You are on page 1of 13

SEMEN / MANI adalah lendir yang keluar dari genitalia jantan waktu ejakulasi.

SEMEN ( MANI ) atau cairan sperma, adalah cairan yang membawa sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh organ-organ seksual jantan. Fungsi utama semen adalah untuk mengantarkan sel-sel sperma untuk membuahi sel telur yang dihasilkan oleh individu betina. Proses pengeluaran semen dalam situasi normal disebut ejakulasi Semen terdiridari : 1. Bagian padat : Spermatozoa 2. Bagian cair : Plasma semen ( air mani ) Spermatozoa dihasilkan oleh testis, sedangkan plasma semen dihasilkan oleh ampula vasdeferens dan kelenjar-kelenjar prostat, vesicula seminalis, cowper dan littre.

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem reproduksi lakilaki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-laki. Sel sperma memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sel sperma manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 m x 3 m dan ekor sepanjang 50 m. Sel sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari Antonie van Leeuwenhoek tahun 1677. Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) adalah sebagai berikut: spermatogonium (membelah 2), spermatosit pertama (membelah 2), spermatosit kedua (membelah 2), spermatid dan tumbuh menjadi spermatozoa (sperma). Pada pria dewasa normal, proses spermatogenesis terus berlangsung sepanjang hidup, walaupun kualitas dan kuantitasnya makin menurun dengan bertambahnya usia. Bagian-Bagian Sperma Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239). Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus) mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang hampir mengisi seluruh

bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan atau di belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di sebut tudung belakang. Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament poros (Yatim, 1994: 238). Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk semacam sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239). Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin. (Jadi sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya terpisah dan berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240). Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tengah, bagian utama, bagian ujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan sitoskeleton yang dimiliki flagella. Susunan sksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat (Yatim, 1994: 241). Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun rapat dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin mitokondria, tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan berbentuk tulang rusuk, sedang di bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat padat di tentang ini bergabung dengan penebalan tengah itu. Ekor berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala (Yatim, 1994: 241).

PEMERIKSAAN ANALISA SPERMA Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma. Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu diketahui, hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan karena ketidaksuburan pasangan prianya. Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan sperma. 1. Penerangan dan cara penampungan sperma manusia. Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman sperma ke laboraturium. Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari. b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan. c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan. d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu.

e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah. f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.

1.1 Beberapa cara memperoleh sperma a. Masturbasi / Onani Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.

b. Coitus Interuptus ( CI ) Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab : Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.

c. Coitus Condomatosus Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma

d. Reflux poscital Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.

e. Massage prostat Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, disini

jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat. Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani. Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih mudah dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada orang yang di sunat, juga pengaruh religius. Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.

1.2 Tempat Penampung Sperma Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung spermatotoxic. Sperma sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari : 1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga pergerakannya tergaggu. 2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga sperma akan rusak. Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang bersih . tidak mengandung spermatotoxic. Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa. Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis. Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi Ukuran tempat penampung sperma 50 ml 100 ml.

2. Pelaksanaan Analisa Sperma Spermiogram memuat data-data tentang : 1. Volume sperma. 2. Bau. 3. pH

4. Warna. 5. Liquefaction. 6. Viskositas. 7. Aglutinasi. 8. Jumlah sperma / lapangan pandang. 9. Pergerakan spermatozoa. 10. Leucocyte. 11. Fruktosa.

2.1. Analisa sperma Secara Makroskopis Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi : a. Pengukuran Volume Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja : Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml. Kemudian baca hasil. Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia. Hypospermia disebabkan oleh : Ejakulasi yang berturut-turut Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi ) Penampung sperma tidak sempurna Hyperspermia disebabkan oleh : Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.

Minum obat hormon laki laki. Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.

b. PH Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.

c. Bau Sperma Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.

d. Warna sperma Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan. e. Liquefection Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.

f. Viskositas (Kekentalan) Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena : - Spermatozoa terlalu banyak - Cairannya sedikit - Gangguan liquedaction - Perubahan komposisi plasma sperma - Pengaruh obat-obatan tertentu.

g. Fruktosa Kualitatif Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena - Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens - Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat - Kelainan pada kelenjar vesika seminalis Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna. Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia

2.2 Analisa Sperma Secara Mikroskopik Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.

1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi. Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan reagensia, bila didapatkan nol

spermatozoa disebut Azoospermia. Azoospermia dapat disebabkan oleh karena : - Testisnya kecil atau rusak - Salurannya testis buntu (obstruksi) - Vasectomy bila diperlukan untuk check up Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini sangat menggembirakan pasien - Over dosis Androgen dan corticosteroid

2. Pergerakan Sperma Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka : - spermatozoa akan memburuk pergerakannya. - pH dan bau mungkin akan berubah . spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain - Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa tidak bergerak - Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).

Perhitungan : Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal : - yang tidak bergerak = 25% - yang bergerak kurang baik = 50% - yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25% Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%, 20%) Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna

mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup.

Sebab menurunnya motilitas spermatozoa Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan. Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

3. Perhitungan Jumlah Sperma Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer atau electronic coulter counter. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan di sebagian besar negara. Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap sperma. Meskipun sering digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran dipergunakan pipet mikro modern (10, 50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup. Hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel mengendap kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (> 60 juta/ml). Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat. Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar hitung Neubauer) adalah sebagai berikut :

Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang saja (tidak perlu 4 bidang). Kamar hitung Neubeur untuk menghitung spermatozoa Perhitungan : Luas = 1 mm2 Tinggi = 0,1 mm Vol = 0,1 mm3 Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N = 10 X N X pengenceran = 10 N X Pengenceran /mm3 Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000 N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W

4. Morfologi Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan cara : Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri. Bentuk Normal : Bentuk oval Bentuk spermatozoa abnormal : Bentuk Piri ( Seperti buah pir ) Brntuk terato ( tidak beraturan dan berukuran besar ) Bentuk lepto ( ceking ) Bentuk Mikro ( Kepala seperti jarum pentul ) Bentuk Strongyle ( seperti larva stongyloides ) Bentuk Lose Hezel ( Tanpa kepala ) Bentuk Immature ( spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic ) Cytoplasmic droplet Arti klinik 1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik

2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek 3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan. Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.

5. Lekosit Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya dengan infeksi organ organ spermiogenesis. Hasil pemeriksaan sperma yang normal menurut WHO Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air mani yang normal, sebagai berikut : 1. Volume total cairan lebih dari 2 ml 2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml 3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal 4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi 5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml 6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma)

3 jenis kelainan sperma : Oligoteratozoospermia Bentuk sperma tidak normal serta jumlah sel sperma yang dihasilkan hanya sedikit. Seseorang dinyatakan mengalamioligoteratozoospermia bila di dalam 1 cc semennya hanya terdapat 10 jutasel sperma atau kurang. Normalnya, untuk terjadi suatu prosespembuahan, harus terdapat 20 juta sel sperma di dalam 1 cc cairan semen. Azoospermia. Cairan semen tidak ada atau nyaris tidak ditemukan adanya sel sperma sama sekali. Kelainan sperma ini dapat dibagi menjadi 2berdasarkan penyebabnya, yaitu akibat ada sumbatan pada saluran spermaatau testis tidak mampu (gagal) menghasilkan sel-sel sperma. Dysspermia. Kemampuan gerak atau motilitas sperma rendah. Kelainan sperma yang dikenal dengan dysspermia ini terjadi bila sel-sel sperma yangdikeluarkan saat berhubungan intim tidak mampu

berenang dengan cukupcepat melewati lapisan mukosa mulut rahim, hingga sampai ke ovarium danmembuahi sel telur matang di dalamnya.

Johannes W. dan Drecoll, EL.2009. Embriologi Fungsional. Jakarta:Buku Kedokteran EGC http://laboratorium-embriologi-fkh-unsyiah.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-vpengamatan.html http://infoanalis.blogspot.com/2009/01/analisa-sperma.html http://analislabkes.blogspot.com/2011/01/analisa-sperma.html http://oktavie.wordpress.com/2010/02/12/laporan-praktikum-biologi-analisa-semen/ Maulana, 2011, http://www.scribd.com/doc/76361833/Berbagai-Kelainan-Spermaa

You might also like