Tropic Endeavour telah melakukan penyelidikan di wilayah ini sejak tahun 1971 hingga 1973, kemudian dilanjutkan oleh BHP Utah Pacific dan para peneliti lainnya (Lowder & Dow, 1978; Kavalieris, dkk 1992). Penelitian dilakukan untuk mendapatkan adanya tipe endapan Porfiri Emas-Tembaga, dan saat ini banyak para penambang tradisional mencari emas primer pada Formasi Bilungala. Keadaan geologi di wilayah Panang dan Tungau, di dominasi oleh andesit dan sedimen gampingan. Lapisan batuan bagian atas dan sebagian terubah telah dibongkar oleh penambang emas sejak zaman Belanda, sehingga tersingkap secara keseluruhan berupa argillit, berwarna putih kekuningan karena mengandung banyak sulfat, alunit, sedikit ditemukan mineral logam berupa enargit, pirit, arsenopirit dan mineral sekunder malakhit. Urat-urat kuarsa sebagian membentuk stockwork diisi hematit, pirit dan emas berbutir sangat halus, sedangkan urat kuarsa yang ditambang oleh masyarakat setempat berarah antara N 143-150E/60-65 dengan ketebalan antara 1,5 cm hingga 35 cm, dipotong oleh urat yang berarah N256-275E/42-51 dengan ketebalan antara 1 cm hingga 13 cm. Urat kuarsa yang berarah hampir utara-selatan tersebut merupakan urat generasi pertama dan menurut hasil pengamatan lapangan, memperlihatkan hasil emas yang paling banyak, sedangkan yang berarah relatif timur barat kurang menghasilkan emas yang signifikan. Setelah dilakukannya pengamatan lapangan dengan ditemukannya mineral alunit, sulfat yang jenuh, tembaga jenis enargit, dengan ubahan argilik-argilik lanjut, maka disimpulkan bahwa tipe mineralisasi di Panang adalah tipe Epitermal sulfida tinggi. Di Bukit Tungau secara keseluruhan pada bagian atas batuan tersebut, telah terkloritisasi dan urat-urat kalsit stockwork, sedangkan pada kedalaman 10 m dari lubang tambang telah mengalami silisifikasi, mengandung urat-urat kuarsa berarah N153E/48 ketebalan urat antara 3 cm hingga 15 cm. Di dalam urat kuarsa ditemukan galena, sedikit sfalerit dan terlihat adanya emas spotted bersama pirit halus. Hasil pengamatan disekitar kegiatan penambangan dengan ditemukannya khlorit, sedikit epidot, garnet, magnetit maka disimpulkan bahwa mineralisasi di Bukit Tungau berupa tipe sedimen ekshalasi seperti yang ditemukan di Ratatotok dan Messel. Kedua lokasi tersebut hanya dipisahkan oleh sungai kecil, menurut masyarakat setempat dinamakan Sungai Mati. Pengaruh struktur terhadap wilayah prospek di Panang dan Tungau sangat kuat sekali, dengan dicirikan adanya lokasi-lokasi batuan termilonitkan dengan ubahan illit-smektit berwarna biru mengandung pirit yang sangat banyak ditemukan pada batas antara Panang - Benteng dan Panang - Tungau. Selain itu batuan yang dilewati struktur tersebut terlihat adanya pergerakan secara mendatar dengan

ditemukannya cermin sesar yang tersingkap di aliran sungai kecil, yang dianggap daerah lemah. Kontrol struktur ini telah memberi gambaran adanya suatu perubahan topografi antara Bukit Benteng, Bukit Panang dan Bukit Tungau. Sebaran bahan galian emas di wilayah ini berupa urat-urat kuarsa berarah hampir utara-selatan, dipotong oleh urat-urat kuarsa berarah hampir timur-barat dan pada saat ini para penambang sekala kecil melakukan penambangan secara tambang dalam dengan membuat lobang-lobang tambang mengikuti arah urat yang potensial yaitu berarah utara-selatan. Pengolahan bahan galian emas tersebut dilakukan secara amalgamasi dan sebagian dari bekas kegiatan tambang lama, dilakukan secara sianidasi hal tersebut dilakukan juga terhadap endapan emas aluvial disekitar bukit tersebut. Sebagai bahan pertimbangan bahwa kedua lokasi penambangan sekala kecil tersebut terletak disebelah timur Doup Prospek, yang sekarang menjadi wilayah KP PT Avocet, kemungkinannya wilayah penambangan rakyat ini terdapat di bagian tengah antara konsesi PT Avocet dan PT Aneka Tambang (Gambar 2). Mineralisasi di Wilayah Molobog Daerah Molobog secara regional ditempati oleh batuan vulkanik berupa breksi vulkanik, tufa andesitik dan jenis laharik yang menempati dibagian puncak-puncak bukit sebagai batuan berumur muda. Di wilayah penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat ditemukan adanya batuan vulkanik jenis andesitik termineralisasi, dibagian atas singkapan batuan tersebut berupa ubahan lempung kuarsa khlorit, sedangkan pada kedalaman 10 meter berubah ke arah kuarsaadularia-serisit-pirit, sebagian silisifikasi dengan kalsedonit mengandung pirit dan urat-urat kuarsa mengandung pirit, sedikit sfalerit dan galena. Kalsedonik memperlihatkan struktur koloform dan indikasi bentuk krustifikasi dari kuarsa berbutir kasar ke arah yang halus, dengan indikasi adularia, lempung dan bentuk lembaran/bladded karbonat. Menurut Leach T. et al, 1997, lingkungan ubahan seperti di atas berkaitan erat dengan adanya pencampuran air meteorik dengan fluida hidrotermal yang kaya akan mineral-mineral vanadium dan kaya akan illit, roscoclite yang menggantikan mineral potasium serta kaya akan ilit-smektit Munculnya markasit berwarna kehijauan, berbutir sangat halus mencerminkan adanya indikasi oksida menengah yang miskin akan pirit, sebagai indikasi pembentukan mineralisasi di permukaan dimana akan terbentuk asosiasi perak dengan emas teluride atau emas sebagai elektrum, di lapangan terlihat dari beberapa conto batuan di dalam lobang tambang dengan kedalaman 12 m. Ditemukannya cebakan emas bonanza di atas 50 gr/ton telah memicu para penambang melakukan kegiatannya secara maksimal, disini telah terjadi pembentukan formasi bijih ketika terjadi up welling cairan fluida yang membawa mineralisasi terutama emas dan perak.

Dua buah bukit yang dianggap masyarakat setempat sebagai wilayah prospek untuk logam emas dan sedikit perak, dimana sebelumnya mereka telah melakukan penambangan dengan posisi urat kuarsa yang diambil berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Hasil pengamatan lapangan di wilayah ini setelah melakukan pengecekan terhadap singkapan batuan dan beberapa fragmen batuan sisa para penambang, bahwa di daerah ini telah terjadi adanya proses mineralisasi tipe epitermal sulfida rendah, seperti yang ditemukannya indikasi akan pembentukan tipe mineralisasi tersebut. Breksi hidrotermal dengan dicirikan oleh adanya urat-urat kuarsa mengandung pirit halus, bersama kalsedon, adularia terlihat jarang dan serisit yang memperlihatkan adanya over printing mineralisasi di wilayah ini telah memberikan suatu gambaran bahwa mineralisasi logam di Molobog dapat dianggap signifikan. Ubahan khlorit-lempung-pirit-kuarsa di bagian atas lokasi prospek telah memberikan indikasi adanya aktifitas hidrotermal berulang, sehingga kearah kedalaman ditemukan adanya ubahan serisit-adularia, dengan kandungan pirit yang sangat halus sekali, kemudian kristal kuarsa halus terdapat di dalam lobang/vughy. Kearah makin dalam dari lobang vertikal sedalam 15 m ditemukan ubahan kuarsa/kalsedonpirit dan urat-urat kuarsa halus beberapa puluhan sentimeter, berarah baratlauttenggara dan timurlaut-baratdaya. Singkapan di permukaan sangat jarang sekali ditemukan adanya batuan terubah kuat, sehingga temuan ini hanya terdapat di dalam lobang yang dibuat oleh penduduk setempat. Mineralisasi emas-perak diperoleh dari urat-urat kuarsa, sedangkan dari batuannya mereka tidak pernah mengambilnya, dikarenakan menurut mereka kurang mengandung emas. Galena dan sfalerit terlihat mengisi lobang-lobang bersama kristal kuarsa yang dianggap mereka banyak mengandung emas. Mangan berwarna hitam dan hematit berwarna merah mengisi retakan-retakan, kemungkinan mangan tersebut yaitu jenis pirolusit. Keadaan struktur pada sistim epitermal sulfida rendah untuk kuarsa-emas-perak, pada umumnya terbentuk di busur magmatik, biasanya mencirikan zonasi penekukan secara oblique dan jelas mencerminkan tipe keadaan back arc/busur luar dari tipe adularia-serisit epitermal emas-perak, bentuk struktur tersebut berupa jogs, dilihat dari struktur yang saling berpotongan dengan ciri-ciri adanya rekahan dilasi dan fissure veins, splitting/pemisahan dari pada hanging wall. Kejadian di atas akan berlanjut secara luas berupa strike slip fault/sesar mendatar sejajar arah/jurus batuannya (Sibson, 1987). Keadaan tersebut terlihat pada lokasi tambang Molobog pada kedalaman 8 m, dimana ciri mineralnya telah memperlihatkan serisit dan sedikit adularia. Tahap ahir dari pengendapan beberapa mineral dengan terbentuknya silika bersifat opalin berbentuk pita-pita koloform dengan emas murni yang terbentuk dan berasosiasi dengan hematit specular dan bentuk pirit yang framboidal. Kejadian tersebut di lapangan terlihat banyak mengisi rekahan dan urat-urat kuarsa tercuci secara kimiawi. Pembentukan mineral-mineral tersebut pada umumnya pada temperatur rendah (100-150C). Dengan demikian kontrol struktur di wilayah ini lebih memungkinkan dengan ditemukannya banyak float batuan tergeruskan/cermin

sesar, di dalam aliran sungai yang membagi dua antara bukit termineralisasi tersebut. Sebaran urat-urat kuarsa ke arah timur-barat dan jurus/kemiringan secara umum berarah utara-selatan, sedangkan urat-urat yang berarah timur-barat memotong arah urat pertama, tetapi kadar emasnya kecil sehingga mereka tidak melakukan penambangan emas kearah timur-barat. Proses penambangan bahan galian emas di wilayah ini sama seperti yang dilakukan di wilayah Panang dan Tungau, yaitu dengan cara tambang dalam dengan membuat lobang-lobang tambang mengikuti arah urat-urat emas yang berarah utara-selatan. Sedangkan pengolahannya masih menggunakan metoda amalgamasi dan pembuangan tailing sebagian ke sungai kecil didekatnya, apabila pada musim penghujan semua sisa-sisa penambangan ini terbawa banjir hingga ke laut. Mineralisasi di wilayah Matabulu Wilayah Mata Bulu terletak di bagian selatan daerah peninjauan, hal ini dilakukan karena adanya informasi pada waktu lampau banyak masyarakat yang melakukan penambangan disana, dikarenakan adanya situasi yang tidak memungkinkan maka mereka meninggalkan daerah tersebut dan pindah ke Lanut. Seperti halnya di Molobog pada daerah ini ditempati oleh batuan vulkanik andesitik, tufa dan sedikit konglomeratan/aglomeratan dari produk gunung api. Urat kuarsa ditemukan berarah utara-selatan tebalnya antara 10 cm hingga 1,5 m, tersingkap pada tebing bagian selatan di dalam ubahan terkersikan dengan sedikit lempung dan jejak galena. Urat kuarsa dengan ketebalan lebih dari 1 m yang tersingkap dipermukaan, terlihat masif, tidak mencirikan adanya pirit yang signifikan dan kalsedon tidak begitu jelas, warna dalam keadaan segar putih susu, sehingga kesimpulan hasil pengamatan lapangan jenis urat kuarsa seperti ini kemungkinannya sedikit mengandung emas. Sedangkan yang mempunyai ketebalan antara 10 cm hingga 30 cm dipermukaan terlihat mengadung pirit halus dan mineral hitam, berwarna kusam kemungkinan jenis mangan/pirolusit. Di wilayah ini apabila menghasilkan emas seperti dulu, maka menurut masyarakat setempat akan melakukan penambangan kembali, dengan menggunakan sianida secara heap-leach sehingga tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya. Mineralisasi pirit kurang begitu berkembang terkecuali pada lokasi yang dilalui oleh patahan lokal, dan memperlihatkan adanya saling memotong antara urat kuarsa satu dengan lainnya. Bahan Galian Lain Endapan belerang dijumpai di wilayah Kawah Gunung Ambang dengan cadangan 121.456 metrik ton (Hadian dkk., 1974). Kemudian potensi panas bumi di daerah Lombongo (50 C), Binggele (81 C), Hunggayono (40 C) dan Tulabado (80 C). Pada saat ini Pertamina sedang melakukan tahap penyelidikan awal untuk panas bumi di wilayah Kecamatan Mondayag dan Kotabunan. Endapan pasir besi terdapat pada sebagian pantai yang terbentang dari arah timurlaut-baratdaya, untuk wilayah ini belum begitu serius untuk penyelidikannya, sehingga sampai saat ini Pemkab Bolaang Mongondow Timur sedang menunggu para investor tambang yang bergerak pada komoditi tersebut.

Sirtu terdapat pada aliran sungai yang besar mereka ambil pasir dan batuan andesit yang cukup prospek. Punggungan Doup prospek ditempati oleh breksi vulkanik dengan fragmen andesit berukuran bongkah hingga kerakal, yang diperlukan untuk bahan bangunan dan perbaikan jalan yang masih dalam keadaan persiapan pembangunan pemukiman kabupaten baru. Kotabunan dengan perbatasan wilayah Buyat banyak tersingkap batugamping yang lokasinya tidak jauh dari jalan raya, menurut camat setempat telah dilakukan inventarisasi batugamping oleh salah satu perusahaan swasta nasional, untuk kepentingan pabrik semen. Akan tetapi di wilayah pantai tenggara untuk batugamping ada kemungkinan terbentuknya mineralisasi logam seperti yang ditemukan di Ratatotok.

Pertambangan Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada lokasi emas primer, yaitu dengan melakukan pembuatan lubang tambang mengikuti arah uraturat kuarsa yang mengandung emas berkadar tinggi (10 gr/ton hingga >15 gr/ton). Lokasi daerah kegiatan merupakan daerah mineralisasi tipe epitermal dan sedimen ekshalasi. Mineralisasi emas di daerah ini sebagian berasosiasi dengan mineral logam dan pirit. Emas terbentuk di dalam batuan vulkanik andesitik terbreksikan dan sebagian tuf lapilli serta di dalam batuan sedimen gampingan. Metoda penambangan dilakukan secara tambang dalam, dimana batuan yang mengandung emas diambil di dalam lubang tambang, kemudian ditumbuk secara manual dan dimasukan ke dalam tromol untuk dihaluskan. Pengolahan emas dilakukan secara amalgamasi dari hasil tromol, kemudian dicampur air raksa dan selanjutnya didulang dan diproses untuk memisahkan emas dari mineral ikutannya. Setelah membentuk bullion kemudian dibakar dan dimurnikan untuk memisahkan emas dengan air raksa, emas dapat diolah dan diproduksi langsung di tempat tambang tersebut. Pengaruh pengolahan tersebut akan mengakibatkan dampak lingkungan di sekitarnya, sehingga perlu dilakukan pembuatan kolam pemurnian dari limbah tambang. Pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh para penambang emas pada umumnya tidak dilakukannya penampungan limbah tambang secara sistematis, secara tidak langsung limbah tambang masuk ke dalam aliran sungai yang ada di wilayah tersebut. Aktifitas penambangan emas yang perlu diperhatikan yaitu diwajibkannya membuat kolam penampung limbah untuk mengendapkan air limbah, hal itu sebagai antisipasi dampak lingkungan secara langsung terhadap ekosistem di sekitarnya. Penanganan tailing belum dilakukan secara optimal, sehingga masih terlihat kemungkinan adanya emas tertinggal, hal itu dikarenakan cara pemrosesan yang tidak sempurna seperti yang dilakukan di Daerah Kotabunan dan Molobog.

Di Kotabunan selain penambangan emas dilakukan terhadap batuan primer, juga dilakukan terhadap endapan koluvial dan aluvial sungai, material berupa kerikil, kerakal dan pasir kemudian dimasukkan ke dalam gold room, setelah itu dicampur dengan sianida, arang batok kelapa dan tepung batugamping. Pada saat ini sebagian penambang telah menyediakan alat pemrosesan emas primer dengan pencampur asam sianida. Pengangkutan material yang akan diolah terbatas di wilayah penambangan tersebut, sehingga tidak menggunakan alat angkut yang besar mereka hanya melakukan pengangutan dengan dipikul ketempat pengolahan. Bahan galian utama disini terbatas hanya untuk logam emas, sedangkan bahan galian lain seperti halnya tembaga, seng dan timah hitam dibuang sebagai tailing. Tempat pengolahan dibuat dari kayu, atap seng dan sebagian tembok dari batu dengan campuran pasir dan semen untuk landasan tromol, infrastruktur tersebut tidak memperlihatkan suatu bangunan permanen dan besar. Keadaan lahan yang digunakan penduduk sebagian kepunyaan penduduk setempat dan mereka bekerja dengan sistim bagi hasil, sehingga masyarakat yang bukan penambang apabila mereka punya lahan dapat menerima hasil sebagai peningkatan sosial ekonomi di wilayah tambang. Keadaan perekonomian penambang dan masyarakat sekitar terlihat cukup maju dengan dibangunnya perumahan permanen di wilayah Kotabunan dan Molobog, sehingga terlihat mencolok apabila dibandingkan dengan masyarakat yang jauh dari lokasi kegiatan tersebut. Penjualan emas hasil tambang cukup di lokasi kegiatan, hasil pemurnian emas diperoleh kadar rata-rata 90% hingga 93%, dijual langsung kepada pembeli per gramnya Rp. 230.000,- (informasi dari para penambang). Lingkungan di sekitar Kotabunan walaupun kegiatan penambangan sudah berlangsung sejak zaman Belanda, terlihat tidak begitu mengganggu keadaan lingkungan di sekitarnya, seperti halnya terhadap kesehatan penduduk setempat, biota dan kehidupan flora serta fauna disana. Sedikit yang terlihat ada perubahan rona bumi dengan terjadinya penumpukan material di sekitar dam, apabila terjadi hujan lebat sering terjadi banjir. Pertambangan Sekala Kecil Pertambangan sekala kecil sampai saat ini belum didefinisikan secara resmi oleh Pemerintah. Dalam UU Pertambangan Mineral dan Batubara No 4 Tahun 2009, terdapat pengertian yang menyatakan tentang pertambangan rakyat yang terdapat pada pasal 20 dan 26, yakni kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Sedangkan pertambangan rakyat berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 tertera dalam pasal 20, yakni bahwa pertambangan rakyat bertujuan memberikan kesempatan kepada rakyat setempat dalam mengusahakan bahan galian untuk turut serta membangun negara di bidang pertambangan dengan bimbingan pemerintah dan dilakukan oleh rakyat setempat yang memegang IPR (Izin Pertambangan Rakyat). Selanjutnya izin pertambangan rakyat diatur dalam pasal 21, WPR sebagaimana dalam pasal 20 ditetapkan oleh bupati/walikota setelah konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota.

Dalam pasal 26 ketentuan mengenai kriteria dan mekanisme diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota. Adanya perkembangan teknologi dalam bidang pertambangan, perubahan kewenangan di sektor pertambangan, peningkatan sektor ekonomi, isu lingkungan dan kondisi sosial yang berkembang di masyarakat, diharapkan dapat lebih meningkatkan. kegiatan pertambangan rakyat. Berdasarkan kajian yang membahas tentang pertambangan sekala kecil telah dilakukan, pada tahun 1996 Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LD-UI) melakukan kajian dengan fokus pembahasan pengaruh kegiatan pertambangan sekala kecil terhadap perkembangan makro ekonomi regional. Dalam kajian tersebut kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) juga dikategorikan ke dalam pertambangan rakyat/ sekala kecil

PEMBAHASAN

Sistim Penambangan Konservasi bahan galian tujuannya adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya mineral, sehingga seluruh potensi yang ada dapat diusahakan secara efektif dan efisien. Dan untuk mencegah terjadinya pemborosan bahan galian, yang disebabkan oleh ketidak optimalan dalam penambangan dan pemrosesan. Pemilihan suatu sistem penambangan sangat dipengaruhi oleh karakteristik endapan, keadaan lingkungan, keselamatan kerja dan kesiapan pendanaan. Penambangan dengan cara tambang dalam, pada umumnya digunakan untuk bahan galian yang keberadaannya terletak jauh di bawah permukaan dan bahan galian tersebut harus memiliki kadar atau kualitas yang tinggi. Kadar atau kualitas yang tinggi diperlukan karena sistem tambang dalam, memerlukan investasi dan teknologi yang tinggi, selain itu bahan galian yang diusahakan harus memiliki nilai ekonomis yang tinggi atau bersifat strategis. Di wilayah Kotabunan banyak memperlihatkan adanya tipe mineralisasi epitermal, tetapi tidak semua lokasi mineralisasi tersebut dapat dikatakan prospek. Daerah mineralisasi di Kotabunan umumnya berasosiasi dengan peristiwa hidrotermal yang terbentuk bersamaan dengan pirit. Emas dijumpai berasosiasi dengan batuan andesit vulkanik yang mengalami ubahan dan mineralisasi bertemperatur rendah, urat-urat halus termineralisasi emas-enargit-kuarsa-pirit, sedangkan mineralisasi emas di Molobog dan Matabulu umumnya berasosiasi dengan zonasi kuarsa-serisitklorit-pirit dan dikontrol oleh patahan. Mineralisasi terbentuk secara tidak beraturan dan bersifat setempat tidak menerus yang terbentuk di dalam batuan andesit vulkanik. Apabila kedua daerah tersebut akan diusahakan, dengan karakteristik endapan serta kadar emas yang dimilikinya, maka penambangan yang layak untuk daerah prospek tersebut adalah sistem tambang dalam dengan batas kedalaman tertentu. Sistim Pengolahan

Pengolahan emas primer di wilayah Kotabunan (Panang dan Tungau) dilakukan dengan cara tromol dan sianida, semua bahan sebelum diolah untuk pemrosesan terlebih dahulu ditumbuk hingga halus, dengan harapan tidak begitu banyak emas yang terbuang. Sedangkan pengolahan emas koluvial dan aluvial sebagian ditumbuk untuk jenis kerikil dan kerakal sisa penambangan sejak Zaman Belanda, sedangkan endapan aluvial langsung diproses dimana keduanya diolah dengan menggunakan gold room yang dicampur dengan sianida, arang batok kelapa dan gamping. Sedangkan pengolahan yang dilakukan penambang di Molobog, semuanya masih menggunakan tromol dan air raksa, terdapat 6 lokasi kegiatan tambang dalam yang melanjutkan penambangan lama yang ditinggalkan. Pengolahan emas dari sejak Zaman Belanda di Indonesia, untuk emas primer yaitu dengan menggunakan tromol kemudian dibakar ditempat pengolahan hingga menjadi emas murni yang terpisah dari unsur logam lainnya. Untuk bijih emas primer, proses pengolahan pada umumnya memerlukan peremukan dan penggerusan terlebih dahulu, dan biasanya ukuran emas sangat kecil dan bukan merupakan emas bebas. Tahapan penting yang sering diabaikan oleh hampir seluruh pertambangan skala kecil adalah metode konsentrasi gravitasi. Pada umumnya, pengolahan emas secara amalgamasi maupun sianidasi melakukan ekstraksi langsung terhadap keseluruhan umpan bijih, sehingga reagen kimia yang dibutuhkan cukup besar dan pembuangannya menyulitkan. Oleh karena itu, setelah tahap kominusi seharusnya dilakukan proses konsentrasi gravitasi untuk mendapatkan konsentrat dan langsung dilakukan proses peleburan atau jika kadarnya terlalu kecil dilanjutkan dengan proses sianidasi (Imelda, 2004). Proses sianidasi maupun proses amalgamasi keduanya merupakan proses yang menggunakan bahan kimia berbahaya dan beracun. Dibandingkan dengan limbah merkuri, limbah sianida masih dapat dikelola secara alami maupun dengan penambahan zat aditif sehingga tidak menimbulkan dampak yang serius, sementara merkuri merupakan bahan berbahaya dan beracun yang tidak dapat diuraikan secara alami maupun dengan penambahan zat aditif. Dalam pengoperasiannya, diperlukan peralatan keselamatan kerja terutama yang bersifat manual (kontak langsung dengan tangan) serta alat bantu pernafasan untuk mencegah terhirupnya uap sianida yang mematikan (Imelda, 2004). Sumber Daya/Cadangan Bahan Galian Perhitungan sumber daya/cadangan dilakukan di dua lokasi penambangan yaitu di wilayah Kotabunan/Panang, Tungau dan Molobog, kedua lokasi tersebut terdapat beberapa penambang aktif sehingga dapat memudahkan untuk mengecek beberapa singkapan berupa urat kuarsa dan urat-urat kuarsa yang tidak beraturan. Sedangkan di wilayah Nuangan / Matabulu Belum dilakukan penambangan, akan tetapi terdapat ciri-ciri adanya urat kuarsa setebal 10 cm hingga 50 cm yang tersingkap. Kearah selatan mereka tidak begitu banyak yang melakukan penambangan, dikarenakan dekat wilayah Lanut yang lebih potensial.

Penambangan Sekala Kecil di Bukit Panang dan Tungau Penambangan emas di wilayah ini telah lama dilakukan sehingga Bukit Panang, telah terbuka secara keseluruhan, terkecuali daerah Benteng yang terletak di sebelah utaranya. Beberapa tahun yang lalu masih banyak yang melakukan penambangan di lokasi Benteng, akan tetapi pada saat ini masyarakat penambang terkonsentrasi di wilayah Panang dan sebagian di Tungau. Hasil tambang di wilayah ini diolah secara amalgamasi dan sebagian kecil secara sianidasi, sedangkan di wilayah Benteng mulai dibangun gold room dan infrastruktur untuk pengolahan secara sianidasi. Potensi emas yang terbentuk di Panang secara keseluruhan diambil dari urat-urat kuarsa yang berarah hampir utara-selatan dan dapat dikatakan urat yang paling tua secara genesa dengan ketebalan bervariasi seperti layaknya urat-urat kuarsa tipe epitermal dan di dalam lobang tambang yang masih aktif diperoleh data ketebalan antara 10 cm hingga 150 cm, sedangkan menurut para penambang semakin ke dalam ketebalan urat kuarsa semakin lebar, di lapangan urat-urat tersebut memperlihatkan kerapatan antara 3 hingga 5/m sampai dengan stockwork, dipotong oleh urat-urat yang ber arah hampir timur-barat. Sedangkan pada kedalaman 40m keadaan urat lebih tidak beraturan hingga stockwork, dan kadar emasnya lebih tinggi dibandingkan dengan dipermukaan. Saat ini penambangan hanya dilakukan sampai kedalaman 20 m, karena ke arah bawah semua lobang bekas Belanda telah terendam air. Hasil penelitian lapangan terhadap keberadaan urat-urat kuarsa di wilayah Bukit Panang, dengan ditandai adanya lobang-lobang tambang hampir ber arah utaraselatan, dengan ketebalan bervariasi, dimana pada tipe epitermal urat kuarsa secara keseluruhan dapat disimpulkan berdasarkan kerapatan dan total ketebalannya. Secara hipotetik dapat disimpulkan bahwa sumber daya emas di Bukit Panang dan Bukit Tungau, dengan ketebalan 16 m, hasil analisis laboratorium rata-rata kandungan emas 16,5 gr/ton, panjang arah urat utara-selatan 200 m, kedalaman maksimum yang dapat ditambang hingga 30 m, dasar penghitungan sumber daya emas hipotetik sekitar 70 % maka hasilnya adalah; 16m x 200m x 30 m x 16,5gr/t = 1.584.000 gr/1,584 ton x 70% = 1,109 ton. Lokasi penambangan emas koluvial (sisa-sisa penambangan lama berupa kerikil dan kerakal dari Zaman Belanda) dan aluvial sungai berupa endapan pasir dan kerikil di wilayah sekitar Panang dan Tungau, volumenya = 300 m x 150 m x 1,3 m = 58.500 m. Sedangkan perhitungan 1 m = 2 gr, hasil yang sering diperoleh penduduk dalam 1 karung rata-rata menghasilkan emas sebanyak 3 gr, sehingga sumber daya emas secara hipotetik diperoleh angka 58.500 m x 2 gr = 117.000 gr = 117 kg. Penambangan Sekala Kecil di Molobog Pada waktu yang lalu di Molobog merupakan lokasi tambang sekala kecil yang cukup banyak, terdiri dari beberapa puluh grup tambang yang datang dari Menado, Kalimantan dan Tasikmalaya. Ketika perusahaan asing melakukan eksplorasi di wilayah ini, telah terjadi bentrokan dengan para penambang, dan sebagian besar mereka diusir dengan menggunakan aparat kepolisian. Sejumlah bekas lobang

tambang lama terdapat diseputar bukit, dengan masing-masing kedalaman mencapai 20m dan urat kuarsa banyak ditemukan serta mengandung emas berkadar tinggi.

Pada saat ini telah mulai ada beberapa penambang yang melakukan kegiatan di wilayah ini, sebagian besar masih menggunakan metoda amalgamasi dan ada beberapa orang yang meninjau kesana untuk dilakukannya pengolahan secara sianidasi. Potensi emas di wilayah ini sebetulnya terdapat di dalam batuan itu sendiri berupa diseminasi pirit yang mengandung emas dan di dalam urat kuarsa. Sedangkan perhitungan sumber daya hipotetiknya hanya dihitung terhadap emas yang terdapat di dalam urat kuarsa yang berarah hampir utara-selatan, dengan ketebalan antara 15 cm hingga 30 cm di bagian atas dari hasil penambangan dan pada kedalaman dibawah 20 m hingga mencapai ketebalan 100 cm dengan kerapatan urat antara 2 hingga 4/m, maka sumber daya cadangan di wilayah ini dapat dihitung secara hipotetik yaitu dengan total ketebalan 10 m, panjang sebaran 150 m, maksimum kedalaman yang dapat ditambang 30 m, rata-rata kadar emas 11,0 gr/ton, secara hipotetik kandungan emas disini sebanyak 10 m x 150 m x 30 m x 11,0 gr/ton x 70% = 346,5 kg, terdapat di Bukit Molobog dan Bukit Auk, maka secara keseluruhan jumlahnya sebanyak 2 x 346,5 kg = 693,00 kg. Perhitungan tersebut ditunjang oleh hasil analisis untuk emas di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi Bandung. Lokasi Rencana Penambangan Rakyat di Matabulu Matabulu termasuk ke dalam wilayah Nuangan lokasinya sekitar di bagian selatan Kotabunan, kemungkinan Nuangan akan menjadi wilayah pemekaran menjadi kecamatan menurut sekda Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Singkapan batuan vulkanik mengandung urat kuarsa setebal 20 cm hingga 50 cm, ber arah hampir utara-selatan dengan kerapatan urat 2/m, telah diambil contonya untuk dilakukan analisis kimia batuan. Lokasi ini diminta oleh pemerintah daerah untuk ditinjau karena pada waktu yang lalu pernah masyarakat di sekitarnya, melakukan penambangan emas dan mereka sekarang lari ke Lanut. Sebaran batuan termineralisasi cukup luas sehingga memungkinkan adanya potensi emas, apabila hasil analisis kimia batuan memperlihatkan kadar emas yang signifikan. Aspek Lingkungan Penambangan sekala kecil pada umumnya tidak melaksanakan penanganan limbah tambang secara benar, sehingga sering menjadikan pencemaran terhadap lingkungan di sekitarnya, hal tersebut terjadi di seluruh lokasi tambang tradisional yang ada di Indonesia. Di Kotabunan lokasi tambang Bukit Panang diapit oleh dua anak sungai kecil yang keduanya memperlihatkan warna keruh terutama pada musim penghujan. Ada juga beberapa lokasi pengolahan hasil tambang membuat kolam untuk limbah tetapi kalau musim penghujan airnya melimpah ke sekitar lokasi tambang hingga ke sungai kecil tersebut.

Pemerintah daerah telah membuat dermaga penahan lumpur untuk mencapai ke laut, akan tetapi kurang berfungsi dikarenakan luapan lumpur lebih banyak sehingga pada musim penghujan pada puncaknya telah menjadikan wilayah banjir bagi Kotabunan. Sehingga pemerintah daerah menghimbau kepada masyarakat penambang untuk mengubah pola pengolahan dari amalgamasi ke sianidasi. Rencana tersebut diharapkan dapat terwujud pada tahun 2010 mendatang, pemerintah daerah telah memberikan bimbingan dan pengawasan untuk masalah lingkungan di Kotabunan, terutama untuk tambang di Panang dan Molobog. Penanganan limbah tambang sebagian telah dilakukan untuk pemanfaatan sisa pengolahan dan diolah kembali secara sianidasi, pengolahan sianidasi di Kotabunan ada 2 tempat dan 1 tempat langsung untuk mengolah hasil tambang dan masih dalam penyelesaian.

KESIMPULAN

Tipe mineralisasi sulfida tinggi di Panang, dicirikan dengan adanya alunit, argillikargillik lanjut dengan kandungan sulfat tinggi, sedangkan di Molobog dan Matabulu, ditemukannya, kuarsa jenis kalsedon, adularia, serisit dan illit sebagai indikasi sulfida rendah dan di Tungau ditemukannya mineralisasi tipe sedimen ekshalasi di dalam batuan sedimen lanauan gampingan. Mineralisasi ditemukan berupa emas, tembaga, galena dan sfalerit serta pirit halus hingga kasar, sebagian kecil markasit dan arsenopirit. Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada lokasi emas primer, yaitu dengan melakukan pembuatan lubang tambang mengikuti arah uraturat kuarsa yang mengandung emas berkadar tinggi (10 gr/ton hingga >15 gr/ton). Lokasi daerah kegiatan merupakan daerah mineralisasi tipe epitermal dan sedimen ekshalasi. Dimana mineralisasi emas di daerah ini sebagian berasosiasi dengan mineral logam dan pirit. Emas terbentuk didalam batuan vulkanik andesitik terbreksikan dan sebagian tuf lapilli serta di dalam batuan sedimen gampingan. Metoda penambangan dilakukan secara tambang dalam, dimana batuan yang mengandung emas digali di dalam lubang tambang, kemudian ditumbuk secara manual dan dimasukkan ke dalam tromol untuk dihaluskan. Pengolahan emas dilakukan secara amalgamasi dari hasil tromol tersebut, kemudian dicampur air raksa dan selanjutnya didulang dan diproses untuk memisahkan emas dari mineral ikutannya. Setelah membentuk bullion kemudian dibakar dan dimurnikan untuk memisahkan emas dengan air raksa, emas dapat diolah dan diproduksi

langsung ditempat tambang tersebut. Pada saat penelitian, masyarakat setempat sudah mulai melakukan pemrosesan emas secara sianidasi, untuk emas primer dan emas alluvial tujuannya untuk memproses ulang emas yang tertinggal, bekas pengolahan emas secara amalgamasi. Sumber daya hipotetik di wilayah Bukit Panang dan Tungau jumlahnya, 1,109 ton emas, sedangkan di Molobog jumlahnya sekitar 693,00 kg, sumber daya tersebut dikategorikan relatif kecil. Lokasi penambangan emas koluvial (sisa-sisa penambangan lama berupa kerikil dan kerakal dari Zaman Belanda) dan aluvial sungai berupa endapan pasir dan kerikil di wilayah sekitar Panang dan Tungau, volumenya = 300 m x 150 m x 1,3m = 58.500 m. Sedangkan untuk perhitungan kadar rata-rata 2 gr/m, sehingga sumber daya emas secara hipotetik diperoleh angka 58.500 m x 2 gr = 117.000 gr = 117 kg. Terlepas dari status Tata Guna Lahan, daerah Panang-Tungau dan Molobog memenuhi syarat sebagai daerah pertambangan sekala kecil.

http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=875&Item id=611

Kaolin
PENDAHULUAN Kaolin adalah satu mineral industri yang berpotensi cukup di Indonesia. Yang terbesar dan mungkin terbaik berada di Pulau Bangka dan Belitung. Eksploitasi potensi ini belum optimal. Untuk itu, informasi yang terkait dengan

pengembangan usaha pertambangan kaolin mutlak harus dilakukan. Produksi kaolin Indonesia dapat dikatakan sebagian besar sudah dapat memasok keperluan di dalam negeri, kecuali untuk keramik bermutu tinggi yang mengharuskan persyaratan ketat. Mula Jadi Kaolin diambil dari nama sebuah gunung di dekat Jauchau Fa, Cina, yaitukauling yang berarti pegunungan tinggi. Istilah kauling ini telah muncul sejak beberapa abad yang lampau dan diambil oleh masyarakat Cina untuk tanah lempung yang dimanfaatan untuk membuat guci atau patung porselen, keramik, peralatan rumah tangga khususnya peralatan makan dan minum (seperti piring, teko, cangkir, dll.).

Kaolin termasuk kelompok mineral lempung dengan kandungan besi rendah. Pada umumnya berwarna putih atau agak keputih-putihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dan beberapa material penyerta. Secara geologi, mula jadi kaolin karena proses pelapukan dan alterasi hidrothermal pada batuan beku felspatik. Mineral-mineral potash alumunium silika dan feldspar diubah menjadi kaolin. Proses kaolinisasi berlangsung pada kondisi tertentu, sehingga elemen-elemen selain silika, alumunium, oksigen dan hidrogen akan mengalami pertukaran seperti terlihat pada persamaan reaksi sebagai berikut : 2KAlSi3O8 + 2H2O - Al2(OH)4(SiO5) + Felspar Proses pelapukan terjadi pada atau dekat dengan permukaan tanah yang sebagian besar terjadi pada batuan beku. Sementara proses alterasi hidrothermal terjadi karena larutan hidrothermal mengalir melalui rekahan, patahan, dan daerah permeabel lainnya sambil mengubah batuan gamping menjadi endapan kaolin. Endapan kaolin terdiri dari dua macam, yaitu residual dan sedimen. Di Indonesia, endapan kaolin residual yang merupakan hasil alterasi hidrothermal pada batuan granit terdapat dalam jumlah yang besar di Propinsi Bangka dan Belitung. K2O + 4SiO2 Kaolinit

Mineralogi Mineral yang tergabung dalam kelompok kaolin adalah mineral kaolinit, nakrit, dikrit dan halloysit. Di antara mineral-mineral tersebut, kaolinit merupakan mineral utama, sedangkan halloysit (Al2(OH)4SiO52H2O) memiliki kandungan air lebih besar seringkali membentuk endapan tersendiri. Biasanya dalam endapan kaolin yang ekonomis, tidak ditemukan mineral nakrit dan dikrit. Sifat fisik mineral kaolinit antara lain berwarna putih, agak keputihan, kekerasan 2-2,5 skala mohs, berat jenis 2,60 - 2,63, plastis, pH bervariasi, daya hantar panas dan listrik yang rendah. Potensi Cadangan Potensi kaolin di Indonesia sekitar 66,21 juta ton yang terdiri dari 12,95 juta ton cadangan terbukti, 26,57 juta ton cadangan terunjuk dan 26,70 juta ton cadangan tereka. Potensi cadangan tersebut tersebar di beberapa daerah, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bangka dan Belitung dengan mutu cukup baik terutama untuk digunakan sebagai bahan baku keramik dan pengisi (filler). Daerah lainnya terdapat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi Utara [18]. PERTAMBANGAN

Eksplorasi Metoda eksplorasi dilakukan untuk mengetahui jumlah cadangan dan kualitas endapan kaolin didasarkan pada kondisi daerah atau lokasi endapan kaolin berada. Beberapa metoda eksplorasi yang dapat digunakan, di antaranya adalah dengan cara pemboran (bor tangan atau bor mesin) dan atau dengan pembuatan sumur uji. Eskplorasi dengan cara pemboran (bor tangan atau mesin) dilakukan dengan alat bor yang dilengkapi dengan bailer (penangkap conto). Metoda eksplorasi yang menggunakan sumur uji dilakukan dengan pola empat persegi panjang atau berbentuk bujur sangkar dengan jarak dari satu sumur 25 - 50 meter. 3.2 Penambangan Endapan kaolin dapat ditambang dengan dua cara, yaitu tambang terbuka (open pit mining) atau dengan tambang semprot (hydraulicking). Sama halnya dengan eksplorasi, penerapan metoda penambangan kaolin didasarkan kepada kondisi endapan. Pengupasan tanah penutup pada tambang terbuka dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana secara manual atau menggunakan alat mekanis, seperti bulldozer, scraper, dan lain-lain. Selanjutnya, lapisan kaolin digali dengan menggunakan excavator (backhoe atau power shovel) dan diangkut ke pabrik pengolahan dengan menggunakan truk. Penambangan dengan cara semprot, setelah tanah penutup dikupas, endapan kaolin disemprot dengan menggunakan monitor, hasilnya berupa lumpur kaolin kemudian dipompakan ke tempat pengolahan melalui pipa-pipa. Pengolahan Mineral pengganggu dalam kaolin antara lain adalah oksida besi, pasir kuarsa, oksida titanium dan mika. Pengolahan kaolin adalah untuk membuang mineral pengganggu, dan untuk memperoleh butir-butir halus, tingkat keputihan (brightness) yang tinggi, kadar air tertentu, pH tertentu dan sifat-sifat lain (Gambar 2). Proses pengolahan kaolin tergantung jumlah dan jenis mineral pengotor serta spesifikasi yang dibutuhkan. Untuk hal khusus dengan persyaratan ketat, misal untuk bahan pengisi (filler) atau pelapis (coating) pengolahan dilakukan secara khusus pula. PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASI Penggunaan Berdasarkan karakteristiknya, kaolin dapat digunakan sebagai bahan baku utama atau bahan baku penolong di berbagai industri. Pemakai utama kaolin adalah industri keramik / porselen, kertas, cat, karet/ban, sepatu, sabun dan

pestisida. Industri lainn uga memanfaatkan kaolin adalah industri kosmetik, pasta gigi, farmasi, fertilizer/ pupuk, absorbent, logam, barang-barang untuk bangunan, dan lain-lain. Dalam industri kertas kaolin digunakan sebagai bahan pengisi atau pelapis agar permukaan menjadi kuat dan halus. Kaolin sebagai bahan pengisi dipakai juga di indutri cat, karet dan ban. Pada industri keramik/ porselen, digunakan sebagai bahan baku utama. Pemakaian kaolin di industri tersebut berkisar antara 15 - 40 %. Pada industri kosmetik, sabun, pasta gigi, farmasi dan industri lainnya sebagai bahan baku imbuhan atau bahan baku pembantu. Spesifikasi Jenis kaolin yang dibutuhkan oleh satu industri dengan industri lainnya berbeda tergantung spesifikasi dari kaolin yang dibutuhkannya. Berikut ini akan diuraikan spesifikasi kaolin yang dibutuhkan oleh beberapa industri. a. Industri Kertas Sebagai bahan pengisi dan pelapis, spesifikasi kaolin untuk industri kertas seperti terurai dalam Tabel 1. b. Industri keramik Pemanfaatan kaolin di industri keramik, adalah untuk produk berwarna putih, termasuk porselen, ubin dinding, insulator, refraktori, dan face brick. Ada empat kalsifikasi keramik, yaitu: kelas porselen, kelas saniter, kelas gerabah halus padat dan halus tidak padat.Kaolin di industri keramik membutuhkan uji yang meliputi uji modulus of rupture (MOR), casting rate, pyrometric cone equivalent(PCE), warna hasil pembakaran dan penyusutan. Secara umum, kaolin yang diperlukan harus mengandung mineral kaolinit paling sedikit 80 %. Syarat lain yang dibutuhkan dapat disimak pada Tabel c. Indutri Karet Kaolin di industri karet digunakan untuk campuran latek dengan maksud untuk memperbaiki sifat-sifat karet, seperti kekuatan, ketahanan terhadap abrasi dan kekakuan d. Industri Pestisida Spesifikasi kaolin untuk pestisida antara lain tertera pada Spesifikasi Kaolin Untuk Industri Pestisida Uraian Ukuran butir < 2 Sisa saringan, min. 200 Komposisi 87 - 92 % 99,5 - 100

mesh 325 mesh Kandungan air, maks. Suspensi air setelah 48 jam pH Komposisi kimia Al2O3SiO2 Bentuk butir

% 99,0- 99,9 % 1% 70 - 80 % 4,5 - 5,5 38 % 45 % Pipih heksagonal platest Baik untuk semua materi Baik dengan atau tanpa minyak Sangat rendah

Comptability Daya rekat

Abrasi

e. Industri Cat Pemanfaatan kaolin di industri cat dikarenakan beberapa sifat kaolin, seperti tidak mudah bereaksi, berwarna putih, suspensi yang baik dan variasi ukuran. Sifat tidak mudah bereaksi dapat berfungsi sebagai lapisan penutup yang mempunyai kekuatan Tinggi. Warna putih akan memudahkan campuran warna yang diinginkan. Selain itu, variasi ukuran butiran akan memungkinkan kaolin digunakan pada berbagai industri cat. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK Perkembangan Pasokan dan Permintaan Krisis moneter sejak juli 1997 sampai saat ini dan berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. Di sektor pertambangan kaolin Indonesia, khususnya, berimbas kepada penyediaan dan permintaan kaolin (produksi, konsumsi, ekspor dan impor). Secara umum, perkembangan kaolin Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan. Produksi Data produksi yang diperoleh dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral dan Badan Pusat Statistik (BPS) ada beda besaran produksi kaolin tahunan. Perbedaan cara pengumpulan data menjadikan data yang berbeda pula. Adanya tampilan data produksi tersebut dengan pertimbangan, dapat dijadikan penilaian,

terutama tingkat akurasi data yang akan dipilih untuk menghasilkan presisi optimal. Menurut data DESM, sampai tahun 1997 produksi kaolin indonesia mengalami kenaikan yang cukup berarti. Namun mulai tahun 1998, keadaan data menjadi sangat sulit didapat. Angka yang ada tidak mencerminkan tingkat produksi kaolin nyata dan diperkirakan hanya sedikit perusahaan yang mengirim laporan produksi ke DESM, baik yang memiliki ijin Kuasa Pertambangan (KP), maupun ijin pertambangan daerah (SIPD). Data produksi kaolin yang bersumber dari BPS juga cenderung serupa, terutama untuk tahun 1997. Padahal saat itu mulai memburuknya situasi ekonomi Indonesia, bahkan kalau dikaji lebih jauh lagi, terlihat data yang diperoleh janggal, terutama data produksi tahun 1997.

b. Konsumsi Dampak resesi terhadap perkembangan sektor industri pemakai kaolin, terlihat nyata, yaitu penurunan konsumsi sampai 50 % pada tahun 1998 dari 151,2 ribu ton (1997), tetapi tahun 1999 naik kembali. Sebagian besar kaolin dipakai oleh industri kertas, keramik-porselain, semen, sabun dan industri ban dan karet Sampai 1998, konsumsi bahan baku do-mestik masih mendominasi. Sebaliknya untuk tahun 1999, Jenis industri yang memakai kaolin asal impor, antara lain industri kertas, cat, kosmetik dan bata tahan api. Selain konsumsi kaolin di atas, diperkirakan terdapat kaolin dalam bentuk bahan baku yang diserap oleh industri pengolahan bahan galian (dalam buku statistik industri berada dalam kelompok industri barang bukan logam lainnya Alasan pemisahan data konsumsi kaolin di industri ini dengan konsumsi kaolin yang duraikan di atas, yaitu ada kekhawatiran terjadi hitung ganda, karena produknya merupakan kaolin yang telah diolah dan diperkirakan dipasarkan ke industri-industri pemakai kaolin atau bahkan diekspor.

c. Ekspor Sulitnya pemasaran kaolin di Indonesia sebagai akibat spesifikasi/kualitas kaolin yang diproduksi dalam negeri masih belum terpenuhi. Sebagai alternatif, pengusaha kaolin Indonesia memasar ke luar negeri. Perkembangan ekspor kaolin dalam kurun pengamatan secara relatif meningkat dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 2,62 %. Ekspor tertinggi dicapai pada tahun 1995, yaitu sebesar 192.982 ton (Tabel 5). Sebagian besar ekspor kaolin ditujukan ke Jepang dan Korea selatan.

d. Impor Rendahnya kualitas kaolin produk domestik, menyebabkan perusahaan pemakai kaolin memilih kaolin asal impor. Secara statistik volume impor kaolin dari tahun ke tahun cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 11,13 %. Impor tertinggi dicapai pada tahun1997, yaitu sebesar 144.964 ton dengan nilai sebesar 38.808.217 $ AS. Impor kaolin sebagian besar berasal dari Cina, Amerika Serikat dan Australia. Harga Harga kaolin dibedakan berdasarkan jenis dan kualitas. Kaolin jenis pelapis mempunyai harga tertinggi. Kaolin jenis ini sebagian besar diimpor dari Amerika Serikat dan Australia. Sampai saat ini kaolin jenis ini belum tersedia di Indonesia, karena sumberdaya kaolin Indonesia dari jenis pengisi (filler). Harga kaolin jenis pelapis pada tahun 1999 sekitar AS$ 250,00 per ton. Dengan menggunakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat waktu itu, yaitu sebesar Rp.12.000,- per dollar, maka harga kaolin tersebut adalah Rp 3,- juta setiap tonnya atau Rp 3.000 per kg, sedangkan jenis pengisi pada tahun yang sama diperkirakan sekitar Rp.1.500 per kg. Dengan mengambil asumsi bahwa ekspor kaolin merupakan bahan mentah atau setengah jadi (masih memerlukan pengolahan lanjutan), maka kaolin tersebut diperkirakan sekitar Rp. 600,- per kg (FOB) dan harga pabrik (industri pengolahan bahan galian) sekitar Rp. 340,- per kg, sedangkan dengan dasar harga bongkah kaolin yang diserap di industri pengolahan bahan galian, yaitu sebesar Rp. 70,- per kg. Apabila diamati, maka terdapat perbedaan harga yang sangat menyolok antara kaolin bongkah dengan kaolin setengah jadi, apalagi kalau dibandingkan dengan harga impor.

Perimbangan Pemasokan dan Kebutuhan Pemasokan berasal dari dua sumber, yaitu pemasokan dalam negeri (produ ksi) dan dari luar negeri (impor), begitu pula kebutuhan, kebutuhan dalam negeri (konsumsi) dan ekspor. Perkembangan pemasokan dan kebutuhan kaolin dalam kurun sepuluh tahun terakhir (1990-1999) secara statistik diperlihatkan oleh kelebihan dari sisi pemasokkan. Salah satu penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah resesi ekonomi nasional yang berdampak pada sektor properti/ perumahan dan industri pemasok bahan baku sektor properti perumahan. Pengaruh itu berakibat pemasaran kaolin menjadi sulit sehingga terjadi stok (Tabel 8).

Perkembangan pemasokan dan Kebutuhan Kaolin Indonesia (ton)

Tahun

Pemasokan Produksi+ impor 285.414 331.895 406.718 665.407 620.548 843.392 444.368 1.170.575 669.828 482.083

Kebutuhan Konsumsi + ekspor 258.727 264.457 272.571 260.159 277.491 378.585 319.886 277.643 167.729 251.997

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999

Prospek Pengembangan Usaha Pertambangan Dilihat dari sisi potensi sumberdaya kaolin yang cukup besar, pengembangan usaha mineral kaolin (penambangan dan pengolahan) cukup memungkinkan. Akan tetapi apabila dilihat dari perimbangan pemasokan dan kebutuhan, maka prospek kaolin di Indonesia kurang begitu baik. Rata-rata laju pertumbuhan dari sisi pemasokan lebih tinggi dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan dari sisi kebutuhan. Terobosan baru dari pemerintah untuk mempermudah dan pemberian insentif bagi pengusaha kaolin dalam memasarkan produknya ke luar negeri (ekspor) perlu diupayakan. Selain itu, upaya pengetatan impor mineral ini perlu dilakukan baik melalui kenaikkan tarif bea masuk atau bahkan dihentikan sama sekali guna memperkecil arus pemasokan. Tetapi hal ini tidak memungkinkan oleh karena pada tahun 2003 mendatang pasar bebas di ASEAN (AFTA) mulai diberlakukan. Dengan diberlakukan AFTA ini merupakan tantangan bagi pemerintah serta para pengusaha kaolin, untuk berusaha meningkatkan kualitas kaolin hasil dalam negeri (domestik), sehingga mampu bersaing baik di dalam maupun di luar negeri.

Peranan lembaga penelitian dan pengembangan seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, sebaiknya terus ditingkatkan guna membantu para pengusaha dalam peningkatan mutu kaolin di masa mendatang.

PENUTUP Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil beberapa butir penting : 1) Potensi sumberdaya kaolin di Indonesia cukup besar terutama di Bangka dan Belitung serta beberapa lokasi di Jawa seperti di Tasikmalaya, Yogyakarta, Wonogir, Trenggalek dan lain-lain.

2) Dalam kurun tahun 1990-1999 perimbangan pemasokan dan kebutuhan kaolin di Indonesia menunjukkan kelebihan pemasokan yang cukup besar, yaitu dari pemasokan sebesar 285.414 ton pada tahun 1990 hanya terserap sebesar 258.727 ton dan pada tahun 1999 dari 482.083 ton yang dipasok hanya terserap 251.997 ton. 3) Prospek pengembangan usaha pertambangan kaolin dari sisi pemasokan dan kebutuhan kurang begitu memnggembirakan; 4) Kelebihan pemasokan yang terus terjadi dalam kurun 1990-1999 dapat menurunkan harga kaolin domestik yang pada akhirnya dapat mematikan pengusaha kaolin dalam negeri. 5) Perlu upaya dari Pemerintah guna meningkatkan pengusahaan kaolin hasil dalam negeri di masa mendatang baik melalui kebijakan berupa kemudahan /insentif ekspor maupun menghambat laju impor (peningkatan bea masuk); 6) Perlu upaya untuk meningkatkan peranan lembaga penelitian dan pengembangan guna membantu para pengusaha dalm peningkatan kualitas hasil produknya. Untuk menguji validitas data statistik perlu dilakukan survey langsung ke responden di lapangan (pengumpulan data primer) http://kampungminers.blogspot.com/2013/01/kaolin.html
GENESA MINERAL KAOLIN Kaolin merupakan salah satu anggota dari beberapa kelompok mineral lempung. Grim (1953) menyebutkan bahwa kaolin merupakan kelompok kristalin dalam mineral lempung berdasarkan struktur kimia mineralnya. Kaolin dapat terbentuk oleh dua proses (Harben & Kuzvart, 1996), yaitu : a. Proses alterasi hidrotermal. b. Proses pelapukan.

Sifat Fisik Kaolin. Kaolin mempunyai sifat yang khas, yaitu :Warna putih, Kekerasan (skala Mohs) 2 2,5, Berat jenis 2,60 2,63, Daya hantar listrik dan panas rendah, Belahan sempurna pada satu arah (001), Bersifat anisotropik. Struktur Kimia Kaolin Mineral lempung mempunyai dua struktur atom dasar, yaitu alumina-magnesia octahedron dan silica tetrahedron. KAOLIN SEBAGAI BAHAN GALIAN INDUSTRI Kaolin banyak dipakai sebagai bahan pembuatan beberapa produk dalam berbagai industri, baik bahan baku utama maupun sebagai sebagai bahan campuran. Kaolin banyak dipakai sebagai aplikasi dalam industri lama dan industri baru (Murray, 1963 dalam Lefond, 1983). Kaolin biasanya dipakai pada Industri kertas, Industri karet, Industri keramik, Industri cat, Industri plastik. EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI KAOLIN Sama halnya dengan bahan galian yang lain, eksplorasi kaolin dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : 1.Metode geologi. Metode geologi dilakukan dengan beberapa survei, yaitu : Survei pengindraan jarak jauh, Survei geologi permukaan, Survei geologi bawah tanah atau dalam terowongan. 2.Metode geofisika. Metode pengambilan data geofisika dilakuakn dengan : Survei geofisika dari udara (airbone surveys), Survei geofisika dilaut atau danau atau sungai, Survei geofisika darat. 3.Metode geokimia. Penambangan kaolin dilakukan dengan dua cara tergantung pada kondisi endapannya (Bisri dan Riyanto, 1990) : 1.Tambang terbuka (open pit mining). 2.Tambang semprot (hidraulicking). GEOLOGI DAERAH KETANDAN KEC. SELOGIRI, KAB. WONOGIRI Secara regional daerah ini tersusun atas batuan yang termasuk ke dalam formasi Mandalika. Untuk daerah Ketandan sendiri tersusun oleh litologi yang berupa batuan beku mikro diorit dan diorit. Apabila akan dilakukan eksplorasi maka metode eksplorasi yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan metode eksplorasi metode geologi yaitu dengan melakukan

survei permukaan, dalam hal ini dengan melakukan pemetaan geologi. Hal ini karena pada daerah ini banyak singkapan yang dapat memberikan informasi kaolin. Eksploitasi dari kaolin ini dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana, dengan melakukan penambangan terbuka oleh rakyat sekitar. Cara penambangannyapun masih sangat sederhana, karena hingga tulisan ini disusun, tambang kaolin ini hampir belum tersentuh oleh alat-alat berat, sepertihalnya dalam penambangan terbuka yang lain. Kaolin ini oleh masyarakat ditambang dengan menggunakan cangkul dan sekop, dan dikerjakan dengan tenaga manusia.Kaolin yang ada tidak diolah secara langsung di daerah ini tetapi hasil penambangan ini dikirim ke daerah lain, untuk selanjutnya diolah. Jika pengolahan yang dilakukan menurut prosedur maka tahapan dalam pengolahan kaolin ini akan mengikuti tahapan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari pengolahan ini kaolin yang dihasilkan digunakan unuk bahan dasar keramik.

http://caryos.wordpress.com/2008/02/03/%E2%80%9Ceksplorasi-dan-penambangankaolin-sebagai-bahan-galian-industri-di-daerah-ketandan-kec-selogiri-kabwonogiri%E2%80%9D/

KAOLIN
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta. Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi. Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan tersendiri. Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 2,5, berat jenis 2,6 2,63, plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi. Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Kaolin/ulasan.asp?xdir=Kaolin&commId=19&com m=Kaolin

Bahan Galian Industri : Kaolin


Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta.

Kekerasan Berat jenis Bersifat plastis

: 2 2,5 : 2,6 2,63

Mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah

Kaolin

Genesa :

Pembentukan kaolin ada 2 macam yaitu secara pelapukan dan altersai hydrothermal pd batuan beku feldspatik. Kaolin terjadi dari hasil pelapukan batuan kristalin asam (granit, diorit). Air panas dr dlm bumi naik ke perm melalui celah dr bat induk, mengubah feldspar, mika mjd kaolinit (alterasi hydrothermal).

Kaolin residual

Jenis ini diketemukan ditempat terbentuknya bersama batuan induknya, belum mengalami perpindahan, kristal teratur, jarang terjadi substitusi ion, mineral murni

Kaolin sedimenter

Sudah mengalami perpindahan oleh air, angin, gletser, diendapkan dlm cekungan, kristal tdk teratur, bercampur dgn bhn lain (oksida besi, titan) lebih halus dan plastis

Penambangan kaolin dapat dilakukan dengan 2 cara bergantung kondisi endapan, yaitu:

Cara tambang terbuka (open pit) : Pada cara ini, pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dengan alat-alat secara manual ataupun alat mekanis seperti bulldoser, scraper, dll. Lapisan kaolin dapat digali dengan excavator lalu dimuat langsung ke dalam truk untuk diangkut ke pabrik pengolahan.

Cara tambang semprot (hydraulicking) : Pada cara ini, endapan kaolin yang telah dikupas tanah penutupnya disemprot dengan menggunakan monitor. Hasil penyemprotan berbentuk lumpur (campuran kaolin dengan air). Lumpur tersebut dipompakan ke tempat pengolahan melalui pipa-pipa.

Pengolahan :

Pengolahan kaolin

Kegunaan :

1. Industri kertas, kaolin digunakan sebagai bahan pengisi (filler material) dan sebagai bahan pelapis (coating material) 2. Industri keramik, kaolin digunakan sebagai bahan body maupun bahan glasir untuk meningkatkan kualitas warna produk menjadi lebih cerah 3. Industri karet, kaolin digunakan sebagai bahan vulkanisir untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan karet 4. Industri cat, kaolin digunakan sebagai bahan extender prduksi cat, substitusi mewarnai cat dan untuk membuat cat berwarna cemerlang 5. Industri plastik, kaolin digunakan untuk membuat permukaan plastik menjadi rata dan membuat plastik resisten terhadap serangan zat-zat kimia 6. Industri Fiberglass, kaolin digunakan sebagai penguat dalam fiberglass yaitu untuk memperbaiki proses integrasi fiber terhadap produkyang penguatannya menggunakan plastik
http://bubulemon.blogspot.com/2013/07/bahan-galian-industri-kaolin.html

2. Kaolin
Kaolin merupakan hasil tambang yang banyak terdapat di Indonesia. Kaolin termasuk bahan galian industry. Secara kimia, kaolin mempunyai rumus Al2O3 2SiO4.2H2O. kaolin merupakan salah satu contoh dari tanah liat yang high grade, lunak dan tdak plastis. Adapun warna dari jenis hasil tambang ini adalah putih, kuning, abu-abu putih, jingga, abu-abu, atau kemerah-merahan. Mineral kaolin yaitu kaolinite, nackrite, deckite, B.D. kaolin 2,6 2,63 dengan kekerasan 2 2,5. Endapan kaolin terjadi dari hasil pelapukan dan dikomposisi batuan beku dan batuan metamorf yang kaya akan aluminium silikat seperti Grannite, Gneisses, Quartz porphysry.

Dengan cara lain deposit kaolin terjadi karena proses kaonisasi terhadap batuan feldsphatic di mana mineral-mineral potash aluminium silicate dan feldspar di ubah menjadi kaolin.Cara penambangan kaolin sama seperti halnya tambang lainnya. Sebelum ditambang, terlebih dahulu diadakan penyelidikan. Cara penyelidikan untuk mengetahui adanya endapan kaolin, maka dapat dilakukan dengan cara penyelidikan geologi di daerah-daerah yang diperkirakan banyak mengandung kaolin. Dengan cara pemboran, sumur-sumur serta parit-parit eksplorasi. Penambangan kaolin dapat di kerjakan dengan cara tambang terbuka (open cut mining), lubang tikus (tunneling) atau dengan cara penambangan dalam (under ground mining). Untuk memperoleh hasil kaolin yang baik, maka hasil penambangan itu harus di murnikan terlebih dahulu. Kaolin dapat di murnikan dengan berbagai cara, tetapi yang biasanya digunakan sebagai berikut: suspense kaolin di alirkan melalui talang yang panjang sempit dan dangkal.

Kemudian inpurtities seperti pasir, mika dan sebagainya dapat disingkirkan dengan jalan mengerukkan hand shovel ke atas, setelah itu suspense kaolin sidaring yang kemudian di tampung di settling tank. Ke dalam settling tank di masukkan suatu coagulating agent(penggumpal) misalnya alum untuk mempercepat pengendapan kaolin. Setelah itu air jernihnya dikeluarkan, baru kemudian kaolin di filter press serta di jemur baik dengan menggunakan panas matahari maupun dengan menggunakan oven.
http://enenkq.blogspot.com/2012/05/mineral-tambang-1.html

You might also like