You are on page 1of 5

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA SUNDA ANAK USIA TK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan anak, dengan bahasa anak dapat berinteraksi dengan orang lain dan menemukan banyak hal baru dalam lingkungan tersebut. Dengan bahasa juga anak mampu menuangkan suatu ide atau gagasan terhadap keinginannya tersebut. Menurut (Mossofa, 2008 : !" Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. #leh karena itu perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. $artini (%ahyaningsih, 200& : 2" mengemukakan bah'a bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan anak. (omunikasi yang diharapkan adalah komunikasi lisan yang tepat guna, artinya bahasa itu harus dapat dipahami oleh orang lain. (emampuan bahasa anak usia !)* tahun berada dalam fase perkembangan bahasa se+ara ekspresif. $al ini berarti bah'a anak lebih dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan sebagai alat berkomunikasi. ,nak usia tersebut dapat mengu+apkan kata)kata yang mereka gunakan, dapat menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang berarti, namun menurut $urlo+k ( &&0 : &0" -kemampuan berkomunikasi pada anak usia prasekolah dengan orang lain masih dalam taraf rendah. Masih banyak kosakata yang harus dikuasai untuk dapat menggunakan bahasanya dengan baik. .embendaharaan kosakata berperan penting dalam pengembangan bahasa. Menurut $urlo+k ( &&0 : /" usia !)* tahun, merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan tugas pokok dalam berbi+ara, yaitu menambah kosakata, menguasai pengu+apan kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat sedangkan menurut $urlo+k ( &&0 : * " mengemukakan bah'a salah satu tugas utama dalam belajar berbi+ara ialah anak harus dapat meningkatkan jumlah kosakata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi karena banyak kata yang memiliki arti lebih dari satu dan sebagian kata bunyinya hampir sama, tetapi memiliki arti yang berbeda, maka meningkatkan kosakata jauh lebih sulit dari pada mengu+apkannya sehingga diperlukan adanya suatu peningkatan kosakata pada anak yang dapat menunjang pada perkembangan berbi+ara. Menurut Dhieni dkk (200* : /. " anak usia !)* tahun dapat mengembangkan kosakata

se+ara mengagurukan. 0edangkan menurut #'ens (Dhieni, 200* : /. ", anak pada usia tersebut memperkaya kosakatanya melalui pengulangan. Dalam menggunakan kosakata tersebut, anak menggunakan fast mapping atau suatu proses dimana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam per+akapan. .ada masa kanak)kanak a'al inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. 0elain itu, Dhieni dkk (200* : /. " juga mengungkapkan bah'a anak usia !)* tahun rata)rata dapat menggunakan &00 sampai 000 kosakata yang berbeda. Mereka menggunakan !)* kata dalam satu kalimat yang dapat membentuk kalimat pernyataan, tanya, dan perintah. .ada usia * tahun pembi+araan anak mulai berkembang dimana kosakata yang digunakan lebih banyak dan rumit. (Dhieni dkk, 200* : /. " Dalam hal ini peningkatan kosakata ,nak 1sia Dini khususnya kosakata Bahasa 2ndonesia sangat penting, namun bukan hanya kosakata Bahasa 2ndonesia saja yang harus dikuasai dan terus ditingkatkan oleh anak, kosakata Bahasa Daerah pun, khususnya kosakata Bahasa 0unda perlu ditingkatkan dan dikuasai oleh ,nak 1sia Dini. $al ini dikarenakan bahasa 0unda sebagai bahasa ibu dan sebagai pengembang serta pendukung kebudayaan 0unda yang harus diperkenalkan kepada anak. Bahasa 0unda merupakan alat komunikasi etnik sunda. selain itu bahasa 0unda juga sebagai alat pengembang dan pendukung kebudayaan 0unda. .ara ahli bahasa telah banyak meneliti dan membuktikan bah'a bahasa 0unda disamping sebagai bahasa resmi kedua setelah bahasa 2ndonesia, juga menjadi pendukung bahasa nasional. Bahasa 0unda menjadi bahasa ibu hingga kini dijadikan sebagai bahasa pengantar disekolah dasar dijabar pada tingkat permulaan. 3amun pada kenyataannya di 4aman (anak)(anak penggunaan Bahasa 0unda jarang sekali digunakan. Begitupun dengan masyarakat, sebagian masyarakat belum sadar akan pentingnya bahasa sunda, para #rang 4ua lebih senang apabila anak)anaknya menggunakan bahasa 2ndonesia untuk berkomunikasi. $al ini menyebabkan banyak anak yang belum bisa menggunakan Bahasa 0unda dalam kehidupan sehari)hari baik di lingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah. $al ini diperkuat oleh ,jip 5osidi ($arian 1mum .ikiran 5akyat" dalam Martini (200& : 6" yang mengemukakan bah'a : -....bahasa 0unda sekarang sedang dalam proses kematian, karena kita saksikan orang 0unda se+ara perlahan)lahan sedang menjalankan pembunuhan terhadap bahasa 0unda sebagai bahasa 2bunya. (ita saksikan kian banyak orang 0unda yang tidak mau ber+akap) +akap dengan bahasa 0unda, 'alaupun sesama orang 0unda. (ita juga saksikan umumnya orang 0unda kalau mau ber+akap)+akap tentang hal tertentu lalu beralih kode ke bahasa 2ndonesia atau bahasa lain. Bahasa 0unda dianggap tidak +ukup terhormat untuk menyampaikan pikirannya.0elain itu (oran $arian (ompas Bandar 7ampung dalam Martini (200& : 6" melaporkan bah'a sebanyak 628 dari 6!8 bahasa Daerah di 2ndonesia teran+am punah karena generasi muda tidak mau memakai bahasa tersebut. Bahkan kini hanya tersisa / bahasa Daerah yang memiliki jumlah penutur diatas juta orang, itupun sebagian besar generasi tua. Mengingat bahasa 0unda sebagai bahasa ibu dan sebagai pengembang serta pendukung

kebudayaan 0unda yang harus diperkenalkan kepada anak, maka pendidikan 4( sebagai lembaga pendidikan a'al bagi anak harus berupaya untuk membangkitkan kembali minat terhadap penggunaan bahasa 0unda. 0aat 2ni di 4(, bahasa 0unda kurang menjadi perhatian guru dan dalam pelaksanaan pembelajarannya kurang optimal, hal tersebut dapat terlihat dari jarangnya penggunaan media yang kurang ber9ariasi yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa 0unda anak dan kurangnya kesadaran dari guru akan pentingnya bahasa daerah. 0eperti yang terjadi di 4( :, berdasarkan hasil obser9asi sebelumnya masih banyak anak yang pasif dan diam ketika diajak bi+ara menggunakan bahasa sunda, bahkan kebanyakan dari mereka tidak bisa berbahasa 0unda. 0alah satu upaya yang dapat dilakukan di 4( dalam mengembangkan bahasa daerah salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran. ,dapun metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa 0unda khususnya dalam penguasaan kosakata adalah metode bermain peran. Bermain peran ini diambil karena dalam metode bermain peran ada interaksi yang melibatkan anak dengan teman sebayanya. Dengan metode ini anak)anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan bertukar ide, hingga meningkatkan kelan+aran berbi+ara dan memperkaya kosakatanya. 0eperti penelitian yang dilakukan ,ri;s, (%ahyaningsih, 200& : *" tentang penerapan metode belajar sosiodrama atau bermain peran terhadap sis'a .,1D di Denpasar Bali, menyimpulkan bah'a sekitar &0< materi pembelajaran dapat diserap anak)anak dengan menggunakan metode belajar sosiodrama, dan 8*< maateri pelajaran dapat diserap oleh anak)anak dengan metode belajar kon9ensional. $amalik (%ahyaningsih, 200& : *" juga menyatakan bah'a metode bermain peran dapat mendorong sis'a untuk mempelajari masalah)masalah sosial yang dapat memupuk komunikasi antar insani dikalangan sis'a di kelas. Melalui kegiatan bermain peran sis'a akan aktif membi+arakan masala)masalah yang ditemuinya, menginformasikan hasil pengalaman melalui kegiatan berbi+ara. Begitu pula dikemukakan oleh Delpie (%ahyaningsih, 200& : *" tentang bentuk)bentuk permainan yang dapat dipakai sebagai inter9ensi pembelajaran salah satunya yaitu bermain pura)pura atau bermain peran adalah suatu bentuk permainan yang dilakukan oleh anak dengan menggunakan imajinasi agar membantu dalam pengembnagan daya berpikir dan kemampuan berbahasa. Menurut Masitoh (%ahyaningsih,200& : *" bermain peran adalah salah satu metode pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong anak berkomunikasi 'alaupun dengan bahasa yang terbatas menggunakan komunikasi 9erbal, seperti gerakan tubuh dan ekspresi muka juga melibatkan anak dari berbagai tingkatan melalui anggota tubuh mereka, pikiran, emosi, interaksi so+ial dan bahasa. Masitoh (%ahyaningsih, 200& : *" juga menjelaskan bah'a melalui bermain peran anak memperoleh kesempatan untuk berbagi peran)peran interaktif. Misalnya guru)murid, pedagang)pembeli, dokter)pasien. 0elain itu juga anak dituntut untuk mampu beradaptasi dengan peran yang dimainkannya, responsif terhadap akting temannya, terampil

berkomunikasi se+ara efektif mampu menerima kritik bila respon yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi temannya. Dalam kehidupan anak 4( bermain peran atau bermain pura)pura mempunyai beberapa fungsi, antara lain untuk : menghindari keterbatasan kemampuan yang ada. Mengatasi larangan)larangan, dan menjadi pengganti berbagai hal yang tidak terpenuhi, menghindarkan diri dari hal)hal yang menyakitkan hati, menyalurkan perasaan negatif yang tidak mungkin dapat ditampilkan. Menurut Moesli+hatoen (%ahyaningsih, 200& : 8" bermain peran atau bermain pura)pura lebih banyak dilakukan oleh anak yang kurang pandai menyesuaikan diri daripada oleh anak yang pandai menyesuaikan diri. Bermain pura)pura sendiri dapat dibedakan dalam bentuk : a. minat pada personifikasi, misalnya berbi+ara pada boneka atau benda)benda mati b. bermain pura)pura dengan menggunakan peralatan, misalnya minum dengan menggunakan +angkir kosong +. bermain pura)pura dalam situasi tertentu, misalnya situasi kehidupan sehari)hari dalam keluarga, situasi di tempat praktek dokter yang mengobati anak sakit, dan sebagainya. Bentuk kegiatan bermain peran atau bermain pura)pura merupakan +ermin masyarakat disekitarnya dalam kehidupan sehari)hari. 0egala sesuatu yang dilihat dan didengar akan terulang dalam kegiatan bermain pura)pura tersebut. (egiatan bermain peran ini terbagi dalam dua jenis kegiatan bermain. .ertama bermain peran besar (Makro" yang memerlukan kostum dan perlengkapan sesuai yang diperankan anak. (edua, bermain peran ke+il (Mikro" yang memerlukan peralatan tiruan (mainan". $al ini sesuai dengan pendapat =ri+kson (5yolitta,200& : 8" bah'a -teori bermain peran terbagi menjadi dua jenis, yaitu bermain peran mikro atau ukuran ke+il dan bermain peran makro atau ukuran sesungguhnya>. 0elain itu menurut (hoirudin (20 0" bermain peran mikro adalah kegitan bermain peran atau roleplay dengan menggunakan bahan)bahan main berukuran ke+il seperti rumah boneka lengkap dengan perabotannya dan orang)orangan sehingga anak dapat memainkannya, atau rangkaian kereta api dengan rel dan jalan, dengan mobil, lapangan pesa'at udara, kebun binatang, kemudian anak memainkanya lengkap dengan skenario yang biasanya disusun seketika dan dimainkannya bersama teman)temanya. 0edangkan bermain peran makro adalah main peran seasungguhnya dengan alat)alat main berukuran sesungguhnya dan anak dapat menggunakannya untuk men+iptakan dan memainkan peran) peran, misalnya main dokter)dokteran maka alat permainan yang digunakan antara lain stetoskop mainan ukuran besar, repli+a jarum suntik, buku resep dan ball point, meja pendaftaran, petugas pendaftaran, pera'at yang membantu dokter, kamar periksa dan sebagainya yang semuanya dalam ukuran besar dan dapat dipergunakan seperti kegiatan sesungguhnya. dalam skala besar misalnya kegiatan sehari)hari dalam rumah tangga, ruang tamu, ruang makan, kamar tidur, meja belajar, garasi, dan sebagainya dan anak)anak ada yang berperan sebagai bapak, ibu, kakak, adik, dan sebagainya. (egiatan bermain peran yang akan dilaksanakan di 4( : adalah kegiatan bermain peran makro, dimana anak akan memerankan sebagai tokoh)tokoh tertentu, seperti pedagang,

guru, dokter, dan lain)lain. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini untuk meneliti mengenai -=fekti9itas .enggunaan Metode Bermain .eran Makro terhadap .eningkatan .enguasaan (osakata Bahasa 0unda ,nak 1sia 4aman (anak)kanak.enelitian ini akan dilakukan di 4( : dengan pertimbangan hasil obser9asi a'al yang dilakukan peneliti masih ditemukannya anak yang kosakata Bahasa 0undanya terbatas. B. Per ! san Masalah Dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagi berikut : . Bagaimana penguasaan kosakata bahasa 0unda anak sebelum diberikan metode pembelajaran bermain peran di 4( :? 2. Bagaimana penguasaan kosakata bahasa 0unda anak sesudah diberikan metode pembelajaran bermain peran di 4( :? /. ,pakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kosakata Bahasa 0unda anak sebelum dan sesudah diberikannya metode bermain peran? ". T # an Penel$t$an a. 4ujuan umum Memperoleh informasi yang empiris tentang pengaruh penggunaan metode bermain peran terhadap peningkatan kosakata bahasa 0unda anak. b. 4ujuan (husus . 1ntuk mengetahui kosakata bahasa 0unda anak sebelum diberikannya metode bermain peran. 2. 1ntuk mengetahui kosakata bahasa 0unda anak sesudah diberikannya metode bermain peran. /. 1ntuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada kosakata bahasa 0unda anak sebelum dan sesudah diberikan metode bermain peran.

You might also like