You are on page 1of 30

A.

Definisi Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan faal ginjal menahun yang umumnya irreversibel dan cukup lanjut, perkembangannya cukup progresif dan lambat. Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan serta elektrolit (Smeltzer C, Suzanne). Gagal ginjal kronis ini merupakan penyakit ginjal tahap akhir.

B. Etiologi Secara umum ada beberapa penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK), diantaranya:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Glomerulonefritis kronis Pielonefritis Diabetes mellitus Hipertensi yang tidak terkontrol Obstruksi saluran kemih Penyakit ginjal polikistik Gangguan vaskuler Lesi herediter Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri) (Smeltzer C, Suzanne)

C. Patofisiologi & Web Of Caution Ada dua pendekatan teoritis yang biasanya diajukan untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada GGK. Sudut pandangan tradisional menyatakan bahwa semua unit nefron telah terserang dalam stadium yang berbeda, yaitu dibedakan menurut perjalanan klinis gagal ginjal progresif yang terdiri dari : Stadium pertama, dinamakan stadium penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Gangguan

fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal seperti tes pemekatan urine yang lama atau tes GFR yang teliti. Stadium kedua, disebut stadium insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN dan kreatinin telah meningkat juga telah didapatkan gejala-gejala nokturia atau poliuria. Nokturia didefinisikan sebagai gejala pengeluaran kemih pada waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml, disebabkan oleh hilangnya pemekatan kemih diurnal normal dengan perbandingan jumlah kemih malam hari dan siang hari 3 : 1 atau 4 : 1. Poliuria berarti peningkatan volume kemih yang terus menerus sampai 3 lt/hari. Stadium ketiga, disebut stadium akhir atau stadium uremia. Pada keadaan ini timbul apabila sekitar 90 % masa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya sekitar 10 % dari normal, bersihan kreatinin hanya 5 10 ml/mnt atau kurang. Kadar BUN dan kreatinin sangat meningkat dan mencolok menandai memburuknya respon ginjal

Meskipun perjalanan klinis gagal ginjal kronik dibagi dalam tiga stadium, tetapi dalam prakteknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-stadium tersebut. Urutan peristiwa patofisiologi gagal ginjal progresif dapat diuraikan dari segi hipotesis nefron yang masih utuh (Bricker & Fine) dengan gambaran sebagai berikut : 1. Penurunan GFR Pemeriksaan klirens kreatinin dengan mendapatkan urin 24 jam untuk mendeteksi penurunan GFR. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat. 2. Gangguan Klirens Renal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).

3.

Retensi cairan dan natrium Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan

urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. 4. Anemia Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI. 5. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya akan terjadi penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi parathormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang. 6. Penyakit tulang uremik (osteodistrofi) Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon (Smeltzer C, Suzanne).

D. Manifestasi Klinis Karena GGK merupakan penyakit sistemik, maka respon yang ditimbulkannya juga sistemik yang mengganggu hampir seluruh sistem tubuh seperti dibawah ini: 1. Sistem Gastrointestinal a. Anoreksia, nausea, vomitus b. Foeter uremik, stomatitis dan parotitis c. Cegukan d. Konstipasi / diare e. Nafas berbau ammonia

f. Perdarahan saluran GI g. Ulserasi dan perdarahan pada mulut 2. Pulmoner a. Nafas dangkal b. Krekels c. Kusmaul d. Sputum kental dan liat 3. Integumen a. Kulit pucat b. Urea flost c. Bekas garukan d. Kulit kering, bersisik e. Warna kulit abu-abu mengkilat f. Kuku tipis dan rapuh g. Rambut tipis dan kasar h. Pruritus i. Ekimosis 4. Hematologik a. Anemia b. Gangguan fungsi trombosit c. Gangguan leukosit 5. Sistem Saraf dan Otot a. Restless Leg Syndrome b. Burning Feet Syndrome c. Ensefalopati Metabolik d. Miopati 6. Kardiovaskular a. Hypertensi b. Nyeri dan sesak nafas

c. Gangguan irama jantung d. Pembesaran vena leher e. Pitting edema f. Edema periorbital g. Friction rub pericardial 7. Endokrin a. Gangguan sexual b. Atrofi testis c. Amenore d. Gangguan toleransi glukosa e. Gangguan metabolisme lemak f. Gangguan metabolisme vitamin D 8. Gangguan Sistem Lain a. Tulang b. Asam Basa c. Elektrolit

E. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit gagal ginjal kronik: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Perdarahan Fraktur Patologis Anemia Gagal Jantung Kongestif Efusi Pleura Asidosis Hipertensi Hiperkalemia Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung

10. Penyakit tulang (Smeltzer C, Suzanne)

F. Pemeriksaan Penunjang Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang, baik pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan radiologi seperti berikut ini :

Radiologi Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK. Foto Polos Abdomen Sebaiknya tanpa puasa karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau ada obstruksi lain. Foto polos yang disertai tomogram akan memberi keterangan lebih baik.

Pielografi Intra Vena Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya pada orang tua lanjut usia, diabetes dan nefropati asam urat.

USG Ginjal Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal dan kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kencing serta prostat, menentukan adanya massa, kista, dan obstruksi pada saluran perkemihan pada bagian atas.

Arteriogram Ginjal Mengkaji sirkulasi ginjal, mengidentifikasi ekstravaskuler dan massa. Sistouretrogram Berkemih Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk ke dalam ureter dan retensi. Renogram Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.

Pemeriksaan Pielografi Retrograd

Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversibel. Pada GGK menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

Biopsi Ginjal Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologi.

Pemeriksaan Radiologi Jantung Mencari kardiomegali dan efusi kardial. Pemeriksaan Radiologi Tulang Mencari osteodistrofi (terutama falank/jari), klasifikasi metastatik, demineralisasi dan kalsifikasi.

Pemeriksaan Radiologi Paru Mencari uremic lung, yang belakangan ini dianggap disebabkan bendungan. EKG EKG dilakukan untuk melihat kemungkinan : Hipertrofi ventrikel kiri Tanda-tanda perikarditis (misalnya voltage rendah) Aritmia Gangguan elektrolit (Hiperkalemia)

Pemeriksaan Laboratorium
1. Urine : Volume Warna BJ Osmolaritas Natrium Protein 2. Darah : : < 400 ml/24 jam : keruh : < 1,015 : < 350 mOsm/Kg agak menurun > 40 mEq/L + 3 sampai +4

Klirens Kreatinin : : :

BUN / Kreatinin Hb Retikulosit LED PH Bikarbonat

: : : : : :

10 mg/dl < 7 8 gr/dl menurun meningkat < 7,2 15 25 mmol/liter : : tinggi tinggi menurun 6,5 mEq/L meningkat menurun

Magnesium / Fosfat Protein dan kolesterol Gula Darah Trigliserida Natrium Kalium Kalsium : : : :

: 1,24 mg/dl

G. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan orang dengan kegagalan ginjal kronis, yaitu : 1. Stabilisasi lingkungan interna yang diusahakan melalui hal-hal sebagai berikut : a. Kesadaran mental dan interaksi sesuai dengan lingkungan. b. Terkendalinya odema perifer dan tidak terjadi odema paru. c. Seimbangnya elektrolit. d. Tidak terjadi infeksi / inflamasi sendi. 2. Tidak terjadi perdarahan. 3. Tekanan Darah dapat dikendalikan. 4. Terkendalinya gangguan nutrisi (intake nutrisi cukup). 5. Tidak terjadi toksisitas.

Tatalaksana : 1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.

2. Pengaturan diet tinggi kalori rendah protein; rendah garam; rendah potassium. 3. Kontrol hipertensi. 4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit. 5. Mencegah komplikasi ke tulang. 6. Deteksi dini dan terapi infeksi. 7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi obat. 8. Deteksi dan terapi komplikasi. 9. Persiapan dyalisis dan program transplantasi.

H. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji 1. 2. Identitas Klien Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama : Odema, sesak nafas, sedikit kencing, anoreksia, pucat, pusing, mudah lelah. b. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh nyeri diseluruh tubuh, BB meningkat. Menurunnya volume urine. Tekanan darah meningkat. Nyeri pada tulang dan sendi, letargi, fatique, tremor, kejang, ketidakmampuan aktivitas hidup sehari-hari. Anemia, anoreksia, nausea, muntah. Sesak nafas (keluhan semakin hari semakin bertambah).

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

Ada riwayat hypertensi lama. Riwayat batu. Riwayat odema, DM, Gout. Riwayat ISK Pemakaian obat nefrotoxik.

d.

Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.

3. Pemeriksaan Fisik a. Umum b. Kulit c. Kepala Dan Leher d. Kardiovaskular : Fatique, Malaise, Gagal Tumbuh, Debil. : Pucat, Mudah Lecet, Rapuh, Leokonikia. : Fetor Uremik, Lidah Kering Dan Berselaput. : Hypertensi, Kelebihan Cairan (Odema), Gangguan Irama Jantung. e. Pernafasan : Hyperventilasi, Odema Paru, Efusi Pleura, Sesak Nafas. f. Gastro Intestinal g. Saraf h. Endokrin i. Sendi j. Hematologi : Anoreksia, Mual, Muntah. : Letargi, Malaise, Mengantuk, Kejang. : Hiperparatiroidisme, Defisiensi Vitamin D. : Gout. : Anemia, Mudah Perdarahan.

4. Hasil Laboratorium Meningkatnya BUN dan Kreatinin Darah, Anemia, Hb Menurun, LED Meningkat, Ureum Meningkat, Natrium Menurun, Kalsium Menurun, Fosfat Meningkat, Kalium Meningkat, Albumin Menurun, Gula Darah Meningkat, Ph Menurun.

Pengkajian Pola fungsi 1. Aktifitas /istirahat

Gejala:

Kelemahan malaise Kelelahan ekstrem,


2.

Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)

Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak Sirkulasi

Gejala:


3.

Riwayat hipertensi lama atau berat Palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda: Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik Disritmia jantung Pucat pada kulit Friction rub pericardial Kecenderungan perdarahan Integritas ego

Gejala:


4.

Faktor stress, misalnya masalah finansial, hubungan dengan orang lain Perasaan tak berdaya, tak ada harapan

Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan kepribadian, mudah terangsang Eliminasi

Gejala:

Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut) Diare, Konstipasi, abdomen kembung.

Tanda: Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat, kemerahan, berawan Oliguria, dapat menjadi anuria

5.

Makanan/cairan

Gejala:

Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi) Anoreksia, mual/muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan amonia)

Tanda:


6.

Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir) Edema (umum, tergantung) Perubahan turgor kulit/kelembaban Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga Neurosensori

Gejala:

Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada Sakit kepala, penglihatan kabur telapak kaki Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer)

Tanda:

Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang perhatian, stupor, koma


7.

Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang Rambut tipis, kuku tipis dan rapuh Nyeri/kenyamanan

Gejala: sakit kepala, kram otot/nyeri kaki, nyei panggul Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 8. Pernapasan

Gejala:


9.

Dispnea, nafas pendek, nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum

Tanda: Dispnea, takipnea pernapasan kusmaul Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru) Keamanan

Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi Tanda:

Pruritus Demam (sepsis, dehidrasi)

10. Seksualitas Gejala: amenorea, infertilitas, penurunan libido. 11. Interaksi sosial Gejala:

Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga

12. Penyuluhan

Riwayat diabetes mellitus pada keluarga (resti GGK), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang

Diagnosa Intoleransi Aktifitas Setelah

NOC dilakukan 1. Periksa keperawatan sebelum

NIC tanda dan vital setelah

berhubungan dengan tindakan anemia,

oksigenasi selama 1x 24 jam pasien

aktivitas, khususnya bila klien menggunakan

jaringan tidak adekuat menunjukkan

peningkatan dibuktikan kriteria hasil:

toleransi, dengan R/

vasodilator dan obat-obat diuretik Hipotensi dapat aktivitas obat perpindahan terjadi karena ortostatik dengan efek

a. Berpartisipasi aktif pada aktivitas yag diinginkan b. Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri c. Menurunnya kelemahan dan kelelahan d. Tanda vital DBN selama aktivitas

(vasodilasi), cairan

(diuretic) atau pengaruh fungsi jantung. 2. Catat respons

kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat adanya takikardi, diritmia,

dispnea berkeringat dan pucat R/ Penurunan/ketidakmamp uan miokardium untuk meningkatkan sekuncup aktivitas menyebabkan peningkatan frekuensi segera volume selama dpat

jantung dan

kebutuhan oksigen juga peningkatan dan kelemahan 3. Evaluasi peningkatan kelelahan

intoleran aktivitas R/ Dapat menunjukkan

peningkatan dekompensasi jantung daripada

kelebihan aktivitas 4. Implementasi program

rehabilitasi jantung R/ Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali adanya alergi

Ketidakseimbangan nutrisi

Setelah

dilakukan a. Kaji keperawatan

kurang dari tindakan

makanan R/ menghindari

kebutuhan

tubuh selama 3x 24 jam pasien

berhubungan dengan menunjukkan mual, muntah dan nutrisi kurang teratasi

makanan yang mungkin akan alergi nutrisi sehingga menyebabkan bagi klien klien tidak

anoreksia

dengan indikator: a. Mendapat yang adekuat b. Klien mengalami kehilangan BB lebih lanjut tidak

mempunyai untuk makan. b. Monitor penurunan BB R/

keinginan

adanya

membantu

dalam

c. Membran

mukosa

mengidentifikasi malnutrisi protein

lembab Kulit tidak kering

kalori, khususnya bila BB BMI normal. c. Berikan perawaatan oral R/ kebersihan oral bakteri dan pengukuran dari

kurang

menhilangkan

penumbuh bau mulut dan rangsangan makan d. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering R/ masukan nutrisi eningkatkan /nafsu

dengan jumlah sedikit tapi sering biasanya

ditoleransi klien dengan baik e. Dorong pasien untuk

makan diet tinggi kalori tinggi protein R/ kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu untuk juga cairan

menghilangkan

produk sisa suplemen dapat memainkan

peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan

protein yang adekuat. f. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi

selama makan R/ dengan posisi makan yang nyaman maka

klien akan lebih tertarik untuk makan makanan yang disediakan. g. Informasikan pada klien dan keluarga nutrisi tentang yang

manfaat adekuat R/

bekerjasama

dan

berdiskusi keluarga

dengan akan lebih

memberikan pemahaman pentingnya meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuat untuk klien. h. Jadwalkan pengobatan akan keluarga

dan

tindakan

tidak

selama jam makan R/ tindakan atau

pengobatan yang akan dilakukan menurunkan nafsu makan klien, bisa makan baru

sehingga didahulukan dulu kemudian

diberi pengobatan atau tindakan. i. Monitor monitor rambut turgor kulit,

kekeringan, kusam, total

protein, Hb dan kadar Ht R/ turgor kulit serta kelembaban mencerminkan keadaan cairan dan nutrisi yang ada pada anak. Hb dan Ht mencerminkan keadaan hasil

bagaimana klien

melalui

labolatorium darah. j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan klien R/ anak dengan keperluan akan nutrisi

terpenuhi perhitungan

dari tim gizi. k. Pertahankan terapi IV line R/ pemasukan terapi IV nutrisi line satu dapat

melalui

merupakan intervensi

salah yang

digunakan agar nutrisi tetap adekuat apabila klien tidak bisa makan dengan per oral dan tidak terpasang

NGT/TPN. Penurunan Curah Setelah dilakukan a. keperawatan Auskultasi nadi apikal dan mengkaji frekuensi, irama jantung R/ terjadinya Mengetahui takikardi

Jantung berhubungan tindakan dengan ketidakseimbangan cairan

selama 1x 24 jam pasien menunjukkan tanda vital dalam batas yang bisa diterima, dibuktikan

(meskipun pada saat istirahat) mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel. Catat bunyi jantung R/ Pada auskultasi, S1 untuk

dengan kriteria hasil: a. Melaporkan penurunan dispnea


Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban b. kerja jantung

dan

S2

mungkin

terdengar lemah karena menurunnya kerja

pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai

aliran darah ke serambi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan

Inkompetensi/stenosis katup. c. Kaji adanya sianosis R/ Pucat menunjukkan menurunnya perifer terhadap adekutnya jantung, perfusi ekunder tidak curah vasokontriksi kulit terhadap dan

pucat

dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai

refrakstori GJK. Area yang sakit biru sering atu karena kongesti

berwarna belang peningkatan vena.

d.

Berikan tambahan kanula dan

oksigen dengan nasal/masker obat sesuai

indikasi (kolaborasi) R/ Meningkatkan

sediaan oksigen untuk kebutuhan untuk miokard efek

melawan

hipoksia/iskemia. Banyak digunakan obat dapat untuk

meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan

menurunkan kongesti

Kelebihan cairan dengan

volume Setelah

dilakukan a. keperawatan

Pantau

pengeluaran

berhubungan tindakan

urine, catat jumlah dan warna saat dimana

gangguan selama 1x 24 jam pasien

metrabolisme regulasi menunjukkan keseimbangan dibuktikan kriteria hasil: a. b. Tekanan darah DBN Tidak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen cairan, dengan

diuresis terjadi R/ Pengeluaran urine mungkin sedikit dan

pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang diuresis membantu sehingga

pengeluaran urine dapat

c. d.

Paru bersih Berat badan ideal ( BB ideal TB 100 b. 10 %)

ditingkatkan tirah baring Pantau/hitung keseimbangan pemasukan

selama

dan

pengeluaran selama 24 jam. dan terapkan

terapi diuretik R/ Terapi diuretik yang diberikan menyebabkan kehilangan cairan tibatiba/berlebihan sehingga hipovolemia. c. Pertahakan pasien terjadi dapat

duduk atau tirah baring dengan posisi

semifowler selama fase akut R/ Posisi tersebut filtrasi

meningkatkan

ginjal dan menurunkan produksi ADH

sehingga meningkatkan diuresis d. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia,

mual, distensi abdomen dan konstipasi R/ Kongesti pada visceral GJK dapat fungsi

(terjadi lanjut)

mengganggu gaster/intestinal e.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang akan

dilakukan oleh pasien R/ Pasien perlu diberikan diet yang tepat

untuk memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium Kerusakan integritas Setelah kulit dengan (perubahan cairan, berhubungan tindakan dilakukan a. keperawatan Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. R/ Kulit yang bersih dan kering akan

internal selama 1x 24 jam klien status menunjukkan kondisi kulit yang integritas baik, dengan

gangguan metabolik)

dibuktikan kriteria hasil: a. Keluarga

menjauhkan dari resiko iritasi yang akan

menyebabkan kerusakan kulit. Berikan perawatan kulit yang cermat untuk integritas

mengatakan mengerti tentang faktor risiko kerusakan integritas b. kulit

Integritas kulit menjadi suatu kewaspadaan

mencegah jaringan kelembaban, tekanan.

kerusakan karena dan

R/ Dengan perawatan yang rutin diharapkan kulit tetap lembab dan jauh dari keadaan yang memungkinkan terjadi kerusakan. c. Kaji kulit setiap 2 jam terutama pada daerah penekanan dan monitor terhadap tertekan. R/ daerah penekanan merupakan daerah yang sangat rentan lecet akan atau area yang untuk

terjadinya iritasi. d.

Hindari tidak adanya linen pada tempat tidur. R/ Dengan memberikan linen pada tempat tidur maka akan memberikan kelembutan tidak menyebabkan sehingga sampai resiko

perlukaan atau iritasi pada tertekan. e. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap daerah yang

dua jam sekali. R/ dengan mengubah posisi secara rutin titik

diharapkan

penekanan pada daerah tertentu tidak akan

menjadi perlukaan atau iritasi yang akan

menyebabkan kerusakan kulit. f. Monitor kulit akan integritas

adanya kemerahan. R/ pada mengindikasikan adanya mungkin iritasi dan akan tanda kemerahan kulit

menyebabkan infeksi. g. Oleskan lotion atau

minyak/baby oil pada derah yang tertekan. R/ Pemberian lotion

pada daerah penekanan akan meminimalkan

terjadinya iritasi yang menyebabkan kerusakan kulit. h. Inspeksi kulit terutama pada tulang-tulang yang menonjol dan titik-titik tekanan ketika merubah posisi pasien. R/ Memonitor secara rutin pada daerah yang tertekan meningkatkan kewaspadaan terjadinya iritasi. i. Kolaborasi: pemberian tinggi protein, mineral dan vitamin Kolaborasi: serum Monitor dan akan akan integritas

albumin

transferin R/ Protein tinggi berguna untuk regenerasi kulit serta vitamin dan mineral tinggi baik untuk metabolisme

tubuh pada pasien

Pola efektif

nafas

tidak Setelah

dilakukan a. keperawatan

Pertahankan jalan nafas yang paten

berhubungan tindakan

dengan edema paru selama 1x 24 jam pasien R/ kepatenan jalan nafas dan keletihan otot menunjukkan keefektifan memudahkan klien dalam pola nafas, dibuktikan memperoleh yang adekuat pernafasan dan daya yang

pernafasan

dengan kriteria hasil:

a. Pola nafas kembali ekspansi teratur maksimal.

paru

RR kembali normal 16- b. 24 x/menit

Pertahankan nyaman peninggian tempat tidur

posisi biasanya kepala untuk

memaksimalkan ventilasi R/ memberikan kesempatan paru untuk mengembang

secara maksimal. c. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan R/ kemungkinan suara

berkurang atau hilang di lobus, segmen paru, seluruh paru atau sebagian. d. Monitor pola dan

auskultasi bunyi napas R/ pola nafas yang di luar batas normal menjadi suatu

kewaspadaan

akan

kegawatan serta bunyi nafas yang abnormal menandakan ada masalah pada sistem pernafasan klien. e. Evaluasi pernapasan cepat, fungsi (napas sianosis,

perubahan tanda vital) R/ perubahan dalam

kedalaman dan kecepatan pernafasan serta perubahan tanda-tanda mengarah shock vital pada dapat keadaan hipoksia,

karena

stress dan nyeri. f. Monitor respirasi dan status O2 R/ status O2 mencerminkan bagaimana keadaan respirasi pada anak, karena respirasi pada intinya untuk menukar CO2 dengan O2. g. Kolaborasi: bronkodilator : . h. Monitor hasil analisa gas darah berikan

R/

Memantau

status

pertukaran gas dan ventilasi atau beritahu keperluan

untuk perubahan di dalam terapi. i. Berikan oksigen jika ada indikasi R/ Membantu didalam kerja membebaskan respirasi dan

mengurangi pernafasan, kesulitan

sianosis sehubungan dengan hypoksia.

Daftar Pustaka Brown, Collin B. Manual Ilmu Penyakit Ginjal. Penerbit : Bina Rupa Aksara, Jakarta. 1991. Scholtmeijer R.T dan Schloder. F H. Urologi Untuk Praktek Umum. Penerbit : EGC, Jakarta. 1982. Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah, Brunner and Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002. Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta. Nanda. 2011. Nursing Diagnosis : Definitions & Classifications. McCloskey, Joanne C., Bulechek, Gloria M. 1997. Nursing Intervention Classification (NIC). USA : Mosby. Johnson, Marion et al. 1997. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby. Ackley, BJ and Ladwig, GB. Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence-Based Guide to Planning Care. 2012. USA : Mosby.

You might also like