You are on page 1of 34

BAB I PENDAHULUAN

Pada awal perkembangan ilmu kedokteran dan kefarmasian di dunia Barat, segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya disebut sebagai Materia Medica atau bahan obat. Penggunaan baham alam utamanya dari tanaman sebagai bahan obat dalam farmakognosi berkembang setelah ditemukannya dokumen-dokumen kuno seperti Papyrus Eber pada kuburan mummi, dan dipublikasikan oleh George Eber (1973) di Universitas Leipzig, berisi pengobatan Mesir kuno 1500 tahun sebelum masehi. Pengetahuan orang-orang mesir tersebut menjadi sumber ilmu pengetahuan bangsa Yunani. Buku karangan Hipocrates (470) sebelum masehi yang dikenal sebagai Bapak Dunia Kedokteran telah menjadi panduan pengobatan hingga sekarang. Pedonius Dioscorides (kebangsaan Yunani) dalam de Materia Medica Libri Cinque (abad I) telah mencatat 600 obat yang berasal dari tumbuhan, hewan & mineral dan cara pengobatannya (farmseutika). Cladius galen atau Galenos (131 Sesudah Masehi), dokter Yunani, Bapak Ilmu Farmasi mengeluarkan buku pengetahuan pengobatan

Galenica. Avicenna (Ibnu Sina) memadukan ilmu pengobatan Yunani dan Arab dalam bukunya Canon Medicine. (Asni Amin, 2010:2).

Alam memberikan kepada kita bahan alam, darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistematiknya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alami ynag berkhasiat obat ini dikoleksi , dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi. Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji khasiat diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik dan uji klinik untuk menentukan fitofarmaka atau fitomedisin, bahan-bahan fitofarmaka inilah yang disebut obat. Bila dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi. (Kiki widyastuti, 2010:2) Mengingat tumbuhan berperan penting dalam bidang pengobatan maka penting bagi kita untuk mengetahui dan cara mengidentifikasi suatu tanaman yang berkhasiat obat mulai dari morfologi, anatomi, kandungan kimia serta efek farmakologisnya dan tentu saja prosedur pengerjaannya. Adapun maksud dari pembuatan laporan ini yaitu mengetahui dan memahami prosedur pemeriksaan farmakognosi dan reaksi identifikasi pada suatu tanaman. Sedangkan tujuan pembuatan laporan ini untuk melakukan

pemeriksaan farmakognosidan

reaksi identifikasi Tumbuhan Kemangi

(Ocimum basilicum) Kecamatan Rappocini, Kotamadya Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Prinsip pembuatan laporan adalah pemeriksaan morfologi tanaman secara keseluruhan, anatomi bagian tanaman yang di maksud dan pemeriksaan mutu simplisia yang meliputi organoleptik, makroskopik, mikroskopik serta identifikasi kandungan kimia dan efek farmakologisnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas Pada awal abad ke-19 Materia Medika terbagi menjadi farmakologi dan farmakognosi dan merupakan masa ilmu farmakognosi yang menggunakan bahan alam sebagai obat tidak hanya dalam bentuk bahan alam, atau sediaan galenik (ekstrak, tinktura, infusa atau yang lain) tetapi telah dilakukan isolasi dari ekstrak tanaman bahkan ada beberapa yang telah disintesis agar dapat dipergunakan dalam pengobatan. (Asni amin, 2010: 3) Perkataan Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani: yaitu pharmakon yang berarti obat dan gnasis yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat. Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan Fluckiger sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum hanya dan meliputi segi yang pengamatan seharusnya makroskopis, mencakup

Farmakognosi nmikroskopis

organoleptis

juga

identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh : Chloramphenicol dapat di buat secara sintesa ntotal, yang

sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela. (Kiki Widyastuti dkk, 2003: 2) Budidaya tanaman obat pada hakekatnya adalah suatu cara pengelolaan sehingga tanaman obat dapat mendatangkan hasil tinggi dan bermutu baik. Keadaan ini bisa terjadi bila tanaman dapat tumbuh pada lingkungan yang sesuai, antara lain pada kesuburan tanah sperti iklim yang sesuai dengan teknologi tepat guna. Tahap pembudidayaan tanaman meliputi tahap-tahapan sebagai berikut : Pengelolaan tanah Penanaman Pemeliharaan tanaman Pemungutan hasil (panen). (Kiki Widyastuti dkk, 2003: 10-12)

Tinjauan Teoritis Pemeriksaan Simplisia Simplisia adalah bahan-bahan obat yang masih dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Menurut FI III adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati/simplisia vegetabilis adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanamanatau eksudat tanaman.

a. Tata nama Simplisia 1. Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia

didasarkan atas gabungan nama simplisia diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh : Piperis albi Fructus Nama Tanaman : Piperis Albi, Bagian Tanaman : Fructus (buah)

2. Penyebutan simplisia dalam buku teks sering tidak mengikuti aturan di atas : - Calami Rhizoma : nama spesies (Acarus calamus) diikuti bagian tanaman. - Oleum Ricini : minyak jarak (Ricinus communis) tanpa bagian tanaman. - Psidi Folium : nama genus (Psidium guajava) diikuti bagian tanaman. - Lycopodium - Cera Flava - Chinae Cortex : nama spora, tanpa nama bagian dari tanaman : nama lilin, tanpa diikuti nama bagian asal : nama daerah tanaman Cinchona succirubra (kina). (Asni Amin, 2011: 4) b. Proses pembuatan simplisia meliputi tahap-tahap : 1. Pengumpulan bahan / panen, harus memperhatikan bagian tanaman yang diambil (bebas dari penyakit tanaman dan segar), dan teknik pengambilan (manual atau mesin)

2. Sortasi basah, memisahkan dari tanah, dan bagian lain yang dikehendaki. 3. Pencucian, untuk membersihkan kotoran yang melekat. 4. Pengubahan bentuk, untuk memperluas permukaan bahan baku sehingga mempercepat proses pengeringan, meliputi : perajangan, pengupasan, pemiprilan (pemisahan biji dari bonggol),

pemotongan dan penyerutan. 5. Pengeringan, untuk menurunkan kadar air (+ 5-15%). Untuk mencegah tumbuhnya kapang dan bakteri, memudahkan proses pengolahan selanjutnya. Pengeringan dapat dilakukan dengan diangin-anginkan, dijemur dibawah sinar matahari langsung atau dengan mesin (oven) yang diatur suhunya. 6. Sortasi kering, dilakukan setelah proses pengeringan. 7. Pewadahan dan penyimpanan, simplisia harus ditempatkan dalam wadah terpisah agar tidak bercampur dengan simplisia lain, dan diberi label. 8. Pengawetan, dilakukan sebelum pengeringan simplisia, dengan cara merendam simplisia dalam alkohol 70%, atau dialiri uap panas. c. Pemeriksaan Simplisia Tujuan pemeriksaan mutu simplisia agar diperoleh simplisia yang

memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam buku-buku resmi seperti Materia Medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan Ekstra Farmakope Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas pemeriksaan : 1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan : a. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan/simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku. b. Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik paparan

mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan. c. Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai : - Jaringan pada batang, akar dan rimpang, terdiri dari : 1. Jaringan primer (epidermis, korteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat dan empulur) 2. Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom) 3. Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuahn sekunder. - Jaringan Pada daun, terdiri dari :

1. Tipe stomata 2. Jenis Rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar) - Jaringan pada daun, batang, dan akar, terdiri dari 1. Tipe sel Idioblas 2. Tipe sel Sklerenkim. d. Tetapan Fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi. e. Kimiawi, meliputi reaksi: warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan kompleks. f. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan. 2. Analisis bahan, meliputi penetapan jenis konstituen (Zat

kandungan), kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi simplisia. 3. Kemurnian, meliputi kromatografi : Kinerja tinggi, Lapisan Tipis, Kolom, Kertas, dan gas, untuk menentukan senyawa / komponen kimia tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer san sekunder tanaman. d. Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Meliputi reaksi warna yang dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk simplisia (Uji Histokimia), reaksi pengendapan dan

Kromatografi lapis tipis yakni salah satu teknik pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorpsi dan partisi menggunakan lempeng berukuran 3 X 7 cm, yang dilapisi oleh silika gel sebagai fase adsorben (penyerap) atau disebut fase diam, dan eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik. (Asni Amin, 2011 :4-7) Hubungan Farmakognosi dengan Ilmu-Ilmu lain Simplisia harus mempunyai identitas botani zoologi yang pasti, artinya harus diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dari mana simplisia tersebut diperoleh. Atas dasar pentingnya identitas botani zoologi maka nama tanaman atau hewan dalam Farmakope selalu disebut nama latin bukan nama daerah. Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus tersedia di tempat meramu atau meracik obat, sehingga dengan cara tersebut Farmakognosi dianggap sebagai bagian dari materi medika. Simplisia di apotik kemudian terdesak oleh perkembangan galenika apalagi setelah kimia organik berkembang tetapi hal ini bukan berarti simplisia tidak diperlukan lagi hanya tempaynye bergeser ke pabrik-pabrik farmasi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ruang lingkup Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam farmakope tetapi meliputi pemanfaatan alam nabati,

hewani dan mineral dalam berbagai aspeknya dibidang farmasi dan kesehatan. (Kiki Widyastuti, 2002:4) B. Uraian Tumbuhan Kemangi dapat dijumpai dengan mudah saat kita makan pecel ,ayam penyet, nasi ulam (Betawi) atau karedok (Sunda). Namun jangan buru-buru menyisihkannya ke pinggir piring. Ada banyak manfaat yang diperoleh bila kita mengonsumsinya. Kemangi (Ocimum basilicum) sangat mudah tumbuh dan banyak ditanam di pekarangan rumah. Kemangi tidak hanya populer di Indonesia tetapi juga di beberapa negara tetangga seperti di Thailand ( manglak) atau India (tulsi). Di Eropa, kemangi dikenal dengan nama sweet basil,berarti raja dalam bahasa Yunani, dan biasanya disuling untuk diambil minyak atsirinya. Selain dikonsumsi sebagai lalapan, kemangi juga banyak

digunakan dalam pengobatan tradisional India ( Ayurveda ). Minyak atsiri kemangi dapat digunakan untuk pijat aromaterapi. Namun wanita hamil dilarang menggunakannya karena dikhawatirkan dapat menyebabkan keguguran. ( http://infosehat09hartonoprasetyo.wordpress.com) 1. Penamaan a. Nama Ilmiah b. Nama Daerah : Ocimum basilicum Linn. fa. citratum. : Kemangi (Jawa), Kemanghi (Madura).

c. Nama Asing

: Thailand (manglak), India (tulsi), Eropa sweet basil, berarti raja dalam bahasa Yunani.

(http://infosehat09hartonoprasetyo.wordpress.com) d. Tempat Tumbuh : Kemangi (Ocimum basilicum) sangat mudah tumbuh dan banyak ditanam di pekarangan rumah. Kemangi tidak hanya populer di Indonesia tetapi juga di beberapa negara tetangga seperti di Thailand juga di Asia selatan seperti India bahkan di Eropa banyak tumbuh. Sering menjadi liar, tepi jalan dan tepi kebun, (http://infosehat09hartonoprasetyo.wordpress.com) 2. Taksonomi Kemangi Regnum Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Famili : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Sympetalae : Solanales (Tubilorae/ Personatae) : Labiatae

Genus Spesies

: Ocimum : Ocimum basilicum Linn fa. citratum.

(Sumber : Gembong Tjitrosoepomo) 3. Ciri Morfologis Herba tegak, sangat harum; tinggi 0,3-0,6 m. Batang hijau, caranya berambut berubah-ubah. Tangkai daun 0,5-2 cm; helaian daun bulat telur ellips, ellips atau memanjang, dengan ujung runcing, berbintik-bintik serupa kelenjar, pada sebelah menyebelah ibu tulang 3-6 tulang cabang, 3,5-7,5 kali 1,5-2,5 cm. Karangan semu berbunga 6, berkumpul menjadi tandan ujung. Daun pelindung ellips atau bulat telur , panjang 0,5-1 cm. Kelopak sisi luar berambut, sisi dalam bagian bawah dalam tabung berambut rapat, lk 0,5 cm panjangnya ; gigi belakang jorong sampai bulat telur terbalik, dengan tepi mengecil sepanjang tabung; gigi samping kecil dan runcing; kedua gigi bawah berlekatan menjadi bibir bawah yang bercelah 2. Mahkota putih berbibir 2, panjang 8-9 mm, dari luar berambut : bibir atas bertaju empat; bibir bawah rata. Tangkai dari kelopak buah tegak dan tertekan pada sumbu dari karangan bunga, dengan ujung bentuk kait , melingkar, seolah-olah duduk dan dengan mulut yang terarah miring merendah. Kelopak buah 6-9 mm panjangnya. Buah keras coklat tua, gundul, waktu dibasahi menbengkak sekali, sering ditanam. Lebih

sering menjadi liar: 1-450 m. Berbau sereh. (Van Steenish, 1997: 359360) 4. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologisnya Tumbuhan kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin berbau harum, dan menyegarkan. Beberapa bahan kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman kemangi di antaranya 1,8 sineol, anethol, apigenin, dan boron. Sementara pada daunnya terkandung arginine dan asam aspartat. Efek farmakologis yang dimiliki seluruh bagian tanaman kemangi diantaranya menghilangkan bau badan dan bau mulut, anestesi, membantu mengatasi aktivitas ejakulasi saraf prematur, pusat, anti

kholinesterase, pembulu

merangsang

melebarkan hepar,

kapiler

(merangsang

ereksi),

menguatkan

merangsang hormon estrogen, merangsang faktor kekebalan tubuh, merangsang ASI, melebarkan pembulu darah, mencegah pengentalan darah, melancarkan sirkulasi, merangsang keluarnya hormon

androgen dan hormon estrogen, serta mencegah pengeroposan tulang. Selain itu, daunnya bermanfaat untuk memperkuat daya tahan hidup sperma, mencegah kemandulan, menurunkan gula darah , antihepatitis, diuretik, merangsang saraf dan analeptik.

5. Cara Penggunaan Beberapa cara pemanfaatan kemangi a. Teh daun kemangi Bermanfaat mengatasi batuk pilek, menambah nafsu makan dan memperbaiki pencernaan. Biasanya diminum pada saat pergantian musim untuk meningkatkan stamina dan mencegah terserang flu. Caranya: Teh daun kemangi terbuat dari satu sendok teh serbuk daun (serbuk herba) lalu diseduh dengan setengah gelas air mendidih. Tutup gelas dan biarkan sampai hangat. Ramuan ini diminum sekali sehari sebanyak setengah gelas. b. Pasta daun kemangi sebagai obat luar Daun Kemangi dapat digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi penyakit kurap atau ring worm. Caranya : Daun kemangi dihancurkan atau dilumat dengan serbuk merica dan sedikit air sehingga menjadi bentuk pasta. Oleskan pasta pada kulit yang terserang penyakit kurap. c. Mengatasi perut kembung pada anak Caranya : Oleskan remasan kemangi bersama bawang merah dan minyak kelapa pada bagian perut, dada & punggung anak. d. Bau badan, bau mulut atau ASI tidak lancar

Caranya : Konsumsi daun kemangi segar atau minum air perasan kemangi yang telah dihaluskan bersama daun beluntas dan daun kunyit. e. Panu Caranya : Ambil segenggam daun kemangi, cuci, tumbuk halus, beri sedikit kapur sirih. Oleskan pada kulit yang berpanu 2x sehari. (http:/infosehat09hartonoprasetyo.wordpress.com) 6. Uraian Senyawa Kimia Aquades (Farmakope Indonesia, 1979: 96) Nama Resmi Nama Lain RM BM Pemerian Penyimpanan Kegunaan : AQUA DESTILLATA : Air suling : H2O : 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai pelarut.

H2SO4 (FI Edisi III, 1979: 58) Nama Resmi Nama Lain RM Pemerian : ACIDUM SULFURICUM : Asam sulfat : H2SO4 : Berbau Sangat tajam, sangat korosif, cairan kental seperti sirup

Penyimpanan Kegunaan

: Dalam wadah tertutup rapat : Zat pereaksi

HCl (FI Edisi III 1979: 53) Nama Resmi Nama Lain RM BM Pemerian : ACIDUM HYDROCHLORIDUM : Asam klorida : HCl : 36,46 : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang Kelarutan Penyimpanan Kegunaan : Larut dalam air dan etanol : Dalam wadah tertutup rapat : Zat tambahan, pereaksi

NaOH (FI Edisi III 1979; 412) Nama Resmi Nama Lain RM BM Pemerian : NATRII HYDROXIDUM : Natrium hidroksida : NaOH : 40,00 : Berbentuk batang, massa hablur dan

kepingan keras mudah meleleh dan korosif. Kelarutan Penyimpanan Kegunaan : Larut dalam air dan etanol 95% : Dalam wadah tertutup rapat : Zat tambahan, pereaksi

Etanol (FI Edisi III, 1979: 65) Nama Resmi Nama Lain RM Pemerian : AETHANOLUM : Etanol, Alkohol : C2H6O : Cairan tak berwarna, jernih mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar

dengan memberikan nyala biru yang berasap Kelarutan : Sangat mudah laruta dalam air, kloroform dan eter Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api Kegunaan : Zat tambahan, pereaksi

Iodium (FI Edisi III 1979: 316) Nama resmi Nama lain RU BU Pemerian : IODUM : Iodium : I : 126,91 : Keping atau butir, berat, mengkilat,

seperti logam; hitam kelabu: bau khas

Kelarutan

: Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol (95%) P, dalam lebih kurang 80 bagian gliserol P dan falam lebih kurang 4 bagian

karbondioksida P; larut dalam klorofom P dan dalam karbontetraklorida P. Penyimpanan Kegunaan Khasiat : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai Pereaksi : Anti jamur; antiseptikum ekstern

Methylen blue (FI Edisi III 1979: 381) Nama Resmi Nama Lain RM BM Pemerian : METHYLTHIONINI CHLORIDUM : Metiltionina klorida, Biru metilen : C16H18CIN3S.2H2O : 372,90 : Serbuk hablur mengkilat seperti logam atau suram kehijauan tua atau serbuk warna coklat; hampir tidak berbau.

Higroskopik Kelarutan : larut dalam 40 bagian air, dalam 110 bagian etanol (95%) P dan dalam 450 bagian kloroform P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan Khasiat

: Sebagai indikator warna : Antimethemoglobinemi

FeCl3 (FI Edisi III, 1979: 659) Nama Resmi Nama lain RM BM Pemerian : : Besi (III) klorida : FeCl3 : : Hablur atau serbuk hablur; jingga hitam dari

kehijauan,

bebas

warna

garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban. Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna jingga. Peyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai pereaksi

BAB III METODE KERJA

A. Alat dan Bahan a. Alat-alat yang digunakan antara lain 1. Ayakan 2. Botol selai 3. Bunsen 4. Deck Glass 5. Gunting 6. Isolasi 7. Kertas koran 8. Blender 9. Mikroskop 10. Kantong plastik 11. Objek glass 12. Pisau 13. Pot plastik 14. Rak tabung 15. Sasak 16. Sendok tanduk 17. Silet

18. Tabung reaksi b. Bahan yang digunakan antara lain : 1. Aquades 2. Etanol 3. FeCl3 1% 4. H2SO4 5. HCl Pekat 6. HCl 0,5 N 7. Iodium 0,1 M 8. Metilen blue 9. Molish 10. NaOH 0,1 N 11. Vanilin 10% B. Cara Kerja a. Pengambilan sampel Sampel diambil dari tepi jalan yg tumbuh dikecamatan rappocini Kotamadya Makassar, Provinsi Sulawesi selatan. b. Pengolahan Sampel Tumbuhan yang telah diambil kemudian dipisahkan dari batang dan akarnya kemudian di bersihkan, lalu disortasi basah (pemisahan bagian yang tidak digunakan) lalu dikeringkan. Setelah kering sampel

kemudian digunting dengan ukuran kecil (Haksel) dan sebagian sampel diserbukkan dengan derajat kehalusan yang telah ditentukan, Kemudian dimasukkan dalam pot plastik lalu diberi label. Begitu pula dengan haksel dimasukkan dalam wadah yang agak besar kemudian diberi etiket. c. Pemeriksaan penampang melintang Pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan pada irisan melintang pada daun atau simplisia, Daun diiris tipis secara melintang lalu diletakkan di atas objek glass, ditetesi air dan ditutup dengan deck glass lalu di amati dibawah mikroskop lalu digambar. d. Pemeriksaan membujur Pemeriksaan dilakukan dengan cara mikroskopik terhadap irisan membujur dari permukaan daun. Sayatan diletakkan di atas objek gelas, ditetesi air, ditutup dengan deck glass lalu diamati dibawah mikroskop. e. Pemeriksaan fragmen simplisia Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia dilakukan dengan cara serbuk diletakkan diays objek glass, ditetesi dengan kloralhidrat kecuali amilum ditetesi air, difiksasi, ditutup dengan deck glass dan diamati dibawah mikroskop. Lalu digambar bentuk fragmennya. f. Pemeriksaan kandungan kimia 1. Identifikasi Pati dan Aleuron

Serbuk diletakkan di atas objek glass, kemudian ditetesi I 2 0,1 M jika berwarna biru maka + pati dan jika berwarna coklat maka + Aleuron. 2. Identifikasi Saponin Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan air panas sekitar 10 ml dan dikocok jika terbentuk buih maka (+) saponin. 3. Identifikasi Lendir Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol dan ditambahkan Methylen blue jika terbentuk endapoan ungu atau biru maka positif mengandung lendir. 4. Identifikasi Katekol Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan vanilin 10% dan HCl pekat jika terbentuk warna merah maka positif katekol. 5. Identifikasi Glikosida Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan heksan diuapkan dengan cara dipanaskan diatas api bunsen sampai kering lalu ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl pekat jika terbentuk endapan ungu maka (+) mengandung glikosida. 6. Identifikasi Fenol Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditetesi FeCl 3 1% jika terbentuk warna endapan biru ungu maka mengandung fenol

7. Identifikasi Tanin Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan FeCl3 jika terbentuk warba biru maka positif tanin. Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan H2SO4 pekat jioak terbentuk warna jingga maka positif tanin. 8. Identifikasi Alkaloid Serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol dan HCl 0,1 M jika berwarna coklat maka positif alkaloid. Bisa juga ditambahkan metanol dan larutan meyer jika berwarna coklat maka positif alkaloid. 9. Identifikasi karbohidrat Serbuk simplisia dilarutkan dengan air dalam tabung reaksi lalu ditambahkan larutan molish jika terbentuk cincin warna ungu maka positif karbohidrat.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

A. Gambar Morfologi Tumbuhan a. Daun (Folium) Keterangan : 1. Tangkai daun (petiolus) 2. Pangkal daun (Basis Folii) 3. Ibu Tulang daun (Costa) 4. Anak tulang daun (nervus lateralis) 5. Tepi daun (Margo Folii) 6. Ujung daun (Apex folii) 7. Daging daun (Intervenium) b. Batang (Caulis) Keterangan : Batang berbentuk ciri khas segi famili empat dari

merupakan Lamiaceae. c. Akar (radix) Keterangan :

1. Leher akar (collum) 2. Cabang akar (Radix lateralis) 3. Batang akar ( Corpus radicis) 4. Serabut akar (Fibrilla radicalis) 5. Ujung akar (Apex radixcis)

B. Gambar penampang melintang Keterangan : 1. Kutikula 2. Epidermis atas 3. Stomata 4. Jaringan palisade 5. Jaringan spons (bunga karang) 6. Epidermis bawah 7. Rambut kelenjar 8. Berkas pembulu 9. Kolenkim 10. Rambut penutup C. Gambar fragmen (epidermis atas) a. Keterangan : 1. Stomata 2. Sel tetangga

b. Keterangan : 1. Rambut penutup 2. Sel epidermis

D. Gambar fragmen (Mesofil daun) Keterangan : 1. Lapisan epidermis 2. Jaringan tiang 3. Jaringan spons (bunga karang)

E. Tabel Identifikasi Kimia No. 1. Komponen kimia Pati dan aleuron Pereaksi I2 0,1 M Pengamatan Hijau/hijau muda 2. 3. Saponin Lendir Air panas Etanol + MB Ada buih Hijau kebiruan 4. Katekol Vanilin HCl 5. Glikosida FeCl3 1% + HCl P Coklat kehijauan 6. 7. Fenol Tanin FeCl3 1 % FeCl3 H2SO4 8. Alkaloid HCl 0,5 N Hijau Hijau Hijau Larutan Alkaloid Glikosida 10% + Hijau Saponin keterangan -

coklat 9. Karbohidrat Molish Cincin warna ungu -

F. Tabel Uji Organoleptis Bau Tajam, dan beraroma Rasa khas Pekat Warna Hijau Bentuk Serbuk halus

BAB V PEMBAHASAN

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap herba kemangi meliputi pemeriksaan morfologi, mikroskopik anatomi penampang melintang daunnya, pemeriksaan mikroskopik potongan fragmen dari serbuk, uji organoleptik, dan uji kandungan atau identifikasi kandungan kimia yang dimiliki. Pameriksaan morfologi dilakukan mulai daun, akar dan batang dari herba ini tujuannya tentu tidak lain agar mengetahui ciri luarnya. Dari pemeriksaan di peroleh daun berbentuk ellips memanjang, hijau dengan ujung meruncing. Pada batang ciri yang paling terlihat dan merupakan ciri khas famili lamiaceae adalah batangnya berbentuk segi empat berwarna hijau makin dekat ke akar warnanya makin buram dan menyerupai warna akar. Sedang ciri akarnya tunggang berwarna pusat atau kuning kecoklatan. Pada pemeriksaan mikroskopik, Epidermis atas : sel berbentuk persegi empat, terentang tangensial. Epidermis bawah : sel lebih kecil. Stomata tyipe diasitik (jumlah sel tetangga dua, bidang persekutuan menyilang celah stomata), terdapat di kedua permukaan. Rambut penutup berbentuk kerucut bersel satu atau dua ada juga bersel 4 sampai 6 banyak terdapat pada permukaan bawah daun dan pada permukaan atas banyak terdapat pada ibu tulang daun. Dinding sel tebal dengan kutikula terutama pada epidermis bagian atas. Rambut kelenjar: umumnya dengan 2 sel kepala terdapat pula

rambut kelenjar dengan tipe lamiaceae dengan 4 sel

kepala

dan 1 sel

tangkai. Mesofil: Jaringan palisade 1 lapis, kadang-kadang 2 lapis, batas lapisan tidak jelas; jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel> berkas pembulu tipe kolateral. (MMI Jilid IV : 88-90) Pemeriksan fragmen dilakukan pada sampel yang berbentuk serbuk dan diperoleh data warna hijau. Fragmen pengenal adalah epidermis atas dan epidermis bawah, rambut penutup dengan kutikula bergaris dan berisi zat yang berwarna ungu, rambut kelenjar; fragmen mesofil, pembulu kayu dengan penebalan spiral, tangga dan jala. (MMI Jilid IV : 90) Pada Pemeriksaan organoleptik diperoleh hasil bau yang bersifat aromatik, rasa agak sedikit asin dan sepet, warna hijau bentuk serbuk halus. Identifikasi kandungan kimia mencakup pemeriksaan sepuluh

kandungan antara lain pati, aluron, tanin, glikosida, alkaloid, karbohidrat, fenol, saponin, lendir dan katekol. Pada uji yang dilakukan dengan beberapa pereaksi spesifik seperti yang terdapat pada hasil hanya kandungan glikosida, alkaloid, saponin yang teridentifikasi sisanya tidak, hal ini dalam literatur juga seperti demikian.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan dan identifikasi dari tanaman kemangi diperoleh beberapa kesimpulan yakni : 1. Ciri Morfologi yang utama pada kemangi sebagai pengenal tanaman ini adalah daun berwarna hijau, berhadapan bersilang, batang bersegi empat dan mempunyai bunga yang berbibir. 2. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis secara umum kemangi

memperlihatkan bagian-bagian seperti; kutikula, epidermis atas, stomata, jaringan palisade, jaringan bunga karang, epidermis bawah, rambut kelenjer, berkas pembuluh, kolenkim dan rambut penutup. Khusus stomata tipe diasitik dan berkas pembulu kolateral terbuka. 3. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis pada bagian fragmen

diketahui bahwa serbuk berwarna hijau, terlihat adanya bagian epidermis atas dan bawaah, rambut penutup dengan kutikula bergaris, rambut penutup. Terlihat juga fragmen mesofil yang terdiri atas jaringan tiang dan bunga karang. 4. Dari Uji organoleptis diketahui bahwa samper berupa serbuk halus, berwarna hijau berbau aromatik dan wangi serta dengan rasa sepat tapi menyegarkan.

5. Khusus uji identifikasi kimia dari sepuluh zat yang diujikan sampel kemangi positif hanya mengandung glikosida, alkaloid dan saponin. B. Saran Sebaiknya dalam praktikum diajarkan juga cara pembuatan herbarium kering, basah, pembuatan serbuk dan haksel serta cara pengawetan yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Asni, 2010. Morfologi, Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan Obat. Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Amin Asni, 2011. Penuntun Praktikum Farmakognosi I, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Depkes RI, 1980. Materi Medika Indonesia Jilid IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. DITJEN POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta. Http://infosehat09hartonoprasetyo.wordpress.com/2010/02/07/sehatdan-berenergi-dengan-kemangi/ diakses10 November 2011. Steenis C.G.G.J Van, 1997. Flora. Pradnya Paramita, Jakarta. Tjitrosoepomo, G., 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Widyastuti Kiki et all, 2002. Farmakognosi : Untuk Sekolah Menengah Farmasi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

You might also like