You are on page 1of 10

Muntah yang berlebihan dalam kehamilan dimulai sebelum akhir minggu 22 kehamilan mulai dari gejala ringan Atau

hyperemesis yang tidak spesifik (21.0) ketika tidak ada gangguan metabolik, dan sebagai gejala yang parah dari hiperemesis (O21.1) gangguan metabolik seperti penurunan kadar karbohidrat, dehidrasi dan adanya ketidakseimbangan elektrolit8 Pengobatan ini didasarkan pada kehati-hatian pemberian rehydration dengan cairan intravena penggantian, koreksi dari Ketidakseimbangan elektrolit dan kekurangan vitamin ( pertama dan yang paling sering, tiamin atau vitamin b1dan folat).8 Pengobatan antiemetik sering dapat dimulai dengan antagonis reseptor darihistamine-1 seperti meclozin dan prometazin atau dopamine-receptor antagonis. Seperti prochlorperazin atau chlorpromazin.Pyridoxine ( vitamin b6 ), jahe, Akuppresure dan akupunktur yang kadangkadang direkomendasikan dalam lebih ringan membentuk dari hiperemesis. Untuk kasus yang bersifat terpeutik, steroid seperti metylprednisolon dan serotonin antagonist, seperti ondansetron merupakan terapi pilihan utama8 Patogenesis hCG Pada 15 penelitian Antara tahun 1990 dan 2005, meneliti hubungan Antara hyperemesis dan kadan hCG dalam sirkulasi. Pada penelitian ini, pasien dengan hyperemesis memiliki kadar hCG yang tinggi. Peningkatan kadar hCG memilki kaitan erat dengan beberapa penyakit kronos. Hipotesis yang didapatkan adalah hCG menyebabkan hyperemesis dengan mempengaruhi traktus gastrointestinal bagian atas, atau mempengaruhi kerja dari fungsi hormone tiroid, karena struktur hCG yang serupa dengan thyroid stimulating hormone (TSH).8 TSH Gestational transient thyrotoxicosis (GTT) telah diteliti pada lebih dari 2/3 pasien dengan hiperemsis,dan telah dikaitkan dengan gejala hyperemesis yang berat. Fungsi tiroid sangat bervariasi selama kehamilan, dan terstimulasi secara psikologis selam awal kehamilan. HCG and thyroid stimulating hormone (TSH) memiliki keterkaitan yang negative.TSH mengalami penekanan fungsi selama minggu ke-11 sampai minggu ke-18 kehamilan, dan hCG secara tetap yang menstimulasi kelenjar tiroid. 8 Estrogen Beberapa penelitian menemukan hubungan Antara hyperemesis dan peningkatan kadar estrogen. Pada kehamilan, peningkatan level dari estrogen berkaitan dengan penyebaran dari volume plasma yang luas dan peningkatan ruang kosong pada cairan ekstraseluler dan peningkatan massa cairan.Hal ini menunjukkan penyebab dari perubahan pH lambung yang akan bermanifestasi sebagai tempat infeksi kuman Helicobacter pylori.Estrogen juga dilaporkan menyebabkan penurunan motilitas dari usus halus dan pengosongan lambung, yang menjelaskan terjadinya akumulasi dari cairan. 8

Progesterone

Korpus luteum merupakan hormone yang sangat tinggi tingkat aktifitasnya selama kehamilan trimester pertama. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hyperemesis berkaitan dengan tingginya kadar dari hormone progesterone, namun di penilitian lainnya tidak menunjukkan hal serupa. Pasien dengan in vitro fertilization (IVF) sering memiliki dua atau lebih korpus luteum yang disebakan stimulasi dari ovarium. Namun penelitian tidak menemukan hubungan Antara IVF dan hiperemesis.8 Oxidative stress Kehamilan secara psikologis meningkatkan stress oksidatif karena tingginya kadar metabolisme dan peningkatan kebutuhan akan oksigen jaringan.Beberapa penelitian menemukan bahwa hyperemesis berkaitan dengan penignkatan stress oksidatif. Satu penelitian menemukan bahwa pasien hyperemesis menurunkan kadar dari antioksidan glutation, yang menunjukkan bahwa pasien ini mengalami stress oksidatif. Hasil ini menunjukkan bahwa ketidakseimbangan Antara oksidasi lipid dan Sistem antioksidan bisa menimbulkan pathogenesis dari suatu penyakit. Pada pasien hyperemesis yang mengalamai insufisiensi antioksidant, seperti vitamin C dan E, dapat dapat meningkatkan oksidasi lipid.8 Enzim Liver Fungsi Hati yang tidak abnormal telah dilaporkan pada 50-60% kasus keseluruhan pada pasien hyperemesis. Abnormalitas dari enzim hati berkaitan dengan munculnya ketonemia dan hipertiroidsme. Sebagai tambahan, abnormalitas dari hypovolemia, malnutrisi dan asidosis laktat, menyebabkan terjadinya hyperemesis.8 Diagnosis hiperemesis gravidarum dibuat berdasarkan adanya riwayat muntah yang terus menerus terjadi, ketidakmampuan untuk mentoleransi makanan atau cairan dan adanya ketonuria.Riwayat muntah dapat diukur dengan sistem penilaian, 'Kehamilan Kuantifikasi Unik Emesis (PUQE) Skoring '2.0. Kuesioner ini meliputi pertanyaan tentang jumlah episode muntah sehari-hari, panjangnya waktu mual per jam dalam sehari dengan skor minimal 3 dan skor maksimal 15. Sebuah skor <6 menunjukkan HG ringan, 7-12 HG moderat dan 13 merupakan gejala berat dari HG. sistem penilaian kemudian telah divalidasi dan terbukti berkorelasi dengan gambaran klinis yang terjadi seperti tingkat rawat inap pasien HG dan perasaan subjektif yang timbul dari pasien. Namun, karena hanya mencakup gejala dalam 12 jam pertama, skor PUQE dimodifikasi juga telah dikembangkan secara global pada mual dan muntah pada trimester pertama kehamilan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.pasien cenderung memiliki 1 angka lebih tinggi pada skor dimodifikasi , yang mungkin berkaitan dengan munculnya muntah terjadi lebih dari 12 jam sebelum kuesioner dibuat. Skor dimodifikasi menunjukkan korelasi yang baik dengan skoring kualitas kehidupan dan berguna dalam mengidentifikasi keparahan gejala selama waktu yang lebih lama period. Riwayat penyakit juga bertujuan untuk menyingkirkan gejala penyebab munta lainnya seperti Infeksi saluran kemih ( misalnya disuria atau sakit pinggang ) , infeksi gastrointestinal ( misalnya diare ) , pankreatitis ( misalnya , Nyeri perut ) atau morbiditas sebelumnya ( misalnya , diabetes , penyakit Addison ) . Nyeri epigastrium dan hematemesis perlu ditanyakan secara khusus, yang dapat berupa efek muntah berkepanjangan ( Mallory Weiss syndrom ) atau patologi lainnya yang menyebabkan gejala mual muntal muncul (seperti ulkus gaster ) .

Lamanya muntah penting dalam menilai risiko komplikasi , khususnya Wernicke ensefalopati yang disebabkan defisiensi tiamin, yang telah dilaporkan 3 minggu setelah gejala timbul. Pertimbangan diagnosis banding sangat penting dalam kasus dengan riwayat mual muntah yang tidak khas, dan gejala yang tidak respon pada manajemen awal, karena kasus yang parah berpotensi mengancam jiwa . Misalnya penyakit Addison yang dapat muncul dengan gejala yang sama dengan HG ( mual, muntah , penurunan berat badan , kelelahan ) sebagai mual dan muntah kehamilan menimbulkan krisis adrenal .9

Pemeriksaan Denyut jantung dan tekanan darah (berbaring dan berdiri) perlu diukur, dan penilaian dehidrasi dari turgor kulit perlu dilakukan, dengan pemeriksaan fisis abdomen berupa nyeri epigastrium, organomegali, nyeri tekan ginjal dan ukuran rahim. Pemeriksaan diindikasikan untuk wanita dengan hiperemesis terbatas sebagai diagnosis klinis saja, keparahan penyakit dapat ditunjukkan terutama dari hasil laboratorium elektrolit dan hasil tes fungsi hati dan pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu untuk menunjang diagnosis. Seperti pada Tabel 4.

Koreksi dehidrasi dengan cairan intravena merupakan salah satu tujuan utama manajemen . Volume cairan harus adekuat untuk memenuhi defisit dan kehilangan cairan yang terus menerus terus selama muntah terjadi sampai pemenuhan elektrolit dalam tubuh terpenuhi. Larutan dextrose harus dihindari karena dapat meningkatkan kebutuhan tubuh akan tiamin sehingga meningkatkan kemungkinan komplikasi Ensefalopati Wernicke pada seorang wanita dengan defisiensi tiamin . Cairan infus Natrium klorida 0,9 % ( 'normal saline ) merupakan pilihan yang lebih baik . Konsentrasi natrium klorida yang tinggi (1,8 % ) harus dihindari pada wanita yang mengalami hyponatraemic karena terlalu cepatnya dalam mengoreksi kadar natrium serum dapat menyebabkan sindrom demielinasi osmotik ( central pontinemielinolisis ) .9 Natrium cairan infus natrium laktat, yang mengandung elektrolit-elektrolit lainnya ( klorida , laktat , kalium dan kalsium ) serta natrium klorida , dapat digunakan tetapi tidak ada percobaan yang dilakukan untuk menentukan apakah terdapat manfaat klinisyang lebih baik pada penggunaan larutan senyawa tersebut disbanding dengan natrium klorida 0,9 %. Suplemen kalium klorida ( 3 g ( 20 mmol ) per liter natrium klorida 0,9 % ) dapat diberikan pada awal terapi bersamaan dengan penggantian cairan kemudian disesuaikan dengan konsentrasi kalium serum.Dosis maksimum pemberiannya adalah 6 g ( 40 mmol ) per liter danuntuk penggunaan dosis yang lebih tinggi diperlukan kehati-hatian dalam melihat risiko hiperkalemia atau efektifitasnya terhadap jantung . Campuran cairan natrium klorida dan kalium klorida dianjurkan untuk menghindari efek dari kalium yang berlebihan . Penggantian cairan dapat disesuaikan dengan ketonuria atau elektrolit dan berhenti diberikan setelah terdapat normalisasi di dalam tubuh.9

antiemetik Antiemetik telah digunakan selama beberapa dekade untuk pengelolaan NVP tetapi sudah ada sangat sedikit uji coba yang dilakukan secara acak untuk mengevaluasi dan membandingkan efektivitas atau tingkat keselamatan pemakaiannya terhadap pasien HG. Munculnya kasus pada obat thalidomide yang menyebabkan deformitas ekstremitas terhadap pasien hiperemesis pada tahun 1960 , Percobaan yng sangat hati-hati dilakukan dalam uji coba obat-obatan lainnya untuk hamil. Ini menunjukkan bahwa Managemen pada pasien HG perlu dilakukan secara luas , dipandu oleh serangkaian retrospektif yang besar ,studi kasus dan pendapat para ahli . Namun, ada cukup banyak bukti tentang pemakaian antiemetik yang aman dari laporan retrospektif besar penggunaannya pada NVP . 9 Uji efektifitas pada antiemetik terbatas dan peninjauan secara sistematis pada tahun 2003 ditemukan hanya tujuh percobaan intervensi terapi untuk HG ( melibatkan jahe , ACTH , kortikosteroid , vitamin B12) dan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang jelas manfaat dari salah satu pengobatan tersebut Tabel 5 merangkum kelas yang berbeda dari antiemetik lebih sering digunakan untuk hiperemesis .9

Antiemetik antihistamin ( H1 reseptor antagonis ) Antihistamin bertindak langsung dengan menghambat histamin pada reseptor - histamine1 serta tidak langsung melalui sistem vestibular , dengan efek gabungan dari penurunan stimulasi pada pusat muntah Obat Prometazin dan cyclizine digunakan paling banyak pada kehamilan di Inggris ,di Amerika utara, Doksilamin dan dimenhydrinate juga telah sangat banyak digunakan . Dalam penelitian pada hewan didapatkan peningkatan malformasi kongenital dengan cyclizine namun sejumlah besar ibu hamil telah diresepkan antihistamin sejak tahun 1950 dan tidak ada bukti teratogenisitas pada manusia , dengan tingkat kelainan bawaan tidak melebihi 1-3 % .Penelitian besar meta -analisis lebih dari 200.000 wanita yang diobati dengan antihistamin untuk NVP antara 1964 dan 1991 tidak menunjukkan bukti teratogenik dan tidak ada kelainan serius ibu atau janin terkait penggunaan antihistamin . survei besar lainnya pada wanita NVP yang diobati menunjukkan bahwa penggunaan antihistamin telah meningkat sebesar 100 % antara tahun 2000 dan 2004 karena terdapat peningkatan bukti keamanannya.9 generasi antihistamin pertama umumnya menyebabkan kantuk dan cyclizine memiliki efek yang kurang dibandingkan prometazin . ( generasi kedua ) antihistamin non sedative seperti loratidine dan cetirizine tidak dianjurkan pada awal kehamilan karena terdapat data yang menunjukkan penggunaannya menimbulkan efek teratogenik. Selain mengantuk , efek samping ekstrapiramidal obat antiemetik dapat menyebabkanreaksi dystonik akut yang melibatkan spasme pada otot wajah dan struktur tulang pada beberapa wanita . Hal ini terjadi setelah dosis pertama atau kedua dari antihistamin , meskipun efek yang lebih jelas terlihat pada penggunaan obat fenotiazin dan metoclopromide. Reaksi ini lebih sering terjadi pada kaum muda dan wanita , sehingga membuat pasien HG lebih rentan terkena efek distonik akut tersebut . Ketika terjadi reaksi dystonic akut, obat harus dihentikan dan prosiklidin intravena diberikan untuk meringankan gejala 9

. fenotiazin Fenotiazin merupakan antagonis dopamin , yang biasa digunakan sebagai obat antipsikotik . Tujuannya menghambat muntah dengan cara memblokir pusat reseptor D2 , sehingga menghambat pemicu zona kemoreseptor yang memiliki efek kerja langsung pada reseptor D2 traktus gastrointestinal.Obat-obat tersebut ialah prochlorperazine dan klorpromazin . Meskipun telah ada laporan kasus sumbing ,kelainan tulang extremitas, serta kelainan jantung yang brekaitan dengan penggunaannya , proklorperazin telah digunakan selama lebih dari setengah dekade dengan tidak ada bukti efek samping kelainan pada janin dalam studi klinis . Klorpromazin menunjukkan adanya peningkatan kejadian cacat berupa sumbing pada tikus , namun tidak ada pengaruhh yang serupa ditemukan pada manusia.9 Semakin tinggi dosis yang digunakan untuk efek antipsikotik telah dikaitkan dengan gejala withdrawal sindrom dan efek ekstrapiramidal pasca melahirkan namun dosis yang digunakan untuk pengobatan antiemetik jauh lebih rendah dan tidak ada kekhawatiran yang muncul dalam penggunaan klorpromazin pada trimester pertama kehamilan.9 Metoclopromide Metoclopromide mirip dengan fenotiazin yaitu bertindak langsung pada pemicu zona chemoreceptor utama dan efek kerja langsungnya pada saluran gastrointestinal . Tidak ada hasil yang merugikan janin dan hewan pada percobaan yang telah dilakukan .9 Spesifik HHT3 antagonis ( inhibitor serotonin ) ondansetron dan granisteron memiliki penghambatan kemoreseptor sentral serta efek perifer langsung pada usus kecil dan saraf vagus untuk menghambat muntah,dan penggunaan ondansetron tampaknya meningkat pada usia kehamilan . Tidak ada efek samping yang ditemukan dengan ondansetron pada hewan bahkan pada dosis yang sangat signifikan lebih tinggi dari dosis terapinya.9

dan tidak ada peningkatan defek pada kelahiran . Granisetron tidak menunjukkan teratogenisitas pada penelitian terhadap hewan namun tidak adanya literature yang menyatakan penggunaanya HG . Vitamin B6 ( piridoksin ) Vitamin B6 ( piridoksin ) telah terbukti mengurangi NVP ( tetapi tidak hiperemesis ) Pada 2 penelitian acak terkontrol, yang secara luas digunakan di canada meng gabungan formulasi vitamin B6 dengan Doksilamin, sampai penggunaannya dihentikan akibat tuntutan terhadap aktifitas teratogeniknya, namun ternyata tuntutan tersebut ditemukan palsu. Selanjutnya , formulasi ini telah dirilis kembali dan dianggap aman untuk digunakan dalam kehamilan , termasuk pertama trimester.

antiemetik lainnya Obat antipsikotik lain seperti levomeprazine dan haloperidol telah untuk digunakan pada muntah dalam kehamilan , tetapi tidak ada data yang cukup untuk menilai keamanan penggunaannya. Domperidone bertindak untuk menghambat zona pemicu kemoreseptor pusat. Tidak ada data yang dilaporkan pada efektifitas atau keamanannya pada kehamilan , meskipun cacat lahir telah dilaporkan pada hewan Oleh karena itu tidak direkomendasikan untuk digunakan pada penderita HG .

kortikosteroid Kortikosteroid digunakan pada pengobatan pasca operasi dan karsinoma yang menyebabkan mual dan muntah dan penggunaannya dalam kehamilan pada hiperemesis telah dipelajari dalam beberapa uji coba terkontrol secara acak dengan hasil yang bertentangan . Satu kelompok mempelajari 40 wanita secara acak baik promethazin eataupun metilprednisolon dan menemukan khasiat serupa namun tingkat efektifitasnya kembali rendah pada kelompok percobaan lain , oral prednisolon ditemukan kurang efektif dari prometazin pada 48 jam , meskipun kemanjuran yang serupa tercatat setelah 7 hari pertama pengobatan. Nelson- Piercy mempelajari 25 pasien dan membandingkan 40 mg prednisolon dengan plasebo ( dengan hidrokortison intravena, jika tidak terdapat perbaikan dengan steroid oral setelah tiga hari pengobatan ) dan menemukan kecenderungan non - signifikan terhadap peningkatan mual dan muntah dan mengurangi ketergantungan pada cairan infus dengan steroids. Namun, nafsu makan meningkat . Jahe ( jahe ) Jahe, biasanya digunakan untuk keperluan memasak , telah dipelajari dalam enam RCT double blind untuk NVP , melibatkan 675 women. Empat dari percobaan ini menunjukkan efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan plasebo dan dua jahe dibandingkan dengan vitamin B6 , menunjukkan keberhasilan yang sama. Semua percobaan telah menggunakan dosis minimal 1 g per hari , secara oral dalam dosis yang terbagi . Tidak ada efek yang merugikan atau efek samping yang telah dilaporkan pada jahe . Efisiensi antiemetik Evaluasi efektivitas antiemetik pada hiperemesis terhambat oleh karena kurangnya percobaan acak dan kebanyakan focus penelitian pada NVP (mempengaruhi hingga 80 % wanita ) sedangkan ulasan ini sedikit banyak membicarakan kondisi umum hiperemesis . Dalam review sistematis pada tahun 2003 , C. Bottomley , T. Bourne / Best Practice & Penelitian Klinis Obstetri dan Ginekologi 23 (2009) Jewell dan

Young melaporkan bahwa ada sangat sedikit data dari percobaan yang digunakan untuk menilai efektivitas obat yang digunakan untuk hiperemesis secara khusus . Hanya tujuh percobaan yang dapat diidentifikasi , itu hanya sebagian kecil percobaan dan menggunakan berbagai intervensi ( ACTH , steroid , jahe , akupresur dan vitamin B12 ) , tanpa adanya bukti yang bermanfaat . Sebuah meta - analisis pada tahun 2002 menyimpulkan bahwa Doksilamin dengan pyridoxine , antihistamin atau fenotiazin adalah obat antiemetik yang paling efektif.

Manajemen dan pencegahan komplikasi HG Wernicke encephalopathy Wernicke encephalopathy , disebabkan defisiensi vitamin B1 ( tiamin ), yang berpotensi menyebabkan kefatalan . Sebuah review dari Wernicke ensefalopati pada 49 ibu hamil dengan HG menunjukkan bahwa terjadi pada usia ibu rata-rata 26,74,9 tahun dan rata-rata usia kehamilan 14,33,4 minggu. Hasil yang didapatkan adalah waktu dari timbulnya ensefalopati adalah 3 minggu setelah onset muntah dan artinya adalah lama dari muntah sekitar 7,7 2,8 minggu sebelum munculnya gejala tersebut. Gejala klinis yang khas ialah trias, kebingungan , kelainan pada mata dan ataksia terjadi pada 47 % kasus . Bagi kebanyakan wanita , gejala klinis mungkin berbeda-beda atau bervariasi dengan adanya kehilangan ingatan, apatis , dan penurunan tingkat kesadaran atau penglihatan yang menurun . Gejala tersebut akan hilang dengan pengobatan namun beberapa gangguan residual tetap terdapat pada 60 % kasus . Angka kematian janin ( termasuk terminasi kehamilan ) pada Wernicke ensefalopati sekitar 37 % .

Level serum thiamin tidak membantu dalam membuat diagnosis karena sedikitnya vitamin B1 dalam serum . MRI memiliki sensitivitas tinggi dalam menegakkan diagnosis , pengobatan tidak perlu ditunda sampai adanya diagnosis MRI .Setiap wanita yang mengalami kelainan neurologis dalam hubungan dengan HG harus ditangani dengan cairan intravena dengan tiamin 100 mg sehari ( atau Pabrinex ) , dan diamati perbaikannya dapat dengan cepat membantu menegakkan diagnosis . Penanganan dilanjutkan secara intravena dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian oral tiamin 50 mg per hari sampai didapatkan keseimbangan nutrisi .

B12 defisiensi /B6 defisiensi B12 ( cyanocobalamin ) dan B6 defisiensi ( pyridoxine ) mungkin terjadi dengan HG mengakibatkan anemia atau neuropati perifer . ini merupakan kasus yang jarang terjadi dan tidak ada literatur untuk menentukan apakah suplemen vitamin rutin perlu diberikan untuk mencegah komplikasi suatu penyakit. hiponatremia Hiponatremia sangat sering ditemukan pada hiperemesis gravidarum . Perlunya penanganan cairan infus natrium klorida 0,9 % intravena. Koreksi yang terlalu cepat darinatrium serum dapat menyebabkan sindrom demielinasi osmotik ( mielinolisis pontine sentral ) ditandai dengan hilangnya mielin dalam neuron pontine mengakibatkan kebingungan , dysarthria , disfagia , kelumpuhan dan kejang otot permanent. Mallory Weiss tears Gangguan mukosa esofagus karena efek muntah dapat mengakibatkan robekan Mallory Weiss dan hematemesis . Ini harus dibedakan dengan hematemesis yang lebih serius penyebab seperti tukak lambung . Kebanyakan wanita dengan Mallory Weiss tear menunjukkan sedikit gejala hematemesis , umumnya terjadi setelah muntah yang berkepanjangan. Tidak ada laporan yang mendukung manajemen atau pencegahan dari Mallory Weiss tears. Sebuah pendekatan pragmatis adalah dengan pemberian ranitidin intravena pada wanita dengan nyeri epigastrium atau adanya riwayat Mallory Weiss tear , namun perlu penyelidikan lebih lanjut dengan endoskopi saluran cerna bagian atas jika pendarahan tidak terjadi karena riwayat muntah yang berkepanjangan.

tromboemboli vena Sepuluh dari 33 wanita yang dilaporkan telah meninggal karena emboli paru, penelitian dari Confidential Enquiry into Maternal and Child Health (20002003) melaporkan bahwa emboli paru terjadi pada trimester pertama kehamilan , salah satunya memiliki hiperemesis gravidarum.terdapat sedikit bukti yang menunjukkan pemberian profilaksis antitrombotik pada wanita dengan hiperemesis . Namun, kombinasi kehamilan , imobilitas dan dehidrasi cenderung memberikan risikoyang signifikan untuk menimbulkan trombosis , Oleh karena itu profilaksis dianggap perlu , seperti memberikan hidrasi yang baik , mobilisasi bila memungkinkan . stoking pencegah tromboemboli dan pemberian heparin dosis rendah . The Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists pada thromboprophylaxis menyarankan penggunaan LMWH heparin di setiap wanita dengan tiga faktor risiko yaitu termasuk hiperemesis , imobilitas dan dehidrasi , maka profilaksis tersebut harus digunakan pada sebagian besar wanita HG. Terminasi kehamilan Perempuan menderita HG memiliki peningkatan kemungkinan mempertimbangkan penghentian kehamilan . Dalam survei kuesioner telepon besar 3201 penelepon ke Helpline untuk NVP , 413 telah mempertimbangkan penghentian kehamilan karena gejala mereka dan 108 lebih lanjut melaporkan telah menghentikan kehamilannya . kehamilan yang tidak terencana ( p < 0,0001 ) , multiparitas ( p 0,03 ) dan perasaan depresi ( p 0,001 ) adalah factor risiko independen untuk terminasi kehamilan

sebenarnya. Pertimbangan penghentian kehamilan karena NVP dikaitkan dengan kondisi psikososial , yang harus dipertimbangkan ketika menangani wanita tersebut

You might also like