You are on page 1of 11

Mekanisme Pembelaan Ego I. NARSISISTIK (mencintai diri sendiri secara berlebihan dan tidak normal) II.

IMMATURE (kekanak-kanakan) III. NEUROTIK (perilaku berlebihan dan dibuat2 karena ada kecemasan) IV. MATURE (dewasa dan sehat) I. Pembelaan ego NARSISISTIK 1. PENYANGKALAN (denial) Melindungi diri terhadap kenyataan tidak menyenangkan yang tidak berani dijalani atau diakuinya, biasanya dengan menyangkal adanya kenyataan itu. Seseorang yang menyangkal kenyataan bahwa pacarnya telah meninggalkannya, selalu menderita sakit (merasa benar-benar sakit) sehingga tidak perlu menghadiri rapat ang juga akan dihadiri mantan pacarnya, dan dengan demikian akan terhindar dari kenyataan menyakitkan yang disangkalnya itu (bukan pacarnya lagi !), seperti tampak antara lain dari sikap mantannya yang tidak mempedulikannya lagi. 2. PEMBENGKOKAN (distortion) Terang-terangan membengkokkan kenyataan di luar dirinya supaya sesuai dengan kebutuhan kebutuhannya (adanya keyakinan-keyakinan megalomia yang tidak sesuai kenyataan, halusinasi, waham (keyakinan yang tidak sesuai kenyataan) berbentuk angan-angan), dan mempunyai keyakinan yang tak sesuai kenyataan bahwa dirinya adalah orang hebat atau orang yang berhak akan perlakuan istimewa atau jabatan tinggi. c/o: orang menilai si itu seperti menteri, dan selalu dipanggil pak atau ibu menteri, padahal bukan menteri. Dengan artian sebagai menteri bukan karena pekerjaan karier. 3. PROYEKSI (pemantulan) Memahami dan bereaksi terhadap dorongan-dorongan tak pantas yang dating dari dalam diri, seakan-akan dorongan itu berasal dari orang lain. Misalnya, dorongan ingin mencelakai teman yang timbul dalam pikiran seorang individu, diyakini individu tersebut, temannya itulah yang ingin mencelakainya, dan karena itu sudah

sepatutnya bila ia (individu itu) menyerang teman itu untuk melindungi diri. Tampak di sini unsur curiga yang tak sesuai kenyataan dan perilaku menyalahkan orang lain untuk membebaskan diri dari rasa bersalah karena memiliki niat tidak baik terhadap teman.

II. Pembelaan ego IMMATURE 4. PELAMPIASAN (acting out) Melampiaskan keinginan atau dorongan yang tak disadari untuk menghindari perasaan tak enak (mis: takut, cemas, tegang) yang menyertai keinginan atau dorongan itu, atau yang akan terjadi bila keduanya ditunda/ tidak dilakukan. Dalam hal ini tampaknya pelaku tak berusaha atau tak mampu menghambat perilaku pelampiasannya itu, tetapi secara impulsive terus melakukannya untuk memuaskan keinginan / dorongan tak disadari tersebut. Pada orang normal, pelampiasan tidak sering terjadi. Kadang-kadang terdapat situasi di mana tidak dilakukannya suatu keinginan / dorongan akan menyebabkan timbulnya ketegangan hebat, sehingga pelampiasan akan memberikan banyak keringanan pada pelaku. 5. MENGHALANGI (blocking) Untuk sementara menghalangi suatu pikiran; afek dan dorongan (impulse) dapat turut dihalangi. Blocking sangat menyerupai repression (penekanan) ; perbedaannya adalah pada blocking timbul ketegangan (tension) bila dorongan, afek, atau pikiran itu dihalangi. 6. MELEBIH-LEBIHKAN (hypochondriasis) Melebih-lebihkan atau sangat memberatkan suatu penyakit untuk menghindari sesuatu untuk berlaku seperti anak kecil (tanpa perlu merasa malu, terutama kepada diri sendiri) Rasa malu yang timbul karena adanya perasaan kehilangan, kesendirian atau karena dorongan-dorongan agresif yang tidak dapat diterima (oleh diri sendiri dan / atau masyarakat) terhadap orang lain, diubah menjadi rasa malu terhadap diri sendiri dan berbagai keluhan badaniah seperti nyeri, sakit kepala, sakit perut, badan lemah, dsb.

Pada hypochondriasis, rasa tanggung jawab dapat dihindari, rasa bersalah dapat diatasi (dengan melakukan sesuatu yang kurang pantas), dan dorongan naluriah dihalangi. Karena perilaku hypochondriasis terasa tak nyaman untuk yang bersangkutan, maka perasaannya tak menentu dan ia merasa terganggu. 7. INTROYEKSI (penyatuan nilai dan norma) 1. Menyatukan nilai dan norma luar dengan struktur ego.

Walaupun merupakan bagian penting dalam proses perkembangan mental seorang manusia, introyeksi juga bekerja sebagai mekanisme pembelaan ego yang spesifik. Disini, introyeksi dapat menghilangkan perbedaan antara diri sendiri (subjek) dengan pihak lain (objek).
Melalui introyeksi objek yang disayangi, kenyataan yang menyedihkan karena perpisahan atau karena kemungkinan akan kehilangan sesuatu dapat diatasi. Introyeksi (penyatuan nilai dan norma) objek (orang/masyarakat, benda, keadaan) yang ditakuti akan menghindari rasa cemas. Karena karakteristik objek itu yang mengancam berhasil diinternalisasikan (disatukan menjadi bagian orang bersangkutan); jadi, menempatkan hal menakutkan itu dalam kendali orang bersangkutan. 2. Mekanisme tersebut di muka merupakan contoh klasik (biasa terjadi) dari identifikasi dengan objek yang merupakan ancaman. (introyeksi dapat disebut diidentifikasi berbentuk primitive). Identifikasi dengan korban juga dapat terjadi. Disini, nilai-nilai yang menghukum diri-sendiri dari objek itu diambil alih dan menetap di dalam diri orang bersangkutan sebagai gejala atau cirri perilaku. Mekanisme introyeksi di mulai sejak usia sangat muda, sewaktu bayi belajar mematuhi dan menerima menjadi bagian dari dirinya berbagai nilai, norma dan peraturan keluarga dan masyarakatnya. Kemudian, berbekal hal-hal itu, individu tsb dapat mengawasi perilaku dan perbuatannya, sehingga terhindar dari hukuman dan akibat tidak menyenangkan lainnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan dictatorial , banyak orang mengintroyeksi nilai, norma, dan keyakinan baru, yang umumnya tidak benar dipandang dari berbagai hal yang lebih universal seperti agama (dengan penafsiran yang tidak memihak) dan hak asasi manusia, tetapi diperlukan untuk menghindari hal-hal tak menyenangkan. 8. PERILAKU PASIF AGRESIF

Menyatakan ancaman terhadap orang lain secara tidak langsung melalui sikap pasif, menyiksa diri sendiri (masochism), dan menyerang diri sendiri. Manifestasi perilaku pasif-agresif meliputi (pada pelaku bersangkutan) : kegagalan, penundaan dan penyakit yang lebih merugikan orang lain dibandingkan pelaku. 9. Regresi (kemunduran) Regresi adalah usaha individu mundur setingkat perkembangan fungsi psikoseksual yang lebih awal untuk menghindari konflik yang timbul pada tingkat perkembangan sekarang. Kejadian itu memperlihatkankecendruangan dasar manusia untuk memperoleh kepuasan naluriah yang ada pada periode yang kurang berkembang. Regresi juga merupakan gejala normal, mengingat sejumlah selebihnya regresi sangat diperlukan (essential) untuk santai, tidur dan orgasme pada hubungan intim. Regresi juga diunggah sebagai unsure yang sangat diperlukan pada proses kreatif. 10. LAMUNAN SKIZOID Menarik diri ke dalam dunianya sendiri untuk menyelesaikan konflik dan memperoleh kepuasan. Keakraban dihindari, dan sengaja berlaku aneh supaya orang menjauhinya. Pelaku tidak sepenuhnya percaya lamunannya dan tidak benar-benar ingin mewujudkannya 11. SOMATISASI (pengubahan ke keluhan fisik) Mengubah masalah/keluhan kejiwaan menjadi keluhan fisik dan cenderung bereaksi dengan gejala-gejala badaniah, bukan gejala-gejala kejiwaan. Pada desomatisasi, keluhan/gejala kekanak-kanakan pada tubuh diganti oleh pikiran dan afek (bagian emosi) Pada resomatisasi, bila menghadapi konflik yang tidak dapat diselesaikannya, pelaku memperlihatkan keluhan/gejala fisik yang biasa ada pada usianya yang lebih awal III. Pembelaan ego NEUROTIK

12. MENGENDALIKAN (controlling)

Mencoba mengelola atau mengatur kejadian-kejadian atau benda-benda di lingkungannya untuk mengurangi kecemasan dan menyelesaikan konflik dalam diri sendiri 13. SALAH-PINDAH (displacement) -1 Melampiaskan beban emosi dengan memindahkannya ke obyek atau gagasan lain yang menyerupai atau berhubungan dengan obyek atau gagasan orisinal (yang menimbulkan beban itu) dalam beberapa hal. Obyek atau gagasan yang menjadi sasaran itu sering merupakan simbol dan obyek/gagasan asal. Sering, pelampiasan ke pengganti itu menimbulkan akibat akibat (pada emosi maupun pada hal lain) yang jauh lebih ringan daripada pelampiasan ke yang orisinal. 13. SALAH-PINDAH (displacement) -2 Contoh klasik : istri yang mendongkol kepada suami tetapi tidak berani melampiaskan ke suami; akibatnya : pintu rumah dibanting atau piring terbang. Kritik yang merusak, fitnah, desas-desus yang sering merupakan cara terselubung dalam menyatakan permusuhan, mungkin adalah salah-pindah. Pada tindakan mengkambing hitam kan orang lain, salah-pindah digabung dengan proyeksi (pembelaan ego lain). Anak yang pernah terkunci dalam kamar yang gelap mungkin akan takut terhadap semua kamar yang tertutup. Keinginan bunuh diri yang direpresi mungkin akan berkembang menjadi takut terhadap semua benda tajam. Kedua contoh itu sudah merupakan fobi yang timbul karena salah-pindah. 13. SALAH-PINDAH (displacement) -3 Mekanisme salah-pindah dapat sangat tidak efisien dan mengorbankan banyak hal. Masalah tidak diselesaikan tetapi dihindari dan dipindahkan ke hal lain, yang dapat menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih merugikan. Misalnya, seorang lakilaki yang memindahkan marahnya ke isterinya, padahal majikannya yang membangkitkan marahnya itu. Atau, sekelompok masyarakat yang mengkambinghitam kan kelompok lain; memindahkan frustasi, marah atau kecewa karena kesulitan hidup ke kelompok lain yang lebih lemah, atau minoritas yang tidak bersalah apa-apa. Akan jauh lebih sehat dan bermanfaat, terutama bagi kelompok yang bermasalah, bila mereka menghadapi dan menyelesaikan keadaan yang menimbulkan masalah, dibandingkan dengan menghindarinya melalui salah-pindah.

14. EKSTERNALISASI (memindahkan ke luar diri) Cenderung melihat di dunia luar dan pada obyek di luar dirinya, hal-hal yang merupakan bagian dari kehidupan mentalnya, seperti dorongan-dorongan naluriah, konflik, suasana perasaan (mood), sikap dan cara berpikir. Eksternalisasi adalah istilah yang lebih banyak digunakan dari pada proyeksi 15. PENGHAMBATAN (inhibition) Dengan sadar membatasi atau menolak beberapa fungsi ego, sendiri-sendiri atau bersama-sama, untuk menghindari kecemasan yang timbul dari konflik dengan dorongan naluriah, superego atau kekuatan/orang di lingkungan. 16. RASIONALISASI 1 Secara rasional berusaha membenarkan sikap, perilaku, keyakinan atau kenyataan yang salah atau tak dapat diterima (oleh diri sendiri dan/atau orang lain). Misalnya, tidak mau disalahkan karena perbuatan korupsinya dengan mengemukakan, bahwa ia hanya menerima uang jasa (ia sudah digaji untuk pekerjaan itu atau saya tidak meminta 16. RASIONALISASI 2 Biasanya rasionalisasi mempunyai 2 (dua) segi pembelaan 1. membantu membenarkan sikap, keyakinan atau perilaku; yang

2. menolong mengurangi kekecewaan sehubungan dengan cita-cita tidak/belum tercapai, atau kegagalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi

Dengan rasionalisasi individu-individu tertentu bukan hanya dapat membenarkan sikap, keyakinan atau perilakunya, yang mungkin saja tidak baik, tetapi juga merasa bahwa hal-hal itu sudah selayaknya atau seharusnya, dipandang dari, misalnya, keadilan. 16. RASIONALISASI 3 Rasionalisasi biasanya menyebabkan banyak kerugian. Dibidang moral akan terjadi dekadensi moral, misalnya dalam hal kejujuran. Dibidang kepribadian akan terjadi

penurunan keuletan, karena sering menghibur diri (secara salah) bila mengalami kegagalan. Sering sukar menentukan, bilamanakah kita mulai meninggalkan fakta dan masalah, dan menggunakan rasionalisasi. Tanda-tanda terdapatnya rasionalisasi antara lain : 1. mencari-cari alasan untuk membenarkan sikap, keyakinan, perilaku, atau kenyataan tertentu, yang sebenarnya salah. 2. marah, tanpa alasan tepat, bila penjelasannya diragukan.

17. INTELEKTUALISASI-1 Secara berlebihan menggunakan proses intelek untuk menghindari pengungkapan perasaan atau pengalaman. Beban emosi yang normal di buang atau di ubah. Perhatian berlebihan diberikan kepada benda-benda mati untuk menghindari keakraban dengan manusia. Perhatian diberikan kekenyataan diluar dirinya untuk menghindari pengungkapan perasaannya, perhatian berlebihan diberikan kerincian yang tidak relevan untuk menghindari pemahaman keseluruhan. Intelektualisasi erat hubungannya dengan rasionalisasi. 17. INTELEKTUALISASI-2 Alasan-alasan intelek sering digunakan, misalnya : sudah nasib, lain kali lebih baik, untuk mengurangi kekecewaan karena batal memperoleh pesanan bernilai jutaan dolar AS, karena terlambat memasukkan penawaran. Alasan lain, misalnya untuk mengurangi rasa salah atau tertekan karena perilaku yang tidak baik, adalah mengemukakan relatifnya hal yang baik/pantas dengan hal yang buruk/tidak pantas. Sepintas, alasan-alasan yang dikemukakan pada intelektualisasi tampak wajar, tidak dicari-cari, walaupun demikian, tetap saja intelektualisasi merupakan mekanisme yang mengabaikan kenyataan, dengan segala akibatnya pada kesehatan mental dan perilaku. 18. ISOLASI Melakukan pemisahan total antara gagasan dengan emosi yang menyertainya (emosi ditekan). Pada isolasi sosial tidak ada hubungannya antara perilaku dengan obyek. Contoh : dalam keadaan sedih luar biasa seseorang dengan tersenyum, tenang dan wajar dapat berkata Biarlah, tidak apa-apa yang biasanya diikuti kata-kata lain tanpa emosi sedih sama sekali. Isolasi erat hubungannya dengan intelektualisasi dan

desosiasi. Mirip Intelektualisasi, yang penting untuk diperhatikan pada isolasi adalah menonjolnya pemakaian alasan dan menutup emosi. 19. DESOSIASI Untuk sementara, tetapi hebat, mengalami perubahan karakter atau perubahan identitas diri sendiri untuk menghindari tekanan emosional. Contoh : berbagi reaksi konversi, kesurupan, kepribadian jamak. Selain sebagai pembelaan ego, keadaan desosiasi juga dapat dijumpai pada kesurupan dalam suasana-suasana keagamaan tertentu, atau karena pengaruh obat, terutama obat-obatan yang mempengaruhi keadaan jiwa (neurotropic) atau yang tergolong narkoba. Desosiasi erat hubungannya dengan isolasi dan intelektualisasi. 21. REPRESI 1 Mencegah masuk atau, mengeluarkan dari alam sadar, suatu gagasan atau perasaan yang menganggu, terutama diri sendiri. Represi primer mengawasi (dan menghalangi, bila perlu) gagasan dan perasaan sebelum masuk ke alam sadar; represi sekunder mengeluarkan dari alam sadar hal-hal yang pernah dialami (yang biasanya menyakitkan) pada keadaan sadar. Hal-hal yang direpresi tidak benar-benar dilupakan, artinya, hal-hal itu dapat keluar lagi kealam sadar, baik terang-terangan, atau dalam bentuk berbagai lambing, melalui, misalnya, mimpi, angan-angan, keseleo lidah, lelucon. Rasa salah atau cemas yang tidak jelas penyebabnya mungkin akibat adanya represi. 21. REPRESI 2 Represi berbeda dengan supresi; pada represi terjadi penghambatan yang disadari dari dorongan-dorongan sampai dorongan itu hilang, dan tidak hanya menundanundanya. Persepsi sadar dari naluri dan perasaan dihalangi represi. Represi berperan penting dalam membantu individu mengurangi gangguan sebagai akibat pengalaman tidak menyenangkan, dan mengawasi berbagai keinginan yang berbahaya atau dapat merugikan. 21. REPRESI 3 Pada pengalaman traumatic yang terjadi tiba-tiba, untuk sementara represi dapat berfungsi sebagai pertahanan ego, sampai individu dapat menyesuaikan diri dengan

kenyataan, atau tidak peka lagi terhadap hal yang menganggu itu, atau dapat menggunakan mekanisme pertahanan lain yang lebih baik/lebih tepat. Seperti berbagai mekanisme pertahanan ego yang lain, represi juga dapat menipu diri sendiri. Kadang-kadang represi digunakan berlebihan, atau, melindungi individu terhadap masalah yang sebenarnya dapat diselesaikannya dengan cara lebih realistic. 21. REPRESI 4 Harus diingat, kegiatan mental menekan/ me repress yang digunakan pada represi memakai banyak enersi, yang karena itu tidak dapat digunakan lagi untuk hal lain yang lebih jelas manfaatnya, seperti, menyelesaikan secara langsung (realistic) masalah yang terkait dengan represi itu. Bila enersi yang dipakai menekan itu berkurang, maka hal-hal yang di repress itu dapat muncul dengan leluasa kealam sadar dalam berbagai bentuk dengan segala akibatnya. 22. SEKSUALISASI Memberikan pada suatu obyek atau fungsi, pentingnya hal-hal seks, sedangkan sebelumnya obyek atau fungsi itu tidak mempunyai kepentingan itu, atau memilikinya dalam derajat lebih ringan, untuk menolak kecemasan yang menyertai dorongandorongan terlarang (tidak harus berkaitan dengan seks) atau ada hubungannya dengan dorongan-dorongan itu. IV. Pembelaan ego MATURE 23. ALTRUISME (mendahulukan orang lain) Memberikan pelayanan yang bermanfaat (terutama bagi orang lain) yang secara naluriah memberikan kepuasan (bagi pelaku), dengan tujuan mengalami hal yang dirasakan orang lain itu. Disini termasuk penyusunan reaksi yang konstruktif dan tidak mengganggu. Altruisme berbeda dari kepasrahan altruistic dimana pelaku meniadakan kepuasan langsung atau kebutuhan naluriahnya, dan menggantinya dengan memenuhi kebutuhan orang lain, sedangkan pelaku mengalami hal merugikan ; kepuasannya hanya dapat dinikmati pelaku melalui mengalami perasaan orang lain itu (dengan introyeksi)

24. ANTISIPASI Mempersiapkan diri secara realistic (sesuai kenyataan) untuk perasaan tak nyaman yang akan muncul. Mekanisme ini mempunyai sasaran dan merupakan keprihatinan atau perencanaan yang hati-hati dengan persiapan efektif (bagian dari emosi) yang terlalu dini tetapi realistic terhadap akan munculnya sesuatu akibat yang mengerikan dan mengandung bahaya. 25. PEMBUANGAN KENIKMATAN (asceticism) Membuang hal-hal yang nikmat dari pengalaman. Terdapat unsur moral sewaktu memberikan nilai ke kenikmatan tertentu. Kepuasan diperoleh dari sikap menolak, dan pembuangan kenikmatan ditujukan ke semua kenikmatan dasar yang dialami dengan sadar. 26. HUMOR Menggunakan hal-hal lucu untuk secara terbuka mengemukakan perasaan dan pikiran, tanpa diri sendiri merasa tidak enak atau menjadi kaku, dan tanpa menyebabkan orang lain merasa tidak senang. Mekanisme ini memungkinkan seseorang melakukan toleransi sambil tetap memberikan perhatian pada masalah yang terlalu berat untuk dipikul. Mekanisme ini berbeda dari perilaku jenaka yang memindahkan perhatian dari masalah efektifnya. 27. SUBLIMASI-1 Memperoleh kepuasan walaupun sasaran keinginan mengalami perubahan, dari sasaran yang tidak dapat diterima masyarakat menjadi dapat diterima. Sublimasi memungkinkan dorongan yang tidak disadari disalurkan, bukan dihalangi atau dialihkan. Perasaan-perasaan tertentu diakui keberadaannya (oleh pelaku), diubah dan diarahkan kesasaran yang berarti, dan tercapailah kepuasan (tak disadari) yang lumayan. 27. SUBLIMASI 2

Mekanisme ini sering memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bila sasaran keinginan awal dicapai. Dengan sublimasi secara tidak langsung ketegangan, karena frustasi atau dorongan yang tidak dapat dilaksanakan, dapat dikurangi. Dalam hal penyaluran dorongan seksual, yang terkenal adalah sublimasi melalui kegiatan kesenian, perawatan orang sakit, pendidikan dan olahraga. Ada keraguan, apakah melalui kegiatan-kegiatan itu sublimasi betul-betul terjadi? Apakah dorongan yang begitu mendasar seperti dorongan seksual dapat disublimasi? Tampaknya, lebih sering terjadi represi untuk mengatasi dorongan seksual. 28. SUPRESI Secara sadar atau agak tak disadari menunda keinginan yang disadari, atau menghilangkan (untuk sementara) perhatian ke suatu masalah. Hal-hal yang menjadi perhatian mungkin dengan sengaja dihilangkan (dari pikiran), bukan dihindari. Perasaan tidak enak berkurang, walaupun tetap ada.

You might also like