You are on page 1of 12

TUGAS TERSTRUKTUR FARMASI SOSIAL Hipertensi

Disusun Oleh : Kelas B Kelompok 3

FITRI LESTARI HARYANI ARUM WINDA SETYORINI MAULINA HAQOIROH

G1F010004 G1F010020 G1F010042 G1F010080

JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2013

PENDAHULUAN Hipertensi menjadi topik pembicaraan yang hangat dan menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung kronik akan menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler dan renovaskuler. Analisis Kearney et al (2005), memperlihatkan bahwa peningkatan angka kejadian hipertensi sungguh luar biasa: pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia merupakan penderita hipertensi, atau sekitar 1 miliar orang, dan dua pertiga penderita hipertensi ada di negara berkembang. Bila tidak dilakukan upaya yang tepat, jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2025 yang akan datang, jumlah penderita hipertensi diprediksi akan meningkat menjadi 29%, atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia. Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. Sementara itu, di Amerika Serikat, data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) memperlihatkan bahwa risiko hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihatkan kurang lebih 76,4 juta orang berusia 20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi. Walau upaya, tindakan sudah banyak dilakukan dan tersedia banyak obat untuk mengatasi hipertensi, tata laksana hipertensi masih jauh dari berhasil. Data NHANES 2005-2008 di Amerika Serikat menunjukkan dari semua penderita hipertensi, hanya 79,6% sadar telah menderita hipertensi; namun hanya 47,8% yang berusaha mencari terapi. Dan dari 70,9% pasien yang menjalani terapi, 52,2% tidak mencapai kontrol tekanan darah target.

ISI Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006). Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan. Tabel Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII adalah sebagai berikut: Klasifikasi tekanan darah Normal Prehipertensi Hipertensi tahap I Hipertensi tahap II Tekanan darah sistolik (mmHg) >120 120 139 140 159 > 160 Dan Atau Atau Atau Tekanan darah diastolik (mmHg) < 80 80-89 90-99 >100

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stress akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Risiko relative hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).

Tatalaksana pendekatan :

pengendalian

penyakit

hipertensi

dilakukan

dengan

a. Promosi

kesehatan

diharapkan dapat memelihara,

meningkatkan dan

melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi. b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi Rekurensi ( kambuh ) faktor risiko. c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan

melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi. d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi. Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan

manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan. (Anonim, 2006) 1. Tindakan Promotif Promosi Kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Promosi kesehatan adalah upaya yang harus di lakukan oleh sesorang ataupun sekelompok setatus tenaga kesehatan sebagai upaya dan promotif dalam tubuh

meningkatkan

kesehatan,

kesejahteraan

keberdayaan

sesorang/individu. Promosi kesehatan yang diberikan kepada pasien hipertensi di harapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penyakit yang sedang diderita pasien sehingga dapat dimengerti dengan baik untuk memperbaiki status

kesehatan dan kesejahteraan pasien. Upaya promotif dapat dilaksanakan melalui cara sebagai berikut: a.Penyuluhan kesehatan, dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup peserta, dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan secara berkala oleh pakar dibidang kesehatan; b.Pelayanan konseling oleh dokter keluarga tentang pola hidup sehat serta mengatasi masalah penyakit yang di derita . c.Pembentukan club sehat Promosi kesehatan pada pasien hipertensi diantaranya adalah: 1. Menjelaskan tentang hipertensi dengan jelas serta klasifikasinya 2. Menerangakan faktor-faktor penyebab hipertensi 3. Menjelaskan tanda dan gejala 4.Menjelaskan penanganan dan terapi yang dapat di lakukan sebagai penyembuhan (Tedjakusuma, 2012)

2. Tindakan Preventif 1. Pencegahan Primer : 1.1. Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari 1.2. Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and Public Health Advisory from the National High Blood Pressure Education Program Amerika Serikat bahwa penurunan berat badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg. 1.3. Kurangi konsumsi alcohol 1.4. Konsumsi Minyak ikan. minyak ikan telah diketahui mengandung Asam Lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes. 2. Pencegahan Skunder

2.1. Pola makanan yang sehat 2.2. Mengurangi garam dan natrium 2.3. Latihan fisik 2.5. Mengurangi Akohol 2.6. Berhenti Merokok 3. Pencegahan Tersier 3.1. Pengontrolan tekanan darah secara rutin 3.2. Olahraga dengan teratur dan disesuaikan dengan kondisi tubuh (Anonim, 2006) 3. Tindakan Kuratif a. Farmakologi Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat antihipertensi perlu dimulai berdasarkan pada 2 kriteria: 1) tingkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, dan 2) tingkatan risiko kardiovaskular. Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB) (Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006). Guideline ESC/ ESH 2007 memberi petunjuk pemilihan golongan obat antihipertensi sebagai terapi inisial berdasarkan karakteristik kerusakan target organ subklinis.

a.

Diuretik Diuretik, terutama golongan tiazid, adalah obat lini pertama untuk

kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang direkomendasikan. Empat subkelas diuretik digunakan untuk mengobati hipertensi: tiazid, loop, agen penahan kalium, dan antagonis aldosteron. b. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) ACEI dianggap sebagai terapi lini kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien dengan hipertensi. ACEI menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana angiotensin II adalah vasokonstriktor poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. c. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormone antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus.

d.

Penyekat beta Kardioselektif (cardioselektivity) Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol ISA (intrinsic sympathomimetic activity) Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol Mestabilkan membrane (membran-stabilizing) Semua penyekat beta mempengaruhi aksi menstabilkan membrane

(membrane-stabilising action) pada sel jantung bila dosis cukup besar digunakan. e. Antagonis kalsium (CCB) CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium sepanjang membran sel. Ada dua tipe voltage gated calcium channel: high voltage channel (tipe L) dan low voltage channel (tipe T). Contohnya yaitu verapamil dan diltiazem. f. Penyekat alfa-1 Prazosin, terazosin, dan doxazosin adalah penyekat reseptor 1 selektif. g. Agonis 2 sentral Klonidin dan metildopa menurunkan tekanan darah terutama dengan merangsang reseptor 2 kdi otak. h. Reserpin Reserpin menurunkan tekanan darah dengan mengosongkan norepinefrin dari ujung saraf simpatetik dan memblok perjalanan norepinefrin ke granul penyimpanannya. i. Vasodilator arteri langsung (direct arterial vasodilators) Efek antihipertensi dari hidralazin dan minoksidil disebabkan oleh relaksasi langsung otot polos arteriolar tetapi tidak menyebabkan vasodilasi ke pembuluh darah vena. (Sukandar et al., 2008) b. Non farmakologi Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup, termasuk (1) penurunan berat badan jika kelebihan berat badan, (2) melakukan diet makanan yang diambil DASH (Dietary

Approaches to Stop Hypertension), (3) mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 g/hari, (4) melakukan aktivitas fisik seperti aerobic, (5) mengurangi konsumsi alcohol dan (6) menghentikan kebiasaan merokok. Penderita yang didiagnosis hipertensi tahap 1 atau 2 sebaiknya ditempatkan pda terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara bersamaan (Sukandar et al., 2008) 4. Tindakan Rehabilitatif 1.

Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali. Monitoring: Tekanan darah Kerusakan target organ: Mata (Retinopati hipertensi) Ginjal (Nefropati hipertensi) Jantung (HHD) Otak (Stroke) Interaksi obat dan efek samping Kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Rilantono et al., 2003)

PENUTUP Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung kronik akan menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler dan renovaskuler. Untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menganggulangi penyakit hipertensi yang ditekankan pada upaya preventif dan promotif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, dan mencegah penyakit, pada penyakit hipertensi diperlukan pengaturan pola makan dan pengalaman tentang hipertensi. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggta keluarga yang menderita hipertensi melalui pengobatan secara farmakologis maupun non farmakologis. Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat dirumah.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Depkes RI, Jakarta. JNC VII (The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure), 2004. (Guidline). Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, 2005, Global burden of hypertension: analysis of worldwide data, Vol 365:217-23. Mancia, G., Guy de B., Anna, D., Renata, C., Robert F., Giuseppe G., Guido G., Anthony M. , Heagerty, Sverre E. K., Stephane L., Krzysztof N., Luis R., Andrzej R., Roland E. S., Harry A.J., Struijker B., Alberto Z., 2007, Guidelines for the Management of Arterial Hypertension The Task Force for the Management of Arterial Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), Journal of Hypertension , Vol 25 No 6, 25:1011-53,110587. Rilantono, L.I., Barass, F., Karo, S.K., dan Roebiono, P.S., 2003, Buku Ajar Kardiologi, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Sukandar, E.Y., Retnosari, A., Joseph, I.S., Ketut, A., Adji, P.S., dan Kusnandar, 2008, Iso Farmakoterapi, ISFI, Jakarta. Tedjakusuma, Pradana, 2012, Tata Laksana Hipertensi, Departemen Kardiologi, RS Premier Jatinegara dan RS Grha Kedoya, Jakarta. Yogiantoro M, 2006, Hipertensi Esensial Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi keIV, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FakultasKedokteran Universitas Riau, Jakarta.

You might also like